Anda di halaman 1dari 22

STANDAR SPLN T6.

001: 2013
Lampiran Keputusan Direksi
PT PLN (PERSERO) PT PLN (PERSERO) No. 391.K/DIR/2013

TEGANGAN TEGANGAN STANDAR

PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M - 1/135, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160

i
STANDAR SPLN T6.001: 2013
Lampiran Keputusan Direksi
PT PLN (PERSERO) PT PLN (PERSERO) No. 391.K/DIR/2013

TEGANGAN TEGANGAN STANDAR

PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M - 1/135, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
TEGANGAN TEGANGAN STANDAR

Disusun oleh:

Kelompok Bidang Transmisi Standardisasi


dengan Keputusan Direksi
PT PLN (Persero)
No. 277.K/DIR/2012

Kelompok Kerja Standardisasi


Tegangan-Tegangan Standar
dengan Keputusan Direksi
PT PLN (Persero)
No.1283.K/DIR/2011

Diterbitkan oleh:
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M - 1/135 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
Susunan Kelompok Bidang Transmisi Standardisasi
Keputusan Direksi PT PLN (Persero): No. 277.K/DIR/2012

1. Ir. Asep Burhan : Sebagai Ketua merangkap Anggota


2. Didik Fauzi Dahlan, ST,MSc : Sebagai Sekretaris merangkap Anggota
3. Ir. Sudibyo : Sebagai Anggota
4. Ir. Sugiartho : Sebagai Anggota
5. Ir. Soni Asmaul Fuadi : Sebagai Anggota
6. Ir. Tri Agus Cahyono, MT : Sebagai Anggota
7. Ir. Sumaryadi, MT : Sebagai Anggota
8. Buyung Sofiarto Munir, ST, MSc : Sebagai Anggota
9. Ir. Sahala Turnip, MT : Sebagai Anggota
10. Ir. Indra Tjahya : Sebagai Anggota
11. Ir. Tatang Rusdjaja : Sebagai Anggota
12. Ir. Eko Yudo Pramono, MT : Sebagai Anggota

Susunan Kelompok Kerja Standardisasi


Tegangan Tegangan Standar
Keputusan Direksi PT PLN (Persero): No1283.K/DIR/2011

1. Ir. Edy Iskanto : Sebagai Ketua merangkap Anggota


2. Campy H Atmahadi, ST, MBA : Sebagai Sekretaris merangkap Anggota
3. Ir. Sudibyo : Sebagai Anggota
4. Ir. Pranyoto : Sebagai Anggota
5. Edyansyah, ST, MT : Sebagai Anggota
6. Satyagraha Abdul Kadir, ST : Sebagai Anggota
7. Riko Ramadhano, ST : Sebagai Anggota
8. Ir. Heru Agustono : Sebagai Anggota
9. Ir. Rahmat Heru Basuki : Sebagai Anggota
10. Ir. Gusti Romansyah : Sebagai Anggota
SPLN T6.001: 2013

Daftar isi

Daftar Isi..i
Daftar Tabel....i
Prakata...iii
1 Ruang Lingkup ............................................................................................................. 1
2 Tujuan .......................................................................................................................... 1
3 Acuan Normatif ............................................................................................................. 1
4 Istilah dan Definisi ........................................................................................................ 1
4.1 Tegangan Pengenal sistem .......................................................................................... 1
4.1.1 Tegangan Rendah ................................................................................................... 2
4.1.2 Tegangan Menengah ............................................................................................... 2
4.1.3 Tegangan Tinggi ...................................................................................................... 2
4.1.4 Tegangan Ekstra Tinggi ........................................................................................... 2
4.2 Tegangan Tertinggi dan Terendah Suatu Sistem ..................................................... 2
4.2.1 Tegangan Tertinggi Suatu Sistem ............................................................................ 2
4.2.2 Tegangan Terendah Suatu Sistem........................................................................... 2
4.3 Terminal Pasok. ....................................................................................................... 2
4.4 Tegangan Pasok ...................................................................................................... 2
4.5 Julat Tegangan Pasok. ............................................................................................ 2
4.6 Tegangan Pemanfaatan. .......................................................................................... 3
4.7 Julat Tegangan Pemanfaatan. ................................................................................. 3
4.8 Tegangan Pengenal (perlengkapan). ....................................................................... 3
4.9 Tegangan Tertinggi Untuk Perlengkapan. ................................................................ 3
5 Tegangan Standar. ....................................................................................................... 3

