Non-operatif
Dr. Abdul Karim, SpPD
Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSUD Siak Siak Sri Indrapura
Latar Belakang
Hiperplasia prostat jinak (Benign Prostatic Hyperplasia/BPH) masih menjadi
masalah utama yang berkaitan dengan keluhan saluran kemih bagian bawah.
Hiperplasia prostat jinak dianggap suatu proses sel yang normal akibat dari penuaan
pada seorang laki-laki yang berkaitan dengan hormon testosteron dan
dihidrotestosteron. Hiperplasia prostat jinak sering menyebabkan gejala pada saluran
kemih bagian (Lower urinary tract symptoms/LUTS) bawah pada laki-laki usia 40
tahun ke atas.[1] Berdasarkan pemeriksaan histologi bahwa sekitar 60% laki-laki usia
> 50 tahun memiliki BPH, dan prevalensinya semakin meningkat sekitar 80% pada
usia 70 tahun.[2]
Kelenjar prostat pada manusia dipengaruhi secara langsung oleh dua hormon
androgen dalam perkembangannya. Fase yang pertama terjadi selama masa
pertumbuhan fetus, saat itu kelenjar prostat tumbuh ke arah luar dari epitel uretra.
Fase yang kedua terjadi saat puberitas, saat itu kelenjar prostat mencapai berat sekitar
[1]
20 gram. Prostat pada manusia terbagi kedalam tiga zona: central, perifer dan
transisional. Kanker prostat pertama kali teridentifikasi pada daerah zona perifer,
sedangkan BPH berkembang dari zona transisional. Perkembangan zona transisional
secara makroskopik akan mengakibatkan lumen uretra menjadi sempit sehingga
aliran air kencing akan terhambat.[3]
Sampai saat ini, goal standar pengobatan BPH masih menjadi penelitian lebih
lanjut. Penatalaksanaan BPH yang sampai saat ini dianut adalah pengobatan secara
farmakologi dan terapi bedah. Penggunaan obat-obatan untuk BPH sangat luas, obat-
obatan yang saat ini dugunakan adalah alfa 1-reseptor bloker, alfa-adrenergik reseptor
bloker, phospodiesterase-5 enzim inhibitor, 5-alfa reduktase inhibitor, agen
antikolinergik. Sedangkan terapi bedah yaitu: transurethral resection of the prostate
(TURP), open prostatectomy, transurethral incision of the prosate (TUIP), laser
treatment, transurethral microwave therapy (TUMT), dan lain-lain.[5]
Etiologi
Sampai saat ini penyebab BPH masih belum diketahui secara pasti, tetapi
beberapa teori telah diajukan, seperti: embryonic reawakening, aging, androgens,
estrogens, oxidoreductase, and inflammation theories.[3]
Patofisiologi
Teori tentang patofisiolgi BPH memang masih belum seutuhnya diketahui.
Banyak teori yang dikaitkan dengan proses perbesaran prostat yang abnormal.
Seperti; embryonic reawakening, aging, androgens, estrogens, oxidoreductase, and
inflammation theories.[3]
1. Teori Embryonic Reawakening
Salah satu teori yang terkemuka adalah teori yang diajukan oleh McNeal yaitu
teori embryonic reawakening. McNeal mengatakan bahwa BPH ditandai dengan
peningkatan jumlah sel epitel dan sel stroma di area periuretra dari prostat.
Berdasarkan pengamatan dari pembentukan formasi glandula epitel baru, yang
dimana secara normal hanya terdapat pada janin dan mencetuskan konsep embryonic
reawakening dari sel stroma potensial.[3]
2. Teori Penuaan, ketidakseimbangan androgen-estrogen
Pada usia yang semakin tua, kadar testosteron menurun, sedangakan kadar
estrogen relatif tetap sehingga perbandingan antara estrogen dan testosteron relatif
meningkat. Telah diketahui bahwa estrogen didalam prostat berperan dalam
terjadinya proliferasi sel-sel prostat dangan cara meningkatkan sensitifitas sel-sel
prostat terhadap rangsangan hormon androgen, meningkatkan jumlah reseptor
androgen, dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis). Hasil akhir
4. Teori Inflamasi
Studi obsevasional menemukan bahwa inflamasi berhubungan dengan BPH
dan LUTS. Namum mekanismenya masih belum diketahui secara pasti. Salah satu
penyebab inflamasi adalah sindrom metabolik, sindrom metabolik mencetuskan
inflamasi sistemik dan stres oksidatif, dan mediator-mediator inflamasi yang lain.
