Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ABSTRAK
Pengembangan sumber daya air bisa dilakukan dengan memanfaatkan bangunan air
yang dibangun untuk dikembangkan menjadi unit pembangkit listrik (PLTA). Studi ini
diperlukan untuk mengidentifikasi potensi dan keuntungan dari sebuah unit pembangkit.
Studi ini dilakukan untuk mengetahui besarnya energi paling efektif yang dapat
dilakukan berdasarkan kelayakan teknis maupun ekonomi. Studi berlokasi di bendungan
Karangkates dengan memanfaatkan debit pada bendungan. PLTA direncanakan untuk
menambah kapasitas terpasang dengan memanfaatkan tinggi jatuh dan debit pada
bendungan. Studi ini menggunakan alternatif debit untuk mendapatkan hasil yang
optimum.
Hasil kajian menunjukan debit 107,53 m3/dt (alternatif 2) dapat dibangkitkan energi
tahunan 143.015,06 MWh dan mereduksi emisi gas karbon sekitar 97.050 tCO2/tahun,
PLTA dibangun dengan komponen bangunan sipil (pintu pengambilan, terowongan, pipa
pesat, tangki gelombang, saluran pembuang, dan rumah pembangkit) dan komponen
peralatan mekanik elektrik seperti turbin, governor dan generator. Total biaya
pembangunan sebesar 1.055,57 milyar rupiah dengan nilai BCR 1,23, NPV 271,06 milyar
rupiah, IRR 14,89 % dan pay back period 14,20 tahun, sehingga pembangunan PLTA
layak secara ekonomi.
Kata kunci: PLTA, debit, energi, emisi, kelayakan ekonomi
ABSTRACT
Development of water resources can be done by utilizing the water building built to
be developed into a electric generating units (Hydropower). This study is required to
identify the potential and advantages of a generating unit.
This study was conducted to determine the most effective energy that can be done
based on the technical and economic feasibility. This study is located at the dam
Karangkates by utilizing head effective of dam. Hydropower planned to add instalied
capacity by utilizing head dam fall and discharge at the dam. This study uses an
alternative discharge to obtain optimum results..
The results of the study showed the discharge of 107,53 m3/sec (Alternative 2) can
be produced 143.015,06 MWh of annual energy and reduce carbon emissions around
97.050 tCO2/year, Hydropower is constructed including: civil structures component
(intake, tunnels, penstock, surge tanks, Tailrace channel, and power house) electrical and
mechanical equipment such as turbines, governors and generator. The construction cost of
1.055,57 billion rupiah to the value of BCR: 123, NPV: 271,06 billion, IRR: 14,89 % and
pay back period: 14,20 years, so the development of hydropower is economically viable .
Keywords: hydropowers, discharge, energy, emissions, economic feasibility
1. Pendahuluan memiliki potensi debit yang sangat
Keberadaan listrik merupakan hal mencukupi untuk operasi PLTA.
yang sangat essensial bagi kehidupan Pembangkit listrik tenaga air dapat
manusia karena hampir semua kegiatan membantu kebutuhan energi yang sedang
manusia tidak terlepas dari kebutuhan meningkat.
terhadap listrik mulai dari kalangan Studi ini bertujuan untuk meng-
perumahan biasa sampai kepada kalangan analisa kelayakan dari perencanaan
perindustrian, kebutuhan yang besar PLTA dengan memanfaatkan debit air
tehadap listrik inilah kemudian sungai yang tersimpan pada bendungan
melahirkan Industri pembangkitan listrik. yang dirasa dapat meningkatkan produksi
Begitu juga yang terjadi di energi listrik untuk memenuhi kebutuhan
Indonesia kebutuhan terhadap energi energi listrik yang meningkat.
