http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor
halaman 1-6
Info Artikel
Diberikan 15/02/2013
Direvisi 21/02/2013
Dipublikasikan 01/03/2013
Abstract; This study departs from the anxiety in students 'learning and students' motivation in learning.
The purpose of this study were to examine the relationship of anxiety in learning with motivation to learn.
The study was descriptive correlational. Results showed that there was no significant relationship
between anxiety in learning and motivation to learn. Means that the higher the anxiety study, the higher
the students' motivation.
1
Supri Yanti, Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang,
syanti96@ymail.com
2
Erlamsyah, Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang,
erlamsyah1537@gmail.com
3
Zikra, Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang,
Zikra_haska@yahoo.com
283
Tabel 3. Hubungan antara Kecemasan dalam b. Sikap dan perlakuan guru yang kurang
Belajar dengan Motivasi Belajar bersahabat, galak, judes, terlalu tegas
dan kurang kompeten merupakan
Aspek N R hitung R tabel Keterangan sumber penyebab timbulnya
kecemasan pada diri siswa yang
Hubungan 85 0,087 0,427 Tidak
antara terdapat
bersumber dari faktor guru.
kecemasan hubungan c. Penerapan disiplin sekolah yang ketat
dalam belajar yang dan lebih mengedepankan hukuman,
dengan signifikan iklim sekolah kurang nyaman, serta
motivasi antara
belajar siswa kecemasan
sarana dan prasarana belajar sangat
dalam terbatas juga merupakan faktor pemicu
belajar terbentuknya kecemasan pada diri
dengan siswa yang bersumber dari faktor
motivasi
belajar
manajemen sekolah.
siswa
Suharsimi Arikunto (1993)
menyatakan kecemasan harus diusahakan
Jika nilai r hitung < r tabel maka H0 menyingkirkannya, atau sekurang-kurangnya
diterima, artinya koefisien korelasi tidak dapat ditekan menjadi minimal. Mengingat
terdapat hubungan. Jika r hitung > r tabel maka dampak negatifnya, maka perlu ada upaya-
H0 ditolak artinya koefisien korelasi terdapat upaya tertentu untuk mencegah dan mengurangi
hubungan. Karena r hitung < r tabel atau 0,087 kecemasan siswa di sekolah. Upaya-upaya
< 0,427 maka hasil penelitian ini menunjukkan tersebut menurut Akhmad Sudrajat (2008)
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan diantaranya dapat dilakukan melalui:
antara kecemasan dalam belajar dengan a. Menciptakan suasana pembelajaran
motivasi belajar siswa. yang menyenangkan
b. Selama kegiatan pembelajaran
PEMBAHASAN berlangsung guru seyogyanya dapat
mengembangkan sense of humor
Kecemasan dalam Belajar dirinya maupun para siswanya
c. Melakukan kegiatan selingan,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa misalnya game.
kecemasan belajar siswa pada saat penelitian d. Sewaktu-waktu ajaklah siswa untuk
adalah 51,8% siswa memilliki tingkat melakukan kegiatan pembelajaran di
kecemasan belajar yang tinggi, 45,9% siswa luar kelas, sehingga dalam proses
memiliki tingkat kecemasan belajar yang pembelajaran tidak selamanya siswa
sedang, dan 2,3% siswa memiliki tingkat harus terkurung di dalam kelas.
kecemasan belajar yang rendah. e. Memberikan materi dan tugas-tugas
Di sekolah, banyak faktor-faktor akademik dengan tingkat kesulitan
pemicu timbulnya kecemasan pada diri siswa. yang moderat, artinya tidak terlalu
Menurut Akhmad Sudrajat (2008) ada tiga mudah dan tidak terlalu sulit.
faktor penyebab tingginya kecemasan pada diri f. Menggunakan pendekatan humanistik
siswa, yaitu: dalam pengelolaan kelas
a. Target kurikulum yang terlalu tinggi, g. Mengembangkan sistem penilaian
iklim pembelajaran yang kompetitif, yang menyenangkan, dengan
pemberian tugas yang sangat padat, memberikan kesempatan kepada siswa
serta sistem penilaian yang sangat untuk melakukan penilaian diri atas
ketat dan kurang adil dapat menjadi tugas dan pekerjaan yang telah
faktor penyebab timbulnya kecemasan dilakukannya.