Imflamasi telah diketahui sebagai pencetus terjadinya kanker prostat dan mungkin
juga pada BPH mewakili untuk proliferasi non-malignansi dengan mekanisme stres
oksidatif.[12]
Faktor Resiko
Dalam tingkat populasi, ada dua kategori faktor resiko yang berhubungan
dengan BPH dan LUTS (lower Urinary Tract Symptoms) yaitu: Non-modifiable (usia,
geografi, dan genetik) dan modifiable (hormon seks steroid, sindrom metabolik,
obeisitas, diabetes melitus, aktifitas fisik, diet, dan inflamasi).[12]
1. Penuaan. studi epidemiologi menemukan bahwa BPH jarang ditemukan pada
laki-laki dibawah usia 40 tahun. Satu dari tiga laki-laki akan mmengalami
manifestasi BPH berat sampai sangat berat saat usia 60 tahun, dan saat usia 80
tahun setengah dari kasus akan mengalami BPH. Volume prostat akan semakin
meningkat seiring usia bertambah, sebagaimana penelitian yang telah dilakukan
oleh Krimpen dan Baltimore Longitudinal Study of Aging (BLSA) dengan
metode cohorts menyebutkan bahwa pertumbuhan prostat rata-rata 2,0% - 2,5%
per tahun pada laki-laki usia tua. Namun volume prostat tidak selalu
berhubungan secara langsung dengan beratnya gejala yang ditimbulkannya.[12,13]
2. Geografi. Internasional study mendemonstrasikan penyebaran geografi volume
prostat dan prevalensi LUTS. Pada orang-orang Asia Tenggara memiliki ukuran
prostat yang relatif kecil dibandingkan dengan orang-orang Barat.
Bagaimanapun, kecilnya ukuran prostat tidak selalu berhubungan dengan
1. Riwayat
Frekuensi berkemih biasanya pasien lebih sering ingin berkemih saat siang
hari atau pada malam hari, dan biasanya setiap berkemih hanya sedikit-
sedikit.[5]
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
b) Kultur urin
c) Prostat-Spesifik Antigen
g) Histologi
Komplikasi
Retensi urin
Gross hematuria
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada BPH harus berdasarkan skor IPSS (International
Prostate Symptom Score). Namun secara garis besar pilihan penatalaksanaan terabaru
untuk BPH yaitu terapi bedah dan terapi farmakologi. Pada kondisi sangat berat
seperti; retensi urin akut, infeksi berulang pada saluran kemih, dan gagal ginjal. Pada
kondisi seperti ini pilihan utama terapi bedah merupakan terapi yang paling efektif.
Target terapi farmakologi terbaru yaitu static (mengecilkan ukuran fisik dari prostat)
atau dinamik (menurunkan tonus dari otot polos). Target obat statik yaitu
menghambat proliferasi dari hormon androgen. [1]
Gambar 05. Tempat-tempat kerja obat-obatan yang digunakan dalam terapi BPH.[8]
Ada tiga subtipe dari golongan -adrenergic receptors blocker termasuk 1a,
1b, dan 1c. dari ketiga golongan -1a-receptors blocker yang spesifik untuk kadung
kemih dan prostat. Berikut jenis-jenis obat golongan -1a-receptors blocker yang
disetujui oleh FDA sebagai obat terapi BPH; Alfuzosin, doxazosin, tamsulosin,
terazosin, and silodosin.[5]
1. Alfuzosin
Merek dagang: UroXatral, Xatral.
Dosis: 10 mg PO diberikan 4 kali sehari.
Mekanisme kerja: selektif antagonis postsynaptik alpha-1-
adrenoceptors; memblok adrenoreceptors pada prostat, kapsul prostat,
leher kandung kemih, dan uretra pars prostatik.
