Anda di halaman 1dari 7

Cerebral Palsy

Definisi
Cerebral palsy (CP) adalah gangguan gerakan dan postur tubuh yang muncul
saat kanak-kanak atau masa bayi menyangkut kerusakan fungsi motorik yang
terjadi pada masa awal kanak-kanak dan ditandai dengan perubahan sifat otot
yang biasanya berupa spatisitas, gerakan involunter, ataksia atau kombinasi. CP
bukan penyakit tunggal tetapi arti yang diberikan luas untuk berbagai sindrom
gangguan neuromotor statis terjadi sekunder untuk lesi di otak yang
berkembang. Kerusakan otak permanen dan tidak dapat disembuhkan namun
konsekuensi dapat diminimalkan. (ebook)
Epidemiologi
Cerebral palsy merupakan penyebab utama disabilitas pada anak. Insiden 2-3
per 1000 kelahiran hidup. Dari penelitian terakhir, prevalensi 1,5-2 per 1000
kelahiran hidup. Di Indonesia, prevalensi CP di perkirakan sekitar 1-5 per 1000
kelahiran hidup. Laki-laki lebih banyak dari pada perempuan. Kemajuan teknologi
dan perawatan merupakan suatu harapan untuk menurunkan morbiditas
neonatus. Paneth & Kiel menyimpulkan bahwa prevalensi CP belum berubah
sejak tahun 1950 (ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi)
Etiologi
1. Prenatal
Penyebab 70-80 % kasus CP
Faktor genetik, keracunan, terkena radiasi, infeksi TORCH dan lain-lain
2. Perinatal
Hiperbilirubine, prematuritas, trauma kelahiran, afiksia dan lain-lain
3. Postnatal
Trauma kepala, tengelam, infeksi pada 6 bulan kelahiran, malnutrisi dan
lain-lain
Faktor resiko yang berkaitan dengan CP
a. Prenatal
- Malformasi kongenital
- Faktor sosioekonomi
- Infeksi dalam rahim
- Toksik atau obat-obat teratogenik
- Ibu mengalami retradasi mental, kejang, dan hipertiroid
- Komplikasi plasenta
- Cidera perut
- Kelahiran yang berulang
b. Perinatal
- Prematur <32 minggu
- Berat Bayi Lahir (BBL) <2500 gram
- Retradasi pertumbuhan
- Presentasi abnormal
- Perdarahan intrakranial
- Cidera
- Infeksi
- Hipoksia dan bradikardi
- Kejang
- hiperbilirubinemia
c. postnatal
- Cidera dan infeksi
- Perdarahan intrakranial
- Koagulopati ( KFR )

Klasifikasi Cerebral Palsy


Pada otak, terdapat 3 bagian berbeda yang bekerja bersama
menjalankan dan mengontrol kerja otot yang berpengaruh pada pergerakan
dan postur tubuh. Bila terjadi kerusakan pada bagian otak itulah yang
membuat seseorang menderita CP. Bagianbagian otak tersebut adalah
sebagai berikut : (Parkers et al., 2005)

1. Cerebral Palsy Tipe Spastik


CP spastik paling sering terjadi (60-70%), yang 25% merupakan tipe
diskinetik dan tipe campuran (5-15%). Spastisitas akibat dari kerusakan
sistem piramidal terutama korteks motor di otak. CP spastik ini
menunjukan gejala Upper Motor Neuron (UMN) :
a. Hiperefleksia
b. Klonus (normal ada klonus pada neonatus)
c. Refleks babinski positif ( abnormal setelah usia 2 tahun )
d. Refleks primitif yang menetap
e. Overflowreflexes seperti crossed adductor
Tipe spastik ini di bagi ke dalam distribusi topografi atau bagian tubuh
yang terlibat :
- Monoplegia
Satu anggota gerak yang terlibat, lengan atau tungkai.
- Diplegia
Anggota gerak bawah yang terlibat.
- Triplegia
Mengenai tiga anggota gerak.
- Quadriplegia
Mengenai empat anggota gerak dan togok.
- Hemiplegia
Mengenai satu sisi tubuh termasuk anggota gerak atas dan bawah.
2. Cerebral Palsy Tipe diskinetik
Tipe diskinetik di tandai dengan adanya gerakan ekstrapiramidal. Gerakan
abnormal ini akibat adanya regulasi tonus, kontrol postur dan koordinasi
yang abnormal. Gerakan diskinetik di gambarkan sebagai berikut :
a. Atetosis
Pelan, writhing, gerakan involonter terutama di bagian distal
ekstremitas, otot agonis dan antagonis sama-sama aktif, intensitas
meningkat dengan emosi dan aktifitas yang bertujuan. Atetosis akibat
dari kerusakan bangsal gangli. Sering akibat kern Icterus
b. Chorea
Gerakan tiba-tiba, tidak teratur, gerakan biasanya terjadi di kepala,
leher dan extremitas
c. Choreoatetoid
Kombinasi gerakan asetosis dan chorea, pada umumnya didominasi
oleh gerak atetosis

