Anda di halaman 1dari 14

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1. Defenisi
Meskipun asma telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, para ahli masih belum
sepakat mengenai defenisi penyakit tersebut. Sehingga secara praktis para ahli berpendapat
bahwa asma adalah penyakit paru dengan karakteristik : (1) Obstruksi saluran nafas yang
reversibel baik secara spontan maupun pengobatan (2) Inflamasi saluran nafas. (3)
peningkatan respon saluran nafas terhadap berbagai ransangan (hiperaktivitas).

2. Prevalensi
Prevalensi asma dipengaruhi oleh bahnyak faktor, antara lain jenis kelamin, umur
pasien, status atopi, faktor keturunan, serta faktor lingkungan. Pada masa kanak- kanak
ditemukan prevalensi laki- laki berbanding perempuan 1,5 : 1 tetapi menjelang dewasa
perbandingan tersebut sama dan pada menopause perempuan lebih banyak dari laki- laki. Di
Indonesia prevalensi asma berkisar antara 5-7%.

3. Klasifikasi :
Sangat sukar membedakan satu jenis asma dengan asma lain. Dahulu dibedakan asma
alergik (ekstrinsik) dan non alergik (intrinsik). Asma alergi muncul pada waktu kanak-kanak,
mekanisme serangan melalui ereaksi alergi tipe 1 terhadap alergen. Sedangkan asma intrinsik
bila tidak ditemukan tanda- tanda reaksi hipersensitivitas terhadap alergen. Namun klasifikasi
itu tidak mudah karena sering pasien mempunyai sifat alergik dan nonalergik, sehingga Mc.
Connel dan Holgate membagi asma menjadi 3 kategori, yaitu: (1) Asma intrinsik (2)Asma
Ekstrinsik (3)Asma yang berkaitan dengan penyakit paru obstruktif kronis.

4. Patogenesis
Sampai saat ini patogenesis dan etiologi asma belum diketahui dengan pasti, namun
berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa dasar gejala asma adalah inflamasi dan respons
saluran nafas yang berlebihan. Berbagai sel inflamasi berperan terutama sel mast, eosinofil,
sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel. Faktor lingkungan dan berbagai faktor lain
berperan sebagai penyebab atau pencetus inflamasi saluran napas pada penderita asma.
(asma)
Asma dipengararuhi oleh hipersensitivitas saluran nafas, dimana keadaan yang peka
terhadap ransangan ini menyebabkan inflamasi pada saluran nafas yang akhirnya
menyebabkan keruskaan epitel dan terjadi gangguan intrinsik serta obstruksi saluran nafas.
Inflamasi terdapat pada berbagai derajat asma baik pada asma intermiten maupun
asma persisten. Inflamasi dapat ditemukan pada berbagai bentuk asma seperti asma alergik,
asma nonalergik, asma kerja dan asma yang dicetuskan aspirin.

INFLAMASI AKUT

Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain alergen, virus,
iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut yang terdiri atas reaksi asma tipe cepat
dan pada sejumlah kasus diikuti reaksi asma tipe lambat.

Reaksi Tipe Cepat

Alergen akan terikat pada IgE yang menempel pada sel mast dan terjadi degranulasi sel mast
tersebut. Degranulasi tersebut mengeluarkan preformed mediator seperti histamin, protease
dan newly generated mediator seperti leukotrin, prostaglandin dan PAF yang menyebabkan
kontraksi otot polos bronkus, sekresi mukus dan vasodilatasi.

Reaksi Fase Lambat

Reaksi ini timbul antara 6-9 jam setelah provokasi alergen dan melibatkan pengerahan serta
aktivasi eosinofil, sel T CD4+, neutrofil dan makrofag.

INFLAMASI KRONIK

Berbagai sel terlibat dan teraktivasi pada inflamasi kronik. Sel tersebut ialah limfosit T,
eosinofil, makrofag , sel mast, sel epitel, fibroblast dan otot polos bronkus.

