Disusun Oleh:
Kelompok 2
Dunia saat ini dan masa depan penuh perubahan, namun sedikit manusia yang secara sadar
menyiapkan dirinya dan hidupnya untuk menghadapi perubahan lingkungan yang cepat,
dinamik, dan rumit. Demikian pula dalam dunia bisnis, para manajer menghadapi perubahan
lingkungan yang cepat, dinamik dan rumit. Perubahan tersebut tidak hanya bersifat evolusioner,
namun seringkali sifatnya revolusioner. Dari segi bisnis, lingkungan adalah pola semua kondisi
atau faktor eksternal yang mempengaruhi kehidupan dan pengembangan perusahaan.
Industri farmasi merupakan industry yang berbasis riset. Salah satu hal yang tidak bisa
dihindari adalah timbulnya persaingan yang tajam antar perusahaan farmasi. Oleh karena itu
perusahaan farmasi di Indonesia dituntut untuk mampu bersaing dengan cara membuat inovasi,
promosi dan sistem pemasaran yang baik, serta kualitas produk yang optimal.
Setiap perusahaan selalu membutuhkan dana atau modal dalam rangka memenuhi kebutuhan
operasi sehari-hari maupun untuk mengembangkan perusahaan. Kebutuhan modal tersebut
berupa modal kerja maupun pembelian aktifa tetap. Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut
perusahaan harus mampu mencari sumber dana dengan komposisi yang menghasilkan biaya
paling murah.
Pemenuhan dana dapat berasal dari sumber intern maupun sumber ekstern. Pada umumnya
perusahaan cenderung menggunakan modal sendiri sebagai modal permanen dibandingkan
dengan modal asing yang hanya digunakan sebagai pelengkap apabila dana yang diperlukan
belum mencukupi.
Tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran para pemegang saham atau pemilik.
Kemakmuran para pemegang saham diperlihatkan dalam wujud semakin tinggi harga saham,
yang merupakan pencerminan dari keputusan-keputusan investasi, pendanaan, dan kebijakan
dividen. Sementara itu Earning per Share yang diperoleh perusahaan selalu mengalami
perubahan atau berfluktuasi. Oleh karena itu perusahaan harus mempunyai struktur modal yang
optimal yaitu struktur modal yang dapat menghasilkan laba yang optimal, supaya deviden yang
dibagikan kepada pemegang saham meningkat, yang pada akhirnya kemakmuran para pemegang
sahampun tercapai yaitu meningkatnya laba per lembar saham.
Oleh karena itu kemakmuran para pemegang saham dapat dijadikan sebagai dasar analisis
dan tindakan rasional dalam proses pembuatan keputusan. Kadang-kadang memaksimumkan
laba dicanangkan sebagai tujuan perusahaan, akan tetapi hal itu tidak dapat mencapai sasaran
memaksimalkan kemakmuran para pemegang saham. Yang lebih penting bukanlah laba
melainkan laba perlembar saham (Earining per Share). Laba didapatkan dengan mengurangkan
biaya yang dikeluarkan, sehingga untuk meningkatkan bisa dengan menarik modal baru
(mengeluarkan saham baru), dan menginvestasikan dana yang diperoleh tersebut pada investasi
yang bebas resiko (misalkan deposito atau obligasi pemerintah). Jika keuntungan memang
meningkat, tetapi nilai saham justru akan menurun. Demikian pula halnya memaksimumkan laba
per saham bukan merupakan tujuan utama, karena tidak memperlihatkan waktu maupun lamanya
laba yang diharapkan, juga tidak memperlihatkan faktor resiko maupun ketidakpastian di masa
yang akan datang, serta tidak mempertimbangkan kemampuan perusahaan dalam membagi
dividen.
Dari uraian penulis dalam skripsinya diatas ,maka disini kami akan melakukan resume
pembahasan mengenai penelitian terdahulu yang berjudul PENGARUH STRUKTUR
MODAL TERHADAP LABA PER LEMBAR SAHAM PADA KELOMPOK INDUSTRI
FARMASI.
