Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PENYULUHAN

TERAPI OKUPASI

Pembimbing:
dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ (K)

Disusun oleh :
Ryan Indra Saputra 2012730093
Rizka Aulia Hermawati 2012730153

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
RS JIWA ISLAM KLENDER JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat
dan Rahmat-Nya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan Proposal Penyuluhan
yang berjudul Terapi Okupasi yang merupakan salah satu pemenuhan syarat
kelulusan di Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit
Jiwa Islam Klender.
Terima kasih tim penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak
membantu dalam penyusunan proposal penyuluhan ini, khususnya kepada
konsulen bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Islam Klender sebagai
pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan, serta pengarahan dalam
penulisan karya ilmiah ini. Tim penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan dokter muda sejawat dan semua pihak yang ikut berkontribusi.
Tim penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal penyuluhan ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu tim penulis mengharapkan kritik dan saran
dari semua pihak guna menyempurnakan proposal penyuluhan ini. Semoga karya
ini bisa bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan mahasiswa kedokteran
pada khususnya.
Sekian dan terima kasih. Wassalamualaikum Wr.Wb.
Jakarta,
Desember 2016

Tim Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

LATAR BELAKANG...............................................................................................

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM...................................................................

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS................................................................

MATERI....................................................................................................................

MEDIA......................................................................................................................

METODE..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 3

KEGIATAN PENYULUHAN..................................................................................

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 3

1.2 Tujuan Penulisan .......................................................................................3

1.3 Manfaat Penulisan ..................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................

II.1 Sejarah........................................................................................................

II.2 Definisi ..................................................................................................... 5

II.3 Tujuan Terapi Okupasi pada Pasien Mental............................................. 5

II.4 Peranan Terapi Okupasi atau Pekerjaan untuk Terapi................................

II.5 Proses Terapi Okupasi Menurut Pelatihan Nasional Terapi Modalitas

Keperawatan profesional Jiwa................................................................... 7

II.6 Proses Terapi Okupasi .............................................................................. 7

II.7 Pelaksanaan................................................................................................

II.8 Jenis Aktifitas Terapi Okupasi ................................................................ 11

2
BAB III KESIMPULAN....................................................................................... 13

III.1 Kesimpulan ........................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN KEGAWATDARURATAN MEDIK


Topik : Terapi Okupasi
Sub Topik : Mengenal Lebih Dalam Tentang Terapi Okupasi
Hari/Tanggal : Desember 2016
Waktu : 08.00 s/d selesai
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien rawat jalan
Jumlah Peserta : Target lebih dari 15 orang
Tempat : RS Jiwa Islam Klender

I. LATAR BELAKANG
Pekerjaan atau okupasi sejak dulu kala telah dikenal sebagai sesuatu untuk
mempertahankan hidup atau survival. Namun juga diketahui sebagai sumber
kesenangan. Dengan bekerja seseorang akan menggunakan otot-otot dan
pikirannya, misalnya dengan melakukan permainan (game), latihan gerak badan ,
kerajinan tangan dan lain-lain, dan hal ini akan mempengaruhi kesehatannya juga.
Pada tahun 2600 SM orang-orang di cina berpendapat bahwa penyakit timbul
karena ketidak aktifan organ tubuh. Socrates dan plato (400 SM) mempercayai
adanya hubungan yang erat antara tubuh dengan jiwa. Hypoocrates selalu
menganjurkan pasiennya untuk melakukan latihan gerak badan sebagai salah satu
cara pengobatan pasiennya. Di mesir dan yunani (2000 SM) dijelaskan bahwa
rekreasi dan permainan adalah salah suatu media terapi yang ampuh, misalnya
menari, bermain music, bermain boneka untuk anak-anak, bermain bola.
Pekerjaan diketahui sangat bermanfaat bagi perkembangan jiwa maupun
fisik manusia. Socrates berkata bahwa seseorang harus membiasakan diri dengan
selalu bekerja secara sadar dan jangan bermalas-malasan. Pekerjaan dapat juga
digunakan sebagi pengalihan perhatian atau pikiran sehingga menjadi segar
kembali untuk memikirkan hal-hal yang lain. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas
maka okupasiterapi mulai berkembang dan diterapkan pada abad 19.