listrik sangat besar, bahkan setelah pulih
dari krisis moneter 1998 kebutuhan 2. Pustaka dan Metodologi
enegri listrik di Indonesia mengalami Klasifikasi pembangkit listrik tenaga
trend peningkatan, menurut data pada air
tahun 1995 2000 konsumsi listrik di Klasifikasi pembangkit listrik
Indonesia mengalami peningkatan tenaga air dapat dibedakan menjadi lima
sebesar 2,9 % pertahun, sedangkan pada jenis berdasarkan masing-masing
tahun 2000 2004 konsumsi energi parameter, antara lain (Patty, 1995) :
listrik juga mengalami peningkatan 1. Pembagian secara teknis
signifikan yaitu sebesar 5,2% per PLTA dilihat secara teknis dapat
tahunnya. dibagi atas :
Berdasarkan data Rencana Usaha a. PLTA yang menggunakan air
Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) sungai atau air waduk.
PLN, kebutuhan energi di Indonesia pada b. PLTA yang menggunakan air yang
tahun 2014 mencapai 225,4 terawatt telah dipompa ke suatu reservoir
(Twh), terdiri dari Jawa-Bali 174,9 Twh yang diletakan lebih tinggi.
dan luar Jawa-Bali sebesar 50,5 Twh. c. PLTA yang menggunakan pasang
Sementara, pada tahun 2018 permintaan surut air laut.
listrik nasional diperkirakan mencapai d. PLTA yang menggunakan energi
352,2 Twh terdiri dari Jawa-Bali 250,9 ombak.
Twh dan luar Jawa-Bali 74,3 Tw. Ditinjau dari cara membendung
Pertumbuhan listrik nasional pada 2014 air, PLTA dapat dikategorikan menjadi
diperkirakan mencapai 9,8%. dua macam:
Sungai Brantas merupakan salah a. PLTA run of river yaitu air sungai
satu sungai besar di pulau Jawa yang di hulu dibelokkan dengan
memiliki potensi yang masih belum menggunakan dam yang dibangun
dimaksimalkan pasalnya sebagian besar memotong air sungai, air sungai
air dari sungai Brantas dipergunakan kemudian diarahkan ke bangunan
untuk kebutuhan irigasi, air baku, dan PLTA kemudian dikembalikan ke
PLTA. Dengan peningkatan kebutuhan aliran semula di hilir.
energi listrik maka sungai Brantas harus b. PLTA dengan Bendungan (DAM)
lebih dimaksimalkan lagi potensinya yaitu yaitu aliran air sungai
mengingat masih banyak potensi yang dibendung dengan menggunakan
tersimpan. Pemanfaatan bendungan saat bendungan yang besar agar
ini bukan lagi hanya untuk irigasi dan air diperoleh jumlah air yang sangat
baku saja, tetapi bisa dimanfaatkan untuk besar dalam kolam tandon
PLTA juga. Selain memiliki tinggi jatuh kemudian baru air dialirkan ke
yang sangat besar bendungan pula PLTA. Air di sini dapat diatur
pemanfaatannya misalnya meng- hari selama 19 jam, mulai dari jam
enai debit air yang digunakan 23.00 16.00, jika terdapat debit
dalam pembangkitan dapat diatur lebih dari pemakaian operasi beban
besarnya. puncak.