AIRWAY REMODELING

Proses inflamasi kronik pada asma akan meimbulkan kerusakan jaringan yang secara
fisiologis akan diikuti oleh proses penyembuhan (healing process) yang menghasilkan
perbaikan (repair) dan pergantian selsel mati/rusak dengan sel-sel yang baru. Proses
penyembuhan tersebut melibatkan regenerasi/perbaikan jaringan yang rusak/injuri dengan
jenis sel parenkim yang sama dan pergantian jaringan yang rusak/injuri dengan jaringan
peyambung yang menghasilkan jaringan skar. Pada asma, kedua proses tersebut berkontribusi
dalam proses penyembuhan dan inflamasi yang kemudian akan menghasilkan perubahan
struktur yang mempunyai mekanisme sangat kompleks dan banyak belum diketahui dikenal
dengan airway remodeling.

Perubahan struktur yang terjadi :

Hipertrofi dan hiperplasia otot polos jalan napas, hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus,
Penebalan membran reticular basa, Pembuluh darah meningkat, Matriks ekstraselular
fungsinya meningkat, Perubahan struktur parenkim, Peningkatan fibrogenic growth factor
menjadikan fibrosis.

5. Faktor resiko
Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor pejamu (host factor)
dan faktor lingkungan. Faktor pejamu disini termasuk predisposisi genetik yang
mempengaruhi untuk berkembangnya asma, yaitu genetik asma, alergik (atopi), hipereaktiviti
bronkus, jenis kelamin dan ras.
Faktor lingkungan mempengaruhi individu dengan kecenderungan/ predisposisi asma
untuk berkembang menjadi asma, menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan atau
menyebabkan gejala-gejala asma menetap. Termasuk dalam faktor lingkungan yaitu alergen,
sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi pernapasan (virus), diet, status
sosioekonomi dan besarnya keluarga.

Tabel : Faktor yang Mempengaruhi Serangan Asma


6. Gambaran klinis
Gambaran klinis asma klasik adalah serangan episodik batuk, mengi dan sesak nafas.
Pada awal serangan sering gejala tidak jelas seperti rasa berat didada, dan pada asma alergik
sering disertai pilek atau bersin. Meskipun mulanya batuk tanpa sekret, namun selanjutnya
akan mengeluarkan sekret mulai dari jernih hingga mukopurulen.
Tabel : Derajat Asma Bronkial Berdasarkan Berat Serangan
7. Diagnosis
Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala berupa batuk,
sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variabiliti yang berkaitan dengan cuaca.
Anamnesis yang baik cukup untuk menegakkan diagnosis, ditambah dengan pemeriksaan
jasmani dan pengukuran faal paru terutama reversibiliti kelainan faal paru, akan lebih
meningkatkan nilai diagnostik.

Anamnesis:
Riwayat penyakit / gejala :
Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan
Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak
Gejala timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari
Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
Respons terhadap pemberian bronkodilator

Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit :


Riwayat keluarga (atopi)
Riwayat alergi / atopi
Penyakit lain yang memberatkan
Perkembangan penyakit dan pengobatan

Pemeriksaan Fisik :

Penemuan tanda fisik pasien asma, tergantung dari derajat obstruksi saluran nafas. Ekspirasi
memanjang, mengi, pernafasan cepat sampai sianosis.

Pemeriksaan Penunjang :

- Spirometri
- Uji provokasi bronkus
- Pemeriksaan sputum
- Uji kulit
- Foto toraks
- Analisa gas darah

8. Diagnosis Banding
Asma dapat didiagnosa banding dengaan penyakit paru lain seperti bronkitis kronis,
emfisema paru, gagal jantung kiri, emboli paru dan lain- lain

9. Komplikasi
Pada asma dapat terjadi atelektasis, emfisema subkutis, gagal nafas, bronkitis dan lain-
lain.

10. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan mempertahankan
kualiti hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan
aktiviti sehari hari.
Tujuan penatalaksanaan asma:
1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
2. Mencegah eksaserbasi akut
3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
4. Mengupayakan aktiviti normal termasuk exercise
5. Menghindari efek samping obat
6. Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel
7. Mencegah kematian karena asma

Para ahli asma berbagai negara berkumpul dalam Global Initiative for Asthma
Management and Prevention (GINA) dimana ada 6 komponen pengobatan asma :
1. Penyuluhan kepada pasien
2. Penilaian derajat beratnya sma
3. Pencegahan dan pengendalian faktor pencetus serangan
4. Perencanaan obat- obatan jangka panjang baik untuk kontroler maupun reliever
5. Merencanakan pengobatan asma akut
6. Berobat secara teratur.