1
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
III. Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya
mengetahui Terapi Okupasi, diharapkan pasien dan keluarga pasien yang
merupakan sasaran dari penyuluhan ini memahami tentang Terapi Okupasi.
IV.
V. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
VI. Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan para
peserta dapat:
1. Agar lebih memahami tentang terapi okupasi
2. Agar lebih memahami tentang tujuan terapi okupasi
3. Agar lebih memahami tentang jenis-jenis terapi okupasi
VII.
VIII. MATERI (TERLAMPIR)
1. Pengertian Terapi Okupasi
2. Tujuan Terapi Okupasi
3. Jenis-jenis Terapi Okupasi
IX.
X. MEDIA
1. Laptop
2. LCD
3. Microphone
4. Leaflet
XI.
XII. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
XIII.

2
XIV. VII. KEGIATAN PENYULUHAN
XVI. K
e
g
XV. XIX.
i
N XVII. Penyuluhan XVIII. Audiance Wakt
a
t
a
n
XXI. P Mengucap salam Menjawab salam
e Memperkenalkan diri Memperhatikan
m
XX. b XXII.
1 u 5
k
a
a
n
XXIII. Penyampaian isi materi Memperhatikan XXV.
XXIV. I
2 15
si

XXVII.P Menyimpulkan materi Memperhatikan


e Memberi kesempatan Aktif bertanya
XXVI. n peserta untuk bertanya XXVIII.
Menjawab salam
3 u Menutup dan mengucap 10
t
salam
u
p

2
XXIX. BAB I
XXX. PENDAHULUAN
XXXI.
XXXII. I.1 LATAR BELAKANG
XXXIII.Terapi Okupasi adalah ilmu dan seni yang mempelajari bagaimana
menggerakkan partisipasi individu melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat
untuk mengoreksi masalah-masalah patologik ke arah pemeliharaan dan promosi
derajat kesehatan. Kegiatan di bangsal biasanya berupa kegiatan-kegiatan pada
waktu luang dan kreasi seni untuk menilai kemampuan pasien dalam memenuhi
kegiatan sehari-hari (activities of daily living/ADL). Selain itu diberikan juga
kegiatan pendidikan latihan vokasional untuk bekal bekerja di masyarakat.
Dengan terapi ii mendorong pasien untuk mengembangkan minat untuk
mempertahankan keterampilan lama mempelajari keterampilan baru.
XXXIV.
XXXV. I.2. TUJUAN PENULISAN
1. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang Terapi
Okupasi
2. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang tujuan Terapi
Okupasi
3. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang jenis-jenis
Terapi Okupasi
4. Sebagai salah satu syarat kelulusan di Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kesehatan Jiwa di RSIJ Klender.
XXXVI.
XXXVII. I.3. MANFAAT PENULISAN
1. Agar pembaca lebih memahami tentang Terapi Okupasi
2. Agar pembaca lebih memahami tentang tujuan Terapi Okupasi
3. Agar pembaca lebih memahami tentang jenis-jenis Terapi Okupasi
XXXVIII.

3
XXXIX. BAB II
XL. TINJAUAN PUSTAKA
XLI.
XLII.
XLIII. II.1. SEJARAH

XLIV. Pekerjaan atau okupasi sejak dulu kala telah dikenal sebagai
sesuatu untuk mempertahankan hidup atau survival. Namun juga diketahui
sebagai sumber kesenangan. Dengan bekerja seseorang akan menggunakan otot-
otot dan pikirannya, misalnya dengan melakukan permainan (game), latihan gerak
badan , kerajinan tangan dan lain-lain dan hal ini akan mempengaruhi
kesehatannya juga.

