Anda di halaman 1dari 7

Ramadhanisa A | Conjunctivitis Bakterial Treatment in Kota Karang Village

CONJUNCTIVITIS BAKTERIAL TREATMENT IN KOTA KARANG


VILLAGE

Aqsha Ramadhanisa
Faculty of Medicine, Universitas Lampung

Abstract
Conjunctivitis is an eye disease that can occur in adults and children. The incident of conjungtivitis in Indonesia
currently occupies the second place of 10 major eye disease. In the treatment of disease, the approach in medical
care not only focuses on the biological aspect (disease) but also influence by phisicosocial aspect. Because of the
interaction between social communities and families with the help of the community environment is helpful not
only in solving clinical problem but also phisycosocial issues. Ny. H 41 y.o experienced left eye red, watery, and
itchy. Neighbors and the patients mother also experienced the same thing. The diagnosis of bakterial conjunctivitis
based on some recent research, treatment and education provided is oksitetracyclin family of good hygiene
practices and healthy and extension about conjunctivitis. Maintain hygiene and behavior change is essential in
improving public health.

Keywords: Conjunctivitis bakterial, Behavior, Hygiene, Medical Care Family

Abstrak
Konjungtivitis adalah penyakit mata yang dapat terjadi pada orang dewasa dan anak-anak. Dalam penanganan
penyakit, pendekatan dalam pelayanan medis tidak hanya berfokus pada aspek biologi (penyakit) tetapi
juga dipengaruhi aspek psikososial. Karena itu interaksi antara komunitas sosial dan keluarga dengan
bantuan lingkungan komunitasnya sangat membantu tidak hanya dalam menyelesaikan masalah klinis
saja tetapi juga masalah psikososial. Ny. H 41 tahun mengalami mata kiri merah, berair, dan gatal. Tetangga dan
ibu pasien juga mengalami hal yang sama. Diagnosis konjungtivitis bakterial berdasarkan beberapa penelitian
terbaru, pengobatan diberikan adalah oksitetracyclin dan edukasi keluarga tentang perilaku hidup bersih dan sehat
serta penyuluhan konjungtivitis. Menjaga kebersihan dan perubahan perilaku sangat penting dalam meningkatkan
kesehatan masyarakat.

Kata Kunci : Konjungtivitis Bakterial, Perilaku, Higienitas, Pelayanan Kedokteran Keluarga.

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 |1


Ramadhanisa A | Conjunctivitis Bakterial Treatment in Kota Karang Village

Pendahuluan konjungtivitis akibat kimia dan mekanik


lebih sering terjadi pada pria.5
Konjungtivitis adalah penyakit Dalam waktu 12 sampai 48 jam
mata yang dapat terjadi pada orang setelah infeksi mulai, mata menjadi
dewasa dan anak-anak. Di Negara maju merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa
seperti Amerika, telah diperhitungkan terbentuk ulkus kornea, abses,
bahwa 6 juta penduduknya telah perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk
terkena konjungtivitis akut1 dan mengatasi konjungtivitis bisa diberikan
diketahui insiden konjungtivitis bakteri tablet, suntikan maupun tetes mata
sebesar 135 per 10.000 penderita, baik yang mengandung antibiotik.6
pada anak-anak maupun pada dewasa Di Indonesia penyakit ini masih
dan juga lansia.2 Insidensi banyak terdapat dan paling sering
konjungtivitis di Indonesia saat ini dihubungkan dengan kondisi
menduduki tempat kedua (9,7%) dari lingkungan yang tidak Hygiene.7
10 penyakit mata utama.3 Dalam 1 Hygiene adalah suatu usaha
bulan terakhir didapatkan data bahwa pencegahan penyakit yang menitik
penderita konjungtivitis di wilayah kerja beratkan pada usaha kesehatan
Puskesmas Kota Karang berjumlah 206 perseorangan atau manusia beserta
orang. lingkungan tempat orang tersebut
Konjungtivitis adalah proses berada.8
inflamasi akibat infeksi atau non-infeksi Kasus
pada konjungtiva yang ditandai dengan Pasien Ny. H, usia 41 tahun,
dilatasi vaskular, infiltrasi seluler, dan datang dengan mata kiri merah sejak
eksudasi.4 Konjungtivitis yang 2 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh
disebabkan oleh mikro-organisme mata terasa gatal dan berair. Pasien
(terutama virus dan kuman atau mengaku saat bangun tidur terdapat
campuran keduanya) ditularkan melalui kotoran mata yang cukup banyak. Tidak
kontak dan udara. ada keluhan pandangan mata kabur
Terdapat beberapa bentuk dan keluhan lain yang mengganggu
konjungtivitis tertentu yang terjadi aktivitasnya. Ibu dan tetangga pasien
pada kelompok usia tertentu. Pada juga mengalami hal yang sama.
anak, sering terjadi keratokonjungtivitis Keadaan umum tampak sakit
vernal, sedangkan keratokonjungtivitis ringan. Didapatkan vital sign suhu: 36,7
atopik dan alergika sering terjadi pada oC, tekanan darah: 120/80 mmHg, frek.