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Modal
2.1.1 Pengertian Modal
Setiap perusahaan tentu akan membutuhkan modal untuk membiayai kegiatan
operasional perusahaan sehari-hari, untuk investasi ataupun untuk keperluan lainnya.
Besarnya modal yang diperlukan akan berbeda sesuai dengan besar kecilnya skala
perusahaan. Modal dapat memiliki macam-macam pengertian sesuai sudut pandang mana
modal tersebut ditinjau. Hal ini sangat tergantung kepada pandangan pihak yang
menafsirkannya dan kadang-kadang pengertian dari pihak yang satu berbeda dengan yang
lainnya.
Menurut Bambang Riyanto (2001;7) bahwa:..orientasi dari pengertian modal
adalah physical-oriented. Dalam hubungan ini dapat dikemukakan pengertian modal
yang klasik, dimana artian modal adalah sebagai hasil produksi yang digunakan untuk
memproduksi lebih lanjut.
Dari konsep yang diutarakan di atas modal merupakan hasil dari kegiatan produksi
dalam perusahaan yang dapat digunakan untuk memproduksi atau menjalankan aktivitas
perusahaan selanjutnya.
Dalam perkembangan kemudian ternyata pengertian modal itu mulai bersifat Non-
Phisical Oriented di mana antara lain pengertian modal itu ditekankan pada nilai, daya beli
atau kekuasaan memakai atau menggunakan yang terkandung dalam barang-barang modal.
Meskipun dalam hal ini belum ada persesuaian pendapat diantara para ahli ekonomi sendiri.
Dalam hal ini dikemukakan pengertian modal menurut Gitman (2000;42) bahwa: capital
is the long-term funds of a firm;all item on the right hand side of balance sheet,
excluding current liabilities. Artinya modal adalah pembiayaan jangka panjang sebuah
perusahaan; seluruh bagian pada sisi sebelah kanan neraca, yang bukan hutang lancar.
Dengan MS Dengan MA
Modal Sendiri Rp 500.000 Rp 400.000
Modal Asing Rp __0 Rp_100.000
Total Modal Rp 500.000 Rp 500.000
Jumlah Lembar Saham 50.000 lembar 40.000 lembar
EBIT Rp 90.000 Rp 90.000
Bunga Rp __0 Rp( 12.000)
EBT Rp 90.000 Rp 78.000
Pajak 30% Rp(27.000) Rp(23.400)
EAT Rp 63.000 Rp 54.600
EPS Rp 1.260 Rp 1.365
Dari ilustrasi yang disajikan diatas jelas sekali bahwa tambahan utang obligasi lebih
menguntungkan karena menghasilkan tingkat Earning Per Share yang lebih tinggi
dibandingkan dengan jika perusahaan menggunakan saham baru sebagai tambahan dananya.
Hal ini berlaku dengan asumsi fungsi-fungsi bisnis yang lainnya dikelola secara benar.
Jadi masalah utama yang dihadapi oleh manajer keuangan dan akuntansi adalah
menentukan struktur modal optimal, yaitu struktur modal yang dapat meningkatkan Earning
Per Share sehingga tujuan perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham
pun tercapai. Sebagaimana dikemukakan Bambang Riyanto (2001;294) struktur modal yang
optimal atau optimum debt ratio perusahaan adalah 50%, sehingga modal yang dijamin
(utang) tidak lebih besar dari modal yang menjadi jaminannya.
