KOTA SEMARANG
Oleh :
Laili Durotul Azizah
30101206657
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017
HALAMAN PENGESAHAN
KEJADIAN DEMAM TIFOID PADA Ny.D DI PUSKESMAS NGALIYAN
Mengetahui,
Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
KATA PENGANTAR
2
Puji syukur kepadaAllah SWT,shalawat dan salam kepada Rasulullah
SAW yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan Kejadian Demam Tifoid Pada Ny. Dewi Puskesmas
Ngaliyan Periode 27 Desember 2016 25 Febuari 2017.
1 dr. Indah Widiastuti, selaku Kepala Puskesmas Ngaliyan yang telah memberikan
bimbingan dan pelatihan selama kami menempuh Kepanitraan Klinik Ilmu
Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Ngaliyan, Semarang.
2 dr. Azmi Syahril F selaku Pembimbing Koass IKM Puskesmas Ngaliyan Kota
Semarang.
3 Dokter, Paramedis, beserta Staf Puskesmas Ngaliyan atas bimbingan dan
kerjasama yang telah diberikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh
dari sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu kami
sangat berterima kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun.
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
2.1.1 Definisi..................................................................... 5
4
2.1.2 Etiologi..................................................................... 5
2.1.3 Epidemiologi............................................................ 5
2.1.5 Patogenesis............................................................... 7
2.1.10 Komplikasi............................................................... 14
2.1.11 Penatalaksanaan........................................................ 14
2.2.1 Host.......................................................................... 18
2.2.2 Agent......................................................................... 25
2.2.3 Environtment............................................................ 26
5
3.1 Cara dan Waktu Pengamatan................................................. 29
3.2.3 Anamnesis....................................................... 30
3.2.6 Terapi.............................................................. 34
6
4.1.1 Host. 41
4.1.2 Agent.... 42
4.1.3 Environment 43
5.1 Kesimpulan............................................................................ 47
5.2 Saran...................................................................................... 47
LAMPIRAN .............................................................................................. 50
7
BAB I
PENDAHULUAN
terutama negara tropis dan berkembang termasuk Indonesia. Salah satu infeksi
sistemik akut yang endemis di Indonesia adalah demam tifoid. 96% infeksi ini
(IDAI, 2009). Penyakit ini termasuk penyakit menular dan dapat menyerang
tentang wabah. Dari telaah kasus di rumah sakit besar di Indonesia, kasus
erat hubungannya dengan kualitas dari higiene pribadi dan sanitasi lingkungan
(KMK/364/MENKES/SK/V/2006).
1
(Riskesdas 2007). Sedangkan Jumlah kasus tifoiddi Kota Semarangkhususnya
2013).
Januari sampai Desember 2014 sebanyak 783 penderita, tahun 2015 dari
Januari sampai Desember 2015 sebanyak 257 penderita, tahun 2016 dari
Januari sampai Desember 2016 sebanyak 263 penderita, tahun 2017 pada
karena itu angka kejadian Tifoid di Ngaliyan masih tinggi yang disebabkan
antara berbagai faktor seperti faktor host (pejamu), agent, dan environment
pribadi dan sanitasi lingkungan yang kurang baik (Panduan Praktik Klinis,
2
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
segitiga epidemiologi.
Dari uraian di atas, maka dibuat rumusan masalah : Apa saja faktor
faktor yang berpengaruh terhadap kejadian Demam tiroid pada Ny. D di
Puskesmas Ngaliyandengan pendekatan trias epidemiologi.?
1.3 Tujuan
3
tifoid pada Ny. D
1.4 Manfaat
dan preventif.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
2.1.2. Etiologi
5
air, es, sampah dan debu. Sedangkan reservoir satu-satunya adalah
manusia yaitu seorang yang sedang sakit atau
karier(KMK/364/MENKES/SK/V/2006).
2.1.3. Epidemiologi
6
imunisasi, virulensi strain bakteri, jumlah kuantitas inoculum yang
tetelan, dan beberapa factor dari status imun pejamu (Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan LXIII, 2012).
7
Setelah seorang terinfeksi S. typhi, periode asimtomatik
berlangsung 7 sampai 14 (kisaran 3-60) hari. Awitan bakteremia
ditandai gejala demam dan malaise. Pasien pada umumnya datang ke
RS menjelang akhir minggu pertama setelah terjadi gejala demam,
gejala mirip influenza, nyeri kepala, anoreksia, nausea, nyeri perut,
batuk kering dan mialgia.
