Anda di halaman 1dari 8

UJI FISIK DAN UJI HEDONIK PADA SEDIAAN SIRUP

KOMBINASI KUNYIT (Curcuma domestica)


DAN JAHE (Zingiber officinale (L.) Rosc.)
YULIANA KUSUMAWATI1)
1)
Program Studi DIV Ortotik Prostetik, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta
Email :
BAMBANG YUNIANTO2)
2)
Pembimbing I
Email :
RUSMUNADI3)
2)
Pembimbing II
Email :

Abstrak : Saat ini produk tumbuhan obat telah digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat, diantaranya kunyit dan jahe.
Salah satu cara yang telah dilakukan untuk memanfaatkan tanaman obat tersebut dengan membuat sirup. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hasil uji fisik dan uji hedonik sediaan sirup kombinasi kunyit dan jahe. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Jamu semester IV sebanyak 45
mahasiswa. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Instrumen yang digunakana dalah kuisioner. Hasil uji
pH menunjukkan Formula I-3 berturut-turut adalah 4.53, 4.45 dan 4,60. Viskositas berturut-turut adalah 130 mPas, 170 mPas
dan 160 mPas. Uji organoleptik formula terbaik adalah Formula III. Kesimpulan adalah hasil uji hedonik formula yang
paling disukai adalah Formula I.