dewasa muda. Sekitar 1-3% pengguna nadi: 60x/menit dan frek. nafas: 20
kontak lensa terkena konjungtivitis x/menit. Mata kiri visus 6/6, palpebra
papiler raksasa dan 10% neonatus superior dan inferior edema (-),
mengalami konjungtivitis dengan supersilia dan silia dalam batas normal,
berbagai penyebab. Konjungtivitis bulbus oculi strabismus (-), gerak bola
infeksius mengenai perempuan dan mata ke segala arah, injeksi konjungtiva
laki-laki dengan insidens yang sama. (+), secret (+) hiperemis (+), sikatrik (-),
Namun, konjungtivitis sicca lebih sering siliar injeksi (-), kornea jernih, camera
terjadi pada perempuan. Sebaliknya, oculi anterior kedalaman cukup, iris
keratokonjungtivitis vernal dan kripta baik, pupil bulat, regular, sentral,
diameter 3 mm, refleks cahaya (+),

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 |2


Ramadhanisa A | Conjunctivitis Bakterial Treatment in Kota Karang Village

lensa jernih, fundus refleks tidak tetap menggunakan tetes mata yang
diperiksa dan kanan dalam batas telah ia gunakan sebelumnya untuk
normal. telinga, hidung, mulut, mengobati matanya. Pasien juga sering
tenggorokan dan leher dalam batas menyentuh mata kirinya kemudian
normal. Cor, pulmo, abdomen, menyentuh mata kanannya tanpa
ekstremitas dan status neurologis tidak mencuci tangan terlebih dahulu. Hal ini
ada kelainan. Berdasarkan anamnesis menyebabkan mata kanan pasien juga
dan pemeriksaan fisik didapatkan ikut tertular, menjadi merah dan berair
diagnosis pada pasien ini adalah serta menghasilkan secret yang lebih
konjungtivitis bakterial (ICD X H 10.0). banyak di pagi hari. Oleh karena itu
Tatalaksana yang dilakukan pasien diedukasi mengenai penularan
pada pasien adalah dengan farmakologi konjungtivitis serta kembali diberi
dan non farmakologi. Terapi oksitetrasiklin untuk matanya.
farmakologis yang diberikan adalah Pada kunjungan kedua
Oksitetrasiklin 1% zalp. Non dilakukan perencanaan intervensi
farmakologi yang dilakukan adalah edukasi pada pasien dan keluarga
dengan memberikan konseling pada mengenai penyakit konjungtivitis
keluaraga mengenai konjungtivitis dan beserta komplikasinya, memberikan
melakukan promosi kesehatan melalui dukungan pada keluarga untuk
kunjungan ke rumah pasien. Tujuan mengobati seluruh anggota keluarga
kunjungan ini adalah untuk mencegah yang mengalami keluhan yang sama
penularan konjungtivitis bakterial pada dan pencegahan penularan
anggota keluarga yang lain serta konjungtivitis. Intervensi yang
tetangga pasien dan meningkatkan dilakukan berupa pemberian booklet
kesehatan keluarga terutama mengenai tentang perilaku hidup bersih dan sehat
perilaku mencari pengobatan. di rumah tangga dan memberi
Pada pasien ini dilakukan penyuluhan tentang konjungtivitis
kunjungan rumah sebanyak 3 kali, pada pasien dan keluarga.
dimana pada kunjungan pertama hal Pada kunjungan ketiga (7hari
yang dilakukan ialah berkenalan dari kunjungan pertama) dilakukan
dengan pasien dan keluarganya dan evaluasi dan didapatkan bahwa mata
meminta izin untuk dilakukan pasien telah kembali normal serta ibu
pembinaan serta melakukan anamnesa pasien telah berkurang bengkak di
secara keseluruhan kepada pasien dan matanya.
anggota keluarganya. Berdasarkan Selain ibu pasien, tetangga
pertemuan pertama didapati bahwa ibu pasien juga mengalami hal yang sama.
pasien telah mengalami keluhan yang Menurut pasien saat ini sedang banyak
sama sejak 1 minggu yang lalu disertai yang menderita penyakit ini di
dengan pembengkakkan pada kelopak lingkungan rumahnya.
mata namun ibu pasien tidak dibawa ke Pembahasan
puskesmas, hal ini membuat kondisi Berdasarkan anamnesa dapat
matanya semakin parah. Sehingga saat diketahui bahwa pasien menderita
pasien mendapatkan obat dari konjungtivitis.9 Konjungtivitis adalah
puskesmas pasien memberikan obat peradangan pada konjungtiva yang
tersebut pada ibunya sedangkan pasien umumnya ditandai dengan iritasi, gatal,

