Case Report
Case Report
TUBERCULOSIS PARU
Disusun Oleh :
Ni Wayan Siska Anggraeni, S.Ked
2. Anamnesis
Keluhan Utama
Keluhan tambahan
Sesak nafas, keringat malam, demam, nafsu makan menurun, dan badan
terasa lemas
Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang ke IGD RSPBA dengan keluhan batuk darah sejak 1 hari
SMRS. Batuk darah berwarna merah segar dan kurang lebih 1 sendok makan
batuk darah dialami, os sudah mengalami batuk selama 2 minggu ini. Batuk
mengatakan batuk ini disertai dengan sesak bagian dada jika batuk menyerang.
mengalami keringat malam pada saat ia tidur dan badan terasa lemas. Os tidak
merasakan nyeri kepala, pusing, dan nyeri perut. Saat ditanya, keluarga Os
1
dengan lancar, tidak menderita diare dan tidak ada BAB hitam. BAK juga
tahun 2012 dan pada bulan Juni 2016 kembali menjalani pengobatan 6 bulan
Riwayat Kebiasaan
sudah berhenti sejak tahun 1997 yang lalu. Os mengaku tidak pernah
wajar.
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Status Generalisata
Kulit
2
Warna : Sawo matang Efloresensi : Tidak ada
Kepala
Rambut : Normal
Mata
Telinga
Hidung
3
Trauma : Tidak ada Nyeri : Tidak ada
Leher
Mulut
Dada
Paru-paru
Depan Belakang
Inspeksi Kanan
Kiri Simetris, dan sela iga melebar.
Palpasi Kanan Massa (-) krepitasi (-) Vocal fremitus simetris
Kiri kanan dan kiri simetris
Perkusi Kanan Hipersonor Hipersonor
Kiri Hipersonor Hipersonor
Auskultas Kanan Suara napas Ronki basah
i Kiri Rk (+/+)
Wh(-/-)
Jantung
- Perkusi :
4
Batas kanan atas : ICS II linea parasternalis dextra
Abdomen
Inspeksi : Dinding perut simetris dengan dinding dada, asites (-),
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, ginjal tidak teraba
Ekstremitas
Status Neurologi
5
5 5
5 5
o Refleks fisiologis
Bicep : Normal (+/+)
Tricep : Normal (+/+)
Patela : Normal (+/+)
Achilles : Normal (+/+)
o Refleks patologis : Tidak ditemukan
o Sensibilitas : DBN
o Sistem Saraf Otonom : BAB ( + ) BAK ( + )
o Fungsi luhur : Tidak ada kelainan
4. Pemeriksaan Penunjang
HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
Lk: 14-18 gr%
Hemoglobin 12,9
Wn: 12-16 gr%
Leukosit 11.900 4500-10.700 ul
Hitung jenis leukosit
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 0 1-3%
Batang 1 2-6 %
Segmen 81 50-70 %
Limposit 12 20-40 %
Monosit 4 2-8 %
Lk: 4.6- 6.2 ul
Eritrosit 5,2
Wn: 4.2- 5,4 ul
Lk: 40-54 %
Hematokrit 37
Wn: 38-47 %
Trombosit 269.000 159-400 ul
MCV 76 80-96
MCH 24 27-31 pg
MCHC 32 32-36 g/dl
MIKROBIOLOGI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
TGL 20 JANUARI 2017
BTA PAGI (I) Negatif Negatif
6
TGL 21 JANUARI 217
BTA PAGI (II) Negatif Negatif
sebagai berikut :
7
Pulmo : Corakan bronkovaskuler kedua lapangan paru tampak meningkat
KESAN :
5. Resume
Tn.M usia 58 tahun datang ke IGD RSPBA dengan keluhan batuk darah
sejak 1 hari SMRS. Batuk darah sebanyak 1 gelas belimbing dalam sehari.