Kata kunci : kunyit, jahe, sirup, uji fisik, uji hedonic

1. LATAR BELAKANG
Saat ini produk tumbuhan obat telah digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat dunia baik negara
maju maupun negara berkembang. World Health Organization (WHO), memperkirakan bahwa 80%
penduduk negara berkembang masih mengandalkan pemeliharaan kesehatan pada pengobatan tradisional
dan 85% pengobatan tradisional dalam prakteknya menggunakan tumbuhan obat (BPOM RI, 2010). Tidak
dapat dipungkiri bahwa hingga saat ini, obat tradisional masih menjadi pilihan masyarakat dalam
mengobati diri sendiri (Riset Kesehatan Dasar, 2010). Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan
berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat (Permenkes No:007, 2012).
Adanya gejala di masyarakat saat ini yang cenderung kembali menggunakan bahan-bahan alami (back
to nature) didukung dengan semakin mahalnya harga obat-obatan dan bahan kimia diluar maupun di dalam
negeri. Perlu dilakukan upaya yang nyata guna lebih memperkenalkan keberadaan dan pemanfaatan dari
tanaman yang berkhasiat obat atau lebih kita kenal dengan istilah TOGA (Tanaman Obat Keluarga). Salah
satu cara yang telah dilakukan untuk memanfaatkan tanaman obat tersebut dengan membuatnya menjadi
makanan dan minuman, berupa: jahe instan, kunyit instan, manisan jahe dan sebagainya (Warkoyo, 2003).
Tanaman kunyit dalam bahasa latin disebut Curcuma domestica atau Curcuma longa, sedangkan dalam
bahasa Inggris disebut turmeric, telah lama digunakan sebagai ramuan obat tradisional misalnya untuk
mengobati radang, diare, sakit kuning, gastritis, ulkus/luka lambung. Hasil penelitian menyebutkan bahwa
ekstrak kunyit menunjukkan efek anti inflamasi, anti bakteri, antioksidan, anti ulkus atau anti luka dan
gastroprotektif (Atmaja, 2008).
Jahe (Zingiber officinale (L.) Rosc.) mempunyai kegunaan yang cukup beragam, antara lain sebagai
rempah, minyak atsiri dan pemberi aroma (Bartley dan Jacobs 2000). Manfaat lain jahe adalah antioksidan,
anti inflamasi, anti analgesik, anti karsinogenik dan kardiotonik (Surh et al. 1998; Masuda et al. 1995).
Rasa pedas dari jahe segar berasal dari kelompok senyawa gingerol (Hernani dan Hayani 2001).
Sirup adalah sejenis minuman berupa larutan yang kental dengan cita rasa yang beranekaragam.
Berbeda dengan sari buah, penggunaan sirup tidak langsung diminum, tetapi harus diencerkan terlebih
dahulu. Pembuatan sirup dapat ditambah pewarna dan asam sitrat untuk menambahkan warna dan cita rasa
(Susanto, 1994 dalam Nugroho et. al).
Kunyit dan jahe selama ini banyak digunakan untuk meredakan nyeri haid, hal ini karena kunyit dan
jahe mengandung bahan aktif bersifat anti inflamasi. Apabila dikonsumsi secara langsung kunyit dan jahe
mempunyai rasa yang pedas, agak pahit dan aroma yang kurang sedap. Era modern ini masyarakat
menuntut sediaan yang mudah dikonsumsi dan rasanya enak, salah satunya adalah sediaan sirup.
Untuk itu diperlukan penelitian untuk uji fisik dan uji hedonik pada sediaan sirup kombinasi dari bahan
