Farmasi Kelompok 1
Farmasi Kelompok 1
Oleh:
Pembimbing :
Roostantia Indrawati,dr,M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
MARET 2017
1
Lembar Pengesahan
MELITUS TIPE 2
Disusun oleh :
Pembimbing,
Roostantia Indrawati,dr,M.Kes
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nya yang telah memberikan berbagai kemudahan kepada penulis untuk
menyelesaikan Referat Kepaniteraan Klinik Farmasi dengan judul EFEKTIFITAS
TERAPI METFORMIN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2
.Adapun penulisan Tugas ini merupakan salah satu syarat untuk lulus dari
stase farmasi di Jurusan Pendidikan Dokter Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Dalam proses penyusunan tugas ini tentunya tidak lepas dari dorongan dan
bantuan berbagai pihak, maka dari itu penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. dr. Soedarto, DTM & H, Ph.D, Sp.ParK., Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya yang telah memberi kesempatan kepada
penulis menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya.
2. Roostantia Indrawati,dr,M.Kes selaku dosen pembimbing kuliah farmasi
kedokteran yang telah sabar membimbing serta mengarahkan untuk penulisan
tugas ini.
3. Dosen-dosen pengajar kepaniteraan klinik farmasi kedokteran yang telah
membimbing.
4. Teman-teman gelombang 1 khususnya kelompok yang memberikan inspirasi
dan semangatnya selama proses penyusunan Tugas farmasi ini.
5. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang juga
membantu menyelesaikan Referat ini.
Penulis menyadari Referat ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu
penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dalam
rangka penyempurnaan penulisan berikutnya. Semoga Tugas Farmasi ini dapat
dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Judul............ i
3
Lembar Pengesahan ..... ii
Kata Pengantar............ iii
Daftar Isi................. iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......... 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 2
1.3 Tujuan.......... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Farmasi-Farmakologi .................... 3
1. Sifat fisikokimia dan rumus kimia obat..... 3
2. Farmakologi umum.... 3
B. Farmakodinamik........... 4
C. Farmakokinetik......... 5
D. Toksisitas........... 6
BAB 3 Penyelidikan dan Penelitian yang Telah Dilakukan ..... 7
BAB 4 PEMBAHASAN
A. Pembahasan................................................................ 10
BAB 5 PENUTUP
A. Kesimpulan ... 12
B. Saran ............ 12
SUMMARY ...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ......... 14
4
BAB 1
PENDAHULUAN
1999).
kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000
menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO,
kenaikan jumlah penyandang DM dari 7 juta pada tahun 2009 menjadi 12 juta
1
Berdasarkan data Riskesdas 2007, angka prevalensi DM pada penduduk
Diabetes Mellitus Tipe II (DM Tepi II) (Soegondo, 2002). Penderita Diabetes
yang dapat terjadi pada pasien diabetes mellitus karena itu pengelolaan obat
harus diperhatikan dengan benar, berbagai obat anti diabetes yang dapat
Obat Antidiabet yang ideal adalah yang dapat bekerja dengan cepat,
bersifat poten, dan aman bagi pasien diabetes , dan pada makalah ini kami
mellitus.
1.3 Tujuan
tipe 2
2. Mengetahui mekanisme kerja terapi metformin pada penderita diabetes
melitus tipe 2
2
3. Mengetahui efek samping terapi metformin pada penderita diabetes
melitus tipe 2
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Farmasi-Farmakologi
a. Sifat Fisiko-Kimia dan Rumus Kimia Obat
Sifat fisika pada Metformin umumnya terdapat dalam bentuk
dan praktis tidak larut dalam aseton, eter ataupun kloroform. pKa metformin
HCl
b. Farmakologi Umum
Metformin adalah obat golongan Biguanida yang bekerja langsung
menekan nafsu makan dan tidak meningkatkan berat badan. Oleh karena itu
4
digunakan sebagai monoterapi pilihan pertama pada Diabetes type 2 terutama
penyakit hepar berat, penyakit ginjal dengan uremia dan penyakit jantung
kongestif dan penyakit paru dengan hipoksia kronik. Pada pasien yang akan
diberikan zat kontras intravena atau yang akan dioperasi, pemberian obat ini
sebaiknya dihentikan dahulu. Setelah lebih dari 48 jam, biguanid baru boleh
diberikan dengan catatan fungsi ginjal harus tetap normal. Hal ini untuk
mencega terbentuknya laktat yang berlebihan dan dapat berakhir fatal akibat
asidosis laktat. Insiden asidosis laktat akibat metformin kurang dari 0.1 kasus
Menurunkan konsentrasi gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 (tidak
tergantung insulin) tanpa meningkatkan sekresi insulin dari sel beta () pancreas.