Daftar Tabel

Tabel 1. Sistem a.b. Yang Diterapkan Pada Sistem Distribusi Tegangan Rendah. ............ 4
Tabel 2. Sistem Fase-Tiga a.b. Yang Bertegangan Nominal Antara 1 kV Sampai Dengan
35 kV dan Perlengkapan Terkait *...................................................................................... 4
Tabel 3. Sistem Fase Tiga a.b. Yang Bertegangan Nominal Diatas 35 kV Sampai Dengan
230 kV dan Perlengkapan Terkait *.................................................................................... 5
Tabel 4. Sistem Fase Tiga a.b. Yang Bertegangan Tertinggi Untuk Perlengkapan Melebihi
245 kV 1) ........................................................................................................................... 5
Tabel 5. Perlengkapan yang mempunyai tegangan sampai dengan 220 V a.s atau sampai
dengan 400 V a.b. ............................................................................................................. 5

i
SPLN T6.001: 2013

ii
SPLN T6.001: 2013

Prakata

SPLN mengenai Tegangan standar ini merupakan revisi SPLN nomor 01 tahun 1995 dan
mengacu kepada standar International Electrotechnical Commission (IEC) Publikasi 60038
Edition 6.2 2002 7 dengan judul IEC standard voltages.
Latar belakang dilakukan revisi standar ini antara lain adalah dengan diterapkannya
tegangan 500 kV di sistem tenaga listrik PLN.
Dengan ditetapkan SPLN ini, maka SPLN nomor 01 tahun 1995 dinyatakan tidak berlaku.

iii
SPLN T6.001: 2013

Tegangan Tegangan Standar

1 Ruang Lingkup

Standar ini berlaku untuk:


Sistem transmisi, distribusi dan pemanfaatan a.b. (arus bolak-balik) serta perlengkapan
yang digunakan dalam sistem tersebut dengan frekuensi standar 50 Hz bertegangan
nominal di atas 100 V.
Perlengkapan a.b. yang mempunyai tegangan nominal 230/400 V frekuensi 50 Hz dan
perlengkapan a.s. (arus searah) yang mempunyai tegangan nominal di bawah 750 V;
perlengkapan tersebut mencakup baterai (sel primer atau sekunder), gawai pasok daya
lainnya (a.b. atau a.s.), perlengkapan listrik (termasuk untuk kontrol, proteksi,
telekomunikasi, dan SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition).
Standar ini tidak berlaku untuk :
Tegangan yang mewakili/menunjukkan sinyal atau mentransmisikan sinyal serta
tegangan nilai terukur;
Tegangan standar komponen dan bagian yang digunakan dalam gawai listrik atau item
perlengkapan.

2 Tujuan

Sebagai pedoman yang terarah dan seragam dalam menentukan spesifikasi


teknis,petunjuk teknis, perencanaan, pembangunan, pengusahaan sistem dan instalasi
listrik berikut perlengkapan yang digunakan dalam sistem milik PT PLN (Persero).

3 Acuan Normatif

Dokumen acuan berikut sangat diperlukan dalam penggunaan standar ini. Untuk referensi
yang bertanggal, maka hanya terbitan tersebut yang berlaku sedangkan referensi yang
tidak bertanggal, yang berlaku adalah terbitan terakhir dari dokumen referensi tersebut
(termasuk amandemennya).
a. SNI 04-0227-2003, Tegangan standar.
b. IEC 60038 Edition 6.2 2002 7 IEC standard voltages.

4 Istilah dan Definisi

Untuk tegangan a.b tegangan yang dinyatakan di bawah adalah nilai efektif.

4.1 Tegangan Pengenal Sistem

Tegangan nominal suatu sistem adalah nilai tegangan yang disandang suatu sistem atau
perlengkapan dan kepadanya karakteristik kerja tertentu dan sistem dan perlengkapan itu
dirujuk.

1
SPLN T6.001: 2013

4.1.1 Tegangan Rendah

Tegangan sistem antara 100 V sampai dengan 1 000 V.

