Anda di halaman 1dari 38

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Sistem Kelistrikan

Sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik ke konsumen


(beban), merupakan hal penting untuk dipelajari. Mengingat penyaluran tenaga
listrik ini, prosesnya melalui beberapa tahap, yaitu dari pembangkit tenaga listrik
penghasil energi listrik, disalurankan ke jaringan transmisi langsung ke gardu
induk. Dari gardu induk tenaga listrik disalurkan ke jaringan distribusi primer dan
melalui gardu distribusi langsung ke jaringan distribusi sekuder, tenaga listrik
dialirkan kekonsumen.
Dengan demikian sistem distribusi tenaga listrik berfungsi membagikan
tenaga listrik kepada pihak pemakai melalui jaringan tegangan menengah dan
jaringan tegangan rendah, sedangkan suatu saluran transmisi berfungsi untuk
menyalurkan tenaga listrik bertegangan tinggi ke pusat-pusat beban dalam daya
yang besar (melalui jaringan transmisi). Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat
melalui jaringan distribusi. Oleh sebab itu jaringan distribusi merupakan bagian
jaringan listrik yang paling dekat dengan masyarakat.
Sistem tenaga listrik saat ini merupakan suatu sistem terinterkoneksi yang
sangat komplek, yang terdiri dari pembangkitan, penyaluran (transmisi dan
subtransmisi), distribusi dan pembebanan.
Komponen utama dalam pembangkitan tenaga listrik saat ini adalah
generator ac tiga phasa yang dikenal sebagai generator sinkron atau alternator,
transformator dan penggerak mula. Generator sinkron mempunyai dua kumparan
medan yang dihasilkan oleh rotor untuk menjaga kecepatan sinkron dan yang
dieksitasi oleh arus dc, selain medan yang dihasilkan oleh kumparan stator oleh
arus jangkar 3 phasa. Arus dc untuk kumparan rotor dihasilkan oleh sistem eksitasi.
Unit generator yang lama, eksitasinya adalah dc generator yang terhubung pada
poros yang sama dan menyediakan eksitasi melalui slip ring.
Pada gambar 2.1 dibawah ini dapat dilihat, bahwa tenaga listrik yang
dihasilkan dan dikirimkan ke konsumen melalui Pusat Pembangkit Tenaga Listrik,

4
Gardu Induk, Saluran Transmisi, Gardu Induk, Saluran Distribusi, dan kemudian ke
beban (konsumen tenaga listrik). (Daman Sumanto)

Gambar 2.1 Sistem pendistribusian tenaga listrik

Saat ini sistem eksitasinya memakai generator ac dengan penyearah yang


berputar yang dikenal sebagai brushless excitation sistem (sistem eksitasi dengan
brushless). Sistem eksitasi generator ini terdiri dari pembangkit tegangan dan
kontrol aliran daya reaktif, karena komutator generator ac dapat membangkitkan
daya yang besar dengan tegangan yang tinggi misalnya 30 kV, maka ukuran
generator disuatu pembangkit bervariasi dari 50 MW hingga 1500 MW.

2.2 Sistem Proteksi


a. Prinsip Sistem Proteksi
5
Sistem proteksi menetukan keandalan dan kesinambungan penyaluran listrik
sampai kepada konsumen.Oleh karena itu perancangan sistem tenaga perlu
mempertimbangkan kondisi gangguan yang mungkin terjadi dengan analisa
gangguan. Dari analisa gangguan akan ditentukan sistem proteksi yang
digunakan, spesifikasi switchgear, rating circuitbreaker (CB) serta penetapan
besaran-besaran yang menetukan bekerjanya suatu relay (setting relay) untuk
keperluan.
Pengertian sistem proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem pengaman
yangdilakukan kepada peralatan-peralatan listrik yang terpasang pada suatu sistem
tenaga listrik, misalnya generator, transformator, jaringan, dan lain-lain terhadap
kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri (Referensi bahan ajar sistem proteksi
1).

Proteksi terhadap sistem tenaga listrik diperlukan karena beberapa alasan


dibawah ini :
1. Untuk menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan
peralatan akibat gangguan (kondisi abnormal operasi sitem). Semakin
cepat reaksi perangkat proteksi yang digunakan maka akan semakin kecil
pengaruh gangguan terhadap kemungkinan kerusakan alat.
2. Untuk cepat melokalisir luar daerah terganggu menjadi sekecil mungkin.
3. Untuk memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi
kepada konsumen dan mutu listrik yang baik.
4. Untuk mengamankan manusia terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan
oleh listrik.

b. Persyaratan Kualitas Proteksi


Proteksi yang baik dan berkualitas diperlukan untuk mencapai keanadalan
penyaluran listrik sampai ke konsumen. Maka dari itu dibutuhkan beberapa
persyaratan sebagai berikut:
Reabilitas (keandalan)
Persyaratan ini adalah penyebab utama dari outage rangkaian adalah
tidak bekerjanya proteksi sebagai mana mestinya dengan klasifikasi
sebagai kesalahan desain/setting, kesalahan instalasi/pengujian,
penurunan usia peralatan.
Selektif dan Diskriminisasi

6
Sistem proteksi ketika terjadi gangguan maka yang bekerja harus yang
hanya dibutuhkan untuk bekerja dan mengisolasi bagian yang mengalami
gangguan saja.Sifat selektif ini disebut juga diskriminisasi dan dapat
dicapai dengan dua metode umum yaitu time grading dan unit
system.
Time grading yaitu proteksi dalam zona yang berurutan diatur untuk
beroperasi pada waktu yang dinilai berdasarkan urutan dari peralatan
sehingga ketika terjadi gangguan, maka yang berhubungan langsung
dengan zona terganggu yang akan melakukan fungsi proteksi tersebut.
Proteksi unit sistem ini dapat diaplikasikan di seluruh sistem, dank arena
tidak melibatkan waktu dalam operasinya maka akan beroperasi dengan
cepat.
Stablitas
Sifat stabilitas biasasnya dihubungkan dengan skema proteksi unit dan
berhubungan dengan kemampuan untuk tetap tidak beroperasi apabila
terjadi di luar zona yang dilingdunginya.
Kecepatan operasi
Fungsi dari system proteksi adalah untuk mengisolasi gangguan yang
terjadi dalam sistem tenaga listrik dengan cepat.
Sensitivitas (kepekaan)
Sensitivitas digunakan pada level operasi minimum dari relay misalnya
tegangan, arus, daya. Relay disebut sensitif jika operasi primer dan
parameter-parameternya rendah.
Proteksi pendukung
Tiap-tiap sisem proteksi melindungi suatu area zona daya tertentu. Ada
kemungkinan daerah zona-zona kecil yang berdekatan seperti trafo arus
dan circuit breaker tidak dilingdungi.dalam kondisi ini sistem back-
upakan memberikan perlindungan karena berlapis dengan zona-zona
utama.
Perlindungan ekonomis
Dalam sistem distribusi aspek ekonomis hampir mengatasi aspek teknis,
oleh karena jumlah feeder.Trafo dan sebagainya yang begitu banyak,
yang penting persyaratan keamanan yang pokok dipenuhi.

2.3 Jaringan Distribusi


Jaringan distribusi dikelompokkan menjadi dua, yaitu jaringan distribusi primer
dan jaringaan distribusi sekunder. Tegangan distribusi primer yang dipakai PLN adalah
7
20 kV, 12 kV, 6 KV. Pada saat ini, tegangan distribusi primer yang cenderung
dikembangkan oleh PLN adalah 20 kV. Tegangan pada jaringan distribusi primer,
diturunkan oleh gardu distribusi menjadi tegangan rendah yang besarnya adalah
380/220 V,dan disalurkan kembali melalui jaringan tegangan rendah kepada konsumen.
Sistem distribusi adalah bagian yang terhubung pada gardu induk distribusi ke
konsumen. Saluran distribusi primer biasanya mempunyai level tegangan 4 kV hingga
34,5kV. Ada beberapa beban konsumen yang langsung disuplai dari level tegangan
distribusi primer (contohnya beban industri). Pada jaringan distribusi sekunder tegangan
diturunkan sesuai level tegangan konsumen misalnya 380/220 V.