2.1.5. Patogenesis
8
Kuman salmonella menghasilkan endotoksin yang merupakan
kompleks lipopolisakarida dan dianggap berperan penting pada
pathogenesis demam tifoid. Endotoksin bersifat piogenik serta
memperbesar reaksi peradangan dimana kuman salmonella
berkembang biak, di samping itu merupakan stimulator yang kuat
untuk memproduksi sitokin oleh sel-sel makrofag dan sel leukosit di
jaringan yang meradang. Sitokin ini merupakan mediator-mediator
untuk timbulnya demam dan gejala toksemia (proinflamasi). Oleh
karena basil salmonella bersifat intraseluler maka hampir semua
bagian tubuh dapat terserang dan kadang-kadang pada jaringan yang
terinvasi dapat timbul fokal-fokal infeksi.
9
gejala klinis yang berat yang disertai komplikasi. Gambaran klinis
pada anak cenderung tak khas, makin kecil anak gambaran klinis
makin tak khas. Kumpulan gejala-gejala klinis tifoid disebut dengan
sindrom demam tifoid, adapun gejala pada demam tifoid diantaranya
adalah :
10
yang biasanya ditemukan di region abdomen atas, namun
pada anak sangat jarang ditemukan
(KMK/364/MENKES/SK/V/2006).
11
2.1.8.1. Hasil Anamnesis
Keluhan
12
6. Pemeriksaan mulut: typhoid tongue, tremor lidah, halitosis
Pemeriksaan abdomen: nyeri (terutama regio epigastrik),
hepatosplenomegali
7. Delirium pada kasus yang berat
13
c. Tes Widal tidak direkomendasi
14
2.1.9. Diagnosis Banding
b. Malaria
c. Leptospirosis
e. Hepatitis A
f. Sepsis
g. Tuberculosis milier
h. Endokarditis infektif
j. Abses dalam
2.1.10. Komplikasi
15
kekacauan mental hebat, kesadaran menurun, mulai dari delirium
sampai koma.
2. Syok septik Penderita dengan demam tifoid, panas tinggi serta
gejala-gejala toksemia yang berat. Selain itu, terdapat gejala
gangguan hemodinamik seperti tekanan darah turun, nadi halus
dan cepat, keringat dingin dan akral dingin.
3. Perdarahan dan perforasi intestinal (peritonitis) Komplikasi
perdarahan ditandai dengan hematoschezia. Dapat juga diketahui
dengan pemeriksaan feses (occult blood test). Komplikasi ini
ditandai dengan gejala akut abdomen dan peritonitis. Pada foto
polos abdomen 3 posisi dan pemeriksaan klinis bedah didapatkan
gas bebas dalam rongga perut.
4. Hepatitis tifosa Kelainan berupa ikterus, hepatomegali, dan
kelainan tes fungsi hati.
5. Pankreatitis tifosa Terdapat tanda pankreatitis akut dengan
peningkatan enzim lipase dan amilase. Tanda ini dapat dibantu
dengan USG atau CT Scan.
6. Pneumonia Didapatkan tanda pneumonia yang diagnosisnya
dibantu dengan foto polos toraks (Panduan Praktik Klinis, 2014).
2.1.11 Penatalaksanaan
16
e. Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi,
suhu, kesadaran), kemudian dicatat dengan baik di rekam
medik pasien
2. Terapi simptomatik untuk menurunkan demam (antipiretik) dan
mengurangi keluhan gastrointestinal.
3. Terapi definitif dengan pemberian antibiotik. Antibiotik lini
pertama untuk demam tifoid adalah Kloramfenikol, Ampisilin
atau Amoksisilin (aman untuk penderita yang sedang hamil), atau
Trimetroprim-sulfametoxazole (Kotrimoksazol).
4. Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama dinilai tidak
efektif, dapat diganti dengan antibiotik lain atau dipilih antibiotik
lini kedua yaitu Seftriakson, Sefiksim, Kuinolon (tidak
dianjurkan untuk anak <18 tahun karena dinilai mengganggu
pertumbuhan tulang).