4.1.2 Tegangan Menengah

Tegangan sistem di atas 1 000 V sampai dengan 35 000 V.

4.1.3 Tegangan Tinggi

Tegangan sistem di atas 35.000 V sampai dengan 245 000 V.

4.1.4 Tegangan Ekstra Tinggi

Tegangan sistem di atas 245 000 V.

4.2 Tegangan Tertinggi dan Terendah Suatu Sistem

4.2.1 Tegangan Tertinggi Suatu Sistem

Tegangan tertinggi yang terjadi dalam keadaan kerja normal pada setiap saat dan disetiap
titik pada sistem itu.
Hal ini tidak mencakup transien tegangan, misalnya karena variasi switsing sistem dan
variasi tegangan temporer.

4.2.2 Tegangan Terendah Suatu Sistem

Tegangan terendah yang terjadi pada kondisi operasi normal disetiap saat dan disetiap
titik pada sistem itu.
Hal ini tidak mencakup transien tegangan, misalnya karena variasi switsing sistem dan
variasi tegangan temporer.

4.3 Terminal Pasok

Titik hubung antara sistem listrik distribusi pemasok listrik dengan sistem listrik konsumen

4.4 Tegangan Pasok

Tegangan fase ke fase atau fase ke netral pada terminal pasok

4.5 Julat Tegangan Pasok

Julat tegangan pada terminal pasok

2
SPLN T6.001: 2013

4.6 Tegangan Pemanfaatan

Tegangan fase ke fase atau fase ke netral pada kotak kontak atau terminal perlengkapan

4.7 Julat Tegangan Pemanfaatan.

Julat tegangan pada kotak kontak atau pada terminal perlengkapan

4.8 Tegangan Pengenal (perlengkapan)

Tegangan yang ditetapkan umumnya oleh pabrikan, untuk kondisi operasi yang
ditentukan dan suatu komponen, gawai atau perlengkapan

4.9 Tegangan Tertinggi Untuk Perlengkapan

Tegangan tertinggi yang ditentukan untuk perlengkapan berkaitan dengan a. insulasi; b.


karakteristik lain yang diacu oleh tegangan tertinggi ini pada rekomendasi perlengkapan
yang relevan.
Tegangan tertinggi untuk perlengkapan adalah nilai maksimum dan tegangan sistem
tertinggi yang dapat digunakan untuk perlengkapan.
CATATAN 1: Tegangan tertinggi untuk perlengkapan hanya ditunjukkan untuk tegangan sistem
nominal yang lebih tinggi dan 1.000 V. Hal itu dapat dimengerti karena terutama untuk tegangan
sistem nominal tertentu, operasi normal perlengkapan tidak dapat dijamin sampai dengan
tegangan tertinggi untuk perlengkapan ini yang mempunyai kaitan dengan karakteristik peka
tegangan, seperti susut kapasitor, arus magnetisasi transformator dan sebagainya. Pada kasus
tersebut, rekomendasi yang relevan harus menentukan batas untuk dapat menjainin operasi
normal perlengkapan.
CATATAN 2:Hal itu dapat dimengerti karena perlengkapan yang digunakan dalam sistem yang
mempunyai tegangan nominal tidak melebihi 1.000 V, sebaiknya hanya ditentukan dengan acuan
tegangan sistem nominal yang berlaku untuk operasi dan untuk insulasi.
CATATAN 3: Perlu memperhatikan kenyataan bahwa dalam beberapa standar perlengkapan
(misalnya lEC 60335-1 dan lEC 60071) istilah julat tegangan mempunyai pengertian yang
berbeda.

5 Tegangan Standar

Tabel berikut, menunjukkan nilai tegangan sistem fase-tiga empat-kawat dan sistem fase-
tunggal tiga-kawat termasuk rangkaian fase-tunggal (perluasan, pelayanan dan
sebagainya) yang dihubungkan ke sistem tersebut.
Nilai yang Iebih rendah dalam kolom adalah tegangan ke netral dan nilai yang Iebih tinggi
adalah tegangan antar fase. Jika hanya satu nilai yang ditunjukkan, maka nilai tersebut
mengacu pada sistem tiga kawat dan menunjukkan tegangan antar fase.