BAB III
Pembahasan
Tabel 3.1
Perkembangan Hutang Jangka Panjang
PT. Dankos Laboratories Tbk Periode 2003-2004
(Angka dalam tabel dinyatakan dalam rupiah)
Tahun Hutang Jangka Panjang
Tahun 2003 234.012.505.095
Tahun 2004 25.372.313.791
Sumber : Neraca Konsolidasi PT Dankos Laboratories Tbk (data diolah)
Tabel 3.2
Perkembangan Hutang Jangka Panjang
PT. Darya-Varoa Laboratoria Tbk Periode 2003-2004
(Angka dalam tabel dinyatakan dalam rupiah)
Tahun Hutang Jangka Panjang
Tahun 2003 39.550.060.000
Tahun 2004 30.565.709.000
Sumber : Neraca Konsolidasi PT Darya-Varia Laboratori Tbk (data diolah)
Tabel 3.3
Perkembangan Hutang Jangka Panjang
PT. Indofarma Tbk Periode 2003-2004
(Angka dalam tabel dinyatakan dalam rupiah)
Tahun Hutang Jangka Panjang
Tahun 2003 37.740.237.882
Tahun 2004 27.382.920.117
Sumber : Neraca Konsolidasi PT Indofarma Tbk (data diolah)
b. Modal Sendiri
Merupakan bagian dari pemilik perusahaan yaitu selisih antara total aktiva dan seluruh
kewajiban (hutang)
Tabel 3.4
Perkembangan Modal Sendiri
PT. Dankos Laboratories Tbk Periode 2003-2004
(Angka dalam tabel dinyatakan dalam rupiah)
Tahun Total Asset Total Liabilities Modal Sendiri
(1) (2) (1-2)
2003 826.777.979.466 425.841.866.349 400.936.113.117
2004 1.050.886.839.298 467.682.825.902 583.204.013.396
Sumber : Neraca Konsolidasi PT Dankos Laboratories Tbk (data diolah)
Tabel 3.5
Perkembangan Modal Sendiri
PT. Darya-Varoa Laboratoria Tbk Periode 2003-2004
(Angka dalam tabel dinyatakan dalam rupiah)
Tahun Total Asset Total Liabilities Modal Sendiri
(1) (2) (1-2)
2003 375.386.088.000 106.169.706.000 269.216.382.000
2004 431.173.982.000 112.146.636.000 319.027.346.000
Sumber : Neraca Konsolidasi PT Darya-Varia Laboratori Tbk (data diolah)
Tabel 3.6
Perkembangan Modal Sendiri
PT. Indofarma Tbk Periode 2003-2004
(Angka dalam tabel dinyatakan dalam rupiah)
Tahun Total Asset Total Liabilities Modal Sendiri
(1) (2) (1-2)
2003 629.216.958.576 373.712.095.465 255.504.863.111
2004 523.923.104.642 268.257.970.877 255.665.133.765
Sumber : Neraca Konsolidasi PT Indofarma Tbk (data diolah)
c. Struktur Modal
Merupakan rasio yang mengukur kontribusi relative dari modal sendiri dan hutang jangka
panjang dalam struktur modal perusahaan.
Tabel 3.7
Perkembangan Struktur Modal
PT. Dankos Laboratories Tbk Periode 2003-2004
(Angka dalam tabel dinyatakan dalam rupiah)
Tahun 2003 Tahun 2004
Passiva
Rupiah % Rupiah %
Hutang Jangka
234.012.505.095 36,86 25.372.313.791 4,22%
Panjang
400.936.113.117 576.474.980.696 95,78
Modal Sendiri %
634.948.618.212 601.847.294.487
Jumlah 63,14 %
H.J.P/M.S 100%
%
100%
58,37% 4,40%
Sumber : Neraca Konsolidasi PT Dankos Laboratories Tbk (data diolah)
Tabel 3.8
Perkembangan Struktur Modal
PT. Darya-Varoa Laboratoria Tbk Periode 2003-2004
(Angka dalam tabel dinyatakan dalam rupiah)
Tahun 2003 Tahun 2004
Passiva
Rupiah % Rupiah %
Hutang Jangka
30.565.709.000 10,20 39.550.060.000 11,03%
Panjang
269.216.382.000 319.027.346.000 88,97
Modal Sendiri %
299.782.091.000 358.577.406.000
Jumlah 89,80 %
H.J.P/M.S 100%
%
100%