2. Pembagian menurut kapasitas Perencanaan Bangunan PLTA
a. PLTA mikro yaitu dengan daya 99 PLTA Karangkates IV & V
kW. merupaka PLTA dengan kategori kolam
b. PLTA kapasitas rendah yaitu tendon (reservoir) meliputi:
dengan daya 100 sampai 999 kW. A. Pintu Pengambilan
c. PLTA kapasitas sedang yaitu Pintu pengambilan adalah pintu
dengan daya 1000 sampai 9999 untuk mengatur jumlah air yang masuk
kW. ke saluran / terowongan sesuai kebutu-
d. PLTA kapasitas tinggi dengan han. Desain pintu pengambilan ini diren-
daya diatas 10.000 kW. canakan berdasar atas kebutuhan air ses-
3. Pembagian menurut tinggi jatuh uai dengan desain perencanaan. Jenis dan
a. PLTA dengan Tekanan rendah; H type intake antara lain ;
< 15 m Canal Intake
b. PLTA dengan tekanan sedang; H = Reservoir Intake
15 hingga 50 m Tunnel Intake
c. PLTA dengan tekanan tinggi; H = B. Bangunan Pembawa
50 m. Bangunan pembawa merupakan
4. Pembagian berdasarkan ekonomi bangunan yang berfungsi untuk meng-
a. PLTA yang bekerja sendiri. Jadi antarkan air atu membawa air mulai dari
tidak dihubungkan dengan sentral- bangunan pengambilan menuju ke rumah
sentral listrik yang lain. pembangkit. Terdapat bermacam bentuk
b. PLTA yang bekerjasama dengan dari bangunan pembawa tergantung dari
sentral-sentral listrik yang lain sistem pembawaan air menuju rumah
dalam pemberian listrik kepada pembangkit, bangunan pembawa antara
konsumen. Sehubungan dengan ini lain:
PLTA dapat dipakai untuk: 1. Terowongan (Tunnels), Fungsi tero-
- Beban dasar; PLTA bekerja wongan adalah membawa air dari
terus-menerus intake menuju penstock dan akhirnya
- Beban maksimum; PLTA ke turbin pembangkit.
bekerja pada jam-jam tertentu. 2. Pipa Pesat (Penstock), Pipa pesat
Simulasi operasi waduk untuk PLTA adalah saluran yang menyalurkan dan
Dalam simulasi pola operasi mengarahkan air dari waduk ke
waduk untuk PLTA digunakan konsep turbin. Parameter desain yang diren-
beban puncak yaitu dengan mengalihkan canakan pada pipa pesat adalah:
debit dasar ke debit puncak dengan 1. Diameter pipa pesat
tujuan agar distribusi listrik lebih efisien Diameter ekonomis pipa pesat
dan efektif. dapat dihitung dengan persamaan:
Operasi waduk pada PLTA dioperasikan Sarkaria formula:
untuk keadaan sebagai berikut : 0,25
Q2
D = 3,55. (2.g.H)
a. Operasi beban puncak dengan lama
ESHA formula:
waktu operasi standard dalam satu 0,1875
10,3n2 Q2
hari selama 5 jam, mulai dari jam D = ( hf )
17.00 22.00. Dimana:
b. Operasi beban dasar dengan lama D : diameter pipa (m)
waktu operasi standard dalam satu n : koef kekasaran pipa
Q : debit pada pipa (m3/dt) 0,5434 untuk inlet simetris
Hf : kehilangan tinggi tekan V : kecepatan masuk aliran (m/dt)
total pada pipa (m) D: diameter inlet pipa pesat (m)
H : tinggi jatuh (m)
Namun dalam penentuan diameter
pipa pesat perlu diperhitungkan
besarnya kehilangan tinggi
dikarenakan hal ini akan mempe-
ngaruhi besarnya daya yang akan
dihasilkan.
2. Tebal pipa pesat
Tebal pipa pesat dapat dihitung Gambar 1. Skema Inlet Pipa
dengan persamaan: Pesat
ASME (Mosonyi,1963): 5. Sistem Pengambilan Melalui
t = 2,5 D +1,2 Pipa Pesat (Inlet)
USBR (Varshney,1971): Sistem pengambilan pada mulut
t = (d+500)/400 pipa pesat perlu diperhitungkan
ESHA (Penche,2004) : dengan tujuan untuk mengatur
e = PD/2kf+es sistem regulasi debit air yang
Barlows Formulae masuk ke dalam turbin baik saat
(Varshney,1971): kondisi operasional maupun
H = (0,002+ x t)/(D+0,002 t) kondisi perawatan ,intake pipa
Dimana: pesat biasanya didesain dengan
H : Tinggi tekan maksimum ( m ) menggunakan sistem katup
: tekanan statis + tinggi tekan (valve), Tipe katup yang sering
akibat pukulan air diaplikasikan adalah :
: tegangan baja yang a. Gate valve
digunakan (ton/m2 ) b. Butterfly valve
D : diameter pipa pesat (m) c. Needle valve
t : tebal pipa pesat ( m ) C. Tangki Gelombang (Surge Tanks)
P : tekan hidrostatis pipa Tangki gelombang adalah pipa
(kN/mm2) tegak di ujung hilir saluran air
kf : efisiensi ketahanan tertutup untuk menyerap kenaikan
es : tebal jagaan untuk sifat tekanan mendadak serta dengan cepat
korosif (mm) memberikan air selama penurunan
3. Kebutuhan terhadap tangki singkat dalam tekanan. Surge tanks
gelombang biasanya disediakan pada PLTA besar
Pipa pesat membutuhkan tangki atau menengah ketika ada jarak yang
gelombang jika L > 4H cukup jauh antara sumber air dengan
4. Kedalaman minimum pipa unit daya, sehingga diperlukan sebuah
pesat penstock panjang.
