Anda di halaman 1dari 7

ISOLASI, SELEKSI DAN IMPROVEMENT PROTEIN SEL TUNGGAL OLEH

Candida utilis

Oleh Amir Mugozin


14/365096/PN/13672

Isolasi Candida utilis

1. Sample tanah yang mengandung bahan organik yang membusuk diambil


polybag.
2. Sekitar 1 sample tanah itu dilarutkan dalam 100ml air suling steril di dalam labu
kerucut.
3. Kemudian di agitasi pada suhu 30C selama 15 menit di dalam water bath
shaker.
4. Kemudian dilakukan seri pengenceran hingga 10-4 mL.
5. Masing-masing seri pengenceran dituangkan ke dalam petri disk dan kemudian
ditambahkan 20-25 mL potato dextrose medium agar yang berbentuk cair
(451C) dalam kondisi steril.
6. Setelah didinginkan pada suhu kamar, piring petri diinkubasi pada suhu 30C
selama 72 jam.
7. Koloni yang memiliki morfologi seperti ragi diambil dengan teknik slants dan
kemudian dipelihara dalam potato dextrose agar (PDA) di petri dengan suhu
4C.
8. Seleksi pada khamir yang diculture diidentifikasi menggunakan microscopic
examination procedure.

Pada improvement protein sel tunggal oleh Candida utilis ada 5 faktor yang
mempengaruhi, diantaranya yaitu :

1. Sumber Nitrogen

Menurut Anupama dan Ravindra (2001) yang mengamat bahwa suplementasi


nitrogen akan meningkatkan produksi organisme dan karenanya akan diikuti dengan
peningkatan biomassa. Rajoka et al. (2004) juga menggunakan sumber nitrogen organik
untuk memproduksi protein sel tunggal dengan menggunakan Candida utilitis. Nadeem
et al (2010) melakukan penelitian untuk melihat efek dari sumber nitrogen yang berbeda
yaitu organik dan inorganik untuk menyelidiki sumber nitrogen cocok untuk hasil
maksimal biomassa sel. Diamati bahwa kedua sumber nitrogen meningkatkan hasil
biomassa sel alih kontrol (tanpa sumber eksternal nitrogen). Namun, biomassa sel
maksimum (7.59g / L) diperoleh dengan pepton (sumber nitrogen organik) diikuti oleh
bubuk lab LAMCO. . Semua temuan ini menunjukkan bahwa media diperkaya sesuai
memberi hasil lebih dari biomassa daripada media yang tidak ditambah.

2. Masa Inkubasi

Lubna et al. (2004) mengamati biomassa sel maksimum Aspergillus niger


setelah 120 jam inkubasi sedangkan Khan et al. (1992) menyelidiki hasil maksimum
protein sel tunggal oleh Penicillium javanicum setelah 144 jam inkubasi. Ini sedikit
variasi di antara semua temuan ini mungkin karena perbedaan mikroorganisme serta
komposisi media. Penelitian Nadeem et al. (2010) yang bertujuan untuk menentukan
waktu inkubasi optimum membuat media pertumbuhan yang telah diinokulasi kemudian
diinkubasi pada 30C untuk panjang waktu yang berbeda yaitu 48, 72, 96, 120 dan 144
jam. Diperoleh hasil maksimum biomassa setelah 96 jam inkubasi. Setelah itu, terjadi
penurunan produksi biomassa yang mungkin disebabkan karena penurunan bahan dalam
media pertumbuhan seiring dengan waktu fermentasi.

