Anda di halaman 1dari 4

arsitektur.

net
2008 vol. 2 no. 4

Horison dan Pembentukan Arsitektur: Menelaah Ide


Sesilia Monalisa

Le Corbusier (1887-1965) merupakan salah satu arsitek yang turut berpengaruh


pada abad ke-20 dalam dunia arsitektur. Banyak karya-karyanya yang dijadikan
acuan dalam arsitektur modern. Salah satu karya besarnya yang sempat membuat
publik terkejut adalah kapel Ronchamp (Notre Dame du Haut Ronchamp, 1950-
1955). Dalam tulisan ini saya ingin membahas dan menganalisis parameter apa
saja yang digunakan oleh Le Corbusier sehingga pada akhirnya tercipta suatu
gagasan geometri seperti yang dimiliki oleh kapel tersebut. Kemudian saya
akan mencoba menggunakan kembali parameter-parameter tersebut dalam
menciptakan suatu gagasan geometri yang baru.

Saya bertanya-tanya lebih lanjut mengenai berbagai macam intrepretasi akan


bentuk kapel ini dengan bentuknya yang menyerupai berbagai macam benda
(persepsi yang berbeda-beda dari publik). Ada yang mengatakan bahwa
bentuk kapel ini adalah merupakan ibu yang memeluk anaknya, ada pula yang
mengatakan seperti posisi tangan yang sedang berdoa, juga ada yang mengatakan
bahwa bangunan ini seperti kapal. Namun sebenarnya Le Corbusier sendiri tidak
pernah mengatakan bentuk bangunan ini merupakan salah satu daripada hal-hal
di atas. Oleh sebab itu saya akan berusaha untuk tidak sekedar menyebutkan
bahwa bentuk kapel tersebut itu menyerupai sebuah benda, melainkan mencoba
untuk melihat perlahan-lahan kelahiran geometrinya. Kapel Ronchamp ini
memang menimbulkan berbagai macam pendapat dan keterkejutan publik
karena bangunan tidak terlihat seperti bangunan-bangunan karya Le Corbusier
sebelumnya. Pada awalnya memang Le Corbusier tidak begitu tertarik ketika
ditawarkan proyek ini, tetapi pada akhirnya ia menerima atas pertimbangan
ibunya. Dalam merancang bangunan ini, Le Corbusier mencoba untuk tidak
berpikir, melainkan menginginkan ide, desain dan konsep untuk timbul dengan
sendirinya. Semasa perancangan bangunan ini pun Le Corbusier mencoba untuk
berdiam diri dalam studionya.

Tapak dari kapel Ronchamp ini pada dasarnya telah mempunyai nilai-nilai religius
tersendiri karena tempat ini sebenarnya merupakan tempat untuk berziarah
sejak dahulu. Tempat ini merupakan tempat bersejarah karena di tempat inilah
pasukan Perancis dapat memukul mundur pasukan Jerman dengan meriamnya.
Le Corbusier pertama kali mendatangi tapak tempat didirikannya kapel ini pada
Juni 1950, di mana ia menyerukan akan sangat baik sekali jika kapel ini nantinya
seakan-akan sangat menerima kedatangan orang-orang yang berkunjung.

Bangunan ini sesuai namanya, merupakan bangunan yang dipergunakan untuk


kegiatan-kegiatan keagamaan. Sehingga tentunya membutuhkan suatu situasi
yang khusuk mengingat kegiatan yang dilakukan adalah suatu relasi secara
vertikal dengan Yang Di Atas. Di sini Le Corbusier mencoba menciptakan
suasana yang khusuk ini dengan memanfaatkan permainan cahaya yang sangat
menarik. Di samping itu ia merancang fasad dinding dengan material beton
ekspos berwarna putih yang menimbukan kesan suci. Ia juga mencoba bermain
dengan mengatur ketebalan dinding dan bentuk-bentuk seperti cekung dan
cembung yang memberi kesan tertentu.

Apabila ditelaah lebih lanjut, sebenarnya kondisi dan keadaan tapak tempat
berdirinya bangunan ini memiliki kaitan yang sangat erat dengan pembentukan
geometri bangunan tersebut. Keadaan dan kondisi tapak memberikan pengaruh-
pengaruh yang cukup kuat dalam geometrinya. Pada akhirnya timbul suatu
2
arsitektur.net
2008 vol. 2 no. 4
pernyataan bahwa bangunan ini sebenarnya adalah perwujudan dari reaksi
terhadap lingkungan sekitarnya. Lebih jauh lagi terlihat bahwa reaksi terhadap
lingkungan sekitar mengacu kepada keempat horisonnya. Sehingga dapat
dikatakan bahwa bangunan ini merupakan penyesuaian terhadap keempat
horisonnya (conformity with the horizons), yang dijelaskan lebih lanjut sebagai
berikut.

Horison merupakan garis yang membatasi pandangan manusia. Garis horison


membuat sesuatu terlihat oleh mata kita dan sebaliknya juga membuat sesuatu
yang tidak dapat terlihat oleh mata kita. Tapak tempat berdirinya bangunan ini
merupakan tanah kosong dan luas yang memiliki kontur yang beragam. Selain
itu tapak ini dikelilingi oleh pepohonan pada sisi barat, utara dan timur.

Le Corbusier meletakkannya bangunannya pada kontur yang paling tinggi.


