Anda di halaman 1dari 2

Taman merupakan sebidang lahan yang ditata sedemikian rupa sehingga

mempunyai keindahan dan kenyamanan, dan keamanan bagi pemilik atau


penggunanya. Akhir-akhir ini tampak kecenderungan masyarakat, baik di
kota maupun di desa, merasa puas dan bangga apabila membangun
taman dihalaman rumahnya. Mereka membuatnya seindah mungkin, baik
taman berbunga dan hamparan rumput hijau, taman gizi, dan dapur hidup
yang terdiri dari sayur-sayuran, maupun tanaman apotek hidup.

Kecenderungan tersebut tidak hanya melanda masyarakat penghuni


rumah secara pribadi saja, tetapi juga masyarakat dalam suatu
lingkungan, seperti di kompleks perumahan. Adanya taman lingkungan
(community park) dan taman bermain (play ground) di perumahan
dijadikan salah satu taktik developer untuk menarik pembeli.

Upaya pelayanan Ruang terbuka Hijau (RTH), juga sedang digencarkan


oleh Dinas Kebersihan dan pertamanan Kota Surabaya saat ini. Banyaknya
lahan-lahan kosong ditengah kota, kini dijadikan taman kota dan hutan
kota. Surabaya pun makin mantap melaju sebagai city of tomorrow (kota
masa depan) dari aspek lingkungan. Meski, berdasar catatan banyak
kalangan, kerja keras teman-teman Dinas Kebersihan dan Pertamanan
masih menyentuh angka 12 persen atau 20 persen dari ruang terbuka
hijau yang di garap bersama REI dan yang lain. Sesungguhnya
pencapaian ini masih jauh dari kondisi ideal. Sebab, melihat luas wilayah
Surabaya 32.636.768 ha selayaknya kota ini memiliki ruang terbuka hijau
seluas 4.8951.52 ha. Tapi dalam waktu cukup singkat, persentase capaian
itu sudah layak mendapat apresiasi. Bukan tak mungkin bila komitmen
dan kerja keras teman-teman pemerintah kota tetap sesuai standar
persentase ideal yang diharapkan bakal tercapai dalam periode
selanjutnya. Setidaknya, apa yang dicapai sekarang sudah mampu
mengembalikan fungsi ruang terbuka hijau selayaknya. Fungsi sebagai
filter udara, daerah tangkapan air mengurangi kadar zat pencemar udara,
dan menambah kenyamanan kota sudah bisa di rasakan. Termasuk fungsi
untuk mengurangi efek-efek dimatological healt pada pusat-pusat
bangunan tinggi dan polusi udara dari kendaraan bermotor yang
berakibat pada timbulnya anomali pergerakan zat pencemar udara yang
berdampak destruktif baik terhadap fisik bangunan maupun makhluk
hidup.

Pengembalian fungsi terbuka hijau yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan


dan Pertamanan Kota Surabaya, selain memaksimalkan tiap jengkal tanah
kosong juga menghiasnya dengan tanaman dengan bunga warna-warni
yang tidak saja cantik tapi juga fungsional. Tanaman dan bunga yang
menghias jalan-jalan Kota Surabaya dipilih bukan hanya karena bentuknya
yang indah. Tapi bunga dan tanaman itu memang memiliki fungsi ganda,
indah untuk kecantikan kota sekaligus mereduksi pencemaran udara
untuk kesehatan warga kota. satu contoh bunga sansiviera (bunga pedang
pedangan).Mungkin tidak cantik, tapi fungsinya berpengaruh besar
mampu menyerap polusi. Padahal satu taman bisa berhias puluhan
tanaman dan bunga sebagaimana dapat dilihat dalam website ini. Website
ini dibuat tanpa potensi berlebihan. Ia hanya merupakan rekaman dari
upaya serius dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya untuk
menciptakan kondisi kota yang ideal. Kota metropolitan yang senantiasa
menjaga iklim dan lingkungan kota tetap sejuk dan sehat bagi warga
kotanya. Disamping itu, website ini hanya memuat sebagian kecil dari
ratusan taman yang sudah berhasil ditata. Bunga dan tanaman yang
tampak hanya mewakili ratusan ribu pohon dan bunga yang sudah
ditanam di tiap penjuru kota.

Berikut ini adalah taman-taman yang ada di kota Surabaya :


1. Taman Bungkul
2. Taman Flora
3. Taman Prestasi
4. Taman Persahabatan
5. Taman Lansia
6. Taman Apsari
7. Taman Yos Sudarso
8. Taman Dr. Soetomo
9. Taman Mayangkara
10. Taman Ronggolawe

Rumusan Masalah:
Bagaimana cara merealisasikan keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
Surabaya?

Solusi:
1. Meningkatkan komitmen pemerintah untuk mengukuhkan undang-undang
tentang RTH.

2. Meningkatkan kepedulian masyarakat tentang pentingnya RTH.

3. Mengadakan sosisalisasi yang mumpuni dan menyeluruh kepada rakyat


Indonesia untuk menggalakkan program RTH.

4. Membatasi tingkat pertumubuhan penduduk

5. Mengimbau warga untuk bermukim dan membangun bangunan vertikal.

Anda mungkin juga menyukai