oleh
Dina Amalia, S.Kep
NIM 122311101037
2. Epidemiologi
Berdasarkan WHO Global Burden Disease, pada tahun 2004 diperkirakan
310.000 orang meninggal akibat luka bakar, dan 30% pasien berusia kurang dari
20 tahun. Luka bakar karena api merupakan penyebab kematian ke-11 pada anak
berusia 1 9 tahun. Anak anak beresiko tinggi terhadap kematian akibat luka
bakar, dengan prevalensi 3,9 kematian per 100.000 populasi. Luka bakar dapat
menyebabkan kecacatan seumur hidup (WHO, 2008). Di Amerika Serikat, luka
bakar menyebabkan 5000 kematian per tahun dan mengakibatkan lebih dari
50.000 pasien di rawat inap (Kumar et al., 2007). Secara global, 96.000 anak
anak yang berusia di bawah usia 20 tahun mengalami kematian akibat luka bakar
pada tahun 2004.
Frekuensi kematian lebih tinggi sebelas kali di negara dengan pendapatan
rendah dan menengah dibandingkan dengan negara dengan pendapatan tinggi
sebesar 4,3 per 100.000 orang dan 0,4 per 100.000 orang. Kebanyakan kematian
terjadi pada daerah yang miskin, seperti Afrika, Asia Tenggara, dan daerah Timur
Tengah. Frekuensi kematian terendah terjadi pada daerah dengan pendapatan
tinggi, seperti Eropa dan Pasifik Barat (WHO, 2008). Di Indonesia, prevalensi
luka bakar sebesar 0,7% (RISKESDAS, 2013).
3. Etiologi
Menurut Wong (2003), luka bakar dapat disebabkan oleh beberapa sumber
diantaranya:
a) Panas : basah (air panas, minyak) kering (uap, metal, api)
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh terpapar atau kontak dengan api,
cairan panas, atau bahan-bahan panas lainnya
b) Kimia : Asam kuat seperti Asam Sulfat, Basa kuat seperti Natrium Hidroksida
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan
asam atau basa kuat diantaranya asam hidrokloride atau alkali. Luka bakar
kimia juga dapat terjadi karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering
dipergunakan untuk keperluan rumah tangga seperti pembersih cat dan
desinfekta
c) Listrik : Voltage tinggi, petir
Luka bakar elektrik (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakkan dari
energy listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka
dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage, dan cara gelombang
elektrik sampai mengenai tubuh
d) Radiasi : termasuk X-ray dan sinar UV
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
injury ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industry
atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik. Terbakar oleh sinar
matahari akibat terpapar terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar
radiasi.
4. Klasifikasi
a) Berdasarkan penyebab
- Luka bakar karena api
- Luka bakar karena air panas
- Luka bakar karena bahan kimia
- Luka bakar karena listrik
- Luka bakar karena radiasi
- Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
b) Berdasarkan kedalaman jaringan yang rusak
Derajat luka bakar berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan menurut Moenadjat
(2009) adalah sebagai berikut:
1) Luka bakar derajat I: kerusakan jaringan terbatas pada lapisan epidermis
(superficial), kulit kering, hiperemik memberikan floresensi berupa eritema,
tidak dijumpai bulae. Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-7 hari. Karena derajat
kerusakan yang ditimbulkannya tidak merupakan masalah klinik yang berarti
dalam kajian terapetik, luka bakar derajat satu tidak dicantumkan dalam
perhitungan luas luka bakar.
6. Manifestasi Klinis
a) Superficial burn (derajat I), dengan ciri-ciri:
- Luka hanya mengenai lapisan epidermis.
- Luka tampak pink cerah sampai merah (eritema ringan sampai berat).
- Kulit memucat bila ditekan.
- Edema minimal.
- Tidak ada blister/bula
- Kulit hangat/kering.
- Sangat nyeri dan berkurang dengan pendinginan.
- Discomfort berakhir kira-kira dalam waktu 48 jam.
- Dapat sembuh spontan dalam 3-7 hari.
b) Partial thickness (derajat II), dengan ciri.:
- Dikelompokan menjadi 2, yaitu superpicial partial thickness dan deep
partial thickness.