d. Distonia
Pelan, gerakan ritmik dengan tonus otot yang berubah-ubah di
temukan pada extremitas dan togok, postur abnormal. Distonia
digambarkan sebagai peningkatan tonus yang tidak tergantung pada
kecepatan/lead pipe bahwa tonus otot tidak akan menurun dengan
peregangan pelan-pelan. Kelainan di cerebellar
e. Ataxia
Koordinasi dan balans jelek, sering berhubungan dengan nistagmus,
dismetria dan pola jalan yang yang wide base, jarang terjadi kontraktur

3. Cerebral Palsy Tipe campuran


Kombinasi spastik dengan diskinetik

Gambar : Ilustrasi Cerebral Palsy

Patofisiologi
Kerusakan otak pada fase pertumbuhan dapat terjadi pada setiap jaringan otak.
Perubahan neuropatoligik pada Cerebral palsy tergantung pada patogenesis,
derajat dan lokasi kerusakan pada jaringan otak tersebut
Kerusakan pada otak dapat merupakan suatu :
a. Ensefalopati akibat hipoksia dan iskemia jaringan otak
b. Perdarahan intrakranial
c. Bilirubin ensefalopati akibat peningkatan serum bilirubin, dengan
gambaran patologi berupa deposit bilirubin pada basal ganglia,
hipokampus, nukleus batang otak dan serebelum, nekrosis neuron dan
kelainan kortikal.
Kerusakan otak dalam fase pertumbuhan, yang dapat terjadi pada masa :
a. Prenatal
Penyebab 70-80 % kasus Cerebral Palsy
Faktor genetik, keracunan, terkena radiasi, infeksi TORCH dan lain-lain
b. Perinatal
Hiperbilirubine, prematuritas, trauma kelahiran, afiksia dan lain-lain
c. Posnatal
Trauma kepala, tenggelam, infeksi pada 6 bulan lahir, malnutrisi dan lain-
lain (pedoman diagnosis kfr)
Tanda dan Gejala klinis
1. Spastisitas
2. Tonus otot yang berubah
3. Koreoatetosis
4. Ataxia
5. Gangguan pendengaran
6. Gangguan bicara
7. Gangguan penglihatan (buku neuro)
Diagnosa
a. Anamnesa
Kemungkinan faktor resiko yang dapat terjadi pada masa prenatal,
perinatal, dan posnatal.
b. Pemeriksaan penderita meliputi :
1. Kawasan motor kasar
2. Kawasan motor halus
3. Kawasan bahasa
4. Psiko-sosial
Pemeriksaan terdiri dari :
1. Tonus otot
- hipotonus
- hipertonus
- berfluktuasi
2. Refleks primitif
- Refleks primitif tidak ada
- Ada keterlambatan
- Menetap atau hiperaktif
3. Sikap tubuh
4. Perkembangan motorik
5. Perilaku motorik

c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan atas indikasi antara lain
- Pungksi lumbal
- Foto polos kepala
- EEG
- EMG
- SSEP
- Biopsi otot
- Serum antibodi
- Analisis kromosom
- CT-Scan
Diagnosis Banding
- Tumor otak
- Hidrosefalus
- Penyakit degeneratif serebral
- Penyakit metabolik
- Kelainan kromosom
- Kongenital miopati
- Penyakit motor neuron
- Lesi medula spinalis
- Lesi pleksus brakhialis
-