yang bersumber dari faktor kurikulum.
h. Guru seyogyanya berupaya untuk masih memiliki motivasi belajar pada tingkat
menanamkan kesan positif dalam diri sedang. Selain itu, pembinaan juga
siswa. dilaksanakan kepada siswa yang sudah berada
i. Pengembangan manajemen sekolah pada kondisi tinggi motivasi belajarnya agar
yang memungkinkan tersedianya motivasi tersebut terus dipertahankan dan lebih
sarana dan prsarana pokok yang ditingkatkan.
dibutuhkan untuk kepentingan Motivasi belajar dapat dibangkitkan
pembelajaran siswa, seperti oleh suasana kelas yang kondusif, hubungan
ketersediaan alat tulis, tempat duduk, antar teman yang akrab dan perlakuan guru
ruangan kelas dan sebagainya. yang bersahabat. Dalam penciptaan kondisi
j. Menciptakan lingkungan yang nyaman kelas tersebut peranan guru sangat penting,
dan terbebas dari berbagai gangguan, karena di dalam kelas guru adalah pengelola,
terapkan disiplin sekolah yang pemimpin dan panutan siswa, selain itu dia juga
manusiawi serta hindari bentuk sebagai sumber belajar, sumber inspirasi dan
tindakan kekerasan fisik maupun motivasi. Dengan demikian suasana kelas dan
psikis di sekolah, baik yang dilakukan perlakuan guru dapat menjadi penyebab
oleh guru, teman maupun orang-orang pertama tinggi dan rendahnya motivasi belajar
yang berada di luar sekolah. siswa.
k. Mengoptimalkan pelayanan bimbingan Motivasi belajar juga dapat datang dari
dan konseling di sekolah. Pelayanan diri siswa. Kondisi kesehatan yang prima, baik
bimbingan dan konseling dapat kesehatan jasmani maupun rohani menjadi
dijadikan sebagai kekuatan inti di dasar yang kuat bagi tumbuhnya motivasi
sekolah guna mencegah dan mengatasi belajar. Kondisi kesehatan akan berkembang
kecemasan siswa, misalnya melalui persepsi, sikap yang sehat dan realistik, emosi
kegiatan bimbingan kelompok, yang stabil, keceriaan, kesenangan,
konseling kelompok atau kegiatan kebahagiaan. Sedangkan kondisi yang kurang
ekstra kurikuler. Hal ini berarti sehat maka akan menumbuhkan kondisi sosial
ketersediaan konselor profesional di yang kurang sehat pula, dan dapat menjadi
sekolah tampaknya menjadi mutlak pangkal dari rendahnya motivasi untuk maju
adanya. dan motivasi untuk berprestasi.
Belajar sebagai proses interaksi untuk
Melalui upaya-upaya di atas mencapai tujuan akan lebih efektif bila
diharapkan para siswa dapat terhindar dari ditunjang dengan motivasi yang tinggi, baik
berbagai bentuk kecemasan dan mereka dapat yang berupa intrinsik maupun ekstrinsik. Di
tumbuh dan dan berkembang menjadi individu dalam kegiatan belajar mengajar peranan
yang sehat secara fisik maupun psikis. motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik
sangat diperlukan. Dengan motivasi siswa
Motivasi Belajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif,
dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam melakukan kegiatan belajar (Sardiman,
motivasi belajar siswa pada saat penelitian 2011).
adalah 71,8% siswa memilliki tingkat motivasi
belajar yang tinggi, 28,2% siswa memiliki Hubungan antara kecemasan dalam Belajar
tingkat motivasi belajar yang sedang, dan tidak dengan Motivasi Belajar
ada siswa yang memiliki tingkat motivasi
belajar yang rendah. Hasil analisis korelasional
Motivasi belajar siswa perlu menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
ditingkatkan dan dibina, serta perlu yang signifikan antara kecemasan dalam belajar
memberikan pemahaman kepada siswa tentang dengan motivasi belajar siswa. Artinya semakin
pentingnya motivasi dalam belajar, terutama tinggi kecemasan dalam belajar, semakin tinggi
sekali pembinaan dilakukan pada siswa yang pula motivasi belajar siswa. Temuan ini
berlawanan dengan pendapat Kirklan (dalam belajar dan tidak ada siswa yang memiliki
Slameto, 2010) yang menyebutkan bahwa tingkat motivasi yang rendah dalam belajar.
tingkat kecemasan yang sedang biasanya Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
mendorong belajar, sedang tingkat kecemasan kecemasan dalam belajar dengan motivasi
yang tinggi mengganggu belajar dan Elliott belajar siswa.