17
18
Indikasi Perawatan di Rumah
19
1. Pengobatan dan perawatan serta aspek lain dari demam tifoid yang
harus diketahui pasien dan keluarganya.
2. Diet, jumlah cairan yang dibutuhkan, pentahapan mobilisasi, dan
konsumsi obat sebaiknya diperhatikan atau dilihat langsung oleh
dokter, dan keluarga pasien telah memahami serta mampu
melaksanakan.
3. Tanda-tanda kegawatan harus diberitahu kepada pasien dan keluarga
supaya bisa segera dibawa ke rumah sakit terdekat untuk perawatan.
Kriteria Rujukan
1. Demam tifoid dengan keadaan umum yang berat (toxic typhoid).
2. Tifoid dengan komplikasi.
3. Tifoid dengan komorbid yang berat.
4. Telah mendapat terapi selama 5 hari namun belum tampak perbaikan.
2.2 Pendekatan Trias epidemiologi
Salah satu dari konsep atau model untuk menerangkan Riwayat
Alamiah Penyakit disebut Trias Epidemiologi. Teori ini menjelaskan hasil
interaksi antara 3 faktor utama ( pejamu (host), penyebab (agent) dan
lingkungan (environtment) ) yang berpeluang untuk terjadi kemudian
berkembang dan menyebar, ke 3 faktor utama itu akan selalu berada
bersama dan berinteraksi satu dengan lainnya. Suatu agent yang keberadaan
atau ketidakberadaannya yang melalui hubungan atau pemaparan yang
efektif dengan host atau pejamu yang rentan, dan dalam keadaan yang
mendukung akan menjadi perangsang (stimulus) untuk memulai dan
mengembangkan proses penyakit pada diri host atau pejamu. Konsep
ekologis tentang pengertian penyakit yaitu memandang suatu penyakit
sebagai ketidakseimbangan antara organisme yang hidup dengan lingkungan
yang mengelilinginya (Budioro, 2007).
2.2.1 Host
Host atau pejamu adalah makhluk hidup termasuk manusia, yang dapat
memberikan tempat tinggal dalam kondisi alamadapun ciri ciri dari pejamu
yang berperan penting dalam riwayat alamiah penyakit pada hakekatnya
20
dapat dikelompokkan menjadi ciri-ciri biologis yang dibawa (borne) seperti
umur, jenis kelamin, ras, keturunan.(Budioro, 2007). Hal yang perlu
diketahui tentang host atau penjamu meliputi karakteristik; gizi atau daya
tahan tubuh, pertahanan tubuh, hygiene pribadi, gejala dan tanda penyakit
dan pengobatan. Karakteristik host dapat dibedakan antara lain : umur, jenis
kelamin, pekerjaan , keturunan, pekejaan, ras dan gaya hidup.Sebagian
besar manusia kebal terhadap penyakit lepra (95%). Dari hasil penelitian
Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan
Lingkungan (Ditjen P2M & PL) (1996) menunjukkan gambaran sebagai
berikut: Dari 100 orang yang terpapar: 95 orang tidak menjadi sakit, 3 orang
sembuh sendiri tanpa diobati, 2 orang menjadi sakit, hal ini belum lagi
memperhitungkan pengaruh pengobatan.
Host untuk demam tifoid adalah manusia. Beberapa faktor host yang
mempengaruhi demam tifoidadalah :
1. Umur
muda, karena tidak jarang disertai perdarahan dan perforasi usus yang sering
75% didapatkan pada umur kurang dari 30 tahun (Depkes, 2006: 7).
tahun, 10-20% berumur 30-40 tahun dan lebih sedikit pada pasien berumur
diatas 40 tahun (Rasmilah, 2001: 2). Pada kelompok usia 3-19 tahun yaitu
di sekolah atau tempat lain di luar rumah. Sedangkan kelompok umur 20-30
21
melakukan aktivitas diluar rumah, sehingga beresiko untuk terinfeksi
2. Penurunan Imunitas
Imunitas atau daya tahan tubuh merupakan respon tubuh terhadap bahan
asing. Respon imun yaitu reaksi yang dikoordinasi oleh sel-sel dan molekul-
molekul terhadap mikroba ataupun agenagen yang lain. Sehingga bila dalam
kondisi imun yang menurun, pertahanan tubuh pun akan menurun dan tubuh
adalah bagian tubuh yang pertama terekspos oleh dunia luar melalui makan
terbesar dalam tubuh yang mengatasi antigen dan zat berbahaya yang
masuk.