Kedalaman minimum akan 1. Luas Surge tanks (Thoma)
berpengaruh terhadap gejala
Ast = 2
vortex, kedalaman minimum
dapat dihitung dengan persamaan
Dst = 0,25
(Penche,2004):
Ht > s Dimana :
s = c V D Ast = Luas Surge Tanks (m2)
Dimana: Dst = Diameter Surge Tanks (m)
c : 0,7245 untuk inlet asimetris Lt = panjang terowongan (m)
At = Luas Terowongan (m2) saluran terbuka dan kehilangan pada
H = Gross Head (m) saluran tertutup.
g = gravitasi (m2/s) Kehilangan tinggi tekan pada
c = koefisien thoma saluran terbuka biasanya terjadi pada
2. Tinggi air dalam Surge tanks intake pengambilan, saluran transisi dan
penyaring.
Zst : v ( )0,5
Kehilangan tinggi pada saluran
Dimana : tertutup dikelompokkan menjadi 2 jenis
Zst = Tinggi muka air (m) yaitu kehilangan tinggi mayor (gesekan)
V = kecepatan terowongan (m/s) dan kehilangan tinggi minor. Kehilangan
Lt = panjang terowongan (m) tinggi mayor dihitung dengan persamaan
At = Luas Terowongan (m2) Chezy-Manning (Penche,2004):
g = gravitasi (m2/s) n 2 v2
Ast = Luas Surge Tanks (m2) hf = 4
R3
D. Bangunan Pembuang sedangkan kehilangan minor
Bangunan pembuang digunakan dihitung dengan persamaan (Ramos,
untuk mengalirkan debit setelah melalui 2000):
turbin meuju ke sungai, bangunan V2
pembauang sendiri bisa direncanakan hf = 2g
sesuai dengan kondisi lapangan, umunya dimana:
bangunan pembuang direncanakan hf : kehilangan tinggi tekan
dengan tipe saluran terbuka (saluran V : kecepatan masuk (m/dt)
tailrace). g : percepatan gravitasi (m/dt2)
Tinggi Jatuh Efektif L : panjang saluran tertutup / pipa (m)
Tinggi jatuh efektif adalah selisih D : diameter pipa (m)
antara elevasi muka air pada bangunan f : koefisien kekasaran(moody diagram)
pengambilan atau waduk (EMAW) den- : keofisien berdasarkan jenis kontraksi
gan tail water level (TWL) dikurangi Perencanaan Peralatan Mekanik Dan
dengan total kehilangan tinggi tekan Elektrik
(Ramos, 2000). Persamaan tinggi jatuh Perencanaan peralatan mekanik
efektif adalah: dan elektrik meliputi:
Heff = EMAW TWL hl A. Turbin Hidraulik
dimana: Turbin dapat diklasifikasikan berdasarkan
Heff : tinggi jatuh efektif (m) tabel berikut (Ramos,2000):
EMAW: elevasi muka air waduk atau Tabel 1. Klasifikasi Jenis Turbin
hulu bangunan pengambilan (m)
TWL : tail water level (m)
hl : total kehilangan tingi tekan (m)
Sumber: IPCC,2006
Analisa Kelayakan Ekonomi
Analisa ekonomi dilakukan untuk
mengetahui kelayakan suatu proyek dari
segi ekonomi. Dalam melakukan analisa Gambar 4. Konsep Dasar PLTA
ekonomi dibutuhkan dua komponen Karangkates IV & V
utama yaitu: Berdasarkan analisa inflow harian
cost (komponen biaya) digunakan debit desain rencana untuk
Meliputi biaya langsung (biaya desain PLTA dengan keandalan tertentu
konstruksi) dan biaya tak langsung seperti pada kurva durasi aliran (FDC)
(O&P, contingencies dan engineering) seperti berikut:
benefit (komponen manfaat).
