Files574343281702 2 PDF
Files574343281702 2 PDF
Disusun Oleh :
JAKARTA
2009
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat
ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di
kemudian hari penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan
sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas
Mercu Buana.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.
Penulis,
[ Beny Benardi ]
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Mengetahui,
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas
akhir yang merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program studi
strata satu (S1) pada Program Studi Teknik Elektro Peminatan Telekomunikasi,
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Mercu Buana.
Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna. Karena itu, kritik dan saran akan senantiasa penulis terima dengan
senang hati dan dengan segala keterbatasan, penulis menyadari pula bahwa
laporan tugas akhir ini takkan terwujud tanpa bantuan, bimbingan, dan dorongan
dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Bambang Hutomo Bc,TT., selaku dosen dan pembimbing tugas
akhir
2. Bapak dan Ibu atas segala doa dan dukungannya..
3. Isteriku tercinta, Yun Silvia A., yang selalu memberikan doa, spirit serta
dorongan untuk terus meyelesaikan tugas akhir ini.
4. Rashiekavanya Maharani Benardi tercinta, atas segala inspirasinya.
5. PT. Rio Tinto Indonesia atas kesempatan dan dukungan yang telah
diberikan.
6. Rekan-rekan Angkatan 12 Kelas Menteng atas segala dukungan dan
bantuan serta kebersamaan selama masa perkuliahn dan penyusunan tugas
akhir ini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan selalu mencurahkan hidayah
serta taufikNya, Amin.
Jakarta, November 2009
Penulis
iv
ABSTRAK
Jaringan nirkabel bergerak ad hoc atau biasa disebut MANET (Mobile Ad HOC
Network) merupakan kumpulan dari sejumlah node atau terminal yang bersifat
desentralisasi dan autonomous yang berkomunikasi di antara sesama terminal-
terminal tersebut melalui jalur nirkabel. Setiap node di dalam jaringan tersebut
akan berfungsi sebagai host dan juga sekaligus sebagai router yang akan
meneruskan (forwarding) paket-paket data yang ada berdasarkan pada sebuah
protokol pengatur (routing protocol). Untuk melengkapi pekerjaan tersebut, tiga
routing protocol disediakan yaitu AODV (Ad Hoc On Demand Distance Vector),
DSR (Dynamic Source Routing) dan TORA (Temporarily Ordered Routing
Protocol).
v
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Pengantar ..............................................................................................1
1.2. Pembatasan Masalah ............................................................................2
1.3. Tujuan ..................................................................................................2
1.4. Metoda Penelitian ................................................................................2
1.5. Sistematika Penulisan ..........................................................................3
vi
3.5. Temporarily Ordered Routing Algorithm (TORA) ............................21
3.5.1. Operasi TORA ..................................................................22
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ....................................................................................................31
5.2. Saran ...............................................................................................................31
Daftar Pustaka
Appendix
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Jaringan Ad Hoc 7
Gambar 3.1. RREQ dalam AODV 17
Gambar 3.2. RREQ dan reverse path dalam AODV 17
Gambar 3.3. Reverse Path setup dalam AODV 18
Gambar 3.4. Route Reply dalam AODV 18
Gambar 3.5. Data Dikirim melalui jalur pada AODV 18
Gambar 3.6. RREQ dan reverse path setup dalam DSR 19
Gambar 3.7. RREP dan data path dalam DSR 20
Gambar 3.8. Directed Network yang dibuat TORA dalam
fungsi Pembuatan Rute 22
Gambar 4.1. Alur Kerja OPNET 24
Gambar 4.2. MANET Traffic Received untuk 50 node untuk
Protocol AODV, DSR dan TORA 26
Gambar 4.3. MANET Traffic Received untuk 100 node untuk
Protocol AODV, DSR dan TORA 26
Gambar 4.4. MANET Traffic Received untuk 150 node untuk
Protocol AODV, DSR dan TORA 26
Gambar 4.5. Average Traffic Received untuk beban berbeda
pada protokol TORA 27
Gambar 4.6. Perbandingan Route Discovery Time untuk
50 node antara AODV dan DSR 28
Gambar 4.7. Perbandingan Route Discovery Time untuk
100 node antara AODV dan DSR 28
Gambar 4.8. Perbandingan Route Discovery Time untuk
150 node antara AODV dan DSR 29
Gambar 4.9. Beban WLAN untuk 50 node untuk AODV, DSR
dan TORA 29
Gambar 4.10. Beban WLAN untuk 150 node untuk AODV, DSR
dan TORA 29
Gambar 4.11. WLAN Throughput untuk 50 node untuk AODV,
DSR dan TORA 30
Gambar 4.12. WLAN Throughput untuk 150 node untuk AODV,
DSR dan TORA 30
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pengantar
MANET (Mobile ad hoc network) merupakan sistem yang bersifat sementara dan
mampu mengatur diri sendiri serta dibentuk oleh sekumpulan node atau terminal
yang dihubungkan oleh jalur-jalur nirkabel. Dalam suatu jaringan, node-node
tersebut mungkin menghilang atau muncul node baru dalam satu waktu
dikarenakan pergerakan node-node tersebut. Suatu bentuk teknik pemodelan yang
dipergunakan untuk menggambarkan hal tersebut yaitu Random Waypoint
Mobility Model.