Awalnya batuk berdahak warna putih keabuan. Selain itu os juga mengeluh
sesak nafas, demam naik turun, nafsu makan menurun, sering keringat malam
dan badan terasa lemas. Keluhan tersebut diawali sekitar 5 tahun lalu yaitu
pada tahun 2012. Os memilki riwayat Tb paru sejak tahun 2012 sudah
menjalani pengobatan 6 bulan secara tuntas dan pada bulan Juni 2016 os
ditemukan inspeksi sela iga yang melebar, perkusi ditemukan paru kanan kiri
hipersonor. Auskultasi kanan kiri terdengar suara napas ronki basah. Pada
8
Laboratorium : Hb : 12,9 gr%, Leukosit : 11.900, Eritrosit : 5,2 ul,
6. Diagnosis
Diagnosis Kerja
7. Usulan Pemeriksaan
- Spirometri
- Uji resistensi Obat
8. Penatalaksanaan
Non Medikamentosa :
Tirah baring
Bubur yang cukup kalori
Menghindari aktivitas fisik yang berlebihan
Medikamentosa :
IVFD RL XX tpm/makro
Asam traneksamat ampl 3x1/iv
Racikan caps 3x1 (Kodein 10 mg + ambroxol 30 mg + metil pred 4 mg
+ salbutamol 2 mg)
Ceftriaxon vial 2x1gr/iv
9
9. Prognosis
Follow Up
10
Tanggal 20/01/2017 Tanggal 21/01/2017
S= batuk berdarah (+), sesak nafas (+) demam S= batuk berdarah (+), sesak nafas (+) demam
(+), badan terasa lemas (+), dan nafsu (+), badan terasa lemas (+), dan nafsu
makan menurun(+). makan menurun(+).
O= kesadaran : Compos Mentis O= kesadaran : Compos Mentis
TD: 110/80 mmHg TD: 110/70
N: 79x/menit N: 90x/menit
R: 22x/menit R: 22x/menit
T:36,80c T:36,50c
BTA (-)
A= TB paru
A= TB paru
P=
Cek BTA P=
Asam traneksamat ampl 3x1/iv Cek BTA
Kodein 10 mg + ambroxol 30 mg + metil pred 4 Asam traneksamat ampl 3x1/iv
mg + salbutamol 2 mg mfla dtd cap 3x1 Kodein 10 mg + ambroxol 30 mg + metil pred 4
Ceftriaxon vial 2x1gr/iv mg + salbutamol 2 mg mfla dtd cap 3x1
Ceftriaxon vial 2x1gr/iv
Vit K tab 3x1
Barotex 3x1
Dexametason 1amp
S= batuk (+), sesak nafas (-) demam (+), badan S= batuk (-), sesak nafas (-) demam (-), badan
terasa lemas (+), dan nafsu makan menurun(+). terasa lemas (-), dan nafsu makan menurun(-).
O= kesadaran : Compos Mentis O= kesadaran : Compos Mentis
TD: 120/80 TD: 120/80
N: 70x/menit N: 70x/menit
R: 20x/menit R: 20x/menit
T:36,60c T:36,60c
BTA (-) BTA (-)
A= TB paru A= TB paru
P= P= BLPL
BAB II
ANALISIS KASUS
11
Penemuan pada kasus Berdasarkan teori
Batuk berdahak 2 minggu Anamnesis
Batuk darah 1. Gejala respiratorik
Sesak nafas - batuk > 2 minggu
- batuk darah
Demam
- sesak napas
Keringat malam - nyeri dada
Berat badan menurun 2. Gejala sistemik
Nafsu makan menurun - Demam.
Badan lemas - gejala sistemik lain adalah malaise, keringat
Konjungtiva anemis malam, anoreksia dan berat badan menurun.
Riwayat Tb paru (+) 3. Gejala tuberkulosis ekstraparu
Riwayat merokok (+) Gejala tuberkulosis ekstraparu tergantung dari
Pemeriksaan paru : organ yang terlibat
Inspeksi : sela iga melebar Pemeriksaan fisik
Perkusi : hipersonor kedua paru Keadaan umum pasien mungkin ditemukan
Auskultasi : ronki basah kedua paru konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena
Pemeriksaan lab : anemia, suhu demam (subfebris), badan kurus
Hb : 12,9 gr% atau berat badan menurun. Pada pemeriksaan
Leukosit : 11.900 fisik pasien sering tidak menunjukan suatu
Eritrosit : 5,2 ul kelainan pun terutama pada kasus-kasus dini
Hematokrit 37 % Tempat kelainan lesi TB paru yang paling
MCV : 76 dicurigai adalah bagian apeks (puncak) paru.