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 |3


Ramadhanisa A | Conjunctivitis Bakterial Treatment in Kota Karang Village

sensasi benda asing, dan berair atau termasuk konjungtivitis. Jenis secret
secret pada mata.10 dan gejala okular dapat digunakan
untuk menentukan penyebab
konjungtivitis. 13 Misalnya, secret
purulen atau mukopurulen sering
disebabkan oleh konjungtivitis bakteri,
sedangkan cairan yang encer lebih pada
konjungtivitis virus14, gatal juga
berhubungan dengan konjungtivitis
alergi.15,16 Meskipun dalam pelayanan
primer pemeriksaan mata sering
terbatas karena kurangnya slitlamp,
informasi yang berguna dapat
diperoleh dengan penlight.
Pemeriksaan mata harus fokus pada
penilaian terhadap ketajaman visual,
jenis sekret, cor-neal opacity, bentuk
Gambar 3. Algoritma pendekatan klinis
dan ukuran pupil, pembengkakan
untuk konjungtivitis akut9
kelopak mata, dan adanya proptosis.9
Konjungtivitis berdasarkan
Antibiotik topikal tampaknya
penyebab dapat dibagi menjadi
lebih efektif pada pasien yang memiliki
menular dan tidak menular. Virus dan
hasil kultur bakteri gram positif. Dalam
bakteri merupakan penyebab infeksi
review sistemik, ditemukan antibiotik
menular yang paling umum. Pathogen
topical efektif untuk meningkatkan
yang paling sering menyebabkan
tingkat kesembuhan klinis dan
konjungtivitis bakterial pada dewasa
mikrobiologi pada kelompok pasien
adalah staphylococcal sp., diikuti
dengan kultur yang terbukti
dengan Streptococcus pneumonia dan
konjungtivitis. Penelitian lain
Haemophilus influenzae.10
menemukan perbedaan yang signifikan
Konjungtivitis tidak menular
dalam angka kesembuhan klinis ketika
termasuk alergi, racun, dan sikatrik
frekuensi antibiotik diberikan sedikit
konjungtivitis, serta peradangan
berubah.10,17
sekunder untuk penyakit immune-
Semua obat tetes mata
mediated dan proses neoplastik.
antibiotik spektrum luas tampaknya
Penyakit ini juga dapat diklasifikasikan
secara umum efektif dalam mengobati
menjadi akut, hiperakut, dan kronis
konjungtivitis bakteri. Tidak ada
sesuai dengan onset dan tingkat
perbedaan yang signifikan dalam
keparahan klinis.11,12 Selain itu dapat
mencapai kesembuhan klinis antara
berupa primer atau sekunder untuk
salah satu antibiotik topikal spektrum
penyakit sistemik seperti gonore,
luas. Faktor-faktor yang mempengaruhi
klamidia, dan sindrom Reiter.11
pilihan antibiotik adalah ketersediaan
Pemeriksaan mata yang
lokal, alergi pasien, resistensi, dan
terfokus dan riwayat penyakit sangat
biaya. Terapi antibiotik harus
penting untuk membuat keputusan
mempertimbangkan secret dari
yang tepat tentang perawatan dan
konjungtivitis, apakah purulen atau
pengelolaan kondisi mata apapun,