Gambar 2.2 Singline diagram 20 kV

2.3.1. Pengaman Jaringan Distribusi


Fuse Cut Out (FCO) merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik
yang berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja denga cara meleburkan
bagian dari komponennya (fuse link) yang telah dirancang khusus dan
disesuaikan dengan ukurannya itu. Disamping itu FCO merupakan peralatan
proteksi yang bekerja apabila terjadi gangguan arus lebih. Alat ini akan
memutuskan rangkaian listrik yang satu dengan yang lain apabila dilewati arus
yang melewati kapasitas kerjanya. Prinsip kerjanya adalah ketika terjadi
gangguan arus maka fuse pada cut out akan putus, dan tabung ini akan lepas dari
pegangan atas, dan menggantung di udara, sehingga tidak ada arus yang
mengalir ke sistem.

8
Pengertian Fuse (Pelebur) merupakan suatu alat pemutus yang dengan
meleburnya bagian dari komponennya yang telah dirancang khusus dan
disesuaikan ukurannya untuk itu, membuka rangkaian dimana pelebur tersebut
terpasang dan memutuskan arus bila arus tersebut melebihi suatu nilai tertentu
dalam waktu yang cukup. Fuse cut out (sekring) adalah suatu alat pengaman
yang melindungi jaringan terhadap arus beban lebih (over load current) yang
mengalir melebihi dari batas maksimum, yang disebabkan karena hubung
singkat (short circuit) atau beban lebih (over load). Konstruksi dari fuse cut out
ini jauh lebih sederhana bila dibandingkan dengan pemutus beban (circuit
breaker) yang terdapat di Gardu Induk (sub-station). Akan tetapi fuse cut out
ini mempunyai kemampuan yang sama dengan pemutus beban tadi. Fuse cut
out ini hanya dapat memutuskan satu saluran kawat jaringan di dalam satu alat.
Apabila diperlukan pemutus saluran tiga fasa maka dibutuhkan fuse cut out
sebanyak tiga buah.
Adapun cara perlindungannya adalah dengan melelehkan fuse link,
sehingga dapat memisahkan antara bagian yang sehat dan yang terganggu.
Sedangkan fuse link itu sendiri adalah elemen inti dari FCO yang terletak di
dalam fuse holder dan mempunyai titik lebur tertentu. Jika beban jaringan
sesudah FCO menyentuh titik lebur tersebut, maka fuse link akan meleleh dan
akan memisahkan jaringan sebelum FCO dengan jaringan sesudah FCO. Pada
LBS, Fuse Cut Out ini dipasang untuk mengamankan jaringan atau system dari
arus hubung singkat pada VT. Jika terjadi masalah/kerusakan pada VT
sehingga FCO akan segera memutus rangkaian listrik agar jaringan aman dari
arus hubung singkat pada VT.
a. Prinsip Kerja
Pada sistem distribusi fuse cut out yang digunakan mempunyai prinsip
kerja melebur, apabila dilewati oleh arus yang melebihi batas arus nominalnya.
Biasanya Fuse Cut Out dipasang setelah PTS maupun LBS untuk memproteksi
feeder dari gangguan hubung singkat dan dipasang seri dengan jaringan yang
dilindunginya, Fuse Cut Out juga sering ditemukan pada setiap transformator.
Penggunaan fuse cut out ini merupakan bagian yang terlemah di dalam
jaringan distribusi. Karena fuse cut out boleh dikatakan hanya berupa sehelai
kawat yang memiliki penampang disesuaikan dengan besarnya arus maksimum

9
yang diperkenankan mengalir di dalam kawat tersebut. Pemilihan kawat yang
digunakan pada fuse cut out ini didasarkan pada faktor lumer yang rendah dan
harus memiliki daya hantar (conductivity) yang tinggi. Faktor lumer ini
ditentukan oleh temperatur bahan tersebut. Biasanya bahan-bahan yang
digunakan untuk fuse cut out ini adalah kawat perak, kawat tembaga, kawat
seng, kawat timbel atau kawat paduan dari bahan bahan tersebut. Pada
umumnya diantara kawat diatas, yang sering digunakan adalah kawat logam
perak, hal ini karena logam perak memiliki Resistansi Spesifik (/cm) yang
paling rendah dan titik lebur (oC) yang rendah. Kawat ini dipasangkan di
dalam tabung porselin yang diisi dengan pasir putih sebagai pemadam busur
api, dan menghubungkan kawat tersebut pada kawat fasa, hingga arus mengalir
melaluinya.

Tabel 2.1. Spesifikasi Jenis Logam Untuk Jaringan Tegangan Menengah


Titik Lebur Resistansi Spesifik
No Jenis Logam
(C) (/cm)
1 Tembaga 1090 1.7
2 Aluminium 665 2.8
3 Perak 980 1.6
4 Timah 240 11.2
5 Seng 419 6.0
Sumber :Diposkan oleh Aji Nurmawan di Sunday, April 12, 2015

Jika arus beban lebih melampaui batas yang diperkenankan, maka kawat
perak di dalam tabung porselin akan putus dan arus yang membahayakan dapat
dihentikan. Pada waktu kawat putus terjadi busur api, yang segera dipadamkan
oleh pasir yang berada di dalam tabung porselin. Karena udara yang berada di
dalam porselin itu kecil maka kemungkinan timbulnya ledakan akan berkurang
karena diredam oleh pasir putih. Panas yang ditimbulkan sebagian besar akan
diserap oleh pasir putih tersebut. Apabila kawat perak menjadi lumer karena
tenaga arus yang melebihi maksimum, maka waktu itu kawat akan hancur.
Karena adanya gaya hentakan, maka tabung porselin akan terlempar keluar dari
kontaknya. Dengan terlepasnya tabung porselin ini yang berfungsi sebagai
saklar pemisah, maka terhidarlah peralatan jaringan distribusi dari gangguan
arus beban lebih atau arus hubung singkat.

10
Umur dari fuse cut out ini tergantung pada arus yang melaluinya. Bila
arus yang melalui fuse cut out tersebut melebihi batas maksimum, maka umur
fuse cut out lebih pendek. Oleh karena itu pemasangan fuse cut out pada
jaringan distribusi hendaknya yang memiliki kemampuan lebih besar dari
kualitas tegangan jaringan, lebih kurang tiga sampai lima kali arus nominal
yang diperkenankan. Fuse cut out ini biasanya ditempatkan sebagai pengaman
tansformator distribusi, dan pengaman pada cabang-cabang saluran feeder yang
menuju ke jaringan distribusi sekunder.

b. Konstruksi FCO

11
Keterangan gambar :

1. Isolator Porselin
2. Kontak Tembaga (disepuhperak)
3. Alat Pemadam / Pemutus Busur
4. Tutup Yang Dapat dilepas (darikuningan)
5. Matakai t(daribrons)
6. Tabung pelebu r(dariresin)
7. Penggantung (darikuningan)
8. Klem pemegang (daribaja)
9. Klem terminal (dari kuningan)