MCH : 24 pg Pada auskultasi, hanya akan ditemukan ronki
Pemeriksaan foto thorax : basah halus. Bila dicurigai adanya infiltrat yang
Deviasi trakea ke kanan agak luas, maka didapatkan perkusi yang redup,
Corakan bronkovaskuler kedua fremitus yang menguat dan auskultasi suara
lapangan paru tampak meningkat nafas bronkial. Bila sudah terjadi kavitas,
Tampak tampak bercak infiltrat di ditemukan suara timpani pada perkusi yang
perihiler dan parakardial kiri disertai suara napas amforis. Sebaliknya bila
Tampak gambaran lusen avaskuler di terjadi atelektasis, misalnya pada destroyed
hemitorak kanan. lung, suara nafas setempat akan melemah
Sinus kostofrenikus kanan tumpul, kiri sampai hilang sama sekali.
Pemeriksaan Penunjang
tumpul
Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi
TB aktif :
a. Bayangan berawan / nodular di segmen apikal
dan posterior lobus atas paru dan segmen
superiorlobus bawah.
b. Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh
bayangan opak berawan atau nodular.
c. Bayangan bercak milier
d. Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral
(jarang)
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB
inaktif :
a. Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior
lobus atas.
b. Kalsifikasi atau fibrotik
c. Fibrosis parenkim paru dan atau penebalan
pleura
Luluh Paru (Destroyed Lung ) :
Gambaran radiologik yang menunjukkan
kerusakan jaringan paru yang berat, biasanya
12
secara klinis disebut luluh paru. Gambaran
radiologik luluh paru terdiri dari atelektasis,
multikaviti dan fibrosis parenkim paru.
Tuberkulosis Primer
Pasien dengan TB primer sering menunjukkan
gambaran foto normal. Kelainan foto toraks pada
tuberculosis primer ini adalah adalah limfadenopati,
parenchymal disease, miliary disease, dan efusi
pleura. Pada paru bisa dijumpai infiltrat dan kavitas.
2. Tuberkulosis sekunder
Kavitas merupakan ciri dari tuberculosis sekunder.
Bercak infiltrat yang terlihat pada foto rontgen
biasanya dilapangan atas dan segmen apikal lobi
bawah. Kadang-kadang juga terdapat di bagian
basal paru yang biasanya disertai oleh pleuritis.
Pembesaran kelenjar limfe pada tuberkulosis
sekunder jarang dijumpai.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis.1
EPIDEMIOLOGI
Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru
tuberkulosis pada tahun 2002, 3,9 juta adalah kasus BTA positif. Sepertiga
13
penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberculosis dan menurut regional WHO
jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus
TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus per
100.000 penduduk.1
Sebagian besar dari kasus TB ini (95%) dan kematiannya (98%) terjadi di
produktif yaitu 20-49 tahun. Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga 1985
ETIOLOGI
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman
sel lipoid sehingga tahan asam, oleh karena itu kuman ini disebut pula sebagai
Basil Tahan Asam (BTA). Karena pada umumnya Mycobacterium tahan asam,
secara teoritis BTA belum tentu identik dengan basil TB. Namun, karena dalam
keadaan normal penyakit paru yang disebabkan oleh Mycobacterium lain jarang
sekali dalam praktik, sehingga BTA dianggap identik dengan basil TB.1,2
Basil TB sangat rentan terhadap sinar matahari, sehingga dalam beberapa
menit saja akan mati. Basil TB juga sangat rentan terhadap panas, sehingga dalam
waktu 2 menit saja basil TB yang berada dalam lingkungan basah sudah akan mati
14
bila terkena air bersuhu 100C. Selain itu, kuman ini akan terbunuh dalam
CARA PENULARAN
Proses terjadinya infeksi oleh M.Tuberculosis biasanya secara inhalasi,
organ lainnya. Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang
mengandung droplet nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru dengan
batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam (BTA). Apabila
yang berukuran kurang dari 5 mikron dan akan melayang-layang di udara. Ada
jumlah basil dan virulensinya. Dapatlah dimengerti bahwa semakin banyak basil
kecil. Dengan ventilasi yang baik, membuat adanya pertukaran udara dari dalam
rumah dengan udara segar dari luar, dan dapat juga mengurangi bahaya penularan
ventilasi yang jelek serta cahaya matahari yang kurang. Lingkungan hidup yang
15
PATOGENESIS
A. TUBERKULOSIS PRIMER
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di
disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mugkin timbul di
bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang
integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon,
16
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Kejadian penyebaran ini
B. TUBERKULOSIS POST-PRIMER
apikal dari lobus superior maupun lobus inferior.Sarang dini ini awalnya
berbentuk suatu sarang pneumonik kecil. Nasib sarang pneumonik ini akan
cacat.