1
protokol pada beberapa jaringan nirkabel ad hoc yang berbeda dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui unjuk kerja masing-masing protokol tersebut.
1.3. Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah untuk melakukan
evaluasi terhadap unjuk kerja routing protocol yang dipergunakan pada jaringan
nirkabel ad hoc terutama AODV, DSR, dan TORA melalui tinjauan teoritis serta
analisa berdasarkan hasil simulasi. Secara spesifik tujuan-tujuan yang akan
dicapai yaitu sebagai berikut:
2
2. Membangun lingkungan simulasi
3. Melakukan analisa dan pengujian
1.5.1. Pendahuluan
1.5.4. Simulasi dan Analisa Bab ini membahas mengenai praktek kerja
yang berhubungan dengan proses simulasi secara keseluruhan, model
simulasi, pengukuran unjuk kerja, parameter simulasi serta analisa hasil
simulasi dan menemukan perbedaan unjuk kerja dari protokol-protokol
yang berbeda berdasarkan pada pengukuran-pengukuran..
1.5.5. Penutup Bab ini berisi kesimpulan dari skripsi beserta saran dan
pekerjaan-pekerjaan yang dapat dilakukan di masa mendatang.
3
BAB II
TEORI DASAR
Sebuah jaringan nirkabel merupakan sekumpulan dari node nirkabel atau router-
router bergerak yang secara dinamis membentuk jaringan sementara tanpa
menggunakan infrastruktur jaringan yang ada atau pengaturan administrasi secara
terpusat. Router-router tersebut bebas bergerak secara acak dan mengorganisasi
diri mereka sendiri secara arbitrari. Dengan demikian topologi jaringan nirkabel
dapat berubah secara cepat dan tidak bisa diprediksi. Jaringan tersebut dapat
dioperasikan di dalam lingkungan stand-alone atau terhubung ke Internet.
Multihop, mobilitas, jaringan berukuran besar yang dikombinasikan dengan
keragaman perangkat, bandwidth, dan keterbatasan catu daya baterai membuat
desain dari kebutuhan routing protocol menjadi tantangan tersendiri.
Ide dasar dari jaringan ad hoc itu sendiri bermula dari jaringan radio paket milik
U.S. Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) yang dipergunakan
pada tahun 1970. Sebuah jaringan bergerak ad hoc merupakan kumpulan dari
beberapa perangkat bergerak yang membentuk jaringan sementara dalam
ketiadaan struktur pendukung.
4
2.2. Perbedaan antara Jaringan Selular dan Ad Hoc
Selular Ad Hoc
Jaringan berbasiskan Tidak berbasiskan infrastruktur
infrastruktur
Tetap. Terdapat keharusan Tidak ada base station serta
terlebih dahulu menentukan proses pembangunan yang cepat
dan membangun cell site dan
base station
Topologi jaringan dengan Topologi jaringan yang sangat
tulang punggung yang dinamis dengan multihop
bersifat statis
Lingkungan yang lebih ramah Lingkungan yang rawan (noise,
dan koneksitas yang lebih loss) serta koneksitas yang tidak
stabil regular
Diperlukan perencanaan yang Jaringan Ad hoc secara otomatis
terperinci sebelum base membentuk dan beradaptasi
station dapat dibangun terhadap perubahan
Biaya pembangunan yang Berbiaya efektif
tinggi
Proses pembangunan yang Waktu setup yang lebih cepat
lama
5
1. Community network
2. Enterprise network
3. Home network
4. Emergency response network
5. Vehicle network
6. Sensor network
Tidak seperti jaringan nirkabel tetap, jaringan nirkabel ad hoc atau biasa dikenal
juga dengan istilah on-the-fly network tercipta karena keterbatasan infrastruktur.