Tabel : Pengobatan Asma Bronkial Menurut Derajat Asma


PENATALAKSANAAN SERANGAN ASMA DI RUMAH SAKIT
Penilaian awal

Serangan asma Serangan asma Serangan asma


ringan sedang /berat mengancam Jiwa

Pengobatan awal :

- Oksigen untuk mencapai saturasi O290%


- Inhalasi agonis beta-2 kerja singkat ( nebulisasi ) setiap 20 menit
dalam 1 jam atau agonis beta-2 injeksi (Terbutalin 0,5 ml subkutan
atau adrenalin 1/1000 0,3 ml subkutan )
- Kortikosteroid sistemik jika tidak ada respon segera dengan
bronkodilator/ jika akhir-akhir ini mendapat kortikosteroid orak,
atau serangan asmanya berat

Penilaian ulang setelah 1


jam

Respon baik : Respon tidak Respon buruk


sempurna : dalam 1 jam :
Respon baik dan
stabil dalam 60 Resiko tinggi distress Resiko tinggi
menit. distress
Pem Fisis :gjl ringan-
Pemeriksaan fisis sedang Pem fisis : berat,
normal. gelisah dan
APE > 50% tetapi kesadaran menurun

Pulang Dirawat di ICU


Dirawat di RS
Pengobatan : Inhalasi agonis
Inhalasi Agonis
dilanjutkan inhalasi beta-2
beta-2 anti
agonis beta-2. antikolinergik
kolinergik
Membutuhkan Kortikosteroid IV
Kortikosteroid
sistemik Pertimbangkan
agonis beta-2

Perbaikan Tidak ada


perbaikan
dalam 6-12
jam

PENATALAKSANAAN SERANGAN ASMA DI RUMAH

Penilaian berat serangan


Terapi awal

Inhalasi agonis beta-2 kerja singkat ( setiap 20 menit, 3 kali dalam 1 jam ) atau bronkodilator

oral

Respon baik Respon buruk


Gejala ( batuk/berdahak sesak/mengi ) membaik. Perbaikan
Gejala
dengan
menetap
agonis
atau
beta-2
bertambah
dan berta
be

- Lanjutkan agonis beta-2 inhalasi setiap 3- 4 jam untuk 24-48 jam.


Alternatif : bronkodilator oral setiap 6-8 jam
- Steroid inhalasi diteruskan dengan dosis tinggi ( bila sedang menggunakan steroid inhalas

Hubungi dokter untuk instruksi


selanjutnya

11. Prognosis
Asma tidak dapat disembuhkan akan tetapi asma dapat dikontrol dan
penatalaksanaan asma bermaksud untuk memperbaiki kualitas hidup penderita seoptimal
mungkin sehingga penderita dapat hidup normal dalam menjalankan kehidupannya sehari-
hari.

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Irwan/Laki-laki/37 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : Sales Roti /Tamat SMK
c. Alamat : Perumnas Alai, Juruwai, Bungus Barat
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah Saudara : 3 orang anak
c. Status Ekonomi Keluarga : Kurang - cukup, penghasilan Rp. 1.800.000,-/bulan
d. KB : Tidak ada
e. Kondisi Rumah :
- Rumah semipermanen, perkarangan tidak ada, luas bangunan 100m2
- Ventilasi dan sirkulasi udara kurang baik
- Listrik ada
- Sumber air : PDAM
- Kamar mandi/WC ada 1 buah, di dalam rumah
- Sampah dibuang ke TPA
Kesan : hygiene dan sanitasi buruk

f. Kondisi Lingkungan Keluarga


- Pasien tinggal bersama istri dan 3 orang anaknya.
- Tinggal di lingkungan perumnas yang cukup padat penduduknya.

3. Aspek Psikologis di keluarga


- Hubungan dengan keluarga baik
- Faktor stress dalam keluarga dipengaruhi oleh pengeluaran dan pendapatan
rumah tangga.

4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga


- Riwayat menderita penyakit yang sama sejak berusia 20 tahun tetapi tidak
terlalu menggangu aktivitas harian, hilang tanpa pengobatan.
- Anak pertama pasien alergi terhadap coklat, es dan pernah menderita TB 2
tahun yang lalu, pengobatan tuntas.