2.3.2 Tipe jaringan distribusi


a. Sistem Distribusi Radial
Bentuk jaringan ini merupakan bentuk dasar yang paling banyak digunakan.
Sistem ini dikatakan radial karena jaringan listriknya ditarik secara radial dari
Gardu Induk ke pusat-pusat beban. Di setiap penyulangnya terdapat transformator
distribusi yang dilengkapi dengan sekring. Transformator distribusi diletakan
sedekat mungkin dengan beban sehingga umumnya terletak di dalam kota yang
dilayani kota bukan desa. Selain itu sering didapat kesulitan untuk meletakan gardu
induk (GI) di dalam kota, untuk itu dibangun gardu hubung (GU). Antara GI dan
GH dihubungkan oleh dua sirkit tegangan menengah yang dilengkapi dengan relay
selektif jika ada salah satu sirkit terganggu masih ada satu yang beroperasi.
Konstruksi jaringan distribusi tipe radial seperti terlihat pada Gambar 2.3 di
bawah ini :

12
Gambar 2.3. Konstruksi Jaringan Tipe Radial

Keuntungan dari penggunaan sistem radial ini adalah:


Bentuknya sederhana
Biaya investasinya relatif murah
Pengamatan dan pemeliharaan lebih sederhana
Mudah menampung perkembangan beban yang menyebar.
Kerugian dari pengguna sistem radial ini adalah:
Kualitas pelayanan rendah, karena rugi-rugi tegangan dan rugi-rugi daya
yang terjadi pada saluran relatif besar.
Kontinuitas pelayanan kurang terjamin, karena jika salah satu bagian sistem
terganggu, maka seluruh sistem jaringan terganggu.

b. Sistem Ring/Mesh
Sistem ring adalah pengembangan dari system radial yakni adanya
hubungan antar penyulang melalui pemutus tenaga (PMT) dari beberapa penyulang
ketika ada keperluan khusus atau gangguan. Karena mengikuti perkembangan
beban, sistem yang awalnya berbentuk radial akhirnya menjadi sistem ring seperti
yang terlihat pada gambar 2.4 berikut :

Gambar 2.4. konstruksi Sistem Distribusi Tipe Ring

Keterangan :
TD : Trafo Distribusi
A,B : PMT
G : Ground
1,2,3,4 : Circuit Breaker

Keuntungan dari penggunaan sistem ini yaitu keandalan yang tinggi dari
segi kualitas tegangan maupun kontinuitas penyaluran daya juga lebih fleksibel
dalam mengikuti pertumbuhan dan perkembangan beban. Sedangkan
kekurangannya adalah biaya investasi awalnya lebih mahal dan dalam

13
pengoperasianya membutuhkan tenaga trampil serta koordinasi perencanaan yang
teliti dan rumit.

c. Sistem distribusi spindle


Sitem jaringan spindle merupakan bentuk-bentuk modifikasi yang berfungsi
meningkatkan keandalan dan kuantitas sistem. Pada jaringan spindle memiliki
express feeder atau penyulang ekspress yaitu saluran yang tidak terbebani.
Penyulang ekpress dikhususkan untuk menyalurkan daya listrik dari gardu induk ke
gardu-gardu hubung tanpa pemakaian selama dalam perjalanan. Dari gardu hubung
daya listrik akan dibagi ke beberapa penyulang untuk selanjutnya disalurkan ke
pusat-pusat beban. Kontruksi jaringan tipe spindle seperti terlihat pada Gambar 2.5
dibawah ini :

Gambar 2.5. Konstruksi Jaringan Tipe Spindel

Keterangan :
GI : Gardu Induk CB : Circuit Breaker
GH : Gardu Hubung G : Ground
TD : Trafo Distribusi

2.4. Komponen Jaringan Distribusi

Yang dimaksud dengan sistem distribusi tenaga listrik adalah suatu sistem
yang didesain dan dibangun untuk memasok daya listrik bagi sekelompok beban,
dan hal tersebut merupakan suatu sistem yang cukup kompleks, dimulai dari
instalasi (sumber/ source sampai instalasi beban/load). Tenaga listrik dihasilkan di
pusat-pusat pembangkit tenaga listrik seperti di PLTU, PLTA, PLTG, PLTGU dan
14
PLTD. Dengan tegangan yang kebanyakan merupakan tegangan 20 KV, pada
jaringan tenaga listrik terdapat 2 jenis tegangan yaitu Jaringan Tegangan Menengah
(JTM) dan Jaringan Tegangan Rendah (JTR). JTM menyalurkan tegangan 6 KV, 12
KV atau 20 KV, sedangkan pada saluran JTR menyalurkan tegangan 220 V dan 380
V.
Komponen yang digunakan pada sistem distribusi tenaga listrik antara lain sebagai
berikut:
1) Tiang
Tiang listrik merupakan salah satu komponen utama dari konstruksi jaringan
distribusi dengan saluran udara. Pada jaringan distribusi tiang yang biasa
digunakan adalah tiang beton dan juga tiang besi.
- Tiang Listrik Beton (concrete/Semen) adalah sebuah material tiang
listrik yang terbuat dari beton atau semen dengan kriteria panjang 9
meter untuk tiang listrik tegangan rendah (TR) dan 12 meter untuk
tiang listrik tegangan menengah (TM).
- Tiang Listrik Besi adalah tiang listrik yang terbuat dari material besi
yang berbentuk pipa selanjutnya dimodifikasi khusus untuk
penyangga listrik.
- Tiang Kayu
SPLN 115 : 1995 berisikan tentang Tiang Kayu untuk jaringan
distribusi, kekuatan, ketinggian dan pengawetan kayu sehingga pada
beberapa wilayah pengusahaan PT PLN Persero bila suplai kayu
memungkinkan, dapat digunakan sebagai tiang penopang penghantar
penghantar SUTM
Tiang listrik harus kuat karena selain digunakan untuk menopang hantaran
listrik juga digunakan untuk meletakan peralatan-peralatan pendukung
jaringan distribusi tenaga listrik tegangan menengah. Penggunaan tiang
listrik disesuaikan dengan kondisi lapangan.

a. Spesifikasi Konstruksi Tiang


Spesifikasi tiang kayu yang dapat digunakan pada jaringan distribusi harus
memenuhi SPLN 115:1995 tentang Tiang kayu untuk jaringan distribusi.
Spesifikasi Tiang besi yang dapat dipergunakan pada Saluran Udara

15
Tegangan Menengah, sesuai SPLN 54 : 1983 tentang Standar Tiang Besi
Baja dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut :

Tabel 2.2. Spesifikasi Tiang Besi Baja untuk Jaringan Tegangan Menengah

Beban Kerja (daN) 100 200 350 500 800 1200


Diameter C - 114.3 165.2 190.7 216.3 267.4
B - 165.2 190.7 267.4 318.5 355.6
bagian-
bagian A - 190.7 267.4 318.5 355.6 406.7
tiang (mm)
Tebal pipa C - 5.6 4.5 4.5 6 6
B - 6 7 8 8 8
(mm)
A - 7 7 9 8 12
Panjang C - 2500 2500 2500 2500 2500
B - 2500 2500 2500 2500 2500
bagian-
bagian
A - 6000 6000 6000 6000 6000
tiang TT
(mm)
Lenturan
pada beban - 196 144 142 108 106
kerja (mm)
Tebal
selongsong - 7 7 9 8 12
(mm)
Panjang
selongsong - 600 600 600 600 600
(mm)
Berat tiang
- 306 446 564 700 973
(kg)
Sumber : PT. PLN Persero Edisi tahun 2010

Sedang untuk tiang beton, tipe tubular sesuai SPLN 93 : 1991 tentang Tiang
Beton Pratekan untuk jaringan distribusi, spesifikasi konstruksi tiang beton
penampang bulat dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut :

Tabel 2.3. Spesifikasi Tiang Beton Baja untuk Jaringan Tegangan Menengah

16
Panjang Tinggi Titik Diameter (cm) Beban Kerja (daN)
(m) Tumpu/Batas Tanam
(m)
15.7 100
15.7 200
19 350
9 1.5
19 500
22 800
22 1200
19 200
19 350
11 1.9 19 500
22 800
22 1200
19 200
19 350
12 2.0 19 500
22 800
22 1200
19 200
19 350
13 2.2 19 500
22 800
22 1200
19 200
19 350
14 2.4 19 500
22 800
22 1200
Sumber : PT. PLN Persero Edisi tahun 2010