Manfaat didapatakan dari hasil
penjualan listrik berdasarkan harga tarif
yang berlaku dan pendapatan dari reduksi
emisi gas karbon (CER).
Parameter kelayakan ekonomi meliputi:
1. Benefit Cost Ratio
PV dari manfaat
BCR =
PV dari biaya capital dan O&
2. Net Present Value Gambar 5. Kurva Durasi Aliran
NPV = PV Benefit PV Cost Outflow
3. Internal Rate Of Return Dari kurva maka dilakukanlah
NPV simulasi waduk untuk menentukan daya
IRR = I + (I I)
NPV NPV terpasang dan debit yang dibutuhkan.
4. analisa sensitivitas Debit yang dapat digunakan untuk
Analisa sensitivitas dilakukan pada 3 perencanaan PLTA adalah sebagai
kondisi yaitu: berikut :
Cost naik 20%, benefit tetap Tabel 3. Alternatif Debit Desain
Cost tetap, benefit turun 20% Debit daya
Cost naik 20%, benefit turun 20% Alternatif
m3/dt MW
3. Hasil dan Pembahasan 1 67,4 2x50
Konsep perencanaan PLTA 2 53,76 2x40
adalah dengan memanfaatkan debit yang Maka dari perencanaan alternatif
berlebih pada sungai Brantas khususnya tersebut direncanakan komponen
pada bendungan Karangkates. Debit yang bangunan sipil, pada studi ini digunakan
tidak digunakan akan dialirkan melalui alternatif 1 sebagai acuan debit desain
intake yang berbeda dengan intake PLTA bangunan sipil, bangunan sipil yang
sebelumnya, kemudian debit akan direncanakan meliputi:
dialirkan menuju sistem PLTA secara
1. Bangunan Pengambilan Maka dari hasil diatas didapatkan
Bangunan pengambilan direnca- hasil sebagai berikut :
nakan berupa pintu pengambilan (intake) Kecepatan : 3,5 m/dt
dan dilengkapi dengan trashrack, pintu Diameter : 7,4 m
pengambilan didesain menggunakan tipe Tebal luar : 1,3 m
pintu reservoir intake dengan data teknis Tebal total : 10 m
sebagai berikut: Kedalaman Aliran Tekan
Debit desain : 134,79 m3/dt Kedalaman aliran pada terow-
Tinggi pintu : 13 meter ongan diperlukan untuk menjaga debit air
Lebar pintu : 8 meter yang masuk menuju terowongan agar
Jumlah Pintu : 2 pintu selalu berada pada keadaan tertekan.
Sedangkan desain penyaring Data yang dibutuhkan:
(trashrack) adalah sebagai berikut : Kecepatan : 3,5 m/dt
Bentuk jeruji : bulat memanjang Diameter : 7,40 m
Kemiringan trashrack : 45o g : 9,81 m2/dt
Tebal jeruji (s) : 10 mm Persamaan Knauss :
Lebar trashrack : 6,5 m 1+2,3
ht > D ()0,5
Jarak antar jerujui : 100 mm 1+2,3 3,5
Jumlah jeruji : 65 jeruji ht > 7,40
(9,81 7,40)0,5
2. Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa yang dimak- ht = 14,392 m
sud dalam studi ini adalah terowongan Desain lubang udara
dan pipa pesat, kedua bangunan tersebut Lubang udara pada terowongan
adalah tipe tertutup bertekanan. berfungsi untuk melepaskan udara
Perencanaan Terowongan : sebelum masuk kedalam terowongan.