XLV. Pada tahun 2600 SM orang-orang di cina berpendapat bahwa


penyakit timbul karena ketidak aktifan organ tubuh. Socrates dan plato (400 SM)
mempercayai adanya hubungan yang erat antara tubuh dengan jiwa. Hypoocrates
selalu menganjurkan pasiennya untuk melakukan latihan gerak badan sebagai
salah satu cara pengobatan pasiennya.

XLVI. Di mesir dan yunani (2000 SM) dijelaskan bahwa rekreasi dan
permainan adalah salah suatu media terapi yang ampuh, misalnya menari, bermain
musik, bermain boneka untuk anak-anak, bermain bola.

XLVII. Pekerjaan diketahui sangat bermanfaat bagi perkembangan jiwa


maupun fisik manusia. Socrates berkata bahwa seseorang harus membiasakan diri
dengan selalu bekerja secara sadar dan jangan bermalas-malasan. Pekerjaan dapat
juga digunakan sebagi pengalihan perhatian atau pikiran sehingga menjadi segar
kembali untuk memikirkan hal-hal yang lain.

XLVIII. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka okupasiterapi mulai


berkembang dan diterapkan pada abad 19. Philipina pinel memperkenalkan terapi
kerja pada tahun 1786 disuatu rumah sakit jiwa diparis. Dia mengatakan bahwa
dengan okupasi/pekerjaan pasien jiwa akan dikembalikan kearah hidup yang
normal dan dapat meningkatkan minatnya. Juga sekaligus memelihara dan

4
mempraktikan keahlian yang dimilikinya sebelum sakit sehingga dia akan tetap
sebagai seseorang yang produltif.

XLIX. Pada tahun 1982 Adolf Meyer dari amerika melaporkan bahwa
penggunaan waktu dengan baik yaitu dengan mengerjakan aktivitas yang berguna
ternyata merupakan suatu dasar terapi pasien neuripsikiatrik. Meyer adalah
seorang psikiater. Isterinya adalah seorang pekerja sosial mulai menyusun suatu
dasar yang sistematis tentang pengguanaan aktivitas sebagai program terapi pasien
jiwa. Masih banyak lagi ahli-ahli terkenal yang berjasa dalam pengembangan
okupasiterapi sebagai salah satu terapi khususnya untuk pasien mental terutama
dari amerika, eropa dan lain-lain. Risetpun masih tetap dilakukan guna lebih
mengefektifkan penggunaan okupasiterapi untuk terapi pasien mental.

L.
LI. II.2. DEFINISI

LII. Aktivitas yang terarah dan bertujuan adalah okupasi terapi


sehingga tidak ada waktu terluang dengan percuma tetapi semua waktu yang ada
kita manfaatkan untuk suatu kegiatan yang berguna bagi diri kita.

LIII. Seperti kita ketahui manusia adalah makhluk yang aktif dan dalam
perkembangannya dipengaruhi aktifitas yang bertujuan dan dengan menggunakan
kapasitas motivasi intrisiknya manusia mampu mempengaruhi kesehatan fisik
mentalnya, dalam kehidupannya diperlukan adaptasi agar dapat menyesuaikan diri
dikelompok dimana dia berada dan adaptasi ini merupakan suatu perubahan
fungsi yang dapat menciptakan aktualiasasi diri dan pertahanan hidup manusia,
aktivitas yang dilakukan manusia hendaklah yang bertujuan positif dan
bermanfaat bagi dirinya sehingga akan dapat menfasilitasi proses adaptasi
tersebut.

LIV. Okupasi terapi artinya mengisi/menggunakan waktu luang.Individu


menggunakan waktu untuk melakukan aktivitas atau pekerjaan, sedangkan kata
terapi berarti penatalaksanaan terhadap individu yang menderita penyakit atau
disabilitas baik fisik atau mental.