(1996) yang menyebutkan bahwa pada
dasarnya kecemasan dalam tingkat yang rendah SARAN
dan sedang berpengaruh positif terhadap
penampilan belajar siswa, salah satunya dapat Berdasarkan hasil penelitian, maka
meningkatkan motivasi belajar, sedangkan peneliti memberikan saran sebagai berikut:
kecemasan siswa pada taraf yang tinggi dapat a. Guru pembimbing diharapkan lebih
mengganggu dan memperburuk perilaku belajar meningkatkan layanan BK terhadap
siswa. siswa yang memiliki tingkat
Dampak dari kecemasan ada yang kecemasan yang tinggi misalnya
bersifat positif dan ada yang negatif. Apabila dengan cara memberikan layanan
tidak bisa mengendalikan kecemasan melalui konseling kelompok tentang mengatasi
cara-cara yang rasional, maka ego akan kecemasan dalam belajar.
mengandalkan cara-cara yang tidak realistis b. Bagi siswa yang memiliki tingkat
(Freud dalam Ki Fudyartanta 2012). Namun kecemasan yang tinggi sebaiknya
apabila siswa telah berhasil mengantisipasi dan berusaha untuk mengurangi tingkat
mengatasi gejala-gejala kecemasan, maka kecemasan tersebut, misalnya dengan
perasaan ini akan menjadi sumber motivator, cara mengikuti pelayanan-pelayanan
seperti yang diutarakan oleh Gerald Corey bimbingan dan konseling yang ada di
(2010) bahwa kecemasan adalah suatu keadaan sekolah. Sedangkan bagi siswa yang
tegang yang memotivasi kita untuk berbuat telah memiliki motivasi belajar yang
sesuatu. tinggi agar tetap mempertahankannya
Pada prinsipnya, kecemasan itu dengan baik.
penting untuk meningkatkan motivasi dalam c. Bagi peneliti selanjutnya, agar dapat
meraih suatu tujuan. Gerald Corey (2010) memperkaya penelitian ini dengan
menyatakan bahwa kecemasan bukan mengkaitkan variabel kecemasan
merupakan sesuatu yang patologis, sebab ia dalam belajar dengan variabel selain
bisa menjadi tenaga motivasional yang kuat. motivasi belajar.
Kecemasan adalah akibat dari kesadaran atas
tanggung jawab. Kecemasan belajar yang KEPUSTAKAAN
dimiliki siswa akan menentukan motivasi
belajar siswa di sekolah. Kecemasan belajar A. Muri Yusuf. 2007. Metodologi Penelitian.
akan membangkitkan semangat siswa untuk Padang: UNP Press
lebih rajin belajar.
Akhmad Sudrajat. 2008. Upaya Mencegah
Kecemasan Siswa di Sekolah.
KESIMPULAN
(www.akhmadsudrajat.wordpress.com,
Berdasarkan hasil penelitian dapat diakses pada tanggal 24 Januari 2013)
ditarik kesimpulan bahwa mayoritas siswa
memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dalam Atkinson. 2001. Pengantar Psikologi. Jakarta:
belajar, minoritas siswa memiliki tingkat Interaksa
kecemasan yang sedang dalam belajar dan
Elizabeth B. Hurlock. 1978. Perkembangan
hampir tidak ada siswa yang memiliki tingkat
Anak. Jakarta: Erlangga
kecemasan yang rendah dalam belajar.
Mayoritas siswa memiliki tingkat motivasi
Elliott. 1996. Educational Psychology.
yang tinggi dalam belajar, minoritas siswa
Madition: Brown & Benchmark
memiliki tingkat motivasi yang sedang dalam