Data yang dibutuhkan untuk Direncanakan luas lubang 20% dari luas
perencanaan terowongan adalah sebagai terowongan, sehingga di dapatkan :
berikut ; Aterowongan : 43,008 m2
Debit : 134,79 m3/dt Alubang udara : 8,602 m2
Debit desain : 148,270 m3/dt Dlubang udara : 3,309 m
Daya PLTA : 2x50 MW Perencanaan Pipa Pesat :
Gross headi : 94,59 m Data yang dibutuhkan dalam
Panjang terowongan : 551,5 m perencanaan pipa pesat adalah sebagai
Perencanaan diameter terowongan: berikut :
Pendekatan yang digunakan Debit total : 134,79 m3/dt
dalam perencanaan diameter terowongan Panjang pipa pesat : 279 m
adalah kecepatan izin, menurut mosonyi Tinggi jatuh : 94,59 m
kecepatan izin pada terowongan berbahan Jumlah pipa pesat : 2 buah
beton adalah 2-4 m/dt. Kekasaran manning : 0,015
Tabel 4. Perhitungan Diameter Debit tiap pipa : 67,40 m3/dt
V A D Debit desain : 74,135 m3/dt
2 74.135 9.716 Diameter pipa pesat
2.5 59.308 8.690 Diameter pipa pesat harus
3 49.423 7.933 direncakan berdasarkan aspek hirdolik
dan aspek ekonomis, menurut mosonyi
3.5 42.363 7.344 kecepatan yang disarankan untuk pipa
4 37.067 6.870 baja adalah sebesar 2,5 m/dt 7 m/dt,
4.5 32.949 6.477 berikut ini adalah persamaan empirik
Sumber : Hasil Perhitungan untuk mene-ntukan diameter pipa pesat:
Persamaan sarkaria:
0,25
Q2 Tabel 5. Hubungan Diameter Dengan
D = 3,55. (2.g.H) Headloss
0,25
74,1352
D = 3,55. (2 9,81 94,59)
D = 4,657 m,
maka:
A = 17,033 m2
V = 3,957 m/dt (memenuhi kecepatan
izin)
Persamaan diameter ekonomis
ESHA (Penche,2004):
Jika tinggi tekan karena gesekan pipa
direncanakan 3% dari gross head maka:
0,1875
2 2
D =( )
0,1875
0,0152 74,1352 279
D =( ) Sumber : Hasil Perhitungan
2,838
D = 3,81 m, maka: Jadi diameter pipa pesat adalah sebagai
A = 6,51 m2 berikut :
V = 6,51 m/dt (memenuhi kecepatan D = 3,9 m
izin) A = 11,94 m2
Dari kedua persamaan diketahui V = 6,209 m/dt
bahwa metode Sarkaria dan ESHA bisa Tebal pipa pesat
dipergunakan namun perlu dilakukan Tebal pipa direncanakan dengan
analisa pengaruh diameter terhadap tujuan untuk menjaga keamanan pipa
beberapa faktor seperti kehilangan energi. akibat tekanan dari dalam dan luar pipa,
Maka selanjutnya diameter dihitung dengan menggunakan beberapa metode
dengan pendekatan kecepatan berda- diperoleh hasil sebagai berikut:
sarkan mosonyi, maka : USBR : 8.77 mm
Kecepatan potensial aliran pada PG&E : 16,542 mm
pipa pesat berdasarkan tinggi jatuh : Direncanakan tebal pipa pesat
adalah 17 mm (tebal pipa terbesar dari
V = 2
analisa diatas)
= 2 9,81 94,59 Jenis baja untuk pipa pesat
V = 43,079 m/dt Jenis baja yang dipilih untuk
Sedangkan kecepatn izin yang perencanaan pipa pesat adalah baja SM
mampu dicapai oleh pipa pesat adalah v 400B dengan spesifikasi sebagai berikut :