kunyit (Curcuma domestica) dan jahe (Zingiber officinale (L.) Rosc.) sebagai variabel tunggal. Guna
mendapatkan pilihan sediaan sirup kombinasi kunyit dan jahe yang enak dan mudah dikonsumsi di era
modern ini. Selain itu untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman tentang sediaan sirup
kombinasi kunyit dan jahe.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Laboratorium Jurusan Jamu Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta pada
bulan Januari-Juni 2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan
penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang akurat sejumlah karakteristik
masalah yang diteliti (Notoatmodjo,2012). Instrumen kuisioner digunakan dalam pengujian hedonik. Skala
pengukuran yang digunakan untuk menjawab adalah skala Guttman. Skala Guttman akan didapat jawaban
yang tegas, yaitu suka atau tidak suka (Sugiyono, 2012:96).
Populasi dalam penelitian ini adalah sirup kombinasi kunyit dan jahe dengan total volume 1,8 liter.
Adapun populasi kedua untuk pengujian hedonik atau kesukaan yaitu Mahasiswa Jurusan Jamu semester
IV Politeknik Kesehatan Surakarta. Dengan menggunakan teknik Purposive Samplig, diperoleh sampel
untuk pengujian pertama yaitu sirup kombinasi kunyit dan jahe dengan volume masing-masing 600 ml.
Kedua untuk pengujian hedonik atau kesukaan adalah Mahasiswa Jurusan Jamu Semester IV Politeknik
Kesehatan Surakarta yang berjumlah 45 mahasiswa di Kampus 3 Politeknik Kesehatan Surakarta.
Variabel tunggal digunakan dalam penelitian ini, yaitu hasil uji fisik dan uji hedonik pada sediaan sirup
kombinasi kunyit dan jahe.
Analisis data penelitian ini menggunakan analisis univariate. Analisis univariate bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis
univariate hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel. Untuk mengetahui
uji fisik dan uji hedonik sirup kombinasi kunyit dan jahe dengan menggunakan narasi, distribusi frekuensi
dan tabel. Data yang diperoleh saat pengumpulan data meliputi parameter mutu fisik sirup meliputi
viskositas, organoleptik (tekstur, warna,rasa dan aroma) dan pH. Parameter mutu hedonik yang meliputi
tekstur, warna,rasa dan aromadiperoleh dari pendapat panelis tentang sediaan sirup berupa suka atau tidak
suka.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil uji fisik
Tabel 4.1 Hasil uji fisik
Formula Uji pH Uji Viskositas (mPas)
Formula I 4,53 130
Formula II 4,45 170
Formula III 4,60 160

Tabel 4.1 menunjukkan hasil uji fisik sediaan sirup kombinasi kunyit dan jahe.

2. Hasil uji organoleptik


Tabel 4.2 Hasil uji organoleptic
FORMULA WARNA AROMA BENTUK RASA
I Kuning Perpaduan kunyit Kental Manis dan pedas
kecoklatan dan jahe sedang
II coklat Perpaduan kunyit Kental Manis dan sedikit
kekuningan sedikit jahe dan pedas
sedikit gosong
III Kuning Perpaduan kunyit Kental Manis dan sedikit
kecoklatan dan sedikit jahe sekali rasa pedas

Tabel 4.2 menunjukkan Formula I warna kuning kecoklatan, aroma terdiri dari perpaduan kunyit dan jahe, bentuk
atau tekstur kental dan memiliki rasa yang manis dan pedas yang sama-sama dominan.

