Anda di halaman 1dari 36

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Perubahan Penggunaan Lahan Dalam Perspektif


al Quran

Banyaknya pemanfaatan dan berbagai aktifitas yang terus berlangsung

sehingga menimbulkan dampak negative terhadap pola penggunaan lahan. Dampak

negative yang terjadi ini, telah diamanatkan dalam al Quran yakni surat Ar-Ruum

ayat 41, yang berbunyi:







Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).2

Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa Allah swt telah memberitahukan

kepada manusia dikarenakan kerusakan yang ada di bumi ini. Namun dalam ayat

tersebut dapat juga kita simpulkan bahwa semua kerusakan yang terjadi semata-mata

agar manusia mengingat bahwa Allah swt dan kembali ke jalan yang benar. Maksud

kembali ke jalan yang benar di sini, bisa dengan cara memperbaiki kerusakan yang

telah terjadi. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kota Ambon dapat

2 Departemen Agama, al Quran dan terjemahannya, yayasan penyelenggaraan


penerjemah/pentafsir Al-Quran (Jakarta, 1971), h. 409.
13

diperbaiki dengan cara melakukan penataan ulang agar sesuai dengan RTRW yang

ada dan diharapkan nantinya tulisan ini menjadi masukan yang bermanfaat dalam

penyelenggaraan perubahan penggunaan lahan.

2.2. Pengertian Kota

Kota adalah suatu tempat yang penduduknya rapat, rumah-rumahnya

berkelompok-kelompok dan mata pencahariannya bukan pertanian.3

Kota adalah bukan hanya sesuatu bentuk yang fisikal, formal, dan

morfologikal; kota mengandung institusi-institusi manusia yang menggambarkan

suatu tempat yang diharapkan untuk kehidupan. Institusi-institusi ini menyatukan dan

merekat hubungan individu-individu, kelompok dan lingkungan fisik yang

mengakomodasi mereka.4

Kota dan wilayah, tanah pertanian dan hutan menjadi tempat kerja karena

mereka sebuah tempat menyimpan hasil dari kerja tangan kita. Tetapi secara luas

mereka adalah tanah tinggal buatan dan unsur-unsur yang telah dibangun,

memberikan kesaksian terhadap nilai-nilai; mereka mengandung kenangan dan

keabadian. Kota ada di dalam sejarahnya.5

3 Jayadinata. J.T, Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan


Wilayah. (Bandung: ITB Bandung, 1999), h. 4.
4 Norman Crowe dalam Bambang Heryanto, Roh Dan Citra Kota (Surabaya: Brillian
International, 2011), h. vi.
5 Aldo Rossi dalam Bambang Heryanto, Roh Dan Citra Kota (Surabaya: Brillian
International, 2011), h. viii.
14

Kegunaan utama suatu kota dalam kehidupan adalah menyediakan

lingkungan yang kreatif bagi masyarakat untuk hidup di dalamnya. Dengan menarik,

saya maksud adalah kota yang mempunyai kreativitas yang tinggi dan selanjutnya

mempunyai kemerdekaan untuk memilih; sesuatu yang dapat mengembangkan

hubungan maksimal antara masyarakat dengan lingkungan kotanya.6

Kota adalah tujuan dan kenangan terakhir dari perjuangan dan kemuliaan kita.

Ia adalah di mana kebanggaan dari masa lalu untuk dipamerkan serta harapan masa

depan untuk dicapai.7

Selanjutnya dikatakan pengertian kota yang lebih umum adalah tempat

kehidupan manusia sebagai penduduk untuk hidup dan berkembang dengan segala

aktivitasnya, antara lain sebagai tempat bermukim dan tempat melaksanakan kegiata

kekotaan (urbanis) misalnya: perdagangan, industri, pengangkutan, pendidikan,

pemerintah, pariwisata, senibudaya dan lain-lain.8

Kota juga merupakan suatu pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang

mempunyai status pemerintahan sendiri dan telah mempunyai batas wilayah yang

juga termasuk wilayah yang belum mempunyai status pemerintahan tetapi

6 Lawrence Halprin dalam Bambang Heryanto, Roh Dan Citra Kota (Surabaya:
Brilliant International), h. ix.
7 Kostof dalam Bambang Heryanto, Roh Dan Citra Kota (Surabaya: Brilliant
Interantional), h. 3.
8 Departemen Pekerjaan Umum, Undang-Undang Republik Indonesia No.5 Tahun
1992 Tentang Benda Cagar Budaya (Jakarta: Direktorat Perumahan, Direktorat
Jenderal Cipta Karya, 1992), h. 17.
15

memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan serta belum memiliki batas

administrasi.

2.3. Pengertian Lahan

Lahan adalah areal atau kawasan yang diperuntukan untuk penggunaan

tertentu yang biasanya dinyatakan dalam satuan hektar (Ha). Sedangkan pola

penggunaan lahan adalah areal model atau bentuk penggunaan lahan diterapkan,

seperti perladangan, tegalan, hutan, penghijauan, perkampungan dan lain-lain.