2) .Isolator
Isolator adalah suatu peralatan listrik yang berfunsi untuk mengisolasi
konduktor atau penghantar. Menurut fungsinya isolator dapat menahan berat dari
konduktor / kawat penghantar, mengatur jarak dan sudut antar konduktor serta
menahan adanya perubahan pada kawat penghantar akibat temperatur dan angin.
Bahan yang digunakan untuk pembuatan isolator yang banyak digunakan pada
sistem distribusi tenaga listrik adalah isolator dari bahan porselin / keramik dan
isolator dari bahan gelas.
Ada beberapa jenis konstruksi isolator dalam sistem distribusi, antara lain :
- Isolator gantung ( suspension type insulator )
- Isolator jenis pasak ( pin type insulator )
17
3) Kawat Penghantar
Dalam penggunaan penghantar di sistem jaringan percabangan SUTM
berfungsi untuk menghantarkan arus listrik dari suatu bagian keinstalasi atau
bagian yang lain. Penghantar yang digunakan untuk jaringan distribusi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut (A. Arismunandar, 1993) :
a) Menurut konstruksinya terdiri dari
- Kawat padat (solid wire)
- Kawat rongga (hollow conductor)
- Kawat berkas
b) Menurut bahanya terdiri dari
- Kawat logam biasa
- Kawat logam campuran
- Kawat logam paduan (composite)
- Kawat lilit campuran
Dalam pemilihan kabel pengantar harus memiliki beberapa sifat-sifat sebagai
berikut :
Memiliki daya hantar yang tinggi
Memiliki kekuatan tarik yang tinngi
Memiliki berat jenis yang rendah
Memiliki fleksibilitas yang tinggi
Tidak cepat rapuh
Memiliki harga yang murah
Jenis-jenis bahan penghantar antara lain :
Kawat logam biasa BCC (Bare Copper Conductor)
Kawat logam campuran AAAC (All Almunium Alloy Conductor)
AAC (All AlmuniumConductor)
ACSR (Aluminium Conductor Steel Reinforest) kawat penghantar
aluminium yang berintikan kawat baja
ACAR (Aluminium Conductor Alloy Reinforest) kawat penghantar yang
diperkuat dengan logam campuran
Kawat baja
Kawat baja berlapis tembaga
Kawat baja berlapis aluminium

4) Traves/Cross arm
Cross Arm dipakai untuk menjaga penghantar dan peralatan yang perlu
dipasang diatas tiang. Material Cross Arm terbuat dari besi. Cross Arm dipasang
pada tiang. Pemasangan dapat dengan memasang klem-klem, disekrup dengan
baut dan mur secara langsung. Pada Cross Arm dipasang baut-baut penyangga

18
isolator dan peralatan lainnya, biasanya Cross Arm ini dibor terlebih dahulu
untuk membuat lubang-lubang baut.

6. Arrester
a) Pengertian
Arrester petir atau disingkat arrester adalah suatu alat pelindung bagi
peralatan sistem tenaga listrik terhadap surja petir. Alat pelindung terhadap
gangguan surja ini berfungsi melindungi peralatan sistem tenaga listrik dengan
cara membatasi surja tegangan lebih yang datang dan mengalirkannya ke tanah.
Berhubung dengan fungsinya itu ia harus dapat menahan tegangan system 50 Hz
untuk waktu yang terbatas dan harus dapat melewatkan surja arus ke tanah tanpa
mengalami kerusakan. Ia berlaku sebagai jalan pintas sekitar isolasi. Arrester
membentuk jalan yang mudah untuk dilalui oleh kilat atau petir, sehingga tidak
timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan.
Selain melindungi peralatan dari tegangan lebih yang diakibatkan oleh
tegangan lebih external, arrester juga melindungi peralatan yang diakibatkan
oleh tegangan lebih internal seperti surja hubung, selain itu arrester juga
merupakan kunci dalam koordinasi isolasi suatu system tenagan listrik. Bila
surja datang ke gardu induk arrester bekerja melepaskan muatan listrik serta
mengurangi tegangan abnormal yang akan mengenai peralatan dalam gardu
induk.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh arrester adalah sebagai berikut :
- Tegangan percikan (sparkover voltage) dan tegangan pelepasannya
(discharge voltage), yaitu tegangan pada terminalnya pada waktu
pelepasan, harus cukup rendah, sehingga dapat mengamankan isolasi
peralatan. Tegangan percikan disebut juga tegangan gagal sela (gap
breakdown voltage) sedangkan tegangan pelepasan disebut juga
tegangan sisa (residual voltage) atau jatuh tegangan (voltage drop).

Jatuh tegangan pada arrester = I x R


(2-1)

dimana :

I = Arus maksimal (A)

R = Tahanan arrester (Ohm)


19
- Arrester harus mampu memutuskan arus dinamik dan dapat berkeja terus
seperti semula. Batas dari tegangan sistem dimana arus susulan ini masih
mungkin, disebut tegangan dasar (rated voltage) dari arrester.
b) Macam-macam Arrester
Arrester prinsipnya terdiri dari dua jenis yaitu :
- Arrester jenis ekspulsi atau tabung pelindung
Pada prinsipnya terdiri dari sela percik yang berada dalam tabung serat
dan sela percik yang berada di luar di udara atau disebut juga sela seri.
Bila ada tegangan surja yang tinggi sampai pada jepitan arrester kedua
sela percik, yang diluar dan yang berada di dalam tabung serat, tembus
seketika dan membentuk jalan penghantar dalam bentuk busur api. Jadi
arrester menjadi konduktor dengan impedansi rendah dan melakukan
surja arus dan arus daya system bersama sama. Panas yang timbul
karena mengalirnya arus petir menguapkan sedikit bahan tabung serat,
sehingga gas yang ditimbulkannya menyembur pada api dan
mematikannya pada waktu arus susulan melewati titik nolnya.Arus
susulan dalam arrester jenis ini dapat mencapai harga yang lebih tinggi
sekali tetapi lamanya tidak lebih dari 1 (satu) atau 2 (dua) gelombang,
dan biasanya kurang dari setengah gelombang. Jadi tidak menimbulkan
gangguan.Arrester jenis ekspulsi ini mempunyai karakteristik volt
waktu yang lebih baik dari sela batang dan dapat memutuskan arus
sususlan. Tetapi tegangan percik impulsnya lebih tinggi dari arrester jenis
katup.Tambahan lagi kemampuan untuk memutuskan arus susulan
tergantung dari tingkat arus hubung singkat dari system pada titik dimana
arrester itu dipasang. Dengan demikian perlindungan dengan arrester
jenis ini dipandang tidak memadai untuk perlindungan transformator
daya, kecuali untuk system distribusi. Arrester jenis ini banyak juga
digunakan pada saluran transmisi untuk membatasi besar surja yang
memasuki gardu induk. Dalam penggunaan yang terakhir ini arrester
jenis ini sering disebut sebagai tabung pelindung.
- Arrester jenis katup
Arrester jenis katup ini terdiri dari sela percik terbagi atau sela seri yang
terhubung dengan elemen tahanan yang mempunyai karakteristik tidak
linier. Tegangan frekuensi dasar tidak dapat menimbulkan tembus pada