5
tetapi dapat terjadi hipoglikemik ketika overdosis metformin. Glukosa darah
dalam lipid rendah. Metformin mempunyai t 1,5-3 jam, tidak terikat protein
plasma, tidak dimetabolisme, dan dieksresi oleh ginjal sebagai senyawa aktif.
asam laktat oleh hati. Pada pasien insufisiensi ginjal (terjadi akumulasi
fatal. Absorpsi metformin relatif lambat dan dapat diperpanjang menjadi sekitar
6 jam. Obat ini diekskresikan dalam urin dengan kecepatan klirens ginjal yang
tinggi yaitu 450 ml/menit. Eliminasi awal metformin adalah cepat dengan waktu
paruh bervariasi antara 1.7 dan 3 jam. Terminal fase eliminasi diketahui selama
4-5% dari dosis terserap lambat dengan waktu paruh antara 9-17 jam. Tempat
utama konsentrasi obat adalah mukosa usus dan kelenjar liur. Konsentrasi
pada saluran pencernaan seperti anoreksia, mual, muntah, gangguan pada bagian
abdominal, dan diare terutama pada dosis diatas 1,5g/hari. Jarang sekali terjadi
asidosis asam laktat yang mengancam jiwa, terutama lansia. Oleh karena itu
6
permulaan. Rasa logam dimulut biasanya dialami, resiko hypoglikemia sangan
kecil.
Untuk menghindari toksisitas metformin, sebaiknya gunakan obat sesuai
dengan dosis yang dianjurkan karena pemakaian dengan dosis berlebihan dapat
menyebabkan keracunan. Menyimpan obat pada tempat yang aman dan jauh dari
BAB 3
Pada hasil penelitian yang di lakukan oleh Dody Novrial, Hidayat Solistyo,
oral golongan biguanid, dengan mekanisme kerja yang tidak melalui rangsangan
7
sekresi insulin tetapi langsung terhadap organ sasaran. Pemberian biguanid pada
pasien nondiabetik tidak menurunkan kadar glukosa darah, tetapi menunjukkan efek
anaerob dan anaerobiosis yang berakibat jumlah glukosa memasuki otot lebih banyak
Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah 35 ekor tikus jantan
yang diberi madu dan glibenklamid), Kelompok 6 (tikus diabetik yang diberi madu
dan metformin) dan Kelompok 7 (tikus diabetik yang diberi glibenklamid dan
menurunkan kadar glukosa darah puasa, ekspresi insulin maupun ekspresi Glut 4.
Perbaikan kadar glukosa darah, ekspresi insulin dan ekspresi Glut 4 tampak pada
8
paniculata dan Syzygium polyanthum, sedangkan sebagai kontrol (15 orang) hanya
kombinasi dengan terapi herbal, juga metformin dan placebo sama-sama dapat
DM tipe 2 resistensi Insulin. Penelitian ini mengelompokkan hewan uji menjadi dua
kategori kelompok tikus normal dan kelompok tikus yang diberi fruktosa dan pakan
kaya lemak (terdiri dari pakan 80%, lemak babi 15% dan kuning telur bebek 5%)
yang diberikan selama 50 hari. Absorpsi metformin berlangsung relative lambat dan
metformin. Metformin yang diekskresikan tidak berubah didalam urin dan tidak
2008).
Metformin mempunyai waktu paruh (t) 1,5-3 jam, tak terikat protein
plasma, tidak dimetabolisme, dan diekskresi oleh ginjal melalui sekresi aktif pada
500 mg yang diberikan dalam kondisi puasa adalah 50-60% (Sukandar, 2008).