2. Sarang tadi mula mula meluas, tapi segera terjadi proses
17
keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan
(stellate shaped).
KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
1. Berdasarkan lokasi
18
a. Tuberkulosis Paru BTA (+)
positif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif
M.tuberculosis positif
Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum diperiksa
a. Kasus baru
Adalah penderita yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT
atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis
harian).
b. Kasus kambuh (relaps)
Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
19
d. Kasus gagal
Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan)
Adalah penderita dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik
positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan dan
mendukung
Pada kasus dengan gambaran radiologik meragukan lesi TB aktif,
GAMBARAN KLINIK
Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal
dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah
1. Gejala respiratorik
- batuk > 2 minggu
- batuk darah
- sesak napas
- nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis
20
pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses
penyakit, maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama
badan menurun.
3. Gejala tuberkulosis ekstraparu
Gejala tuberkulosis ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat,
dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosis akan
sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat
cairan.
PEMERIKSAAN FISIK
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfebris),
badan kurus atau berat badan menurun. Pada pemeriksaan fisis pasien sering tidak
penyakit TB.1,4
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks
(puncak) paru. Pada auskultasi, hanya akan ditemukan ronki basah halus sebagai
21
agak luas, maka didapatkan perkusi yang redup, fremitus yang menguat dan
Bila sudah terjadi kavitas, akan ditemukan gejala-gejala kavitas, berupa suara
timpani pada perkusi yang disertai suara napas amforis. Sebaliknya bila terjadi
atelektasis, misalnya pada destroyed lung, suara nafas setempat akan melemah
Pada umumnya, selalu akan didapatkan ronki basah mengingat bahwa selalu
pula terbentuk sekret dan jaringan nekrotik. Makin banyak sekret dan makin besar
bronkus tempat sekret itu berada, makin kasarlah ronki yang didengar. Melihat ini
(pleiomorfi)1,2
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto
foto toraks bisa sebagai usul tetapi bukan sebagai diagnosa utama pada TB.
pada orang-orang yang dengan hasil tes tuberkulin ( +) dan tanpa menunjukkan
gejala.
22
2. Bila klinis ada dugaan terhadap penyakit tuberkulosis paru, tetapi pada foto
rontgen tidak terlihat kelainan, maka ini merupakan tanda yang kuat bukan
tuberkulosis.
3. Sebaliknya, bila tidak ada kelainan pada foto toraks belum berarti tidak ada
tuberkulosis, sebab kelainan pertama pada foto toraks baru terlihat sekurang
tersebut aktif.
6. Dari bentuk kelainan pada foto rontgen memang dapat diperoleh kesan tentang
8. Pemeriksaan rontgen juga penting untuk penilaian hasil tindakan terapi seperti
9. Pemeriksaan rontgen tuberculosis paru saja tidak cukup dan dewasa ini
rontgen adalah suatu keharusan, yaitu foto posterior anterior (PA), bila perlu
23
Ada 3 macam proyeksi pemotretan pada foto toraks pasien yang dicurigai
TB, yaitu :
Pada posisi PA, pengambilaii foto dilakukan pada saat pasien dalam posisi
berdiri, tahan nafas pada akhir inspirasi dalam. Bila terlihat suatu kelainan
2. Proyeksi Lateral
kepala. Pengambilan foto dilakukan pada saat pasien tahan napas dan akhir
inspirasi dalam.
kelainan pada daerah apeks kedua paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya
dibuat setelah foto rutin diperiksa dan bila terdapat kesulitan dalam
posisi berdiri dengan arah sinar menyudut 35-45 derajat arah caudocranial,
a. Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru
nodular.