batas kemampuan coping seseorang. Pada orang yang mengalami stres yang
22
mempunyai konsekuensi kondisi yang patologis akan mengganggu respon
Bila respon imunitas humoral mukosa IgA usus kurang baik maka kuman
propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel
fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak
fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan
penyakit infeksi sistemik, seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala dan
23
Kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan mempunyai risiko yang
dari tubuh, tinja atau sumber lain kemakanan. Kombinasi antara aktivitas
Penularan bakteri Salmonella typhi salah satunya melalui jari tangan atau
seperti mencuci tangan sebelum makan maka kuman Salmonella typhi dapat
masuk ke tubuh orang sehat melalui mulut, selanjutnya orang sehat akan
menjadi sakit.
Cuci tangan pakai sabun merupakan salah satu cara untuk hidup sehat
yang paling sederhana dan murah tetapi sayang belum membudaya. Padahal
tahun 2006 didapatkan hanya 12 dari 100 orang Indonesia yang melakukan
cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar. Tidak mengherankan jika
24
banyak penduduk Indonesia yang masih menderita penyakit seperti Diare
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan sikap positif maka perilaku
demam tifoid akan mengarah pada kemajuan berfikir pada perilaku yang
25
baik dalam penyiapan makanan di rumah ataupenyakit menular, dan
yang lebih besar dibandingkan dengan usia non produktif. Hal ini terjadi
karena pada usia produktif banyak melakukan aktivitas yang berisiko untuk
26
tertular penyakit Demam Tifoid. Insiden pada kelompok anak dan orang tua
2.2.2 Agent
Agent penyebab penyakit Tifoid adalah Salmonella typhi. Salmonella
flagella, dan tidak membentuk spora. Bakteri ini mempunyai tiga antigen
sebanyak 105 109 kuman yang tertelan melalui makanan dan minuman
2.2.3 Environtment
1. Air
Tifoid. Pasien menggunakan air Pdam dan memenuhi syarat yaitu air
tidak berwarna, air tidak keruh, air tidak berasa, air tidak berbau (Totok,
27
beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh air. karena bakteri Salmonella
(Arief, 2009).
2. Limbah
pasien cuci tangan dan dimungkinkan karena tempat sampah yang tidak
28
Budioro (2007), terdapat empat interaksi dari host, agent,
environment yaitu:
BAB III
ANALISA SITUASI
29
pasien pada 15 Januari 2017. Anamnesa dan kunjungan rumah untuk
1 Identitas Pasien
Nama : Ny.D
Umur : 27 tahun
JenisKelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Ngaliyan
Kewarganegaraan : WNI
3.2.3 Anamnesis
30
Seorang wanita bernama ny.D berusia 27 tahun mengeluh demam
naik perlahan dan turun lagi ketika pagi hari. Selain demam pasien juga
mengeluh perut terasa sakit, pusing,mual, muntah berupa air sebanyak 2 kali
dengan jumlah 1/4 gelas kecil, perut terasa sakit, dan nafsu makan
bersama keluarga dan kondisi pasien juga sedang tidak fit Karena seharian
31
Tanda Vital
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 80x/menit
RR : 24x/menit
Temperature : 37,50 C
(obesitas)
Status Presens :
Kepala : normocephal
Thorax
32
Inspeksi : simetris, retraksi ruang sela iga (-), massa (-)
vocal simetris
Auskultasi
Abdomen
darah (-)
(-/-)
dullness (-)
tekan (-)
Saraf
33
Saraf kranialis : Dalam batas normal
Tabel 3. 2. Motorik
Motorik Superior Inferior
Gerakan N/N N/N
Kekuatan 5/5 5/5
Tonus N/N N/N
Trofi N/N N/N
Darah Rutin
Hb :13, 5 gr/dl
Ht : 41,1%
3.2.6 Terapi
mual (+) muntah (+) mual (-) muntah (-) mual (-) muntah (-)
34
Ciprofloxacin tab Ciprofloxacin tab 500mg 2x1
500mg 2x1 500mg 2x1
Paracetamol
Paracetamol tab Paracetamol tab 500mg 3x1
500mg 3x1 500mg 3x1
Antasid 200mg 3X
Antasid 200mg Antasid 200mg 3X1
Omeprazole
3X1
Omeprazole tab 20mg 20mg 1x1
Omeprazole tab 1x1
20mg 1x1
35
12 Mencuci tangan V
13 Menggosok gigi minimal 2 kali sehari V
14 Anggota rumah tangga tidak menyalahgunakan V
Miras/Narkoba
KLP UKM
15 Anggota rumah tangga menjadi peserta V
JPK/Dana Sehat
16 Anggota rumah tangga melakukan PSN V
seminggu sekali
a. Lingkungan Internal
b. Lingkungan Eksternal
Bangunan Rumah:
Lantai : keramik
Dinding : tembok
Ventilasi : Terdapat
ventilasi>10% dari luas lantai
36
Kepadatan hunian : luas bangunan
72 m.