20
sela seri. Apabila sela seri tembus pada saat tibanya suatu surja yang
cukup tinggi, alat tersebut menjadi penghantar. Sela seri itu tidak bias
memutuskan arus susulan. Dalam hal ini dibantu oleh tahanan tak linier
yang mempunyai karakteristik tahanan kecil untuk arus besar dan tahanan
besar untuk arus susulan dari frekuensi dasar terlihat pada karakteristik
volt ampere. Arrester jenis katup ini dibagi menjadi dalam empat jenis
yaitu :
Arrester katup jenis gardu (station)
Arrester katup jenis saluran (intermediate)
Arrester katup jenis gardu untuk mesin mesin
Arrester katup jenis distribusi untuk mesin mesin (distribution)
c) Karakteristik Arrester
Oleh karena arrester dpakai untuk melindungi peralatan system tenaga
listrik maka perlu diketahui karakteristiknya sehingga arrester dapat digunakan
dengan baik didalam pemakaiannya. Arrester mempunyai tiga karakteristik dasar
yang penting dalam pemakaiannya yaitu :
- Tegangan rated 50 c/s yang tidak boleh dilampaui
- Ia mempunyai karakteristik yang dibatasi oleh tegangan ( voltage
limiting) bila dilalui oleh berbagai macam arus petir.
- Batas termis
Sebagaimana diketahui bahwa arrester adalah suatu peralatan tegangan yang
mempunyai tegangan ratingnya. Maka jelaslah bahwa ia tidak boleh dikenakan
tegangan yang melebihi rating ini, maka didalam keadaan normal maupun dalam
keadaan abnormal. Oleh karena itu menjalankan fungsinya ia menanggung
tegangan system normal dan tegangan lebih transiens c/s. karakteristik
pembatasan tegangan impuls dari arrester adalah harga yang dapat ditahan oleh
terminal ketika melewatkan arus arus tertentu dan harga ini berubah dengan
singkat baik sebelum arus mengalir maupum mulai bekerja. Untuk batas termis
ialah kemampuan untuk mengalirkan arus surja dalam waktu yang lama atau
terjadi berulang ulang tanpa menaikkan suhunya. Meskipun kemampuan
arrester untuk menyalurkan arus sudah mencapai 65000 100.000 ampere,
tetapi kemampuannya untuk melewatkan surja hunbung terutama bila saluran
menjadi panjang dan berisi tenaga besar yang masih rendah.Maka agar supaya
tekanan stress pada isolasi dapat dibuat serendah mungkin, suatu system
perlindungan tegangan lebih perlu memenuhi persyaratan sebagai berikut :

21
- Dapat melepas tegangan lebih ketanah tanpa menyebabkan hubung
singkat ke tanah (saturated ground fault)
- Dapat memutuskan arus susulan
- Mempunyai tingkat perlindungan (protection level) yang rendah,
artinya tegangan percikan sela dan tegangan pelepasannya rendah.
d) Pemilihan Arrester
Dalam memilih arrester yang sesuai untuk keperluan tertentu, beberapa factor
harus diperhatikan, yaitu :
- Kebutuhan perlindungan : ini berhubungan dengan kekuatan isolasi
dari alat yang harus dilindungi dan karakteristik impuls dari arrester.
- Tegangan system : ialah tegangan maksimum yang mungkin timbul
pada jepitan arrester
- Arus hubung singkat system : ini hanya diperlukan pada arrester jenis
ekspulsi.
- Jenis arrester : apakah arrester jenis gardu, jenis saluran, atau jenis
distribusi.
- Factor kondisi luar : apakah normal atau tidak normal (2000 meter
atau lebih di atas permukaan laut), temperatur dan kelembaban yang
tinggi serta pengotoran.
- Faktor ekonomi : faktor ekonomi ialah perbandingan antara ongkos
pemeliharaan dan kerusakan bila tidak ada arrester, atau dipasang
arrester yang lebih rendah mutunya.
Untuk tegangan 69 kV dan lebih tinggi dipakai jenis gardu, sedangkan untuk
tegangan 23 kV sampai 69 kV salah satu jenis di atas dapat dipakai, tergantung
pada segi ekonomisnya.
7. Recloser
a) Pengertian Recloser
Recloser adalah pemutus balik otomatis secara fisik mempunyai kemampuan
sebagai pemutus beban yang dapat bekerja secara otomatis untuk mengamankan
sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat
sebagai pelengkap untuk pengaman terhadap gangguan temporer atau permanen
dan membatasi luas daerah yang padam akibat gangguan.

b) Prinsip Kerja Recloser


Prinsip kerja Recloser hampir sama dengan Circuit Breaker (CB), hanya saja
Recloser dapat disetting untuk bekerja menutup dan membuka beberpa kali secara
otomatis. Misalnya, Apabila feeder mendapat gangguan sementara, bila CB yang

22
digunakan untuk feeder yang mendapat gangguan sementara,akan menyebabkan
hubungan feeder akan terputus. Tetapi jika recloser yang digunakan mengalami
gangguan sementara tidak membuat feeder terputus, maka recloser akan bekerja
beberapa kali sampai akhirnya recloser membuka (Trip).

8. Seksionalizer (SSO)
a) Pengertian dan Fungsi SSO
SSO atau Auto Seksionalizer adalah saklar yang dilengkapi dengan kontrol
elektronik/ mekanik yang digunakan sebagai pengaman seksi Jaringan Tegangan
Menengah. Dan juga sebagai alat pemutus rangkaian/beban untuk memisah-
misahkan saluran utama dalam beberapa seksi, agar pada keadaan gangguan
permanen, luas daerah (jaringan) yang harus dibebaskan di sekitar lokasi
gangguan sekecil mungkin. Bila tidak ada PBO atau relai recloser di sisi sumber
maka SSO tidak berfungsi otomatis (sebagai saklar biasa).

b) Prinsip Kerja SSO


SSO bekerjanya dokoordinasikan dengan pangaman di sisi sumber (seperti
relai recloser atau PBO) untuk mengisolir secara otomatis seksi SUTM yang
terganggu.

9. Transformator

Transformator merupakan suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan


mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik
yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi
elektromagnet.

Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti, yang terbuat dari besi
berlapis, dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer, dan kumparan
sekunder. Rasio perubahan tegangan akan tergantung dari rasio jumlah lilitan
pada kedua kumparan itu. Biasanya kumparan terbuat dari kawat tembaga yang
dibelit seputar kaki inti transformator. Penggunaan transformator yang sangat
sederhana dan andal merupakan salah satu alasan penting dalam pemakaiannya
dalam penyaluran tenaga listrik arus bolak-balik, karena arus bolak-balik sangat
banyak dipergunakan untuk pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik. Pada

23
penyaluran tenaga listrik arus bolak-balik terjadi kerugian energi sebesar I2R
watt. Kerugian ini akan banyak berkurang apabila tegangan dinaikkan setinggi
mungkin. Dengan demikian maka saluran saluran transmisi tenaga listrik
senantiasa mempergunakan tegangan yang tinggi. Hal ini dilakukan terutama
untuk mengurangi kerugian energi yang terjadi, dengan cara mempergunakan
transformator untuk menaikkan tegangan listrik di pusat listrik dari tegangan
generator yang biasanya berkisar antara 6 kV sampai 20 kV pada awal transmisi
ke tegangan saluran transmisi antara 100 kV sampai 1000 kV, kemudian
menurunkannya lagi pada ujung akhir saluran ke tegangan yang lebih rendah.
Transformator yang dipakai pada jaringan tenaga listrik merupakan
transformator tenaga. Disamping itu ada jenis-jenis transformator lain yang
banyak dipergunakan, dan yang pada umumnya merupakan transformator yang
jauh lebih kecil. Misalnya transformator yang dipakai di rumah tangga untuk
menyesuaikan tegangan dari lemari es dengan tegangan yang berasal dari
jaringan listrik umum. Atau transformator yang lebih kecil, yang dipakai pada
lampu TL. Atau, lebih kecil lagi, transformator transformator mini yang
dipergunakan pada berbagai alat elektronik, seperti pesawat penerima radio,
televisi, dan lain sebagainya.