24
c. Bayangan bercak milier
d. Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
biasanya secara klinis disebut luluh paru. Gambaran radiologik luluh paru
terdiri dari atelektasis, multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk
tersebut.
b. Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologik untuk memastikan aktiviti proses
penyakit
1. Tuberkulosis Primer8
anak, tetapi bisa terjadi pada orang dewasa dengan daya tahan tubuh yang
Pada 15% kasus tidak ditemukan kelainan, bila infeksi berkelanjutan barulah
Lokasi kelainan biasanya terdapat pada satu lobus, dan paru kanan lebih
sering terkena, terutama di daerah lobus bawah, tengah dan lingula serta
25
segmen anterior lobus atas. Kelainan foto toraks pada tuberculosis primer ini
pleura. Pada paru bisa dijumpai infiltrat dan kavitas. Salah satu komplikasi
26
Tuberculosis dengan komplek primer (hanya hilus kiri membesar). Foto toraks PA
dan lateral
27
2. Tuberkulosis sekunder atau tuberkulosis reinfeksi8
Tuberkulosis yang bersifat kronis ini terjadi pada orang dewasa atau
28
Bercak infiltrat yang terlihat pada foto rontgen biasanya dilapangan atas
dan segmen apikal lobi bawah. Kadang-kadang juga terdapat di bagian basal
paru yang biasanya disertai oleh pleuritis. Pembesaran kelenjar limfe pada
Association ( ATA ).
daerah yang dibatasi oleh garis median, apeks dan iga 2 depan, sarang-sarang
29
2. Tuberkulosis lanjut sedang ( moderately advance tuberculosis ) : Luas sarang
-sarang yang berupa bercak infiltrat tidak melebihi luas satu paru. Sedangkan
bila ada kavitas, diameternya tidak melebihi 4 cm. Kalau bayangan sarang
dihinggapi sarang-sarang lebih dari 1 paru atau bila ada lubang -lubang, maka
Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan
a. Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan
luas tidak lebih dari volume paru yang terletak di atas chondrostemal junction
dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau
Ada beberapa bentuk kelainan yang dapat dilihat pada foto rontgen, antara
lain :
2. Sarang produktif, berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya tegas dan
densitasnya sedang.
30
5. Sarang kapur ( kalsifikasi)
Tuberkuloma
bersifat suatu lesi yng menempati ruangan ( space occupying lesion / SOL ).
penyakit yang tidak begitu virulen bahkan biasanya tuberkuloma bersifat tidak
aktif lebih-lebih bila batasnya licin, tegas dan dipinggirnya ada sarang perkapuran,
sesuatu yang dapat dilihat jelas pada tomogram. Diagnostik diferensialnya dengan
suatu tumor sejati adalah bahwa didekat tuberkuloma sering ditemukan sarang
kapur.
31
Foto Toraks dengan proyeksi PA dan Lateral yang terdapat pada anak -anak
berusia 7 bulan dengan TB Milliar. Terdapat beberapa nodul di seluruh lapangan
keduaparu. Dan terdapat konsolidasi di lobus kanan atas
Penyembuhan
Sering terjadi pada anak-anak (tuberkulosis primer dan pada orang dewasa
-pembuluh darah besar di kedua hilli ke atas. Pembuluh darah besar di hilli
32
dinamakan Sarang - sarang Simon ( Simon's foci). Secara rontgenologis,
sarang baru dapat dinilai sembuh ( proses tenang ) bila setelah jangka waktu
1. Pleuritis
penyebaran hematogen. Pada keadaan normal rongga pleura berisi cairan 10-
15 ml. Efusi pleura bias terdeteksi dengan foto toraks PA dengan tanda
meniscus sign/ellis line, apabila jumlahnya 175 ml. Pada foto lateral dekubitus
efusi pleura sudah bias dilihat bila ada penambahan 5 ml dari jumlah normal.