72 : 4 orang = 18 m
KOMPONEN
N
RUMAH YG KRITERIA NILAI
O
DINILAI
I KOMPONEN RUMAH
1 Langit-langit a. Tidak ada 0
b. Ada, kotor, sulit dibersihkan, dan rawan
kecelakaan 1
c. Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan 2 V
a. Bukan tembok (terbuat dari anyaman
2 Dinding bambu/ilalang) 1
b. Semi permanen/setengah
tembok/pasangan bata atau batu yang tidak
diplester/papan yang tidak kedap air. 2
c. Permanen (Tembok/pasangan batu bata V
yang diplester) papan kedap air. 3
3 Lantai a. Tanah 0
b. Papan/anyaman bambu dekat dengan
tanah/plesteran 1
yang retak dan berdebu.
c. Diplester/ubin/keramik/papan (rumah V
panggung). 2
4 Jendela kamar tidur a. Tidak ada 0
b. Ada 1 V
5 Jendela ruang keluarga a. Tidak ada 0
b. Ada 1
6 Ventilasi a. Tidak ada 0
b. Ada, lubang ventilasi dapur < 10% dari
luas lantai 1
c. Ada, lubang ventilasi > 10% dari luas V
lantai 2
7 Lubang asap dapur a. Tidak ada 0
b. Ada, lubang ventilasi dapur < 10% dari 1
37
luas lantai dapur
b. Ada, lubang ventilasi dapur > 10% dari V
luas lantai dapur (asap keluar dengan
sempurna) atau ada exhaust fan atau ada
peralatan lain yang sejenis. 2
a. Tidak terang, tidak dapat dipergunakan
8 Pencahayaan untuk membaca 0
b. Kurang terang, sehingga kurang jelas
untuk membaca dengan normal 1
c. Terang dan tidak silau sehingga dapat V
dipergunakan untuk membaca dengan
normal. 2
II SARANA SANITASI
1 Sarana Air Bersih a. Tidak ada 0
b. Ada, bukan milik sendiri dan tidak
(SGL/SPT/PP/KU/PAH). memenuhi syarat kesh. 1
c. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi
syarat kesh. 2
e. Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat V
kesh. 3
d. Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi
syarat kesh. 4
38
c. Ada, kedap air dan tidak bertutup 2 V
d. Ada, kedap air dan bertutup. 3
PERILAKU
III PENGHUNI
a. Dibuang ke sungai/kebun/kolam
4 Membuang tinja bayi sembarangan 0
dan balita ke jamban b. Kadang-kadang ke jamban 1
c. Setiap hari dibuang ke jamban 2 V
Keterangan :
: NILAI x BOBOT : 35x31 = 1085
Hasil Penilaian (Rumah sehat)
Kriteria :
1) Rumah Sehat = 1068 1200
2) Rumah Tidak Sehat = < 1068
Pasien adalah ibu rumah tangga yang memiliki suami dan 1 anak
perempuan, aktivitas pasien sehari-hari yaitu mengurus rumah serta
39
membuat keripik pisang dirumah untuk dijual kepada para pedagang jika
ada pesanan. Pasien sudah mengetahui mengenai penyakit demam tipoid,
namun pasien belum mengerti mengenai pencegahan dan penularannya.
3.2.10 Data Pelayanan Kesehatan Terdekat
Genogram
Keterangan :
: Perempuan meninggal
40
: Perempuan hidup
: Pasien perempuan
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.1. Host
41
Ditinjau dari umur pasien, pasien berusia 27 tahun termasuk
typhi salah satunya melalui jari tangan atau kuku. Apabila orang
menjadi sakit.