Transformator terbagi menjadi 2 yaitu :

Transformator Arus
Berfungsi untuk menurukan arus besar atau tinggi pada tegangan tinggi
atau menengah menjadi arus kecil pada tegangan rendah yang biasa
disebut tegangan sekunder, dengan megukur arus beban suatu rangkain,
maka arus beban yang besar dapat diukur dengan menggunakan alat ukur
(Ammeter).
Rating arus normal untuk sekunder CT telah dibakukan pada 5 A, dengan
standar ke dua sebesar 1 A yang diakui di Eropa, dan juga di Amerika
Serikat dalam lingkungan yang lebih terbatas. Rating gulungan CT ini
dapat dilampaui untuk periode waktu yang singkat tanpa merusak
gulungan tersebut. Arus yang lebih dari 10 - 20 kali arus normal sering
dijumpai dalam gulungan CT pada saat terjadi hubung singkat pada sistim
daya.

24
Standar untuk perbandingan arus CT telah ditetapkan, dan beberapa
nilainya dapat dilihat pada table 2.4 ( William D. Stebenson, Jr.)

Standar Perbandingan CT

Tabel 2.4 Perbandingan CT

Perbandingan Perbandingan Perbandingan


arus arus arus
50:5 300:5 800:5
100:5 400:5 900:5
150:5 450:5 1000:5
200:5 500:5 1200:5
250:5 600:5

Operasi sebuah transformator arus bila dalam keadaan ideal yaitu rangkain
sekundernya mempunyai harga impedansi yang rendah dan digunakan
untuk pengukuran atau dalam keadaan hubung singkat. Jika sisi sekunder
digunakan untuk relay pengaman, maka rangkaian tersebut mempunyai
harga reaktif yang sukup besar dan dapat menimbulkan kesalahan harga
perbandingan dalam kesalahan sudut. Rangkaian transformator tegangan
dapat dilihat pada gambar 2.6 di bawah ini. (Zuhal, 1992)

A
N1 N2
Z

25
Gambar 2.6 Rangkaian transformator arus

Hal-hal Yang perlu diperhatikan dalam pemasangan transformator arus


adalah :

o Hubungan atau sambungan ke tangki tanah satu terminal setiap


lilitan sekunder dengan menggunakan suatu peralatan yang
tersedia dalam terminal box.
o Jangan memasang atau menggunakan sekring (Fuse) pada
bagian sekunder.
o Selama sisi sekunder mengalir arus, maka sisi sekunder harus
tetap tertutup, baik melalui beban maupun dihubung singkat
dan tidak dalam keadaan terbuka. Sementara transformator
arus harus tetap akurat, mempunyai klass ketelitian yang
tinggi, transformator arus untuk pengaman harus dapat
mempertahankan kesebandingan sampai 20 kali
beban penuh normal.

Transformator Tegangan

Transformator tegangan berfungsi untuk meurunkan tegangan tinggi atau


menengah yang menjadi tegangan rendah yang sesuai dengan besaran ukur
dari alat alat pengamannya.
Pada transformator tegangan dipasang pentanahan pada rangkaian
sekunder untuk mencegah adanya bedapotensial yang besar antara
kumparan primer dan sekuder pada saat isolasi kumparan primer rusak.
Rangkaian transformator tegangan dapat dilihat pada gambar 2.7 di bawah
ini.( Zuhal, 1992 )

N1 N2
V

26
V

Gambar 2.7 Rangkaian transformator teganggan

27
2.5. Gangguan pada sistem distribusi
Dalam operasi sistem tenaga listrik sering terjadi gangguan-gangguan yang
dapat mengakibatkan terganggunya penyaluran tenaga listrik ke konsumen.
Gangguan adalah penghalang dari suatu sistem yang sedang beroperasi atau suatu
keadaan dari sistem penyaluran tenaga listrik yang menyimpang dari kondisi
normal.
Suatu gangguan di dalam peralatan listrik didefinisikan sebagai terjadinya
suatu kerusakan di dalam jaringan listrik yang menyebabkan aliran arus listrik
keluar dari saluran yang seharusnya.
Tujuan menganalisis gangguan pada jaringan distribusi adalah :
1. Untuk menentukan arus maksimum dan minimum.
2. Penyelidikan operasi rele-rele proteksi
3. Untuk menentukan kapasitas pemutus dari circuit breaker
4. Untuk menentukan distribusi arus gangguan dan tingkat teganganbusbar
selama gangguan. (Weedy, 1988 : 299).

Pada dasarnya gangguan yang sering terjadi pada sistem distribusi saluran
20 kV dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu gangguan dari dalam sistem
dan gangguan dari luar sistem.Gangguan yang berasal dari luar sistem disebabkan
oleh sentuhan daun/pohon pada penghantar, sambaran petir, manusia, binatang,
cuaca dan lain-lain. Sedangkan gangguan yang datang dari dalam sistem dapat
berupa kegagalan dari fungsi peralatan jaringan, kerusakan dari peralatan jaringan,
kerusakan dari peralatan pemutus beban dan kesalahan pada alat pendeteksi.

Klasifikasi gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi


(Hutauruk,1987 : 4) adalah :
a. Dari jenis gangguannya :.
1) Gangguan tiga fasa ke tanah
2) Gangguan fasa ke fasa
3) Gangguan dua fasa ke tanah
4) Gangguan satu fasa ke tanah atau gangguan tanah

28
b. Dari lamanya gangguan
1) Gangguan permanen
2) Gangguan temporer
Penyebab gangguan
Gangguan biasanya diakibatkan oleh kegagalan isolasi di antara
penghantar phasa atau antara penghantar phasa dangan tanah.Secara
nyata kegagalan isolasi dapat menghasilkan beberapa efek pada sistem
yaitu menghasilkan arus yang cukup besar, atau mengakibatkan adanya
impedansi diantara konduktor phasa atau antara penghantar phasa dan
tanah.
Penyebab terjadinya gangguan pada jaringan distribusi disebabkan karena
(Hutauruk, 1987):
a. kesalahan mekanis
b. kesalahan thermis
c. karena tegangan lebih
d. karena material yang cacat atau rusak
e. gangguan hubung singkat
f. konduktor putus
Faktor-faktor penyebab terjadinya gangguan pada jaringan distribusi adalah karena
(Hutauruk, 1987 : 4):
a. Surja petir atau surja hubung
b. Burung atau daun-daun
c. Polusi debu
d. Pohon-pohon yang tumbuh di dekat jaringan
e. Keretakan pada isolator
f. Andongan yang terlalu kendor

2.5.1 Sumber Gangguan

Sumber gangguan dibagi menjadi 2 faktor penyebab:


1. Faktor yang berasal dari dalam sistem :
Beban lebih, tegangan dan arus abnormal, pemasangan peralatan
yang kurang sempurna, isolasi yang rusak.
2. Faktor yang berasal dari luar sistem :

29
Angin/sentuhan pohon, petir, hujan dan cuaca, binatang atau
benda-benda asing dan perilaku manusia.

2.5.2 Sifat Gangguan

Gangguan pada sistem saluran udara dibagi dalam dua sifat berdasarkan
waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan kembali sistem akibat
gangguan :
1. Gangguan yang bersifat temporer adalah gangguan yang
berlangsung sesaat dan segera menghilang, selanjutnya
sistem dapat beroperasi kembali dengan normal. Gangguan
yang bersifat temporer misalnya gangguan akibat sentuhan
dahan atau daun pohon saat angin, yang akan dengan
sendirinya hilang setelah anginnya terhenti.
2. Gangguan yang bersifat permanen adalah gangguan yang
membutuhkan tindakan perbaikan untuk membebaskan
sistem dari penyebab gangguan. Contoh gangguan ini
adalah terputusnya kabel saluran akibat tertindih pohon
tumbang.