11,35% 12,40%
Sumber : Neraca Konsolidasi PT Darya-Varia Laboratori Tbk (data diolah)
Tabel 3.9
Perkembangan Struktur Modal
PT. Indofarma Tbk Periode 2003-2004
(Angka dalam tabel dinyatakan dalam rupiah)
Tahun 2003 Tahun 2004
Passiva
Rupiah % Rupiah %
Hutang Jangka
37.740.237.882 12,87 27.382.920.117 9,67%
Panjang
255.504.863.111 255.665.133.765 90,33
Modal Sendiri %
293.245.100.993 283.048.053.882
Jumlah 87,13 %
H.J.P/M.S 100%
%
100%
14,77% 10,71%
Sumber : Neraca Konsolidasi PT Indofarma Tbk (data diolah)
Tabel 3.10
Earning Per Share
PT. Dankos Laboratories Tbk Periode 2003-2004
Laba Setelah Pajak Jumlah Lembar
Tahun EPS
(Rupiah) Saham
125.546.962.204 1.786.050.000
2003 70
193.192.064.370 1.786.050.000
2004 80
Sumber : Laporan Laba Rugi Konsolidasi PT Dankos Laboratories Tbk (data diolah)
Tabel 3.11
Earning Per Share
PT. Darya-Varoa Laboratoria Tbk Periode 2003-2004
Laba Setelah Pajak Jumlah Lembar
Tahun EPS
(Rupiah) Saham
48.654.457.000 560.000.000
2003 87
49.810.964.000 560.000.000
2004 89
Sumber : Laporan Laba Rugi Konsolidasi PT Darya-Varia Laboratori Tbk (data diolah)
Tabel 3.12
Earning Per Share
PT. Indofarma Tbk Periode 2003-2004
Laba Setelah Pajak Jumlah Lembar
Tahun EPS
(Rupiah) Saham
(130.562.309.717) 3.099.267.500
2003 (42,13)
7.238.989.721 3.099.267.500
2004 2,34
Sumber : Laporan Laba Rugi Konsolidasi PT Indofarma Tbk (data diolah)
3.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian tentang pengaruh struktur modal terhadap laba per lembar saham
dilakukan pembahasan sebagai berikut:
3.2.1 Perkembangan Struktur Modal Perusahaan
Perkembangan Struktur modal yang ada pada perusahaan farmasi, diketahui melalui
komponen-komponen yang terdiri dari:
b. Modal Sendiri
Berikut disajikan tabel perkembangan modal sendiri Industri Farmasi selama dua tahun
dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2004, yang telah dihitung sebelumnya.
Tabel 3.14
Perkembangan Modal Sendiri
Industri Farmasi Periode 2003-2004
Perusahaan Hutang Jangka Panjang
Tahun 2003 Tahun 2004
PT. Dankos Laboratories Tbk 400.936.113.117 583.204.013.396
PT. Darya-Varia Laboratori Tbk 269.216.382.000 319.027.346.000
PT. Indofarma Tbk 255.504.863.111 255.665.133.765
Sumber : Neraca Industri Farmasi (data diolah)
Tabel 3.14 memperlihatkan perkembangan modal sendiri yang dimiliki oleh kelompok
Industri Farmasi dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2004. Modal sendiri yang dimiliki
kelompok Industri Farmasi selalu berubah yaitu selalu meningkat dari tahun 2003 ke tahun
2004.
Berdasarkan Tabel 3.4 Modal sendiri PT. Dankos Laboratories Tbk dari tahun 2003 ke
tahun 2004 meningkat sebesar 45,46%. Kenaikan ini disebabkan adanya kenaikan pada total
liabilities sebesar 9,83% dan kenaikan pada total asset sebesar 27,11%.
Berdasarkan Tabel 3.5 Modal sendiri PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk dari tahun 2003 ke
tahun 2004 meningkat sebesar 18,50%. Kenaikan ini disebabkan adanya kenaikan pada total
liabilities sebesar 5,68% dan kenaikan pada total asset sebesar 14,86%.