Lahan berarti tanah yang sudah ada peruntukannya dan umumnya ada

pemiliknya (perorangan atau lembaga). Misalnya dapat dikatakan: Tata guna lahan di

kota. Sebagaimana disebutkan diatas dalam tata guna tanah, termasuk juga samudra

dan laut serta daratan yang tidak dihuni (antartika) yang tidak ada pemilik

perorangan atau lembaga, kalau pemiliknya adalah seluruh manusia.9

Lahan dan manusia merupakan sumberdaya yang paling besar, karena dari

campur tangan manusialah lahan yang ada dapat berubah atau dirubah fungsinya

misalnya dari lahan pertanian menjadi kawasan permukiman atau kawasan industri.

Penggunaan sebidang tanah dapat membawa pertentangan karena dapat

menimbulkan ekstranalitas non ekonomi terhadap pemakaian lahan lainnya.

Misalnya adanya kegiatan suatu tempat dapat menimbulkan kebisingan, dan bahan

bangunan lainnya dapat menimbulkan pencemaran dalam bentuk limbah padat, cair,

dan gas yang dikhawatirkan akan mengganggu lingkungan.

9 Jayadinata. J.T, Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan


Wilayah. (Bandung: ITB Bandung, 1999), h. 10.
16

Untuk itu, kalaupun demikian aktivitas pembangunan erat kaitannya dengan

aktivitas politik, maka pembangunan yang dilaksanakan paling tidak harus dapat

mengakomodir seluruh sektor kegiatan masyarat secara wise use yang di

maksudkan tidak lain sebagai alat kontrol untuk mencegah penggunaan lahan salah

tempat atau menuju penggunaan lahan secara optimal.

2.4. Karakteristik Sumber Daya Lahan

Dalam penggunaan suatu lahan maka karakteristik fisik lahan merupakan

faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan penggunaan suatu

lahan. Karakteristik lahan yang dimaksud antara lain:

2.4.1. Topografi

Permukaan bumi memiliki relief dan struktur yang bermacam-macam sehingga

terdapat standar untuk kelas lereng dan kesesuaian lahan yang dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 1
Kemiringan Lereng Dan Kesesuaian Lahan
Kelas Lereng Karakteristik dan Kesesuaian Lahan
05% Lahan bertopografi datar, sangat sesuai untuk dikembangkan

menjadi areal permukiman dan pertanian. Sebagian areal berpotensi

terhadap genangan banjir dan sebagian berpotensi terhadap drainase

yang buruk.
15 30 % Lahan bertopografi bergelombang, kurang sesuai untuk areal
17

pertanian karena masalah erosi, namun demikian lahan dengan

kelerengan hingga 20 % dapat dimanfaatkan untuk areal pertanian

dengan jenis tanaman tertentu. Lahan ini juga baik untuk

pengembangan industri ringan, kompleks perumahan dan untuk

fasilitas rekreasi.
> 50 % Lahan bertopografi sangat terjal: tempat yang sesuai untuk

kehidupan satwa liar dan tanaman hutan lindung serta padang

rumput yang terbatas, tidak sesuai untuk areal real estate karena

topografi yang terlalu terjal.


Sumber: SNI 03-1733-2004
Ketinggian dari suatu lahan juga sangat menentukan kondisi iklim lahan

tersebut. Hal ini disebabkan karena ketinggian dari suatu wilayah mempengaruhi

temperatur rata-rata, curah hujan rata-rata, presipitasi, kelembaban, angin dan arah

angin, kabut, awan dan sebagainya.

2.4.2. Jenis Tanah

Pada hakekatnya tanah secara geologi merupakan hasil pelapukan batuan

yang ada di permukaan bumi. Berbagai macam jenis tanah yang seperti laterit

andosol, latosol, alluvial, podsolik adalah jenis-jenis tanah hasil dari pelapukan jenis-

jenis batuan tertentu. Jenis-jenis tanah yang menempati suatu lahan sangat

menentukan terhadap jenis vegetasi yang akan menjadi tutupan lahan. Oleh karena

itu, potensi suatu lahan terhadap penggunaannya sangat ditentukan oleh tanah yang
18

ada di lahan tersebut. Selain itu, daya dukung lahan untuk bangunan ditentukan oleh

sifat-sifat keteknikan dari tanah dan batuan terhadap daya dukung bangunan.

2.4.3. Sempadan Pantai

Kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk

mempertahankan kelestarian fungsi pantai (pedoman pemanfaatan ruang tepi pantai

di kawasan perkotaan dari kementrian pekerjaan umum).

Sempadan pantai yang ditetapkan oleh RTRW Kabupaten/Kota merupakan

daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik

pantai. Lebar sempadan pantai dihitung dari titik pasang tertinggi, bervariasi sesuai

dengan fungsi/aktifitas yang berada di pinggirannya, yaitu:

1) Kawasan Permukiman, terdiri dari 2 (dua) tipe:

a) Bentuk pantai landai dengan gelombang < 2 meter, lebar sempadan

30-75 meter.

b) Bentuk pantai landai dengan gelombang > 2 meter, lebar sempadan

50-100 meter.