Penebalan pleura di apikal relative biasa pada TB paru atau bekas TB paru.
2. Penyebaran miliar
sebesar kepala jarum (milium), tersebar secara merata di kedua belah paru.
Pada foto toraks, tuberkulosis miliaris ini menyerupai gambaran 'badai kabut
(Snow storm apperance). Penyebaran seperti ini juga dapat terjadi pada Ginjal,
3. Stenosis bronkus
33
Stenosis bronkus dengan akibat atelektasis lobus atau segmen paru yang
4. Kavitas (lubang)
Timbulnya lubang ini akibat melunaknya sarang keju. Dinding lubang sering
tipis berbatas licin atau tebal berbatas tidak licin. Di dalamnya mungkin
terlihat cairan, yang biasanya sedikit. Lubang kecil dikelilingi oleh jaringan
fibrotik dan bersifat tidak berubah-ubah pada pemeriksaan berkala (follow up)
dinamakan lubang sisa (residual cavity) dan berarti suatu proses lama yang
sudah tenang.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik
untuk tuberkulosis. Laju endap darah ( LED) jam pertama dan kedua sangat
dalam keadaan supresi / tidak. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi
34
kurang spesifik. Selain itu juga dapat ditemukan Anemia ringan dengan
tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik kurang berarti, apalagi pada orang
dewasa. Uji ini akan mempunyai makna bila didapatkan konversi dari uji yang
dilakukan satu bulan sebelumnya atau apabila kepositifan dari uji yang didapat
yang sudah diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan murah, sehingga dapat
mendapat sputum, terutama pasien yang tidak batuk atau batuk yang non
produktif. Dalam hal ini, dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan sputum,
pasien dianjurkan minum air sebanyak 2 liter dan diajarkan melakukan refleks
sebelumnya.
Cara pengambilan dahak dilakukan 3 kali, setiap pagi 3 hari berturut-turut atau
dengan cara:6
Sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Dahak Pagi ( keesokan harinya )
35
Sewaktu/spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)
lnterpretasi hasil pemeriksaan mikroskopik dari 3 kali pemeriksaan ialah bila :
2 kali positif, 1 kali negatif Mikroskopik positif
1 kali positif, 2 kali negatif ulang BTA 3 kali
1 kali positif, 2 kali negatif Mikroskopik positif
3 kali negatf Mikroskopik negatif
Interpretasi pemeriksaan mikroskopik dibaca dengan skala bronkhorst
o Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif.
o Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman
yang ditemukan.
o Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
o Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+)
o Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+)
4. Pemeriksaan Cairan Pleura
Pemeriksaan analisis cairan pleura & uji Rivalta cairan pleura perlu dilakukan
Rivalta positif dan kesan cairan eksudat, serta pada analisis cairan pleura
36
akan diperiksa sebanyak 30 ml diteteskan ke bantalan warna biru,
berikatan dengan antigen dan membentuk garis warna merah muda. Uji
suatu alat yang berbentuk sisir plastik. Sisir plastik ini kemudian
terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai
dengan aktiviti penyakit, maka akan timbul perubahan warna pada sisir
diperoleh, para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang
37
imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB
diagnosis.
ALUR
38
TATALAKSANA TB
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan
paru)
c. TB di luar paru kasus berat.
39
Pengobatan fase lanjutan, bila diperlukan dapat diberikan selama 7 bulan,
dengan paduan 2RHZE / 7 RH, dan alternatif 2RHZE/ 7R3H3, seperti pada
keadaan:
a. TB dengan lesi luas
b. Disertai penyakit komorbid (Diabetes Melitus, Pemakaian obat
imunosupresi / kortikosteroid)
c. TB kasus berat (milier, dll) Bila ada fasiliti biakan dan uji resistensi,
fase intensif selama 3 bulan (bila ada hasil uji resistensi dapat diberikan obat
sesuai hasil uji resistensi). Lama pengobatan fase lanjutan 6 bulan atau lebih
RHZE / 6 RH Bila tidak ada / tidak dilakukan uji resistensi, maka alternatif
selama 1-2 tahun . Menunggu hasil uji resistensi dapat diberikan dahulu 2
RHZES , untuk kemudian dilanjutkan sesuai uji resistensi. Bila tidak ada /
40
- Dapat pula dipertimbangkan tindakan bedah untuk mendapatkan hasil
yang optimal
- Sebaiknya kasus gagal pengobatan dirujuk ke ahli paru
samping.Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu
selama pengobatan. Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek
samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simtomatik maka pemberian OAT
dapat dilanjutkan.6,7
41
PENGOBATAN SUPORTIF / SIMPTOMATIK
klinisnya.Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat, dapat rawat jalan.