Berdasarkan Tabel 3.6 Modal sendiri PT.Indofarma Tbk dari tahun 2003 ke tahun 2004
meningkat sebesar 0,06%. Kenaikan ini disebabkan adanya kenaikan pada total liabilities
sebesar 28,22% dan kenaikan pada total asset sebesar 16,73%.
c. Struktur Modal
Berikut disajikan tabel perkembangan struktur modal Industri Farmasi selama dua tahun
dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2004, yang telah dihitung sebelumnya.
Tabel 3.15
Perkembangan Struktur Modal
Industri Farmasi Periode 2003-2004
Struktur Modal
Perusahaan Tahun Tahun Rata-
2003 2004 rata
PT. Dankos Laboratories Tbk 58,37% 4,40% 31,38%
PT. Darya-Varia Laboratori Tbk 11,35% 12,40% 11,88%
PT. Indofarma Tbk 14,77% 10,71% 12,74%
Sumber : Neraca Industri Farmasi (data diolah)
Tabel 3.15 memperlihatkan perkembangan struktur modal yang dimiliki oleh kelompok
Industri Farmasi selama tahun 2003 sampai tahun 2004. Struktur modal kelompok Industri
Farmasi dari tahun 2003 ke tahun 2004 selalu mengalami perubahan.
Berdasarkan Tabel 3.7 pada tahun 2003 PT. Dankos Laboratories Tbk memiliki jumlah
modal sendiri Rp 400.936.113.117,00 yang memberikan kontribusi sebesar 63,14%, sedangkan
hutang jangka panjang sebesar Rp 234.012.505.095,00 dengan kontribusi sebesar 36,86%.
Dengan demikian rasio yang didapat antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri adalah
58,37%. Pada tahun 2004 PT. Dankos Laboratories Tbk mengalami penurunan rasio antara
hutang jangka panjang dengan modal sendiri sebesar 4,40%, hal ini disebabkan karena adanya
penurunan hutang jangka panjang yang tajam dibanding tahun 2003 sebesar Rp
25.372.313.791,00 yang memberikan kontribusi sebesar 4,22% sedangkan modal sendiri hanya
meningkat sedikit dibanding hutang jangka panjang tahun sebelumnya. Kenaikan hutang jangka
panjang tahun 2004 sebesar Rp 576.474.980.696,00 dengan kontribusi sebesar 95,78%.
Berdasarkan Tabel 3.8 pada tahun 2003 PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk memiliki
jumlah modal sendiri Rp 269.216.382.000,00 yang memberikan kontribusi sebesar 89,80%,
sedangkan hutang jangka panjang sebesar Rp 30.565.709.000,00 dengan kontribusi sebesar
10,20%. Dengan demikian rasio yang didapat antara hutang jangka panjang dengan modal
sendiri adalah 11,35%. Pada tahun 2004 PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk mengalami penurunan
rasio antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri sebesar 12,40%, hal ini disebabkan
karena adanya kenaikan hutang jangka panjang dari tahun sebelumnya sebesar Rp
39.550.060.000,00 yang memberikan kontribusi sebesar 11,03% dan kenaikan modal sendiri
sebesar Rp 319.027.349.000,00 dengan kontribusi sebesar 88,97%.
Berdasarkan Tabel 3.9 pada tahun 2003 PT. Indofarma Tbk memiliki jumlah modal
sendiri Rp 255.504.863.111,00 yang memberikan kontribusi sebesar 87,13%, sedangkan hutang
jangka panjang sebesar Rp 37.740.237.882,00 dengan kontribusi sebesar 12,87%. Dengan
demikian rasio yang didapat antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri adalah 14,77%.