Gangguan yang bersifat temporer pun jika tidak dapat hilang dengan segera
karena kurang baiknya sistem kerja peralatan pengaman, dapat berubah
menjadi gangguan permanen dan menyebabkan sistem terputus.

2.6 Analisis Gangguan


Gangguan hubung singkat adalah gangguan yang terjadi karena adanya
kesalahan antara bagian-bagian yang bertegangan. Gangguan hubung singkat dapat
juga terjadi akibat adanya isolasi yang tembus atau rusak karena tidak tahan
terhadap tegangan lebih, baik yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari
luar (akibat sambaran petir).
Gangguan yang mengakibatkan hubung singkat dapat menimbulkan arus
yang jauh lebih besar dari pada arus normal. Bila gangguan hubung singkat
dibiarkan berlangsung dengan lama pada suatu sistem daya, banyak pengaruh-
pengaruh yang tidak diinginkan yang dapat terjadi (Stevenson, 1982: 317) :

30
o Berkurangnya batas-batas kestabilan untuk sistem daya.
o Rusaknya perlengkapan yang berada dekat dengan gangguan yang disebabkan
oleh arus tak seimbang, atau tegangan rendah yang ditimbulkan oleh hubung
singkat.
o Ledakan-ledakan yang mungkin terjadi pada peralatan yang mengandung
minyak isolasi sewaktu terjadinya suatu hubung singkat, dan yang mungkin
menimbulkan kebakaran sehingga dapat membahayakan orang yang
menanganinyadan merusak peralatan peralatan yang lain.
o Terpecah-pecahnya keseluruhan daerah pelayanan sistem daya itu oleh suatu
rentetan tindakan pengamanan yang diambil oleh sitem sistem pengamanan
yang berbeda beda; kejadian ini di kenal sebagai cascading.
Arah vektor tegangan yang diinduksikan generator
Kegunaan dari analisis gangguan hubung singkat antara lain adalah (B. M.
generatir
Weedy, 1988: generator
diinduksikan 299):
o Untuk menentukan arus maksimum dan minimum hubung singkat tiga-fasa.
o Untuk menentukan arus gangguan.
o Penyelidikan operasi relai-relai proteksi.
o Untuk menentukan kapasitas pemutus daya.
o Untuk menentukan distribusi arus gangguan dan tingkat tegangan busbar selama
gangguan.
A

2.6.1 Gangguan Hubung Singkat (IHS) Tiga Fasa (3)

Gangguan hubung singkat tiga fasa kemungkinan terjadinya disebabkan


oleh putusnya
N kawat fasa tengah yang letaknya paling atas pada saluran transmisi
atau distribusi dengan konfigurasi kawat antar fasanya disusun secara vertikal.
B
C
Kemungkinan terjadinya sangat kecil, tetapi harus diperhitungkan dalam analisa
hubung singkat.

Besar tegangan sistem tiga fasa seimbang adalah sama, hanya


berbeda sudut fasa 1200, seperti pada gambar 2. 8 berikut :

EA

EB 31
EC
IA+IB+IC

IB
IA

IC

Gambar 2. 8 Vektor Sistem Tiga Phasa

Jika salah satu fasa dari sistem tiga fasa dibebani impedansi Z, maka gambar 2.9
rangkaiannya sebagai berikut :

B
IA
EA

Gambar 2.9 Rangkaian Satu Phasa Terbebani

Arus yang mengalir pada impedansi Z adalah sebesar

EA
A IA
Z

Karena ketiga fasa seimbang EA = EB = EC, maka besarnya arus yang


mengalir pada fasa B (IB) dan fasa C (IC) sama dengan arus fasa A (IA) yaitu :
N
IA = I B = I C
B
C
E A E B EC

Z Z Z
=

Bila digabungkan ketiga fasa beban tersebut, maka diperoleh gambar 2.10
sebagai berikut :

EA

32

EC EB
Gambar 2.10 Rangkaian Hubung Singkat Tiga Fasa

Arus masing-masing fasa mengalir keluar dan bertemu di satu titik untuk
kembali ke netral dengan nilai sebesar IA + IB + IC dalam vektor karena arus- arus
tersebut berbeda fasa 1200.

IB
EA
IA
IC
IC IA

Ec EB IA + IB

IB

(A) (B)

Gambar 2.11 Penggambaran Vektor Arus Pada Sistem Tiga Fasa

Dengan perhitungan vektor seperti pada gambar 2.8, vektor arus IA , IB,
IC, jika dijumlah IA + IB menghasilkan vektor yang sama dengan vektor IC tetapi
berlawanan arah, sehingga jika dijumlahkan secara vektoris akan saling
meniadakan (sama dengan nol), maka diperoleh:

33
Z1

IBIC = 0
IA + IB +IA
Z1
Dengan
IC demikian gambarnya dapat dibuat sebagai berikut :
Z1

Gambar 2.12 Kondisi Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa

Dari gambar di atas terlihat bahwa arus yang mengalir di masing-masing


impedansi Z tidak ada yang melawan gaya gerak listrik EA, EB dan EC yang
dibangkitkan sehingga diartikan pada arah positip. Demikian pula impedansi yang
A
menghambat arus disebut impedansi urutan positip. Maka arus gangguan tiga fasa
dihitung dengan menggunakan rumus :

E fasa
I 3 fasa
Z1
N

B
C Dimana :

E fasa = Tegangan fasa

Z1 = Impedansi urutan positip dari seluruh rangkaian

2.6.2 Arus Hubung Singkat (IHS) Antar Fasa

Pada sistem tiga fasa, bila dua fasanya dibebani suatu impedansi Z pada
masing-masing fasanya kemudian dihubungkan dengan ujung yang lain sehingga
membentuk sambungan beban
EAdua fasa, menyebabkan terjadinya hubung singkat

EC EB
34
Za Zb

dua fasa. Kondisi suatu sistem tenaga listrik yang mengalami gangguan hubung
singkat antar fasa diperlihatkan pada gambar berikut (Kadarisman, 2004):
IB
IA

IC

Gambar 2.13 Kondisi Gangguan Hubung Singkat Fasa-Fasa

Dari gambar 2.13 di atas terlihat bahwa arus yang mengalir dalam rangkaian
tertutup IA = IB, dengan sumber tegangan fasa A B besarnya EAB = 3EA.
sedangkan IC = 0. Arus IA keluar dari fasa A dengan urutan sama dengan urutan
ggl sehingga impedansi yang menghambat disebut impedansi urutan positip,
sedangkan arus IB mengalir kembali ke sumber melawan urutan ggl yang
dibangkitkan di fasa B sehingga impedansi yang menghambat disebut impedansi
A
urutan negatif.

Hubungan impednasi ZA dan ZB dalam rangkaian adalah seri, dengan


demikian impedansi total adalah ZA + ZB, maka besarnya arus yang mengalir
dalam rangkaian
N adalah :

E AB
C I
ZA ZB
B

Jika impedansi ZA pada fasa A dan impedansi ZB pada fasa B merupakan


impedansi di dalam jaringan dan ujung impedansi dihubungkan langsung, maka
terbentuklah suatu sistem tiga fasa yang sedang mengalami gangguan hubung
singkat dua fasa. Maka arus hubung singkat dua fasa diperoleh dari :

35
EA
EC

E AB
I 2 FASA
ZA ZB
atau

3xE A
I 2 FASA
ZA ZB

dimana :

EA = tegangan di titik gangguan

ZA = impedansi urutan positip

ZB = impedansi urutan negatip

Impedansi ZA dan ZB adalah impedansi urutan positif dan impedansi urutan


negatif dari seluruh rangkaian masing-masing urutan di dalam sistem, baik yang
tersambung seri maupun paralel yang disederhanakan menjadi impedansi ekivalen
urutan positip dan impedansi ekivalen urutan negatip.