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 |4


Ramadhanisa A | Conjunctivitis Bakterial Treatment in Kota Karang Village

mukopurulen dan untuk pasien yang saputangan Bersama, menghindari


menggunakan lensa kontak, gangguan mengucek-ngucek mata, dan pada
kenyamanan, yang memiliki pasien yang menderita konjungtivitis,
immunocompromised dan yang hendaknya segera membuang tissu
dicurigai sebagai konjungtivitis klamidia atau sejenisnya setelah membersihkan
atau gonokokus.18,19 Tidak ada kotoran mata.22
penelitian yang telah dilakukan untuk Masalah kesehatan masyarakat
mengevaluasi efektivitas dekongestan adalah multi kausal maka
mata, garam topikal, atau kompres pemecahannya harus multidisiplin.
hangat untuk mengobati konjungtivitis Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat
bakteri. Steroid topikal harus dihindari sebagai seni atau praktiknya
karena risiko berpotensi mempunyai bentangan yang luas.
memperpanjang perjalanan penyakit Semua kegiatan baik yang langsung
dan potensiasi infeksi.11 maupun tidak langsung untuk
Pasien ini juga diberi edukasi mencegah penyakit (preventif),
untuk tidak menyentuh matanya dan meningkatkan kesehatan (promotif),
mencuci tangannya saat sebelum dan terapi (terapi fisik, mental, dan sosial)
sesudah makan, saat kembali ke rumah adalah upaya kesehatan masyarakat.23
dan saat telah menyentuh matanya. Pendidikan kesehatan pada
Edukasi ini diberikan karena transmisi hakikatnya adalah suatu kegiatan atau
dari penyakit ini berasal dari air mata usaha untuk menyampaikan pesan
yang telah terkontaminasi bakteri kesehatan kepada masyarakat,
ataupun tangan yang telah kelompok atau individu. Dengan
terkontaminasi. Sehingga higienitas dari harapan bahwa dengan adanya pesan
tangan harus tetap terjaga.20 Selain itu tersebut, masyarakat, kelompok atau
penularan konjungtivitis juga berasal individu dapat memperoleh
dari droplet udara, kontak lens dan air pengetahuan tentang kesehatan yang
yang telah terkontaminasi yang baik. Akhirnya pengetahuan tersebut
digunakan untuk membersihkan diharapkan dapat berpengaruh
mata. 21 23
terhadap perilakunya. Perilaku adalah
Pencegahan konjungtivitis semua kegiatan atau aktivitas manusia,
diantaranya sebelum dan sesudah baik yang diamati langsung, maupun
membersihkan atau mengoleskan obat, yang tidak dapat diamati oleh pihak
pasien konjungtivitis harus mencuci luar. Blum (1974) mengemukakan
tangannya agar menulari orang lain, bahwa perilaku merupakan faktor yang
tidak menyentuh mata yang sehat dominan mempengaruhi kesehatan
sesudah menyentuh mata yang sakit, setelah lingkungan, dimana perilaku
tidak menggunakan handuk atau lap selalu berperan dalam lingkungan, baik
bersama dengan orang lain, lingkungan fisik, sosial maupun sosial
menggunakan lensa kontak sesuai budaya dan kemudian baru ditunjang
dengan petunjuk dari dokter dan pabrik oleh tersedianya fasilitas kesehatan
pembuatnya, mengganti sarung bantal yang terjangkau oleh masyarakat, dan
dan handuk yang kotor dengan yang terakhir adalah faktor keturunan,
bersih setiap hari, menghindari dimana faktor ini erat kaitannya
penggunaan bantal, handuk dan dengan gen yang diturunkan terhadap