9
10
BAB 4
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
ada insulin endogen, maka hanya efektif bila masih ada fungsi sebagian sel islet
badan berlebih dimana diet ketat gagal untuk mengendalikan diabetes, jika
sesuai bisa juga digunakan sebagai pilihan pada pasien dengan berat badan
normal. Juga digunakan untuk diabetes yang tidak dapat dikendalikan dengan terapi
sulfonilurea.
dan meningkatkan sensitivitas jaringan otot dan adipose terhadap insulin. Efek ini
terjadi karena adanya aktivasi kinase disel (AMP-activated protein kinase). Meski
masih kontraversial, adanya penurunan produksi glukosa hepar, banyak data yang
11
tidak mempunyai efek yang berarti pada sekresi glucagon, kartisol, hormon
lemak. Pada pasien diabetes yang gemuk, biguanid dapat menurunkan berat badan
dengan mekanisme yang belum jelas. Pada orang yang nondiabetik yang gemuk
terikat protein plasma, ekskresinya melalui urin dalam keadaan utuh. Masa paruhnya
(maintenance dose) 3x sehari 500 mg, dosis maximal 2,3 gram. Obat minum
diminum pada waktu makan, pasien DM yang tidak memberikan respon dengan
sulfonylurea dapat diatasi dengan metformin atau dapat pula diberikan sebagai terapi
BAB 5
PENUTUP
12
A. Kesimpulan
1. Metformin merupakan golongan biguanid dan obat pilihan pertama
maksimal 3x sehari 1 g.
4. Efek samping pemberian metformin utamanya adalah 20% gangguan
jangka panjang.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap penggunaan metformin
dari metformin.
SUMMARY
Metformin is a biguanide dimethyl group OHO used to lower blood glucose levels in
patients with diabetes mellitus type II, to reduce insulin resistance by improving
insulin sensitivity of the tissues of the body. Metformin is the only biguanide class
which serves to lower gluconeogenesis and improve glucose utilization in tissues.
Metformin is the first drug of choice overweight patients where strict diet fails to
13
control diabetes. Physical properties of mefrormi is a metformin hydrochloride, a
white crystal or bone white (off-white). Metformin hydrochloride is very soluble in
water, and insoluble in acetone, ether or chloroform. The Cemical name of
Metformin is N,N-Dimethylimidodicarbonimidic diamide. Molecular formula
metformin is C4H11N5HCl. Molecular weight 165.6 g / mol. Mechanism action of
metformin, add up-take (utilization) peripheral glucose by increasing tissue
sensitivity to insulin, suppresses the production of glucose by the liver, decrease
oxidative fatty acid and increases glucose consumtion in the intestine by non-
oxidative process. Metformin acts directly on the liver (hepatic) namely reducing
liver glucose production by reducing glycogenolysis and gluconeogenesis. Besides,
Metformin increases sensitivity cells to insulin to repairing transport and increase the
use of glucose by muscle cells and other extrahepatic. Oral antidiabetic biguanide
group (eg, metformin) has a different mechanism with the group of sulfonylureas.
Metformin has a 50% -60% oral bioavailability. Eliminated metformin by renal
tubular secretion and glomerular filtration. The half-life of metformin average is 6
hours, although pharmacodynamic, the antihyperglycemic effect of metformin is> 24
hours. Metformin oral dose is 500 mg 3x a day or 850 mg 2x a day d.c. If needed
gradually increased within 2 weeks to maximum of 1 g 3x a day. Side effects and
toxicity of metformin include nausea, diarrhea, and abdominal pain.
DAFTAR PUSTAKA
14
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS). 2007. Riset
Kesehatan Dasar. http://www.depkes.go.id. [Depkes RI, Jakarta].
Tjay, T. H., Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-
efek Sampingnya, edisi 7, cetakan ke I, PT. Elex Mania Komputindo
Gramedia, Jakarta.
Umi Athiyah, et al.2014, Profil Informasi Obat pada Pelayanan Resep Metformin
dan Glibenklamid di Apotek di Wilayah Surabaya
15