42
Ditinjau dari kebiasaan makan, pasien sering makan diluar
4.1.2. Agent
mempunyai flagella, dan tidak membentuk spora. Bakteri ini akan mati
43
tertelan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Semakin
10-14 hari pada anak, masa inkubasi ini lebih bervariasi berkisar 5-40
hari.
4.1.3. Environment
Environment
Lingkungan rumah yang higien nya kurang dilihat dari tempat sampah yang tidak tertutup.
Kurangnya pengetahuan tentang PHBS
Pengelolaan makanan yang tidak memenuhi, seperti jarangnya pasien mencuci tangan
Host Agent
penurunan imunitas karena kelelahan Salmonella typhi
Hygenitas personal kurang Tifoid
Gambar 4.1. Analisis Segitiga Epidemiologi
Pasien sering jajan di warung pinggir jalan
Kurangnya Pengetahuan tentang demam tifoid
44
4.2. Alternatif Pemecahan Masalah
No Penyebab masalah Alternatif pemecahan masalah
1. Pengetahuan yang kurang
tentang demam tyfoid, Memberikan edukasi dan memberi
(penyebabnya, leaflet mengenai demam tifoid dan
penularannya, dan cara penularannya.
pencegahan)
45
4. Kebiasaan jajan di warung
pinggir jalan Edukasi mengenai akibat suka jajan
sembarangan.
46
4.3. Plan of Action (POA)
No Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Tempat Waktu Biaya Pelaksana Indikator
keberhasilan
1 Edukasi pasien dan Meningkatkan Keluarga Rumah 18 Rp. 1000 Dokter Keluarga dan
keluarga tentang pengetahuan dan pasien Edukasi pasien pasien mengetahui
penyakit demam keluarga pasien tentang Januari Muda FK dengan jelas
tifoid serta cara perilaku mengenai
mengenai
pencegahannya hygiene 2017 Unissula penyakit demam
penyakit serta tifoid dan cara
demam tifoid penularan pencegahannya
dan
pencegahan
demam
tifoid
Leaflet tifoid
2 penggunaan bak Meningkatkan Keluarga Rumah 18 - Dokter muda Keluarga dan
sampah tertutup pengetahuan dan pasien Edukasi pasien Januari FK Unissula pasien mengetahui
pasien tentang pasien 2017 pentingnya
tentang
pengolahan menutup tempat
PHBS
sampah sampah
3 Merubah perilaku Menurunkan Pasien Edukasi cuci Rumah 18 - Dokter muda Keluarga dan
hygene perorang angka kejadian dan tangan pasien Januari FK Unissula pasien paham
yang buruk, demam tifoid keluarga 2017 mengenai
kebiasaan pasien dan disekitar pasien pentingnya
keluarga yang jarang lingkungan mencuci tangan.
cuci tangan sebelum pasien
dan sesudah makan
47
4 Merubah perilaku Menurunkan Pasien Edukasi Rumah 18 - Dokter muda Keluarga dan
suka jajan angka kejadian dan pasien Januari FK Unissula pasien memahami
sembarangan demam tifoid keluarga 2017 bahwa jajan di
pasien luar itu tidak sehat
48
BAB V
5.1 Kesimpulan
49
Memberikan penyuluhan sederhana mengenai penyakit Tifoid
kepada keluarga pasien dan masyarakat sekitar sehingga
masyarakat dapat mengetahui tentang Tifoid mulai dari definisi,
penyebab, cara penularan, dan pengobatan yang benar untuk
penderita Tifoid penyuluhan mengenai PHBS.
BAB VI
PENUTUP
50
DAFTAR PUSTAKA
Arief Rakhman, dkk., 2009. Faktor-Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap
Kejadian Demam Tifoid Pada Orang Dewasa. Berita Kedokteran
Masyarakat Volume 25 No.4
Aru W, Sudoyo, 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V, Jakarta,
Interna Publishing
51
WHO. 2008 Penyakit bawaan makanan, EGC: Jakarta
LAMPIRAN
Kondisi Rumah dan Lingkungan Sekitar
Tampak depan
Tampak samping
52
Ruang Tamu
Jamban
53
Tempat pembuangan
sampah
Intervensi
Edukasi
54