3
SPLN T6.001: 2013

Tabel 1. Sistem a.b. Yang Diterapkan Pada Sistem Distribusi Tegangan Rendah.

1.a. Sistem fase-tiga empat-kawat.


Tegangan nominal
(V)

230 / 400

1.b. Sistem fase-tunggal tiga-kawat


Tegangan nominal
(V)
2 x 230

Sistem fase-tunggal tiga kawat


tidak dikembangkan.

Dengan memperhatikan julat tegangan pasok, pada kondisi pelayanan normal


direkomendasikan bahwa tegangan pada terminal pasok perbedaannya tidak boleh lebih
besar 10% dan tegangan nominal sistem.
Untuk julat tegangan pemanfaatan, selain variasi tegangan pada terminal pasok, jatuh
tegangan mungkin terjadi pada instalasi konsumen.
Untuk instalasi tegangan rendah, turun tegangan ini dibatasi sampai dengan 5% (4%
IEC), oleh karena itu julat tegangan pemanfaatan adalah + 10 %, - 15 %.

Tabel 2. Sistem Fase Tiga a.b. Yang Bertegangan Nominal Antara 1 kV Sampai Dengan 35
kV dan Perlengkapan Terkait *

Tegangan tertinggi
Tegangan nominal sistem
untuk perlengkapan Pemanfaat
(kV)
(kV)

7,2 1) 6 1) Pembangkit

12 2) 11 2)
Pembangkit

24 20 Distribusi & Pembangkit

*Sistem fase-tiga tiga-kawat kecuali dinyatakan lain. Nilai yang ditunjukkan adalah
tegangan antar fase
Tegangan tertinggi dan tegangan terendah perbedaannya tidak boleh lebih besar 10 %
dari tegangan nominal sistem.
1)
Nilai ini tidak digunakan untuk sistem distribusi umum.
2)
Tidak dikembangkan lagi.
3)
Untuk sistem fase tiga empat kawat.

CATATAN 1: Rasio antara dua tegangan nominal yang berdekatan pada satu sistem sebaiknya
tidak kurang dari dua.
4
SPLN T6.001: 2013

CATATAN 2: Dalam sistem normal, tegangan tertinggi dan terendah perbedaannya tidak lebih 10
% dari tegangan nominal sistem.

Tabel 3. Sistem Fase Tiga a.b. Yang Bertegangan Nominal Diatas 35 kV


Sampai Dengan 230 kV dan Perlengkapan Terkait *

Tegangan tertinggi
Tegangan nominal sistem
untuk perlengkapan
(kV)
(kV)
72,5 66
170 150
Nilai tersebut di atas adalah nilai tegangan antar fase.

Tabel 4. Sistem Fase Tiga a.b. Yang Bertegangan Tertinggi


Untuk Perlengkapan Melebihi 245 kV 1)

Tegangan tertinggi untuk


Tegangan nominal sistem
perlengkapan
(kV)
(kV)
300 275
550 500
Nilai tersebut di atas adalah nilai tegangan antar fase.

Tabel 5. Perlengkapan Yang Mempunyai Tegangan Sampai Dengan 220 V a.s Atau Sampai
Dengan 400 V a.b.

A.S A.B
Nilai nominal Nilai nominal
Lebih disukai Lebih disukai
Pemanfaat Pemanfaat
(V) (V)
12 Telekom, SCADA,
Radio, GH & KIT
24 Telekom, SCADA,
230/400 Rumah, Kantor,
Radio, GH & KIT
Gardu, Pusat Listrik
48 Telekom, SCADA,
Radio, TP, SCADA
110 Kontrol GI & KIT
220 Kontrol GI & KIT
CATATAN: Untuk alasan teknik dan ekonomis, tegangan tambahan mungkin diperlukan untuk
bidang penerapan spesifik.

5
Pengelola Standardisasi :

PT PLN (Persero) Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan


Jl. Durentiga, Jakarta 12760, Telp. 021-7973774, Fax. 021-7991762,
www.pln-litbang.co.id
Pengelola Standardisasi :

PT PLN (Persero) Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan


Jl. Durentiga, Jakarta 12760, Telp. 021-7973774, Fax. 021-7991762,
www.pln-litbang.co.id

Anda mungkin juga menyukai