Pentalaksanaan (rehab)
Pentalaksanaa penderita Cerebral Palsy memerlukan pendekatan multidisiplin
1. Menegakkan diagnosis.
2. Menentukan kelainan organik bukan motorik dan komplikasi yang ada.
3. Menentukan klasifikasi.
4. Menentukan sasaran program tersebut
Pada umumnya sasaran program tersebut adalah :
a. Dapat melakukan sendiri ADL
b. Mobilisasi
c. Dapat berkomunisasi secara verbal atau non verbal
d. Memperbaiki penampilan penderita
5. Membuat program Rehabilitasi Medik meliputi :
5.1Fisioterapi
a. Latihan sedini mungkin, dilaksanakan dengan teratur dan
berkesinambungan.
b. Metode latihan yang diberikan sesuai dengan klasifikasi klinis
penderita, umur dan perkembangan anak. Pada umumnya dengan
metode bobath.
c. Latihan peregangan dapat di berikan dengan terlebih dahulu
memberikan posisiyang tepat untuk mempermudah gerakn
tersebut.
d. Petunjuk latihan dan perawatan di rumah bagi orang tua
e. Latihan di hentikan bila telah mencapai sasaran
5.2Terapi Wicara
a. Dimulai sedini mungkin (umur 1 tahun)
b. Harus di pastikan dulu tidak ada gangguan pendengaran
c. Anak usia sekolah dilakukan tes intelegensi terlebih dahulu
d. Latihan di mulai dengan pre-speech activity
e. Masalah feeding dan drooling di atasi dengan modifikasi perilaku,
posisi yang tepat
5.3Terapi Okupasi
a. Latihan ADL
b. Latihan kelompok
Sosialisas, rekreasi, olaraga.
c. Latihan pre-vokasional

5.4Ortesa
Dapat diberikan atas indikasi yang tepat, untuk dapat keuntungan
mekanik, memperbaiki jajaran tubuh, membantu mencegah kontraktur
dan memperbaiki stabilisasi dan postur.
5.5Penanganan masalah Psikososial
a. Memberikan informasi yang benar tentang segala sesuatu
mengenai penderita kepada orang tua atau keluarga.
b. Terapi suportif
c. Konsultasi ke SMF kesehatan jiwa apabila di jumpai adanya austistik
atau hiperkinetik atau depresi pada penderita.
5.6Menentukan pendidikan penderita
Pemeriksaan intelegensi di mulai usia pra sekolah (5 tahun) untuk
menentukan pendidikan yang akan ditempuh.
5.7Penyeluhan Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit
Penyeluhan Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit bagi orang tua dan
keluarga penderita,mengenai pentingnya latihan dini dan teratur serta
berkesinambungan, kontrol teratur untuk evaluasi berkala dan
penentuan program lebih lanjut.
6. Tindakan Pembedahan
6.1Tindakan bedah tulang
a. Diberikan atas indikasi, dengan tujuan untuk koreksi deformitas
b. Harus dilakukan evaluasi beberapa kali sebelumnya dengan
mempertimbangkan pula : prognosis atau berat kelainan, status
mental, emosi dan motivasi penderita, kooperasi serta kondisi sosio
ekonomi penderita.
c. Pada umumnya dilaksanakan pada umur 5 tahun, untuk extremitas
superior pada usia 10-12 tahun, tindakan triple artrodesis setelah
usia 10-12 tahun, sedangkan sublukasi atau dislokasi sendi koksa
dilakukan tindakan bedah dini.
6.2Tindakan bedah saraf
Untuk mengatasi spastisitas berat
6.3Tindakan bedah plastik
Untuk mengatasi drooling yang menetap
7. Tindakan lain
a. Koreksi gangguan virus
b. Koreksi gangguan pendengaran
c. Perawatan gigi dan mulut
d. Perbaikan gizi
e. Pengobatan kelainan organik lain yang menyertai : OMP, epilepsi,
infeksi traktus respiratorius dan lain lain
Pengobatan
a. Untuk mengatasi spastisitas
Diazepam : 0,4-0,6 mg/kgBB per OS
b. Untuk mengatasi gerakan involunter
Haloperidol : 3 kali 1-4 mg/hari (pedoman diagnosis dan terapi)
Komplikasi
a. Epilepsi
b. Gangguan kongnisi
c. Gangguan melihat
d. Gangguan makan dan minum
e. Gangguan berbicara
f. Gangguan ortthopedik : kontraktur, small stature

Prognosis
Prognosis pada penderita Cerebral Palsy begantung dari tipenya dan komplikasi
a. Tipe tetraplegi
Ad vitam dan ad functionam ad malam.
b. Tipe hemiparesis atau diparesis ringan
Ad bonam
c. Bila terdapat retradasi mental, epilepsi, gangguan melihat atau
mendengar prognosisnya kurang baik.

Anda mungkin juga menyukai