3. Hasil uji hedonic


a. Warna yang paling disukai responden
Tabel 4.3 Hasil hedonik warna
Formula Jumlah Presentase
Formula I 15 100%
Formula II 14 93,3%
Formula III 14 93,3%

Tabel 4.3 menunjukkan warna yang paling disukai responden adalah Formula I, lalu diikuti
Formula II dan Formula III karena Formula I perbandingan kunyit dan jahe 50:50 sehingga
menghasilkan warna kuning kecoklatan yang bagus dan menarik.

b. Aroma yang paling disukai responden adalah


Tabel 4.4 Hasil hedonik aroma
Formula Jumlah Presentase
Formula I 14 93,3%
Formula II 6 40%
Formula III 13 86,7%

Tabel 4.4 menunujukkan aroma yang paling disukai responden adalah Formula I lalu diikuti
Formula III dan Formula II karena pada Formula I aroma kunyit dan jahe seimbang.

c. Tekstur yang paling disukai responden adalah


Tabel 4.5 Hasil hedonik tekstur
Formula Jumlah Presentase
Formula I 14 93,3%
Formula II 15 100%
Formula III 13 86,7

Tabel 4.5 menunjukkan tekstur yang paling disukai responden adalah Formula II, lalu diikuti
Formula I dan Formula III karena Formula II formula yang sirup yang paling kental.

d. Rasa yang paling disukai responden adalah


Tabel 4.6Hasil hedonik rasa
Formulasi Jumlah Presentase
Formulasi I 13 86,7%
Formulasi II 12 80%
Formulasi III 14 93,3%

Tabel 4.6 menunjukkan rasa yang paling disukai adalah adalah Formula III, lalu diikuti
Formula I dan Formula II karena pada Formula III rasa pedas dari jahe paling sedikit.

PEMBAHASAN
Hasil uji pH menggunakan pH meter menunjukan pH sirup menunjukan bahwa
Formula I mempunyai pH 4,53, Formula II mempunyai pH 4,45 dan Formula III
mempunyai pH 4,60. Menurut SNI (1995) nilai pH yang dianjurkan untuk sirup adalah
berkisar antara 4-7. Ketiga formula ini menunjukan bahwa pH sirup sudah memenuhi
SNI. Asam sitrat yang ditambahkan sudah sesuai aturan dan menurut Winarno
(1997) asam sitrat berperan dalam menstabilkan pH selama tahap-tahap pengolahan
dan menstabilkan pH produk akhir yang dihasilkan.
Berdasarkan Wong (1989) pH dibawah 4,60 menghambat pertumbuhan
mikroorganisme berbahaya seperti Clostridium botulinum. Natrium benzoat akan
efektif apabila digunakan pada kisaran pH 2,54 dan menjadi kurang efektif apabila
digunakan pada pH diatas 4,5 (Rahman, 2007). Daya awetnya akan menurun dengan
meningkatnya pH, karena keefektifan dan mekanisme anti mikroba berada dalam
bentuk molekul yang tidak terdisosiasi.
Hasil uji viskositas menggunakan viskotester dengan spindle nomor 3 menunjukan
hasil pada Formula I adalah 130 mPas, pada Formulasi II yaitu 170 mPas, dan pada
Formula III yaitu 160 mPas. Standar Nasional Indonesia belum menetapkan nilai
viskositas yang tepat untuk sirup namun sebagai pembanding peneliti mengukur
viskositas sirup yang sudah beredar di pasaran dengan merek F yaitu 190 mPas.
Digunakan produk sudah beredar di pasaran diasumsikan bahwa produk tersebut
sudah mendapatkan ijin edar.
CMC untuk ketiga formula berjumlah sama yaitu 1,75 % atau 10,5 gr namun dari
uji viskositas menunjukan angka yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan karena
pada Formula I CMC tidak tercampur secara homogen pada sirup. Formula 1 saat
sirup sudah mendidih dan kemudian disaring masih terlihat bubuk-bubuk CMC yang
masih menggumpal. Formula II dan Formula III CMC larut dan tercampur homogen
dalam sirup. Formula II karena kurang pengadukan sehingga sukrosa menempel
dibawah stainless steel dan sedikit hangus, sehingga saat sirup sudah mendidih
sukrosa belum larut semuanya. Peneliti harus mengaduk sirup hingga sukrosa larut
dalam air yang sudah mendidih. Menurut Puspasari (2009) diketahui peningkatan
suhu pada perebusan tertutup maupun tanpa tutup menyebabkan peningkatan
kekentalan sirup. Menurut Tejasari (2005) pada waktu air menguap terjadi
peningkatan kekentalan larutan dengan tajam.
Pada Uji Organoleptik Formula I menunjukan warna kuning kecoklatan yang
dihasilkan dari warna kunyit dan jahe yang dipanaskan, aroma khas yang dihasilkan
adalah aroma perpaduan kunyit dan jahe, bentuk yang dihsilkan adalah kental dan
rasa yang dihasilkan dari sirup Formula I adalah manis dan sedikit pedas. Rasa kunyit
dan jahe saling kuat karena rasio yang sama.
Uji Organoleptik Formula II menunjukan warna coklat kekuningan, aroma yang
dihasilkan aroma khas kunyit dan jahe dan tercium aroma sedikit hangus, bentuk
dari sirup Formula II adalah kental dan rasa yang dihasilkan adalah rasa manis.
Uji Organoleptik Formula III menunjukan warna kuning kecoklatan,aroma khas
kunyit dan jahe, berbentuk kental dan rasa manis. Aroma didominasi aroma kunyit
dan sedikit jahe. Warna kuning kecoklatan didapat dari rasio kunyit yang lebih
banyak dibandingkan jahe.
Pada ketiga formula terdapat perbedaan signifikan pada warna dan rasa.
Perbedaan warna dan rasa ini disebabkan karena perbedaan kadar jahe yang
digunakan untuk membuat sirup. Perbedaan mencolok terlihat pada Formula II
karena pada proses pemasakan kurang pengadukan sehingga sukrosa lengket
dibawah stainless steel dan sedikit hangus yang mempengaruhi bentuk, warna dan
estetika dari formula yang dihasilkan.
Hasil uji hedonik menunjukan warna sirup yang paling disukai berturut-turut
adalah Formula I (100%), Formula II (93,3%) dan Formula III (93,3%) karena Formula I
perbandingan kunyit dan jahe 50:50 sehingga menghasilkan warna kuning
kecoklatan yang menarik.
Aroma sirup yang paling disukai berturut-turut adalah Formula I (93,3%), Formula
III (86,7%) dan Formula II (40%). Formula I aroma kunyit dan jahe seimbang
sedangkan pada formula II tercium aroma gosong karena pada waktu pemasakan
kurang pengadukan sehingga gula lengket dibawah stainless steel dan sedikit
hangus.