5
LV.
LVI. II.3. TUJUAN TERAPI OKUPASI PADA PASIEN
MENTAL
Menciptakan suatu kondisi tertentu sehingga pasien dapat
mengembangkan kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan
orang lain
Membantu melepaskan atau menyalurkan dorongan-dorongan emosi
secara wajar dan produktif
Menghidupkan kemauan atau motivasi pasien
Menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan
keadaannya
Mengumpulkan data guna penentuan diagnosa dan penetapan terapi
lainnya
LVII.
LVIII. II.4. PERANAN TERAPI OKUPASI ATAU PEKERJAAN
UNTUK TERAPI
LIX. Aktivitas dipercayai sebagai jembatan antara batin dan dunia luar.
Melalui aktivitas manusia dihubungkan deengan lingkungan, kemudian
mempelajarinya, mencoba keterampilan atau pengetahuan, mengekspresikan
perasaan, memenuhi kebutuhan fisik maupun emosi, mengembangkan
kemampuan, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan hidup. Potensi tersebutlah
yang digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan okupasiterapi, baik bagi
penderita fisik maupun mental.
LX. Aktivitas dalam okupasiterapi digunakan sebagai media baik untuk
evaluasi, diagnosis, terapi, maupun rehabilitasi. Dengan mengamati dan
mengevaluasi pasien waktu mengerjakan suatu aktivitas dan dengan menilai hasil
pekerjaan dapat ditentukan arah terapi dan rehabilitasi selanjutnya dari pasien
tersebut.
LXI. Penting untuk diingat bahwa aktivitas dalam okupasiterapi tidak
untuk menyembuhkan, tetapi hanya sebagai media. Diskusi yang terarah setelah
penyelesaian suatu aktivitas adalah sangat penting karena dalam kesempatan

6
tersebutlah terapis dapat mengarahkan pasien. Melalui diskusi tersebutlah pasien
belajar mengenal dan mengatasi persoalannya.
LXII. Melalui aktivitas pasien diharapkan akan berkomunikasi lebih baik
untuk mengekpresikan dirinya. Melalui aktivitas kemampuan pasien akan dapat
diketahui baik oleh terapi maupun oleh pasien itu sendiri. Dengan menggunakan
alat-alat atau bahan-bahan dalam melakukan suatu aktivitas pasien akan
didekatkan dengan kenyataan terutama dalam hal kemampuan dan kelemahannya.
LXIII. Mengerjakan suatu aktivitas dalam kelompok akan dapat
merangsang terjadinya intraksi diantara anggota yang berguna dalam
meningkatkan sosialisasi, dan menilai kemampuan diri masing-masing dalam hal
keefisiensiannya berhubungan dengan orang lain.
LXIV.
LXV. II.5. PROSES OKUPASI TERAPI MENURUT
PELATIHAN NASIONAL TERAPI MODALITAS
KEPERAWATAN PROFESIONAL JIWA
LXVI. Pelayanan okupasi terapi di rumah sakit jiwa cenderung berubah-
ubah hal ini disesuaikan dengan kebutuhan,akan tetapi secara umum proses
intervensi itu melalui 3 tahap yaitu:
- Assessment adalah proses dimana seorang terapis memperoleh
pengertian tentang pasien yang berguna untuk membuat keputusan
dan mengkontruksikan kerangka kerja/model dari pasien, proses ini
harus dilakukan pada pasien.
- Setelah dilakukan assessment dengan detail maka dilakukan
treatment yang terdiri dari 3 tahap yaitu:
o Formulasi rencana pemberian terapi
o Implementasi terapi yang telah direncanakan
o Review terapi yang diberikan
- Selanjutnya dilakukan evaluasi dari hasil evaluasi ini dapat
ditentukan apakah pasien ini dapat melanjutkan di vokasional training
atau pulang.
LXVII.
LXVIII. II.6 PROSES TERAPI OKUPASI