2.6.3 Arus Hubung Singkat (IHS) Dua Fasa ke Tanah

Pada jaringan distribusi tiga fasa, jika dua fasanya dibebani suatu impedansi
Z pada masing-masing fasanya kemudian dihubungkan dengan ujung yang lain
sehingga membentuk sambungan beban dua fasa, kemudian terjadi hubung
dengan ground (tanah) menyebabkan terjadinya hubung singkat dua fasa ke tanah.
Kondisi gangguan hubung singkat dua fasa ke tanah pada suatu sistem tenaga
listrik seperti pada gambar 2.14 di bawah ini :

36
Zb Z0

Za
A

I0

IA

IB
IC

Gambar 2.14 Kondisi Gangguan Hubung Singkat 2 Fasa ke Tanah

Dari gambar 2.14 di atas terlihat bahwa arus IA + IB = I0, dengan sumber
tegangan fasa A B besarnya EAB = 3EA. Arus IA keluar dari fasa A dengan
urutan sama dengan urutan ggl sehingga impedansi yang menghambat disebut
impedansi urutan positip, arus IB mengalir kembali ke sumber melawan urutan ggl
yang dibangkitkan di fasa B sehingga impedansi yang menghambat disebut
impedansi urutan negatip. Sedangkan I0 keluar dari sumber tegangan EAB melalui
menuju ke tanah melalui hambatan Z0 menujuh ke tanah disebut impedansi urutan
nol.

Impedansi ZA, ZB dan Z0 membentuk rangkaian bintang, dengan demikian


impedansi total rangkaian :

Z AZ B Z AZ0 Z B Z0
ZNTotal
Z A Z B Z0 Z A ZB Z0 Z A Z B Z0
B
C
Z A Z B Z 0 (Z A Z B )
Z A ZB Z0
=

1 1 1
Z Total
Z A Z B Z0

EA 37

EC EB
Zc

Z B Z0 Z AZ0 Z AZ B

Z AZ BZ0
Z0 (Z A Z B ) Z AZ B

Z AZ B Z0

Z 0 (Z A Z B ) Z A Z B
Z Total
Z AZB Z0

Sehingga besanya arus yang mengalir dalam rangkaian adalah :

E AB
I
Z 0 (Z A Z B ) Z A Z B
Z AZBZ0

E AB Z A Z B Z 0
I
Z0 Z AZ B Z AZB

Jadi arus hubung singkat 2 fasa ke tanah dihitung dengan menggunakan rumus :

E AB Z A Z B Z 0
I 2 TANAH
Z0 Z AZ B Z AZ B

atau

3 xE A Z A Z B Z 0
I 2 TANAH
Z0 Z AZ B Z AZ B
..................(2.10)

Jadi arus hubung singkat 2 fasa ke tanah dihitung dengan menggunakan rumus :

E AB Z A Z B Z 0
I 2 TANAH
Z0 Z AZ B Z AZ B

atau

38
3 xE A Z A Z B Z 0
I 2 TANAH
Z0 Z AZ B Z AZ B

2.6.4 Arus Hubung Singkat (IHS) Satu Fasa ke Tanah

Bila dalam sistem tiga fasa, salah satu fasanya (fasa A) dibebani oleh suatu
impedansi Z, sumber yang berperan dalam pembebanan ini adalah tegangan fasa
yang dibebani tersebut, maka arus akan mengalir melalui hambatan yang
impedansinya sama dengan urutan tegangan fasa yang dibebani tersebut,
Impedansi tersebut disebut impedansi urutan positip (Z 1). Arus yang mengalir di
dalam kumparan generator membangkitkan fluks yang mengalir di inti besi
generator. Fluks terebut searah dengan urutan tegangan yang mendapat hambatan
dan berputar memengelilingi inti stator kembali melalui fasa yang tidak terbebani.
Sewaktu masuk ke fasa B dan C akan melawan ggl fasa tersebut.

Akibatnya di kumparan fasa B dan C tersebut akan terinduksi arus yang


melawan ggl yang dibangkitkan di fasa tersebut. Artinya pada kondisi ini terdapat
arus yang melawan tegangan yang dibangkitkan melalui suatu impedansi yang
disebut dengan impedansi ururtan negatip (Z2) yang terhubung seri dengan
impedansi Z1.

Pada fasa yang tidak terbebani B dan C tidak ada arus yang mengalir karena
tidak terbebani, oleh karena itu arus itu ada arus lain yang mengkompresir arus
urutan negatip di fasa B dan C sehingga jumlahnya sama dengan nol. Akibatnya di
fasa tersebut arus yang mengalir seolah melalui hambatan impedansi lain yang
biasanya disebut impedansi urutan nol (Z0) yang terhubung seri dengan impedansi
Z1.

Arus pada fasa yang dibebani (fasa A), semuanya searah, sehingga masing-
masing urutan dihitung dengan rumus

EA

Z1 Z 2 Z 0
I0 = I 1 = I 2

39
Arus hubung singkat satu fasa (IHS1) = I1+I2+I0, sehingga diperoleh :

3E A
Z1 Z 2 Z 0
I HS1 =

2.7 Pengamanan Jaringan Distribusi


Sistem pengamanan pada jaringan distribusi bertujuan mencegah
atau melindungi jaringan maupun peralatan-peralatan yang lain dari
kerusakan akibat adanya gangguan pada sistem. Selain itu juga untuk
mengamankan manusia dari bahaya listrik, membatasi luas daerah yang
terkena gangguan sekecil mungkin, sehingga meningkatkan mutu
pelayanan kepada konsumen.

Macam dan karakteristik beban merupakan pedoman utama dalam


perencanaan suatu sistem distribusi dan pengamanannya. Untuk daerah-daerah di
pusat perkotaan merupakan daerah kerapatan bebannya tinggi, sehingga jaringan
yang diperlukan adalah jaringan yang mempunyai keandalan tinggi baik saluran
udara mapun saluran bawah tanah dengan sistem loop, sebaliknya untuk daerah
pedesaan yang pada umumnya tingkat kerapatan beban relatif lebih rendah,
biasanya digunakan saluran udara dengan sistem radial dimana sistem
pengamanannya lebih sederhana.

2.7.1 Daerah Pengaman


Dengan menempatkan daerah pengaman pada suatu sistem tenaga
listrik bila terjadi gangguan di daerah pengaman ini merupakan daerah
jangkaun dari relay. Dengan menempatkan daerah-daerah perlindungan
(Zones of protection). Konsep daerah ini membantu kita dalam
mendefenisikan persyaratan keampuhan sistem perlindungan.
Batas setiap daerah menentukan bagian sistem daya setiap daya
sedemikian rupa sehingga untuk gangguan yang terjadi di daerah tersebut,
sistem perlindungan yang bertanggungjawab akan bertindak untuk
memisahkan semua gangguan yang berada di daerah itu untuk seluruh
bagian yang lain dari sistem. Karena pemisahan (pemutusan daya =
deenergization) dalam keadaan terganggu tadi dilakukan oleh pemutus

40
rangkaian, jelaslah bahwa setiap titik hubungan antara peralatan di dalam
daerah itu. Gambar 2.15 memperlihatkan penempatan daerah-daerah
perlindungan (Zona Of Protection) dari suatu sistem tenaga listrik.

Daerah 3
Daerah 2 Daerah 6

Daerah 1
Daerah 5

Daerah 4

Gambar 2.15 Daerah Pengaman Sistem Tenaga Listrik

Dari gambar 2.15 bagian sistem daya terdiri dari suatu genertor dua
transformator dan dua saluran transmisi dan tiga buah rel dilukiskan
dalam diagram segaris. Garis terputus-putus dan tertutup menunjukan
pembagian sistem daya ke dalam enam daerah perlindungan. Masing-
masing daerah mengandug satu atau beberapa komponen sistem daya
disamping dua buah pemutus rangkaian.

41

Anda mungkin juga menyukai