maks = 7 m/dt. Tabel 6. Spesifikasi Baja SM 400B
V min = 2,5 m/dt Steel properties notation value unit value unit
V maks = 7 m/dt type SM 400B
2 2
tensile strenght s 4079 kg/cm 4.00E+08 N/m
D maks = 4,825 m
compresivve stress kg/cm2 0.00E+00 N/m2
D min = 2,883 m 2
shearing stress kg/cm 0.00E+00 N/m2
Maka nilai kisaran diameter pipa 2 2
Yield strength y 2498 kg/cm 2.45E+08 N/m
pesat adalah 2,883 4,825 m. unit weight of pipe gs 7860 kg/m
3
7.70E+04 N/m
3
2 2
modulus elastic of steel Es 1.94E+06 kg/cm 1.90E+11 N/m
o
coefficient of linier expansion of steel s 0.000012 / C
o
temperature change in penstock T 15 C
poisson ratio of steel vs 0.26
Sumber : Bringas, 2004
Pengaruh pukulan air terhadap
pipa pesat
Perhitungan tekanan hidrostatis untuk Saluran tailrace direncanakan
pipa perlu memperhatikan pengaruh sistem pengaturan / regulasi pada bagian
pukulan air (Water Hammer) terhadap akhir dari draft tube berupa pintu atau
pipa, dimana kenaikan air akibat pukulan katup kemudian debit air akan dialirkan
air ini dihitung dengan persamaan allevi : melalui saluran terbuka dimana diujung
saluran akan direncanakan ambang lebar
allevi : 2
771,416 5,642
sebagai kontrol elevasi muka air (TWL).
: Dalam perencanan saluran pembuang
2 9,81 94,59
allevi : 2,345 digunakan data teknis rencana sebagai
berikut:
:
771,416 5
Debit rencana :134,79 m3/dt
: 2 279 Elv dasar saluran : +170
: 6,912 Lebar saluran : 20 meter
Dimana perhitungan pukulan air Bentuk saluran : persegi
untuk turbin francis adalah sebagai beriku Jenis pasangan : beton
; Koefisien manning : 0,020
0,75 Aliran air dari saluran pembuang
: ( +1,25) n
akan dialirkan melaui ambang (weir)
ho : 41,437 m, pada ujung saluran dengan data
: 43,437 % perencanaan:
Daftar Pustaka
1. Anonim. 2006. Guidelines for
National Greenhouse Gas
Inventories. Switzerland: IPCC
(International Panel In Climate
Change).
2. Anonim. 2005. RETScreen
Engineering & Cases Textbook.
Kanada: RETScreen International.
3. Anonim, 1976. Engineering
Monograph No. 20 Selecting
Reaction Turbines. Amerika: United
States Bureau Of Reclamation.
4. Arismunandar A. dan Kuwahara S.
2004. Buku Pegangan Teknik
Tenaga Listrik. Jakarta : PT
Pradnya Paramita.
5. Bringas, John E. 2004. Handbook of
Comparative World Steel Standarts.
USA. ASTM International.
6. Mosonyi, Emil. 1963. Water Power
Development Volume One Low
Head Power Plant. Budapest :
Akademiai Kiado
7. Patty, O.F. 1995. Tenaga Air.
Erlangga : Surabaya.
8. Penche, Celso. 2004. Guidebook on
How to Develop a Small Hydro Site.
Belgia : ESHA (European Small
Hydropower Association).
9. Ramos, Helena. 2000. Guidelines
For Design Small Hydropower
Plants. Irlandia : WREAN (Western
Regional Energy Agency &
Network) and DED (Department
of Economic Development).