Pada tahun 2004 PT. Indofarma Tbk mengalami penurunan rasio antara hutang jangka panjang
dengan modal sendiri sebesar 10,71%, hal ini disebabkan karena adanya penurunan hutang
jangka panjang dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 27.382.920.117,00 yang memberikan
kontribusi sebesar 9,67% dan kenaikan modal sendiri sebesar Rp 255.665.133.765,00 dengan
kontribusi sebesar 90,33%.
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan mengenai pengaruh
struktur modal terhadap Earning per Share pada kelompok Industri Farmasi adalah:
Perkembangan Struktur modal selalu mengalami perubahan untuk memperoleh struktur
modal yang optimum
Tujuan perusahaan adalah kesejahteraan para pemegang saham, hal ini tercermin pada
laba per saham.
Hasil pengujian statistik regresi menunjukkan bahwa setiap pertambahan proporsi
struktur modal akan menyebabkan pertambahan Earning per Share sebesar nilai koefisien
regresinya. Jadi hipotesis penelitian Struktur Modal Berpengaruh Terhadap Earning per
Share dapat diterima.
4.2 Saran
1. Bagi Investor
Bagi para investor yang akan menginvestasikan dananya pada perusahaan industri
farmasi perlu memperhatikan perkembangan laporan keuangan perusahaan dari tahun ke
tahun, karena laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu indicator yang
menunjukkan pertumbuhan perusahaan, sehingga investor dapat menilai perusahaan
mana yang sekiranya dapat menghasilkan keuntungan, sehingga dapat dijadikan pilihan
yang tepat untuk berinvestasi.
2. Bagi Pihak Perusahaan
Perkembangan struktur modal yang terdapat pada kelompok industri farmasi sudah cukup
baik, hal ini terlihat dari laba per lembar saham yang selalu meningkat dari tahun 2003 ke
tahun 2004. Untuk itu penulis menyarankan agar perusahaan dapat mempertahankan
kinerjanya tersebut dan lebih meningkatkannya di waktu yang akan datang.
Daftar Pustaka
A. Buku
Agus Sartono, 2001, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi keempat, Cetakan
pertama, Yogyakarta: BPFE
Alan C. Shapiro and Sheldon D. Balbirer, 2000, Modern Corporate Finance, New Jersey:
Prentice-Hall
Arthur J. Keown, John D. Martin, J. William Petty and David F. Scott JR, 2001, Foundation
of Finane The Logix and Pratice of Financial Management, Edisi kesepuluh, New
Jersey: Prentice-Hall
Bambang Rianto, 2001, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi keempat, Cetakan
ketujuh, Yogyakarta: BPFE
Charles H. Gibson, 2001, Financial Reporting and Analysis, Edisi kedelapan, Singapura:
Thomson Learning
Donald R. Cooper and William Emory, 1996, Dialihbahasakan oleh Ellen Gunawan dan Imam
Nurmawan, Metode Penelitian Bisnis, Edisi kelima, Cetakan keempat, Jakarta:
Erlangga
Eugene F. Brigham and Joel F. Houston, 1998, Fundamentals of Financial Management,
Edisi kedelapan, Dialihbahasakan oleh Herman Wibowo, 2001, Managemen
Keuangan, Buku dua, Edisi kedelapan, Jakarta: Erlangga
___________________ and Michael C. Erhardt, 2002, Financial Management Theori and
Pratice, Edisi kesepuluh, Singapura: Thomson Learning
Lawarence J. Gitman, 2000, Principles of Managerial Finance, Edisi kesembilan: Addison
Wesley
Riduwan, 2003, Dasar-Dasar Statistika, Edisi revisi, Cetakan ketiga, Bandung: Alfabeta
S. munawir, 2002, Akuntansi (Keuangan dan Manajemen), Edisi pertaman, Cetakan
pertama, Yogyakarta: BPFE
Sugiono, 2004, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan keenam, Bandung: Alfabeta
Sutrisno, 2001, Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi, Edisi pertama, Cetakan
kedua, Yogyakarta: Ekonisia
B. Non Buku
repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/.../0102006.pdf?...1
http//www.dankoslabs.com
http//www.darya-varia.com