Tekstur yang paling disukai berturut-turut adalah Formula II (100%), Formula I


(93,3%) dan Formula III ( 86,7%) karena Formula II adalah formula yang sirup yang
paling kental.
Rasa yang paling disukai berturut-turut adalah adalah Formula III (93,3%), lalu
diikuti Formula I (86,7%) dan Formula II (80%) karena pada Formula III rasa pedas
dari jahe paling sedikit diantara formula yang lain.

4. KESIMPULAN
1. Hasil uji fisik sediaan sirup kombinasi kunyit dan jahe menunjukkan pH sirup Formula I, II dan III
berturut-turut adalah 4,53, 4,45 dan 4,60. Uji viskositas sediaan sirup kombinasi kunyit dan jahe
menunjukkan viskositas sirup Formula I, II dan III berturut-turut adalah 130 mPas, 170 mPas dan 160
mPas. Hasil uji organoleptik menunjukkan Formula I warna kuning kecoklatan, aroma kunyit dan
jahe bentuk kental dan rasa manis sedikit pedas. Formula II menunjukkan warna kuning kecoklatan
aroma perpaduan kunyit sedikit jahe dan sedikit gosong, bentuk kental dan rasa manis sedikit pedas.
Formula III menunjukkan warna kuning kecoklatan, aroma kunyit dan sedikit jahe bentuk kental dan
rasa manis sedikit pedas.
2. Hasil uji hedonik menunjukkan menunjukkan formula yang paling disukai adalah Formula I.
5. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Acuan Sediaan Herbal. Jakarta: BPOM. Direktorat Obat Asli
Indonesia
Anonim. 2008. Badan POM RI. Jakarta: Direktorat Obat Asli Indonesia
Anonim. 1944-1980. Materia Medika Indonesia Jilid 1-4. Jakarta: Departemen
Kesehatan Indonesia
Anonim. 1989-1995. Materia Medika Indonesia Jilid 5-6. Jakarta: Departemen
Kesehatan Indonesia
Anonim. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Republik Indonesia
Ansel, Howard C. 2008. Pengantar Sediaan Farmasi. Jakarta: Universitas Indonesia
Anwar, Khoerul 2010. Formulasi Sediaan Tablet Effervescent Dari Ekstrak Kunyit
(Curcuma domestica Val.) Dengan Variasi Jumlah Asam Sitrat-Asam Tartrat
Sebagai Sumber Asam. Jurnal Sains Terapan Vol.4 No.2 Juli 2010.168-178.
Banjarbaru: Unlam Farmasi FMIPA Terapan
Atmaja, Dhanu 2008. Pengaruh Ekstrak Kunyit Terhadap Gambaran Mikroskopik
Mukosa Lambung Mencit Yang Diberi Parasetamol. Semarang: Universitas
Diponegoro, Fakultas Kedokteran
Devinta, Rilia. 2014. Formulasi Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus
sabdariffaL.) Dan Herba Seledri (Apium graveolens L.) Dalam Sediaan Serbuk
Effervescent Terhadap Hasil Uji Hedonik. Poltekkes Surakarta Jurusan Jamu
Febriyanti, Rizky, dkk. 2014. Karakteristik Sirup Jahe Nira Yang Terfermentasi
Delapan Jam. Jurnal Pangan Dan Agroindustri Vol.3 No.3 P.1026-1031, Juli 2014.
Malang: Universitas Brawijaya Jurusan Teknologi Pertanian
Hariana, Arief 2011. Tumbuhan Obat Dan Khasiatnya Serie 2. Jakarta: Rineka
Cipta
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nugroho, dkk. 2012. Perencanaan Produksi Sirup Buah Pepino (Solanum
muricatum) Pada Industri Skala Mikro. Jurnal Industria Vol. 1 No. 2 Hal 115 124.
Universitas Brawijaya Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian.
Puspasari, Desak. 2009. Pengaruh Penutupan Dan Suhu Pada Proses Perebusan
Terhadap Karakteristik Sirup Wortel (Daucus carota L.). Bali: Universitas Udayana.
Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian
Rahmasari, Hanita dan Susanto. 2014. Ekstraksi Osmosis Pada Pembuatan Sirup
Murbei Kajian Proporsi Buah. Jurnal Pangan Dan Agroindustri Vol.2 No.3 P.191-
197,2014. Malang: Universitas Brawijaya Jurusan Teknik Pangan
Siskawardani, Devi, dkk. 2013. Pengaruh Konsentrasi Na-Cmc (Natrium-
Carboxymethyle Cellulose) Dan Lama Sentrifugasi Terhadap Sifat Fisik Kimia
Minuman Asam Sari Tebu (Saccharum officinarum L ). Malang: Universitas
Brawijaya Jurusan Keteknikan Pertanian
Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Sab R&D. Bandung:
Alfabeta
Suharti, dkk. 2013. Kajian Prefil Metabolit Minyak Atsiri Tanaman Jahe Putih Besar
(Zingiber officinale Rosc) Yang Di Introduksi Fungi Mikoriza Albuskula. Padang:
Universitas Andalas Fakultas Farmasi
Trisshanti, Candra. 2015. Pengaruh Konsentrasi Asam Sitrat Dan Lama Pemanasan
Terhadap Karakteristik Kimia Dan Organoleptik Sirup Alang-Alang
(ImperataCylindrica). Jurnal Pangan Dan Agroindustri Vol. 4 No 1 p.180-189,
Januari 2015. Malang: Universitas Brawijaya Jurusan Teknologi Pertanian
Ulfah, Rolina. 2014. Uji Fisik Dan Uji Hedonik Pada Formulasi Sirup Dari Bahan
Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) Poltekkes Surakarta Jurusan Jamu
Warkoyo, 2003. Magang Kewirausaan Pada Industri Pengolahan Tanaman Obat
Atau Empon-Empon. Vol. 1 No.1 Mei 2003. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang Teknologi Hasil Pertanian
Winiarti, 1981. Pembuatan Sirup Jahe. Vol.3 No.11 (53-58). Bogor: IPB
Zentimer, Suyetmi. 2007. Pengaruh Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat Dan
Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Sari Buah Sirsak Berkarbonasi. Universitas
Sumatera Utara Fakultas Pertanian
Zulqarnain, Lubis Dan Tambun, 2014. Pembuatan Sirup Glukosa Dari Kulit Pisang
Kepok (Musa acuminatablbiiancolla) Secara Enzimatis. Jurnal Teknik Kimia Vol. 3,
No.2 Juni 2014. Medan: USU Fakultas Teknik

Anda mungkin juga menyukai