Impuls Dan Momentum
Impuls Dan Momentum
Bila anda berada di dalam sebuah bus yang sedang bergerak cepat, kemudian direm mendadak, anda
merasakan bahwa badan anda terlempar ke depan. Hal ini akibat adanya sifat kelembamam, yaitu sifat untuk
mempertahankan keadaan semula yaitu dalam keadaan bergerak. Hal yang sama juga dirasakan oleh si sopir
yang berusaha mengerem bus tersebut. Apabila penumpang busnya lebih banyak, pada saat sopir bus
memberhentikan/mengerem bus secara mendadak, harus memberikan gaya yang lebih besar. Dalam bab ini
akan dibicarakan mengenai momentum, yang merupakan salah satu besaran yang dimiliki oleh setiap benda
yang bergerak.
Di dalam fisika, dikenal dua macam momentum, yaitu momentum linear (p) dan momentum angular (L). Pada
materi ini hanya akan dibahas momentum linear. Selain momentum linear akan dibahas juga besaran Impuls
gaya (I) dan hukum kekekalan momentum linear, serta tumbukan.
1. Pengertian Momentum
Istilah momentum yang akan dipelajari pada bab ini adalah momentum linear (p), yang didefinisikan sebagai
berikut : Momentum suatu benda yang bergerak adalah hasil perkalian antara massa benda dan
kecepatannya. Oleh karena itu, setiap benda yang bergerak memiliki momentum. Secara matematis,
momentum linear ditulis sebagai berikut:
p=m.v
( 1.1 )
p adalah momentum (besaran vektor), m massa (besaran skalar) dan v kecepatan (besaran vektor). Bila dilihat
persaman (1.1), arah dari momentum selalu searah dengan arah kecepatannya.
Satuan Momentum
Menurut Sistem Internasional (SI) Satuan momentum p = satuan massa x satuan kecepatan = kg x m/s = kg .
m/s. Jadi, satuan momentum dalam SI adalah : kg.m/s
Momentum adalah besaran vektor, oleh karena itu jika ada beberapa vektor momentum dijumlahkan, harus
dijumlahkan secara vektor. Misalkan ada dua buah vektor momentum p1 dan p2 membentuk sudut , maka
jumlah momentum kedua vektor harus dijumlahkan secara vektor, seperti yang terlihat dari gambar vektor
gambar 1. Besar vektor p dirumuskan sebagai berikut :
( 1.2 )
Gambar 1 : Penjumlahan momentum mengikuti aturan penjumlahan vektor
( 1.3 )
Besarnya ini dapat dinyatakan dengan besarnya momentum linear p, dengan mengalikan persamaan energi
kinetik dengan : m/m
( 1.4 )
3. Impuls
Impuls didefinisikan sebagai hasil kali antara gaya dan lamanya gaya tersebut bekerja. Secara matematis
dapat ditulis:
I = F . t
( 1.5 )
Besar gaya disini konstan. Bila besar gaya tidak konstan maka penulisannya akan berbeda (akan dipelajari
nanti). Oleh karena itu dapat menggambarkan kurva yang menyatakan hubungan antara F dengan t. Bila pada
benda bekerja gaya konstan F dari selang waktu t1 ke t2 maka kurva antara F dan t adalah
Gambar 2 : Kurva yang menyatakan hubungan antara F dengan t. Luas daerah yang diarsir menyatakan
besarnya Impuls.
Luasan yang diarsir sebesar Fx (t 2 t1 ) atau I, yang sama dengan Impuls gaya. Impuls gaya merupakan
besaran vektor, oleh karena itu perhatikan arahnya
Satuan Impuls
Satuan Impuls I = satuan gaya x satuan waktu
Satuan I = newton x sekon = N . s = kg . m/s2 . s =kg . m/s
Untuk menjabarkan hubungan antara Impuls dengan perubahan momentum, akan kita ambil arah gerak mula-
mula sebagai arah positif dengan menggunakan Hukum Newton II.
F = m a = m (v2 v1 ) t
F t = m v2 - m v1
Ruas kiri merupakan impuls gaya dan ruas kanan menunjukkan perubahan momentum. Impuls gaya pada
suatu benda sama dengan perubahan momentum benda tersebut. Secara matematis dituliskan sebagai:
F t = m v2 - m v1
( 1.6 )
I = p2 - p1
I = p
( 1.7 )
P = mAvA + mBvB
Sesuai dengan hukum kekelan energi maka pada momentum juga berlaku hukum kekekalan dimana
momentum benda sebelum dan sesudah tumbukan sama.
Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa Pada peristiwa tumbukan, jumlah momentum benda-benda
sebelum dan sesudah tumbukan tetap asalkan tidak ada gaya luar yang bekerja pada benda-benda tersebut.
Pernyataan ini yang dikenal sebagai Hukum Kekekalan Momentum Linier. Secara matematis untuk dua benda
yang bertumbukan dapat dituliskan
PA + PB = P'A + P'B
atau
Untuk materi pembahasan dari jenis-jenis tumbukan ini silahkan anda menuju tautan berikut:
Bahan bakar yang ada di roket terbakar dan keluar/menyembur, mengakibatkan roket terdorong ke atas. Gaya
rata-rata yang dikerjakan gas pada roket disebut gaya dorong. Pada roket ini momentum sistem sebelum dan
sesudah gas keluar tetap, dengan kata lain berlaku hukum kekekalan momentum
Agar supaya ketinggian yang dicapai roket makin besar, biasanya dipakai roket dengan beberapa tingkat.
Perhatikan gambar (a),(b) dan (c). Pada gambar (a) : menunjukkan sebuah roket yang terbang vertikal keatas
dengan kecepatan v, massa mula-mula m. Pada gambar (b) : setelah waktu t, bahan bakar keluar sebanyak
dm, kecepatan gas relatif terhadap bumi v', dan relatif terhadap roket v r, Pada momentum berlaku :
vr = v' v
v' = vr + v
sehingga :
Jika masa roket mula-mula mo dan kecepatan awal vo = 0, setelah bahan bakar roket habis massa roket m a ,
serta kecepatan roket va, maka secara matematis hubungan besar-besaran tersebut adalah