Node-node di dalam jaringan ad hoc bebas bergerak dan mengatur diri sendiri
dalam lingkup arbitrari. Jaringan ad hoc cocok digunakan pada situasi dimana
infrastruktur tidak ada atau untuk membangun infrastruktur tersebut tidaklah
efektif ditinjau dari sudut pembiayaan. Satu dari banyak kemungkinan
penggunaan jaringan nirkabel ad hoc adalah di dalam beberapa lingkungan bisnis,
dimana misalnya terdapat kebutuhan untuk melakukan proses komputasi yang
bersifat kolaboratif lebih diperlukan di luar ruangan kantor dibandingkan di dalam
kantor. Misalnya dalam pertemuan bisnis di luar kantor yang diadakan untuk
memberi pengarahan singkat pada klien.
6
Jaringan-jaringan bergerak ad hoc dapat digunakan dalam membangun
komunikasi yang dinamis dan efisien untuk keperluan penyelamatan, keadaan
darurat maupun operasi militer. Sebuah aplikasi komersil, seperti Bluetooth,
merupakan satu dari beberapa pengembangan terkini yang berbasis dan
memberdayakan konsep jaringan ad hoc.
Untuk mengoptimasi jalur yang akan ditempuh, terdapat tiga faktor yang harus
dipertimbangkan, yaitu:
1. Jalur terpendek untuk jumlah hop paling sedikit
2. Waktu tempuh terpendek untuk waktu tunda paling sedikit
3. Berat jalur terpendek dengan melakukan utilisasi bandwidth, catu daya
yang tersedia, dan lain-lain.
Dalam hop-by-hop routing, node sumber hanya menentukan tujuan dari sebuah
rute di dalam header paket yang akan dikirim, dan kemudian node berikutnya
yang akan menentukan hop selanjutnya dengan cara menginspeksi tabel internal
routing yang dimiliki node tersebut.
7
protocol diperlukan. Routing protocol mempunyai dua fungsi utama, yang
pertama yaitu menyeleksi rute untuk beberapa pasang sumber-tujuan dan
menyampaikan pesan ke tujuan yang benar. Sedangkan fungsi kedua yaitu secara
konseptual menggunakan keragaman dari protokol dan struktur data (routing
table).
2.4.1. Flooding
Banyak routing protocol menggunakan broadcast untuk
mendistribusikan kontrol informasi dari node sumber ke
semua node lainnya. Bentuk broadcasting yang umum
dipergunakan adalah flooding. Proses flooding adalah node
sumber mengirimkan informasi ke node tetangga kemudian
node tetangga tersebut me-relay informasi tersebut ke
tetangga mereka dan demikian seterusnya sampai paket
tersebut mencapai semua node di dalam jaringan tersebut.
Sebuah node hanya akan me-relay paket sekali dan
menggunakan nomor yang berurutan sebagai penanda.
Nomor tersebut akan bertambah satu setiap kali sebuah
paket dikirimkan oleh node tersebut.
2.4.2. Klasifikasi
Routing protocol dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa
kategori yang berbeda bergantung pada properti masing-
masing.
1. Terpusat dan terdistribusi
2. Statis dan Adaptif
3. Reaktif dan Proaktif
8
dibuat pada node pusat, sedangkan pada algoritma
terdistribusi, penghitungan dari rute-rute dibagi di antara
node-node dalam jaringan.
9
Skema proaktif mempunyai kelebihan ketika sebuah rute
diperlukan, penundaan (delay) yang terjadi sebelum paket
dapat dikirimkan adalah sangat kecil. Sebaliknya skema
proaktif tersebut memerlukan waktu untuk mencapai
kondisi steady state. Hal ini dapat menjadi masalah jika
topologi sering berubah-ubah.
10
operasi dasar dari protokol konvensional seperti distance
vektor, source routing dan link state.
11
tetangga dan melakukan estimasi dari jarak terdekat ke
semua node di dalam jaringan. Node yang menerima
broadcasting tersebut kemudian menggunakan informasi
tersebut untuk menghitung ulang tabel routing dengan
menggunakan algoritma jarak terpendek.
12
BAB III
ROUTING PROTOCOL DALAM
JARINGAN AD HOC
13
5. End to End Throughput (kuantitatif); MANET mempunyai atribut untuk
menemukan jumlah paket yang diterima di tujuan akhir per satuan waktu.