- Luka tampak mengenai epidermis dan dermis.
- Luka tampak merah sampai pink.
- Luka tampak basah dan mengkilat
- Terbentuk blister/bula
- Edema
- Sangat nyeri
- Sensitif terhadap udara dingin
- Penyembuhan luka : pada superficial partial thickness penyembuhannya14
-21 hari, pada deep partial thickness penyembuhannya 21-28 hari
(penyembuhan bervariasi tergantung dari kedalaman luka dan ada tidaknya
infeksi).
c) Full thickness (derajat III)
- Luka tampak mengenai semua lapisan kulit, lemak subkutan dan dapat
juga mengenai permukaan otot, dan persarafan, dan pembuluh darah.
- Luka tampak bervariasi dari berwarna putih, merah sampai dengan coklat
atau hitam.
- Tanpa ada blister/bula
- Permukaan luka kering dengan tektur kasar/keras.
- Edema
- Sedikit nyeri atau bahkan tidak ada rasa nyeri.
- Tidak mungkin terjadi penyembuhan luka secara spontan.
- Dapat terjadi scar hipertropik dan kontraktur jika tidak dilakukan tindakan
preventif
- Memerlukan skin graft karena lapisan yang rusak tidak dapat sembuh
secara spontan
7. Komplikasi
Komplikasi luka bakar dapat berasal dari luka itu sendiri atau dari
ketidakmampuan tubuh saat proses penyembuhan luka (Burninjury, 2013):
a) Infeksi luka bakar
Infeksi pada luka bakar merupakan komplikasi yang paling sering terjadi.
Sistem integumen memiliki peranan sebagai pelindung utama dalam melawan
infeksi. Kulit yang rusak atau nekrosis menyebabkan tubuh lebih rentan
terhadap patogen di udara seperti bakteri dan jamur.
b) Terganggunya suplai darah atau sirkulasi
Penderita dengan kerusakan pembuluh darah yang berat dapat menyebabkan
kondisi hipovolemik atau rendahnya volume darah. Selain itu, trauma luka
bakar berat lebih rentan mengalami sumbatan darah (blood clot) pada
ekstremitas. Hal ini terjadi akibat lamanya waktu tirah baring pada pasien
luka bakar. Tirah baring mampu menganggu sirkulasi darah normal, sehingga
mengakibatkan akumulasi darah di vena yang kemudian akan membentuk
sumbatan darah (Burninjury, 2013).
c) Komplikasi jangka panjang
Komplikasi jangka panjang terdiri dari komplikasi fisik dan psikologis. Pada
luka bakar derajat III, pembentukan jaringan sikatriks terjadi secara berat dan
menetap seumur hidup. Pada kasus dimana luka bakar terjadi di area sendi,
pasien mungkin akan mengalami gangguan pergerakan sendi. Hal ini terjadi
ketika kulit yang mengalami penyembuhan berkontraksi atau tertarik
bersama. Akibatnya, pasien memiliki gerak terbatas pada area luka. Selain itu,
pasien dengan trauma luka bakar berat dapat mengalami tekanan stress pasca
trauma atau post traumatic stress disorder (PTSD). Depresi dan ansietas
merupakan gejala yang sering ditemukan pada penderita (Burninjury, 2013).
8. Pemeriksaan Penunjang
a) Sel darah merah (RBC) : Dapat terjadi penurunan sel darah merah (Red Blood
Cell) karena kerusakan sel darah merah pada saat injuri dan juga disebabkan
oleh menurunnya produksi sel darah merah karena depresi sumsum tulang.
b) Sel darah putih (WBC): Dapat terjadi leukositosis (peningkatan sel darah
putih/White Blood Cell) sebagai respon inflamasi terhadap injuri.
c) Gas darah arteri (AGD): Terjadi asidosis metabolic (pH turun, tekanan parsial
karbon dioksida [Pco2] naik, dan tekanan parsial oksigen [PO2] menurun.)
d) Karboksihemoglobin (COHbg): Kadar COHbg (karboksihemoglobin) dapat
meningkat lebih dari 15 % yang mengindikasikan keracunan karbon
monoksida.
a. Serum elektrolit: umumnya menurun karena menghilang ke daerah trauma dan
ruang interstisial.