7
LXIX. Dokter yang mengirimkan pasien untuk okupasai terapi akan
menyertakan juga data mengenai pasien berupa diagnosa, masalahnya dan juga
akan menyatakan apa yang perlu diperbuat dengan pasien tersebut. Apakah untuk
mendapatkan data yang lebih banyak untuk keperluan diagnose, atau untuk terapi,
atau untuk rehabilitasi.
LXX. Setelah pasien berada diunit okupasiterapi maka terapis akan
bertindak sebagai berikut:
LXXI. 1. Koleksi data
LXXII. Data biasa didapatkan dari kartu rujukan atau status pasien
yang disertakan waktu pertama kali pasien mengujungi unit terapi
okupasional. Jika dengan mengadakan interviu dengan pasien atau
keluarganya, atau dengan mengadakan kunjungan rumah. Data ini
diperlukan untuk menyusun rencana terapi bagi pasien. Proses ini dapat
berlangsung beberapa hari sesuai dengan kebutuhan
LXXIII. 2. Analisa data dan identifikasi masalah
LXXIV. Dari data yang terkumpul dapat ditarik suatu kesimpulan
sementara tentang masalah dan atau kesulitan pasien. Ini dapat berupa
masalah dilingkungan keluarga atau pasien itu sendiri
LXXV. 3. Penentuan tujuan
LXXVI. Dari masalah dan latar belakang pasien maka dapat disusun
daftar tujuan terapi sesuai dengan prioritas baik jangka pendek maupun
jangka panjangnya
LXXVII. 4. Penentuan aktivitas
LXXVIII. Setelah tujuan terapi ditetapkan maka dipilihlah aktivitas
yang dapat mencapai tujuan terapi tersebut. Dalam proses ini pasien dapat
diikut sertakan dalam menentukan jenis kegiatan yang kan dilaksanakan
sehingga pasien merasa ikut bertanggung jawab atas kelancaran
pelaksanaannya. Dalam hal ini harus diingat bahwa aktivitas itu sendiri
tidak akan menyembuhkan penyakit, tetapi hanya sebagai media untuk
dapat mengerti masalahnya dan mencoba mengatasinya dengan bimbingan
terapis. Pasien itu sendiri harus diberitahu alasan-alasan mengenai dia harus

8
mengerjakan aktivitas tersebut sehingga dia sadar dan diharapkan akan
mengerjakannya dengan aktif.
LXXIX. 5. Evaluasi
LXXX. Evaluasi harus dilaksanakan secara teratur dan terencana
sesuai dengan tujuan terapi. Hal ini perlu agar dapat menyesuaikan program
terapi selanjutnya sesuai dengan perkembangan pasien yang ada. Dari hasil
evaluasi dapat direncanakan kemudian mengenai peneyesuain jenis aktivitas
yang kan diberikan. Namun dalam hal tertentu penyesuain aktivitas dapat
dilakukan setelah bebrapa waktu setelah melihat bahwa tidak ada kemajuan
atau kurang efektif terhadap pasien. Hal-hal yang perlu di evalausi antara
lain adalah sebagi berikut:
LXXXI. a. Kemampuan membuat keputusan
LXXXII. b. Tingkah laku selama bekerja
LXXXIII. c. Kesadaran adanya orang lain yang bekerja bersama
dia dan yang mempunyai kebutuhan sendiri
LXXXIV. d. Kerjasama
LXXXV. e. Cara memperlihatkan emosi (spontan, wajar, jelas,
dan lain-lain)
LXXXVI. f. Inisiatif dan tanggung jawab
LXXXVII. g. Kemampuan untuk diajak atau mengajak
berunding
LXXXVIII. h. Menyatakan perasaan tanpa agresi
LXXXIX. i. Kompetisi tanpa permusuhan
XC. j. Menerima kritik dari atasan atau teman sekerja
XCI. k. Kemampuan menyatakan pendapat sendiri dan apakah
bertanggung jawab atas pendapatnya tersebut
XCII.l. Menyadari keadaan dirinya dan menerimanya
XCIII. m. Wajar dalam penampilan
XCIV. n. Orientasi, tempat, waktu, situasi, orang lain
XCV.o. Kemampuan menrima instruksi dan mengingatnya
XCVI. p. Kemampuan bekerja tanpa terus menerus diawasi
XCVII. q. Kerapian bekerja