Dengan adanya perbedaan ketinggian akibat kontur tersebut, tentu tercipta
suatu keadaan dimana ada yang melihat (to see) dan ada yang terlihat (to be
seen). Apabila kita berada pada posisi tertinggi, maka kitalah yang akan melihat
sekitar kita dan kitalah yang paling terlihat oleh orang-orang di sekitar kita. Hal ini
dimanfaatkan oleh Le Corbusier sehingga ia menempatkan bangunan kapel ini di
kontur paling atas dan tentunya dengan segala struktur vertikal yang menjulang
ke atas sebagai sesuatu yang terlihat oleh orang-orang di sekitarnya.

Saya akan mencoba menjelaskan mengenai apa yang terlihat oleh mata kita
jika kita berdiri di tapak tersebut. Jika kita menghadap utara maka akan tampak
pandangan kita dibatasi oleh pepohonan yang banyak tetapi masih ada jarak
lahan kosong sebelumnya. Jika kita menghadap barat pun akan demikian, tetapi
jaraknya sangat dekat. Jika kita menghadap timur maka yang tampak adalah
makam-makam dan pepohonan yang banyak pada batas pandangan kita. Dan
pada sisi selatan kita akan melihat tanah berkontur yang menurun dan luas
tanpa dibatasi oleh apapun. Dari keempat arah horison tersebut tampak adanya
perbedaan mengenai apa yang kita lihat di setiap sisinya. Di sini saya melihat
Le Corbusier mencoba untuk memberikan apa yang terlihat oleh kita sebagai
reaksi dari apa yang kita lihat di keempat horison tersebut, sehingga secara tidak
langsung merupakan penyesuaian terhadap keempat horison yang ada.

3
arsitektur.net
2008 vol. 2 no. 4
Selanjutnya, penyesuaian tersebut berupa bentuk dari fasad di keempat
sisi tersebut. Namun sebenarnya bentukan-bentukan itu sendiri merupakan
tanggapan atau respon dari yang terlihat. Misalnya seperti yang terjadi di sisi
barat, Le Corbusier memberikan bentuk cembung yang memberikan kesan
menutup karena memang pada sisi tersebut dibatasi oleh pepohonan yang
banyak. Sedangkan pada sisi selatan yang terlihat merupakan tanah berkontur
menurun yang luas dijadikan sebagai arah datangnya orang-orang datang
dengan memberikan bentuk cekung pada dindingnya. Begitu pula halnya pada
sisi utara yang terlihat berupa tanah kosong. Walaupun pada ujungnya terdapat
pepohonan yang banyak, namun pada sisi ini lebih cenderung terkesan seperti
menarik sesuatu dengan dua bentuk cembung yang kosong di bagian tengahnya.
Bagian timur lebih merupakan penghormatan kepada makam-makam yang ada
yaitu dengan memanfaatkan ruang terbuka yang terdapat di luar.

Dari uraian tersebut di atas, saya mencoba untuk menuangkan kembali apa yang
telah dilakukan oleh Le Corbusier dengan mengungkapkan kembali apa saja
sebenarnya yang tertangkap oleh horison yang ada di sekitar saya. Berkaca dari
Ronchamp terlihat bahwa geometrinya lahir dari apa yang terlihat dari keempat
horisonnya. Saya ingin mencoba mengungkapkan kembali rumus geometri
tersebut dalam bentuk dua dimensi.

Yang saya ungkapkan pada gambar tersebut merupakan serangkaian gambar


yang tertangkap oleh mata saya secara horizontal ketika saya berdiri dan
mencoba untuk menggerakkan pandangan saya ke seluruh sisi horizontal saya.
Setelah seluruh gambar telah tertangkap, maka gambar-gambar tersebut saya
rangkai dan susun menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Jika kita melihat
gambar tersebut maka terlihat seolah-olah merupakan gambar yang tertangkap
sekali pandangan saja, namun sebenarnya itu merupakan gabungan dari semua
sisi horison.

Sehingga pada akhirnya dapat saya simpulkan bahwa sebenarnya rumus


geometri pada kapel Ronchamp sangat didominasi oleh gaya atau pengaruh
dari luar yaitu tapak serta horison pada khususnya. Le Corbusier melihat adanya
dua kondisi antara yang kita lihat dan yang terlihat oleh mata kepala kita sendiri.
Kedua kondisi tersebut tentunya sangat berkaitan erat. Selain posisi yang
menentukan, saya juga melihat bahwa sebenarnya bangunan itu sendiri menjadi
sesuatu yang terlihat. Dan sesuatu yang terlihat tersebut ada setelah melewati
suatu rangkaian proses pembentukan geometri.

4
arsitektur.net
2008 vol. 2 no. 4
Saya menyimpulkan bahwa rangkaian proses pembentukan geometri itu
merupakan sesuatu yang terlihat oleh mata kepala kita, yang sebenarnya adalah
suatu respons atau tanggapan atau jawaban dari apa yang kita lihat. Khususnya
pada Ronchamp, Le Corbusier telah memanfaatkan kesan menerima sesuatu,
menarik sesuatu ataupun bahwa menciptakan suatu kesan akan penolakan
terhadap sesuatu.

Daftar Pustaka

Baker, Geoffrey (1996). Le Corbusier an Analysis of Form. London: Spons Press.

Curtis, William (1986). Le Corbusier Ideas and Forms. London: Phaidon Press.

Richards, Simon (1973). Le Corbusier and the Concept of Self. London: Yale
University Press.

Anda mungkin juga menyukai