- Potasium pada permukaan akan meningkat karena injuri jaringan atau
kerusakan sel darah merah dan menurunnya fungsi renal
- Hipokalemiadapat terjadi ketika diuresis dimulai
- Magnesium mungkin mengalami penurunan
- Sodium pada tahap permulaan menurun seiring dengan kehilangan air dari
tubuh; selanjutnya dapat terjadi hipernatremia.
e) Sodium urine: Jika lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan
resusitasi cairan, sedangkan jika kurang dari 10 mEq/L menunjukan tidak
adekuatnya resusitasi cairan.
f) Alkaline pospatase: Meningkat akibat berpindahnya cairan
interstitial/kerusakan pompa sodium.
g)Glukosa serum: Meningkat sebagai refleksi glikoneogenesis atau pemecahan
glikogen sebagai respon terhadap stres.
h)BUN/Creatinin: Meningkat yang merefleksikan menurunnya perfusi/fungsi
renal, namun demikian creatinin mungkin meningkat karena injuri jaringan.
i) Kadar protein serum : menurun disebabkan oleh pemecahan protein karena
kebutuhan energi yang meningkat.
j) Urin: Adanya albumin, Hb, dan mioglobin dalam urin mengindikasikan
kerusakan jaringan yang dalam dan kehilangan/pengeluaran protein. Warna
urine merah kehitaman menunjukan adanya mioglobin
k)Rontgen dada: Untuk mengetahui gambaran paru terutama pada injuri inhalasi
l) ECG: Untuk mengetahui adanya gangguan irama jantung pada luka
bakarkarena elektrik.
m) Morfologi: pada pemeriksaan makroskopik luka bakar full-thickness
tampak putih atau gosong, kering dan anestetik (karena rusaknya ujung-ujung
saraf). Luka partial-thickness tampak merah muda atau bercak disertai lepuh
serta nyeri, bergantung pada kedalamannya.
n)Histology: pada pemeriksaan histology jaringan yang mati memperlihatkan
nekrosis koagulasi. Jaringan hidup di dekatnya cepat mengalami peradangan
disertai akumulasi sel radang dan eksudasi hebat.
LUKA BAKAR
Peningkatan
Risiko kerusakan Keracunan Hemolisis evaporasi Subkutaneos Barrier kulit Metabolisme Spasme otot,
mukosa saluran nafas karbonmonoksida SDM akibat rusak rusak meningkat iritasi pembuluh
efek panas (LB>40 %) darah dan saraf
Denatutasi
protein &
Oedema mukosa dan Ikatan CO kuat Adanya SDM hilangnya Penurunan Kerusakan Katabolisme Sirkulasi
hilangnya kerja silia dengan HB terperangkap kolagen deposit integritas protein, lemak transmitter nyeri
dlm kapiler yg jaringan lemak
membengkak Korteks serebri
Tek.Onkotik turun Port de Entry
Obstruksi O2 tidak dapat masuk Tek. Hidrostatik kuman
trakeobronkial ke sel naik Ketidakefektifa Nyeri Akut
PK Anemia n termoregulasi
Meningkatnya Risiko Infeksi Penurunan Metab.
Ketidakefektifan permeabilitas Hipotermia
Hipoksia sel Ketidakefekt BB Anaerob
bersihanjalan nafas kapiler
ifan perfusi
jar. perifer
Ketidakseimbangan Nutrisi Asam laktat
Ekstravasasi cairan (air, Edema
kurang dari Keb. Tubuh meningkat
elektrolit, protein)
Risiko penurunan
COP Hipofisis melepaskan
ACTH
Stres metabolisme
DAFTAR PUSTAKA
Burninjury. 2013. Burn complications. [Serial Online]. Diakses tanggal 3 April
2017 melalui http://burninjuryguide.com/burn-
recovery/burncomplications/.
Moenadjat Y. 2009. Luka Bakar Masalah Dan Tata Laksana. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Rosfanty. 2009. Luka Bakar. [online]. Diakes tanggal 3 April 2017 melalui
http://dokterrosfanty.blogspot.com/2009/03/luka-bakar.html.
Smeltzer, S.C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8. Jakarta:
EGC