a. Makan makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin
42
2. Penderita rawat inap
EVALUASI PENGOBATAN
Evaluasi klinik
43
i. Sebelum pengobatan
ii. Setelah 2 bulan pengobatan
iii. Pada akhir pengobatan
i. Bila mungkin sebaiknya dari awal diperiksa fungsi hati, fungsi ginjal
dan gula darah , asam urat untuk data dasar penyakit penyerta atau efek
samping pengobatan.
iii. Asam urat diperiksa bila menggunakan pirazinamid.
iv. Pemeriksaan visus dan uji buta warna bila menggunakan etambutol.
v. Penderita yang mendapat streptomisin harus diperiksa uji
terjadi efek samping obat. Bila pada evaluasi klinik dicurigai terdapat
Yang tidak kalah pentingnya selain dari paduan obat yang digunakan adalah
KOMPLIKASI TB
TB LARINGS
44
Karena setiap kali dahak yang mengandung basil TB dikeluarkan melalui larings,
tidaklah mengherankan bila ada basil yang tersangkut di larings dan menimbulkan
PLEURITIS EKSUDATIF
Bila terdapat proses TB di bagian paru dekat sekali dengan pleura, pleuara akan
ikut meradang dan menghasilkan cairan eksudat. Dengan lain kata, terjadilah
pleuritis eksudatif. Tidak jarang proses TB nya masih begitu kecil, sehingga pada
foto paru belum tampak kelainan. Bilamana cairan eksudat masih sedikir, cukup
diberikan terapi spesifik saja, tetapi bila cairan semakin banyak, perlu dilakukan
PNEUMOTHORAKS
Bisa saja terjadi proses nekrotis berlangsung dekat sekali dengan pleura, sehingga
HEMOPTISIS
Hemoptisis adalah ekspektorasi darah yang berasal dari saluran nafas bagian
darah, besar kemungkinan penderita akan mengalami batuk darah, yang dapat
bervariasi mulai dari jarang sekali sampai sering/setiap hari. Variasi lainnya
adalah jumlah darah yang dibatukkan keluar mulai dari sangat sedikit (berupa
45
garis pada sputum) sampai banyak sekali (profus), tergantung pada pembuluh
darah yang terkena. Batuk darah baru akan membahayakan jiwa penderita bila
profus, karena dapat menyebabkan kematian oleh syok dan anemia akut. Di
trakea/larings dan akan menyebabkan asfiksia akut yang dapat berakibat fatal.1,3
Untuk batuk darah yang minimal sampai agak banyak, dapat diberikan koagulan
hebat, perlu dipertimbangkan pemberian transfusi darah segar. Kalau hal ini sering
menjadi permasalahan.3
Dalam stadium akut sampai beberapa hari sesudahnya, sebaiknya diberikan pula
cukup kuat. Hemoptisis dikatakan massif apabila batuk darah mencapai >600 ml
perdarahan
b. Oksigen
46
e. Koreksi koagulopati : Vit K IV
- Batuk darah > 600 cc/24 jam, dan pada observasi tidak berhenti
- Batuk darah > 100-250 cc/24 jam, Hb < 10g/dl. Dan pada observasi tidak
berhenti.
- Batuk darah 100-250 cc/24 jam, Hb >10 gr/dl, pada observasi 48 jam tidak
berhenti.
-
DAFTAR PUSTAKA
3. Danusantoso H. Buku saku ilmu penyakit paru. 2nd Ed. Jakarta: EGC 2012,
p 70-80.
8. Mitchell RN, Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Buku saku dasar patologis
penyakit. Jakarta: EGC 2008, p 429-34.
47