9
XCVIII. r. Kemampuan merencanakan suatu pekerjaan
XCIX. s. Toleransi terhadap frustasi
C. t. Lambat atau cepat
CI. u. Dan lain sebagainya yang dianggap perlu
CII.
CIII. II.7 PELAKSANAAN
1. Metode
CIV. Okupasi terapi dapat dilakukan baik secara indivisual,
maupun berkelompok, tergantung dari keadaan pasien, tujuan terapi dan
lain-lain:
Metode individual dilakukan untuk:
CV. Pasien baru yang bertujuan untuk mendapatkan
lebih banyak informasi dan sekaligus untuk evaluasi
pasien
CVI. Pasien yang belum dapat atau mampu untuk
berinteraksi dengan cukup baik didalam suatu kelompok
sehingga dianggap akan mengganggu kelancaran suatu
kelompok bila dia dimasukan dalam kelompok tersebut
CVII. Pasien yang sedang menjalani latihan kerja dengan
tujuan agar terapis dapat mengevaluasi pasien lebih efektif
Metode kelompok dilakukan untuk pasien lama atas dasar
seleksi dengan masalah atau hamper bersamaan, atau dalam
melakukan suatu aktivitas untuk tujuan tertentu bagi bebrapa
pasien sekaligus. Sebelum memulai suatu kegiatan baik secara
individual maupun kelompok maka terapis harus
mempersiapkan terlebih dahulu segala sesuatunya yang
menyangkut pelaksanaan kegiatan tersebut.
Pasien juga perlu dipersiapkan dengan cara memperkenalkan
kegiatan dan menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut
sehingga dia atau mereka lebih mengerti dan berusaha untuk
ikut aktif. Jumlah anggota dalam suatu kelompok disesuaikan

10
dengan jenis aktivitas yang akan dilakaukan, dan kemampuan
terapis mengawasi.
CVIII. 2. Waktu
CIX. Okupasi terapi dilakukan antara 1 2 jam setiap session
baik yang individu maupun kelompok setiap hari,dua kali atau tiga kali
seminggu tergantung tujuan terapi, tersedianya tenaga dan fasilitas, dan
sebagainya. Ini dibagi menjadi dua bagian yaitu - 1 jam untuk
menyelesaikan kegiatan-kegiatan dan 1 1 jam untuk diskusi. Dalam
diskusi ini dibicarakan mengenai pelaksanaan kegiatan tersebut, antara lain
kesulitan yang dihadapi, kesan mengarahkan diskusi tersebut kearah yang
sesuai dengan tujuan terapi.
CX. 3. Terminasi
CXI. Keikut sertaan seseorang pasien dalam kegiatan
okupasiterapi dapat diakhiri dengan dasar bahwa pasien :
CXII. Dianggap telah mampu mengatsi persolannya
CXIII. Dianggap tidak akan berkembang lagi
CXIV. Dianggap perlu mengikuti program lainnya sebelum
okupasi terapi
CXV.
CXVI. II.8 JENIS AKTIFITAS TERAPI OKUPASI
1) Aktivitas latihan fisik untuk meningkatkan kesehatan jiwa
2) Aktivitas dengan pendekatan kognitif
3) Aktivitas yang memacu kreativitas
4) Training ketrampilan
5) Terapi bermain (Creek,1997)
CXVII. Kegiatan yang diberikan dapat berupa kerajinan tangan,
seni tari, musik, drama, rekreasi, ADL (activities of daily living), kegiatan yang
dilakukan tersebut bersifat terapeutik dan menyiapkan pasien untuk dapat
dipulangkan ketengah-tengah masyarakat atau dicalonkan untuk direhabilitasikan,
kegiatan ini dijalankan secara individu atau kelompok. Semua kegiatan tersebut
dipandu oleh seorang okupasi terapis dimana tugas pokok okupasi terapis adalah
membangkitkan aktivitas positif melalui pekerjaan atau aktivitas lain yang bersifat