6. Waktu penundaan (kuantitatif); Waktu rata-rata yang diperlukan sebuah
paket dalam sebuah jaringan ad hoc untuk mencapai tujuannya.
7. Waktu penjelajahan rute (kuantitatif); Waktu yang diperlukan di dalam
jaringan untuk menemukan rute guna meneruskan paket ke tujuan.
8. Kebutuhan jumlah memori (kuantitatif); Ruang penyimpanan dalam satuan
byte yang diperlukan untuk menyimpan routing table ata tabel pengaturan
lainnya.
9. Waktu pemulihan jaringan (kuantitatif); Waktu yang diperlukan untuk
memulihkan keadaan jaringan setelah terjadi kondisi tertentu. Kondisi
tertentu tersebut bisa berarti bermacam-macam seperti beberapa bagian
dari jaringan rusak tidak berfungsi dikarenakan beban yang berat atau
putusnya jalur komunikasi yang disebabkan mobilitas node yang tinggi.
Selain daripada itu, MANET mempunyai beberapa fitur penting routing lainnya,
yang mencakup:
1. MANET tidak membedakan antara node-node dan router
2. MANET merupakan jaringan yang mengorganisir diri sendiri
3. MANET mempunyai routing protocol yang dapat menyesuaikan secara
cepat dalam perubahan-perubahan topologi
4. MANET merupakan jaringan yang dapat dimulai oleh diri sendiri dan
tidak memerlukan kontrol pusat.
14
1. Routing yang bersifat proaktif; tipe protokol jenis ini biasa disebut juga
protokol yang bekerja berdasarkan tabel atau table driven protocol. Di
dalam routing, rute adalah telahditentukan terlebih dahulu. Paket-paket
dipindahkan melalui rute yang telah ditentukan sebelumnya tersebut.
Dalam skema ini penerusan paket lebih cepat tetapi routing overhead
menjadi lebih besar karena satu harus mendefinisikan semua rute sebelum
memindahkan paket-paket tersebut. Protokol yang bersifat proaktif
mempunyai tingkat penundaan yang lebih rendah karena semua rute dijaga
dan dirawat di semua waktu.
2. Routing yang bersifat reaktif; Tipe protokol jenis ini disebut juga On
Demand Routing Protocol. Di dalam routing ini, rute-rute tidak ditentukan
terlebih dahulu. Sebuah node memanggil route discovery untuk
menentukan sebuah rute baru ketika diperlukan. Mekanisme route
discovery ini adalah berdasarkan algoritma flooding yang menggunakan
teknik, sebuah node hanya melakukan broadcast paket ke semua node
tetangga dan intermediate node hanya meneruskan paket ke tetangganya
saja. Teknik ini berulang sampai paket mencapai tujuan, teknik reaktif ini
mempunyai keuntungan routing overhead yang lebih kecil tetapi
mempunyai waktu penundaan (latency) yang lebih tinggi dikarenakan
sebuah rute, misal, dari node A ke node B akan ditemukan hanya jika A
ingin mengirimkan paket ke B.
Contoh dari routing protocol yang bersifat reaktif yaitu DSR (Dynamic
Source Routing), AODV (Ad hoc On Demand Distance Vector) dan
TORA (Temporary Ordered Routing Algoritma).
15
3. Routing yang bersifat campuran (Hybrid); merupakan generasi baru
protokol, merupakan kombinasi dari jenis proaktif dan reaktif. Protokol
jenis ini dirancang untuk menambah skalabilitas dengan mengijinkan
node-node yang berjarak dekat untuk bekerja sama membentuk semacam
tulang punggung (backbone) untuk mereduksi route discovery overhead.
Contoh dari routing protokol yang bersifat hybrid yaitu ZRP (Zone
Routing Protocol) yang membagi jaringan menjadi beberapa zona routing
dan dua protokol independen beroperasi di dalam dan antar zona.
16
7. Request Buffer: Untuk memastikan bahwa sebuah
permintaan akan diproses satu kali
17
Gambar 3.2. RREQ dan reverse path dalam AODV
18
3.3.3. Route Maintenance
Ketika sembarang node aktif dalam route menemukan
bahwa ada link yang menuju ke tetangganya rusak atau
terputus, akan membangkitkan sebuah route error message
(RERR) dan melakukan proses broadcast pesan tersebut ke
anggota tetangga yang aktif. Hal ini merupakan prosedur
rekursif sampai source yang berkepentingan menerima
pesan tersebut dan membangkitkan RREQ baru untuk
menemukan rute alternatif.