5. Riwayat Penyakit Sekarang


- Sesak nafas meningkat sejak 2 hari yang lalu, berbunyi menciut. sesak nafas
dipengaruhi oleh emosi dan cuaca. Kadang-kadang mempengaruhi aktivitas
pasien.
- Sesak napas tidak dirasakan setiap hari. Sesak napas terutama pada malam
hari. Dalam waktu sebulan ini lebih dari 2x pasien merasakan sesak napas
pada malam hari.
- Riwayat demam ada saat 4 hari yang lalu, demam berlangsung selama 2 hari
- Batuk ada sejak 4 hari yang lalu, berdahak yang awalnya berwarna putih
kental dan 1 hari yang lalu berubah warna kehijauan. Riwayat batuk- batuk
lama tidak ada.
- Riwayat nyeri dada tidak ada
- Riwayat sering berkeringat pada malam hari tidak ada
- Riwayat alergi kulit, kulit merah dan eksim (-)
- Riwayat sering pilek, flu yang dipengaruhi cuaca dingin , disertai bersin-bersin
lebih dari 5x
- Pasien merokok 3 batang/ hari
- Riwayat pemakaian obat dalam waktu lama tidak ada, riwayat pengobatan
untuk keluhan seperti ini tidak ada

6. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : CMC
Nadi : 94 x/ menit
Nafas : 26 x/menit
TD : 120/70 mmHg
Suhu : 36,7 0C
BB : 68 kg
TB : 160 cm

Status Internus
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Kulit : Turgor kulit normal

Dada :

Paru

Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kiri = kanan saat statis dan dinamis

Palpasi : Fremitus kiri = kanan

Perkusi : sonor

Auskultasi : Ekspirasi memanjang, wheezing (+/+), ronkhi (-/-)

Jantung

Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V


Perkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

Kanan : LSD

Atas : RIC II

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Nyeri tekan (-). Nyeri lepas (-), Hati dan lien tidak teraba,
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N

Punggung

Inspeksi : gerakan dinding punggung simetris kiri = kanan

Palpasi : fremitus kiri = kanan

Perkusi : sonor

Auskultasi : ekspirasi memanjang, wheezing (+/+), ronkhi (-/-)

Anggota gerak : reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-

7. Laboratorium Anjuran : darah rutin

8. Pemeriksaan Anjuran : spirometri, APE pagi dan malam

9. Diagnosis Kerja
Asma Bronkial Persisten Ringan

10. Diagnosis Banding : Asma Bronkial Persisten Sedang

Bronkitis

11. Manajemen
a. Preventif :
- Hindari faktor pencetus, seperti cuaca dingin (dengan memakai pakaian yang
tebal) dan stress. Memakai masker saat berkendara.
- Meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tidak mudah terserang flu dengan
cara makan makanan yang bergizi secara teratur dan cukup istirahat.
- Mencuci sarung bantal, sprei 1 minggu sekali. Di anjurkan untuk memakai
kasur busa. Jika tetap memakai kasur kapuk, di bungkus dengan plastik dan di
rekatkan dengan selotip seperti membungkus kado.
- Membersihkan lantai dengan lap basah satu kali sehari, membersihkan dan
merapikan pakaian yang tertumpuk.
- Tidak merokok dan hindari berdekatan dengan orang yang sedang merokok

b. Promotif :
- Edukasi kepada pasien tentang tatacara menghindari faktor pencetus
Dinaspasien
- Edukasi kepada Kesehatan Kodya
tentang penyakit danPadang
penatalaksanaan penyakit apabila
dalam serangan.
Puskesmas Bungus
c. Kuratif :
Dokter : Frita Dwi Luhuria
- Salbutamol tablet 2 mg (3 x 1 tab/hari)
Tanggal : 22 Mei 2013
- Ambroxol tab 30 mg (3 x 1 tab/hari)

- Ciprofloxacin tab 500 mg (2 x 1 tab/ hari)


R/ Salbutamol tab 2 mg No. XX
- Vitamin C tab (3 x 1 tab/hari)
S 3 dd tab I
d. Rehabilitatif :
- Jika serangan asma semakin bertambah berat, maka segera konsulkan ke
puskesmas atau RS terdekat.
R/ Ambroxol tab 30 mg No. XX

S 3 dd tab I

R/ Ciprofloxacin tab 500 mg No. X

S 2 dd tab I

R/ Vitamin C tab No. X

S 3 dd tab I

Pro : Tn. Irwan

Umur : 37 tahun

Alamat : Bungus Barat

Anda mungkin juga menyukai