11
terapeutik dan mengevaluasi perkembangan pasien secara kontinyu dan
mengetahui efek terapi yang diberikan.sedangkan peran okupasi terapis adalah:
Sebagai motivator & sumber reinforces: memberikan motivasi
pada pasien dan meningkatkan motivasi dengan memberikan
penjelasan pada pasien tentang kondisinya, memberikan
penjelasan dan menyakinkan tentang fungsi-fungsi dari aktivitas
yang diberikan, memberikan dukungan dan menyakinkan pada
pasien akan sukses
Sebagai guru terapis : memberikan pengalaman learning re-
rearning, okupasi terapis harus mempunyai ketrampilan dan ahli
tertentu dan harus dapat menciptakan dan menerapkan aktivitas
mengajarnya pada pasien
Sebagai peran model sosial: seorang terapis harus dapat
menampilkan perilaku yang dapat dipelajari oleh pasien,pasien
mengidentifikasikan dan meniru terapis melalui role playing,
terapis mendemonstrasikan tingkah laku yang diinginkan (verbal
atau non verbal) yang akan dicontoh pasien
Sebagai konsultan terapis : menentukan program perilaku yang
dapat menghasilkan respon terbaik dari pasien, terapis bekerja
sama dengan pasien, keluarganya dalam merencanakan rencana
tersebut
CXVIII.
CXIX.
CXX.
CXXI.
CXXII.
CXXIII.
CXXIV.
CXXV.
CXXVI.
CXXVII.
CXXVIII.

12
CXXIX.
CXXX.
CXXXI.
CXXXII.
CXXXIII.
CXXXIV.
CXXXV.
CXXXVI.
CXXXVII.
CXXXVIII.
CXXXIX.
CXL.
CXLI.
CXLII.
CXLIII.
CXLIV.

13
CXLV.BAB III
CXLVI. KESIMPULAN
CXLVII.
CXLVIII. III.1 JENIS AKTIFITAS TERAPI OKUPASI
CXLIX.
CL. Rehabilitasi adalah tindakan restorasi bagi kesehatan individu yang
mengalami kecacatan menuju kemampuan yang optimal dan berguna baik segi
fisik, mental, sosial dan ekonomik, di rumah sakit-rumah sakit, dan pusat-pusat
rehabilitasi tertentu
CLI. Fungsi perawat dalam program rehabilitasi adalah menjaga
komplikasi dari akibat gangguan atau penyakit diderita pasien, membatasi
besarnya gangguan semaksimal mungkin, dan merencanakan dan melaksanakan
program rehabilitasi.
CLII. Jenis - Jenis kegiatan rehabilitasi adalah terapi okupasional, terapi
edukasi, dan rehabilitasi vokasional.
CLIII. Okupasi adalah Aktivitas yang terarah dan bertujuan adalah
okupasi terapi sehingga tidak ada waktu terluang dengan percuma tetapi semua
waktu yang ada kita manfaatkan untuk suatu kegiatan yang berguna bagi diri kita.
CLIV. Jenis aktivitas terapi okupasi adalah aktivitas latihan fisik untuk
meningkatkan kesehatan jiwa, aktivitas dengan pendekatan kognitif, aktivitas
yang memacu kreativitas, training ketrampilan dan terapi bermain.
CLV.
CLVI.
CLVII.
CLVIII.
CLIX.
CLX.
CLXI.
CLXII.
CLXIII.
CLXIV.

14
CLXV.DAFTAR PUSTAKA
CLXVI.
CLXVII. Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto ed. 2010. Buku
Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FKUI
CLXVIII. Maramis, W.F. dan Maramis, A.A. 2009. Catatan Ilmu
Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press.
CLXIX. Sadock, B.J., Sadock, V.A., et al. 2007. Kaplan & Sadock's
Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition.
New York: Lippincott Williams & Wilkins.
CLXX. Tomb, D.A. 2004. Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. Jakarta: EGC.
CLXXI.

15

Anda mungkin juga menyukai