19
Gambar 3.7. RREP dan Data path dalam DSR
20
3.4.2. Route Mainenance
Route maintenance merupakan sebuah mekanisme ketika
source akan mengetahui jika topologi jaringan telah
berubah atau sembarang link rusak di dalam route. Node
berikutnya yang mengetahui kerusakan link tersebut akan
segera mengirim pesan RERR ke source. Di dalam kasus
ini source mungkin akan menggunakan route lainnya jika
sudah dikeahui atau akan melakukan route discovery
function untuk menemukan route baru.
21
3.5.1. Operasi TORA
TORA menetapkan jalur-jalur terarah dalam sebuah jaringan yang tidak
diarahkan atau sebagai bagian dari jaringan dengan fokus ke tujuan.
Dengan kata lain, membangun sebuah DAG (Directed Acyclic Graph)
merupakan target dari TORA dalam fungsi pembuatan rute.
22
Setiap perubahan topologi, TORA dapa bereaksi dalam rangka
mensabilkan kembali doute dalam waktu tertentu. Semua link yang
tersekat dari tujuan dikategorikan sebagai undirected dan kemudian
dihapus oleh sebuah pesan CLR (Clear).
23
BAB IV
SIMULASI DAN ANALISA
Cukup sulit untuk melakukan estimasi terhadap unjuk kerja dari jaringan yang
akan diteliti pada kehidupan nyata dan sebagai jawabannya maka dipergunakan
perangkat lunak simulasi jaringan (network simulator) untuk merancang dan
mensimulasikan jaringan-jaringan adhoc yang akan diteliti tersebut dalam
berbagai perspektif. Perangkat lunak simulasi jaringan yang dikenal luas yaitu
OPNET (Optimized Network Engineering Tools) dan NS-2 (Network
Simulators-2). NS-2 bersifat open source sedangkan OPNET merupakan
perangkat lunak yang bersifat komersil.
Membuat spesifikasi
jaringan
Memilih statistik
Jalankan simulasi
Analisa hasil
24
4.1. Simulasi
Pengukuran unjuk kerja yang dipilih untuk menilai perbedaan unjuk kerja yaitu:
1. Total Traffic Received
2. Route Discovery Time
3. Traffic Load
4. Throughput
Parameter-parameter simulasi
1. Simulation Duration : 30 minutes
2. Seed : 128
3. Values Per Statistics : 100
4. Update Interval : 500000 events
5. Simulation Kernel : Based on kernel-type performance
Development
4.2. Analisa
Detil scenario yang dipergunakan dalam simulasi ini terdapat pada
appendix A.
25
nodes, setiap 8-10 menit, figure tersebut menunjukkan, AODV dan DSR
menerima paket hampir sama besar sedangkan TORA hanya menerima
setengahnya saja. Unjuk kerja penerimaan paket oleh AODV dan DSR meningkat
secara eksponensial selaras dengan penambahan jumlah node. Untuk node dengan
jumlah 100-150, figur menunjukkan bahwa kurva unjuk kerja DSR menurun
setelah simulasi berjalan 5 menit namun sebaliknya untuk AODV kurva justru
menanjak.
Gambar 4.3. MANET Traffic Received untuk 100 node untuk protocol AODV,
DSR dan TORA.
26
Gambar 4.4. MANET Traffic Received untuk 150 node untuk protocol AODV,
DSR dan TORA.
Pada gambar terlihat perbedaan kurva untuk Traffic Received untuk beban
yang berbeda. Sampai dengan jumlah node 100, TORA masih menerima paket
dan setelah itu tingkat unjuk kerja penerimaan tidak menjadi hal penting.
Gambar 4.5. Average Traffic Received untuk beban berbeda pada protocol TORA
27
Bedasarkan route discovery time antara AODV dan DSR, gambar-gambar
berikut menunjukan bahwa untuk sembarang jumlah node, unjuk kerja AODV
lebih baik daripada DSR. Untuk 150 node, route discovery time bervariasi antara
2,5 detik sampai dengan 3,8 detik untuk DSR pada simulasi keseluruhan. AODV
mempunya unjuk kerja yang sangat baik, membutuhkan route discovery time yang
lebih sedikit pada setiap route.