3. Pengaruh pH awal

Pengaruh pH awal medium pertumbuhan dipelajari untuk menemukan nilai pH


yang cocok untuk pertumbuhan maksimum Candida utilis PCSIR-1. Hasil tertinggi dari
biomassa tercatat awal pH 6 dan peningkatan pH lebih lanjut akan menurunkan hasil
biomassa sel. Temuan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan Candida utilis sangat
dipengaruhi oleh pH awal medium pertumbuhan. Hasil itu didukung oleh Lubna et al
(2004) yang mengamati hasil maksimum biomassa pada pH 5 dari medium
pertumbuhan.
4. Pengaruh suhu

Suhu merupakan salah satu parameter penting yang harus kontrol dalam proses
fermentasi untuk meningkatkan pertumbuhan mikroba. Pengaruh suhu inkubasi yang
berbeda mulai dari 20C ke 40C dipelajari untuk menemukan yang suhu fermentasi
terbaik untuk pertumbuhan maksimum Candida utilis PCSIR-1. Pada penelitian
Nadeem et al. (2010) menunjukkan bahwa maksimum biomassa sel ditemukan pada
suhu 30C sebesar 9.15 g/L. Hasil ini mengindikasikan bahwa perubahan temperatur
selama optimasi bisa mempengaruhi pertumbuhan Candida utilis.

5. Ukuran inokulum

Penurunan biomassa sel tercatat dengan ukuran inokulum yang lebih tinggi.
Dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari inokulum, nutrisi dalam media pertumbuhan
mungkin dikonsumsi lebih cepat dan memberikan efek keseluruhan yang
mengakibatkan pengurangan hasil biomassa sel. Penelitian tentang berbagai ukuran
inokulum yang digunakan untuk budidaya mikroba untuk menghasilkan protein sel
tunggal melalui proses fermentasi telah dilakukan (Tobajas dan Garcia-Calvo 1999,
Villas-Boas et al, 2002). Diamati bahwa ukuran inokulum memiliki efek mendalam
pada pertumbuhan mikroorganisme selama proses fermentasi.
Daftar Pustaka

Anupama and Ravindra P. 2001. Studies on production of single cell protein by


Aspergillus niger in solid state fermentation of rice bran. Braz Arc Biol Tech. 44:
79-88.

Berry DR, Russel I and Stewart GG. 1987. Approaches to yeast identification. In: Yeast
Biotechnology. Published by Allen & Unwin Ltd, 40 Museum Street London,
UK. Pp.33-48.

Khan MY, Dahot MU and Khan MY. 1992. Studies on single cell protein by Aspergillus
niger in solid state fermentation of rice bran. J Islamic Acad Sci 5: 39-43.

Lubna I, Nadeem M, Baig SJ, Syed QA and. Rana FR. 2004. Bioconversion of citrus
waste into protein rich biomass by Aspergillus niger. Pak J Biochem Mol Bio.
37:172-176.

Nadeem M, Syed QA, Sumaira Bashr, Akram Kashmiri. 2010. Synthesis Of Protein
Rich Biomass From Agricultural Waste by Newly Isolated Candida utilis PCSR-
1. Pakistan Journal Of food.

Rajoka MI, Kiani MAT, Khan S and Awan MS. 2004. Production of single cell protein
from rice polishing using Cndida utilis. World J Microbiol Biotechnol 20: 297-
301.

Tambahan Isolasi
Diisolasi pada medium cair yang memiliki kadar glukosa tinggi yaitu YNB 20%
glukosa. Pemberian kadar glukosa yang tinggi ini pada media merupakan cara khas yang
digunakan untuk memberikan kesempatan khamir yang diisolasi dari tanah tumbuh lebih
baik daripada khamir lain yang kemungkinan hadir akibat kontaminasi (Yarrow, 1998).

Diseleksi bentuk morfologi dan koloni


Ditumbuhkan pada media pivoskaya untuk mengetahui kemampuan isolat
khamir dalam melarutkan Ca3(PO4)2. dengan metode cawan gores. Kemudian
isolat yang membentuk zona bening dipilih setelah dikultivasi 3 hari.
Kemampuan Candida melarutkan fosfat mungkin disebabkan oleh kemampuannya melakukan
fermentasi glukosa menjadi beberapa asam organik seperti asam laktat, asam sitrat dan
glukonat (Huang et al., 2003). Akibat pembentukan asam organik tersebut terjadi penurunan
pH medium dan penurunan pH ini mengakibatkan kestabilan kelarutan Ca3(PO4)2, berubah di
dalam air yaitu lebih kepada pembentukan orthofosfat.

Anda mungkin juga menyukai