Metabolisme: di hepar dengan bantuan enzim P450.
Eliminasi: feses (69%), urin (24%).
2. Doxazosin
Merek dagang: Cardura, Doxadura.
Dosis: 1 8 mg PO perhari.
Mekanisme kerja: memblok alpha-1-reseptor pada stromal prostat dan
jaringan kandung kemih; menurunkan tonus simpatik sehingga
menghilangkan gejala BPH.
Metabolisme: di hepar
Eliminasi: feses (65%), urin (0,6 9 %).
3. Tamsulosin
Merek dagang: Flomax
Dosis: 0,4 mg PO perhari.
Operatif
Terapi bedah merupakan terapi utama pada kasus BPH, namum dalam studi
epidemilogi sebagian besar pasien memilih terapi ini sebagai pilihan terapi yang
terakhir. Jika terapi dengan obat-obatan gejala saluran kemih tidak membaik atau
malah memburuk atau telah terjadi komplikasi pada ginjal, makan pilihan terapi
mutlak harus dilakukan. Berikut ini adalah alur pilihan terapi bedah yang dapat
dipilih pada pasien BPH.[17]
2. Terapi Laser[17]
a) Thulium laser
b) Potassium titanyl-phosphate laser
3. Minimally invasive therapies[17]
a) Transurethral needle ablation
b) Intraprostatic Botox
c) Prostatic stent
Prognosis
Pada keadaan sumbatan uretra akibat BPH yang sangat besar, dapat
mengakibatkan gagal ginjal dan uremia, namun komplikasi ini sangat jarang.
Sumbatan kronik pada uretra akibat BPH lebih sering mengakibatkan retensi urin
secara akut, infeksi saluran kemih, gross hematuria dan batu saluran kemih.[5]
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
4. Zona pada BPH [image on the google] 2013 [cited on April 14, 2015]. Available
from: www.medicinesia.com
6. Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi. Edisi ke-2. Jakarta; Sagung Seto. 2007. Hal:
69- 85.
7. Bechis SK, Otsetov AG, Rongbin Ge, Olumi AF. Personalized Medicine for
Management of Benign Prostatic Hyperplasia. J Urol. 2014. [cited on March 26,
2015]; 192(1): 1623. Available from: www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/.
8. Sarma AV, Wei JT. Benign Prostatic Hyperplasia and Lower Urinary Track
Symptoms. NEJM Journal 2015. [cited on March 27, 2015]; 367: 248-257.
Available from: http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMcp1106637.
9. Acosta J, Adams CA, Alarcon LH, Anaya DA, Ashley SW, et al. Townsend:
Sabiston Textbook of Surgery, 18th ed. 2007 Saunders, An Imprint of Elsevier
10. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, et al. Harrison's
Principles of Internal Medicine. Seventeenth Edition. [text books of internal
medicine] 2008. United States of America: The McGraw-Hill Companies.
12. Patel ND and Parsons JK. Epidemiology and Etiology of Benign Prostatic
Hyperplasia and Bladder Outlet Obstruction. Indian Journal of Urology 2014.
[cited on April 12, 2015]. 30(2): 170 176. Available from:
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/article/PMC3989819/.
13. Diseases and Conditions Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). Mayo Clinic
Article 2014. [Page on the Internet]. [cited on April 9, 2015]. Available from:
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/benign-prostatic-
hyperplasia/basics/risk-factors/con-20030812?p=1.
15. Kaplan SA. Update on the American Urological Association Guidelines for the
Treatment of Benign Prostatic Hyperplasia. Reviews in Urology 2006. [cited on
April 2, 2015]. VOL. 8 SUPPL. 4. Available from: www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/.
16. Zong HT, Peng XX, Yang CC, Zhang Y. A systematic review of the effects and
mechanisms of preoperative 5a-reductase inhibitors on intraoperative
haemorrhage during surgery for benign prostatic hyperplasia. Asian Journal of
Andrology 2011. Original Article. [cited on March 25, 2015]. 13, 812818.
Available from: www.nature.com/aja.
18. Trans Urethral Resection of the Prostate. [image on the google] 2015. [cited on
April 14, 2015]. Available from: www.vimeo.com