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 |5


Ramadhanisa A | Conjunctivitis Bakterial Treatment in Kota Karang Village

individu.24 Perilaku mencari 3. Ilyas, S. 2006. Ilmu penyakit mata. Ed


pengobatan pada pasien beserta 3. Jakarta: FKUI
4. Vaughan, A. 2010. Oftalmologi
keluarga kurang sehingga dibutuhkan Umum Edisi 17. Jakarta: EGC.
kunjungan rumah untuk lebih 5. Lang GK. 2000. Lang ophthalmology.
mengenal kehidupan pasien dan New York: Thieme.
keluarganya agar dapat merubah 6. Khurana AK. 2007. Comprehensive
perilakunya. ophtalmology. 4th edition. New Delhi:
New Age Publishers.
Outbreak adalah peningkatan 7. Erwin. 2012. Tingkat Pengetahuan
insidensi kasus yang melebihi Siswa-Siswi SMA Methodist Pematang
ekspektasi normal secara mendadak Siantar Terhadap Konjungtivitis.
pada suatu komunitas, di suatu tempat (Skripsi). Universitas Sumatera Utara.
terbatas, misalnya desa, kecamatan, Medan.
8. Widyati, Retno dan Yuliars.2002.
kota, atau institusi yang tertutup Hygiene dan Sanitasi Umum dan
(misalnya sekolah, tempat kerja, atau Restoran. Jakarta: Grasindo.
pesantren) pada suatu periode waktu 9. Azhari,AA. 2013. Conjungtivitis: A
tertentu.25 Di Puskesmas Kota karang Systematic Review of Diagnosis and
didapatkan bahwa jumlah penderita Treatment. JAMA. 310(16): 1721-1729.
10. Epling J, Smucny J. 2011. Bacterial
konjungtivitis pada 1 bulan terakhir conjunctivitis. Clin Evid.
mengalami peningkatan yang cukup 11. American Academy of Ophthalmology.
tinggi dibandingkan bulan sebelumnya 2011. Cornea/External Disease Panel.
sehingga dapat dikatakan bahwa kasus Preferred Practice Pattern Guidelines:
konjungtivitis di wilayah kerja Conjunctivitis-Limited Revision. San
Francisco, CA : American Academy of
Puskesmas Kota Karang merupakan Ophthalmology.
kasus outbreak. 12. Mannis, MJ.; Plotnik, RD. 2006.
Bacterial conjunctivitis. In: Tasman,
SIMPULAN W.; Jaeger, EA., editors. Duanes
Konjungtivitis bakterial di wilayah Ophthalmology on CD-ROM. Lippincott
Williams & Wilkins.
kerja Puskesmas Kota Karang 13. Rietveld RP, van Weert HC, ter Riet G,
merupakan kasus outbreak yang multi Bindels PJ. 2003. Diagnostic impact of
kausal. Salah satu pemecahannya signs and symptoms in acute
dengan kunjungan ke rumah pasien infectious conjunctivitis: systematic
untuk merubah perilakunya sehingga literature search. BMJ. 327(7418):789.
14. Yannof, J. 2004. Disorders of the
dapat mencegah penyebaran penyakit conjunctiva and limbus
dan meningkatkan kesehatan Ophthalmology. 2nd ed. Mosby.
masyarakat. Spain:Elsiver. 397-412.
15. OBrien TP, Jeng BH, McDonald M,
DAFTAR PUSTAKA Raizman MB. 2009. Acute
conjunctivitis: truth and
1. Udeh BL, Schneider JE, Ohsfeldt RL. misconceptions. Curr Med Res Opin.
2008. Cost effectiveness of a point-of- 25(8):19531961.
care test for adenoviral conjunctivitis. 16. Morrow GL, Abbott RL. 1998.
Am J Med Sci. 336(3):254264. Conjunctivitis. Am Fam Physician.
2. Smith AF, Waycaster C. 2009. Estimate 57(4):735746.
17. Szaflik J, Szaflik JP, Kaminska A,
of the direct and indirect annual cost
Levofloxacin Bacterial Conjunctivitis
of bacterial conjunctivitis in the United Dosage Study Group. 2009. Clinical
States. BMC Ophthalmol. 9:13 and microbiological efficacy of
levofloxacin administered three times

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 |6


Ramadhanisa A | Conjunctivitis Bakterial Treatment in Kota Karang Village

a day for the treatment of bacterial


conjunctivitis. Eur J Ophthalmol.
19(1):19.
18. Hovding G. 2008. Acute bacterial
conjunctivitis. Acta Ophthalmol.
86(1):517.
19. Cronau H, Kankanala RR, Mauger T.
2010. Diagnosis and management of
red eye in primary care. Am Fam
Physician. 81(2):137144.
20. Bennett, G et al. 2008. SHEA/APIC
Guideline: Infection Prevention and
Control in the Long-Term Care Facility.
Am J Infect Control. 36(7): 504-535.
21. Akinsinde, KA et al. 2011. Bacteriologic
and Plasmid Analysis of Etiologic
Agents of Conjunctivitis in Lagos,
Nigeria. J Ophthal Inflamm Infect. 1:
95-103
22. James, Bruce, et al. 2006 . Lecture
Notes Oftalmologi, 9th eds. Jakarta :
Erlangga.
23. Notoatmodjo, Soekidjo.
2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan
Seni. Jakarta : Rineka Cipta.
24. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :
Rineka Cipta.
25. Aragn T, Enanoria W, Reingold A.
2007. Conducting an outbreak
investigation in 7 steps (or less).
Center for Infectious Disease
Preparedness, UC Berkeley : School of
Public Health.

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 |7

Anda mungkin juga menyukai