Gambar 4.6. Perbandingan Route Discovery Time untuk 50 node antara AODV
dan DSR
Gambar 4.7. Perbandingan Route Discovery Time untuk 100 node antara AODV
dan DSR
28
Gambar 4.8. Perbandingan Route Discovery Time untuk 150 node antara AODV
dan DSR
4.2.4. Beban Wireless LAN dan Troughput pada protokol AODV, DSR dan
TORA
Gambar 4.9. Beban WLAN untuk 50 node untuk AODV, DSR dan TORA
Gambar 4.10. Beban WLAN untuk 150 node untuk AODV, DSR dan TORA
29
Gambar 4.11. WLAN Throughput untuk 50 node untuk AODV, DSR dan TORA
Gambar 4.12. WLAN Throughput untuk 150 node untuk AODV, DSR dan TORA
30
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
OPNET Modeler versi 14.0 hanya mendukung model-model MANET AODV,
DSR dan TORA yang merupakan model-model yang paling banyak dipergunakan
dalam routing jaringan nirkabel ad hoc. Dalam penulisan tugas akhir ini simulasi
dilakukan berdasarkan pada pendekatan perbedaan unjuk kerja yang ada di antara
ketiga protokol tersebut untuk jumlah node yang berbeda-beda. Analisa dilakukan
dengan mengamati kebiasan serta respon dari protokol pada parameter-parameter
trafik yang dikirim dan diterima (traffic sent and received), waktu penemuan rute
(route discovery time) serta beban kerja dan keluaran (load and throughput).
5.2. Saran
Rekomendasi untuk pengembangan dan studi lebih lanjut adalah:
1. Pada penulisan skripsi ini hanya menggunakan Random Waypoint Mobility
Model. Dapat pula melakukan analisa hasil simulasi dengan menggunakan
Mobility model yang berbeda dengan beragam mobilitas node-node.
2. Selain routing protocol jenis reaktif, dapat pula diteliti routing protocol
jenis proaktif, hybrid dan routing protocol lainnya.
3. Isu masalah keamanan patut dipertimbangkan di dalam routing Ad hoc.
31
DAFTAR PUSTAKA
Maggie Xiaoyan Cheng, and Deying Li. 2008. Advances in Wireless ad hoc and
Sensor Networks. New York Springer Verlag
Subir Kumar Sarkar, T.G. Basavaraju, and C. Puttamadappa. 2008. Ad Hoc Mobile
Wireless Networks Principle, Protocols, and Applications. New York Auerbach
Publications.
Oza, K. Tonguz, and Gianluigi Ferrari. May 2006. John Wiley & Sons.. ed. Ad
Hoc Wireless Networks: A Communication-Theoretic Perspective.
C K Toh. 2002. Ad Hoc Mobile Wireless: Protocols & Systems. Prentice Hall
Publishers.
32
APPENDIX A
PROSEDUR SIMULASI
1. Tarik dan letakkan pada ruang kerja, obyek application config dari
MANET object palete. Kemudian beri nama yang sesuai
33
5. Pada bagian keterangan pilih FTP , High Load kemudian klik OK
34
D. Memberlakukan Trafik
Prosedur ini mendefinisikan bentuk pergerakan dan model yang akan dilakukan
oleh node semalam periode simulasi dijalankan. Model yang dipergunakan pada
ugas akhir ini yaitu random waypoint mobility model.
1. Tarik mobility config dari MANET object palette dan letakkan pada
ruang kerja serta beri nama yang sesuai
2. Klik kanan dan pilih edit attributes
3. Klik pada + pada default random waypoint
4. Rubah parameter speed (meters/seconds) menjadi constant (10)
5. Rubah pause time (seconds) menjadi constant (300)
6. Rubah start time (seconds) menjadi constant (0)
7. Biarkan parameter lain tidak dirubah dan kemudian klik OK
8. Untuk memberlakukan mobility profile tersebut, pilih Topology
Random Mobility Set mobility profile
9. Pilih default random waypoint profile dan klik OK
35
F. Mengumpulkan Data Statistik
1. Pada ruang kerja, klik kanan dan pilih choose individual DES
statistics
2. Klik untuk melakukan ekspansi menu dan pilih AODV, TORA_IMEP,
DSR dan wireless LAN
3. Klik OK
4. Save
G. Menduplikasi Skenario
H. Menjalankan Simulasi
36
APPENDIX B
KEBUTUHAN DAN PERSYARATAN SISTEM
37