2) Kawasan Non Permukiman yaitu kawasan industri, kawasan perdagangan dan

jasa, kawasan pariwisata kawasan pelabuhan, terdiri dari 4 (empat) tipe:


19

a) Bentuk pantai landai dengan gelombang < 2 meter, lebar sempadan

100-200 meter.

b) Bentuk pantai landai dengan gelombang > 2 meter, lebar sempadan

150-250 meter.

c) Bentuk pantai curam dengan gelombang < 2 meter, lebar sempadan

200-250 meter.

d) Bentuk pantai curam dengan gelombang > 2 meter, lebar sempadan

250-300 meter.

Penggunaan lahan di kawasan sempadan pantai Kota Ambon dapat

digolongkan menjadi 2 (dua) tipe yaitu kawasan permukiman dan kawasan non

permukiman.

2.4.4. Sempadan Sungai

Garis sempadan sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai. Daerah

sempadan adalah kawasan sepanjang kiri-kanan sungai termasuk sungai buatan, yang

mempunyai mafaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau/waduk.

Penetapan garis sempadan sungai dimaksudkan sebagai upaya agar kegiatan

perlindungan, penggunaan dan pengendalian atas sumber daya yang ada pada sungai

termasuk danau dan waduk dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuannya, yaitu:

1) Agar fungsi sungai termasuk danau dan waduk tidak terganggu oleh aktivitas

yang berkembang disekitarnya.


20

2) Agar kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai manfaat sumber daya

yang ada di sungai dapat memberikan hasil secara optimal sekaligus menjaga

ke fungsi sungai.

3) Agar daya rusak air terhadap sungai dan lingkungannya dapat dibatasi.

Berdasarkan penetapan garis sempadan sungai di peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No. 63 Tahun 1993 tentang sempadan sungai, daerah manfaat sungai, daerah

penguasaan sungai dan bekas sungai, maka sempadan sungai di kawasan perkotaan

dapat dibagi menjadi beberapa kriteria yaitu:

1) Sungai bertanggul di kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 3

meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

Gambar 1
Potongan Sungai Bertanggul

Sumber: Pedoman Rencana Detail Tata Ruang Kota, Direktorat Jenderal Pentaan Ruang Departemen
Pekerjaan Umum.

2) Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan dapat menggunakan

kriteria sempadan sebagai berikut:


21

a) Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 meter, garis

sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 meter dihitung dari tepi

sungai pada waktu yang ditetapkan.

b) Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 meter sampai

dengan 20 meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15

meter dihitung dari tepi sungai pada waktu yang ditetapkan.

c) Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 meter,

garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 30 meter dihitung dari

tepi sungai pada waktu yang ditetapkan.

Gambar 2
Potongan Sungai Tidak Bertanggul

Sumber: Pedoman Rencana Detail Tata Ruang Kota, Direktorat Jenderal Penataan Ruang
Departemen Pekerjaan Umum.

Perubahan tata guna lahan merupakan penyebab yang sangat fundamental

dalam menciptakan terjadinya bencana terutama bencana banjir. Perubahan fungsi


22

tata guna lahan sangat meningkat dari hutan menjadi permukiman di sempadan

sungai, maka dapat menyebabkan debit air sungai meningkat 6-20 kali.

Peningkatan debit air sungai ini sangat tergantung dari jenis hutan dan

permukiman yang ada di daerah sempadan sungai. Untuk lebih jelasnya pada gambar

tentang ilustrasi sederhana tentang perubahan tata guna lahan yang berdampak

terhadap peningkatan debit air di sungai.

Gambar 3
Ilustrasi Sederhana Peningkatan Debit Air Akibat
Perubahan Tata Guna Lahan

Sumber: Tata Ruang Air10

Kawasan hutan apabila diubah menjadi permukiman maka yang akan terjadi adalah

bahwa hutan bisa menahan run-off cukup besar diganti menjadi permukiman yang

memiliki resitensi run-off yang kecil. Akibatnya ada peningkatan aliran permukaan

tanah yang menuju sungai dan hal ini berakibat adanya peningkatan debit sungai

10 Kodoatie, Robert J dan Sjarief, Roestam (2010). Tata Ruang Air (Penerbit: Andi)
h.154.
23

yang besar. Apabila kondisi tanahnya relatif tetap, air yang meresap ke dalam tanah

akan rekatif tetap.

Oleh karena itu, faktor penutup lahan cukup signifikan dalam pengurangan

ataupun peningkatan aliran permukaan. Hutan yang lebat mempunyai tingkat

penutup lahan yang tinggi sehingga apabila hujan turun ke wilayah hutan tersebut,

faktor penutup lahan ini akan memperlambat kecepatan aliran permukaan. Namun,

ketika suatu kawasan hutan berubah menjadi permukiman, maka penutup lahan

kawasan ini akan berubah menjadi penutup lahan yang tidak mempunyai resistensi

untuk menahan aliran yang terjadi ketika hujan turun, kecepatan air akan meningkat

dengan sangat tajam diatas lahan ini, namun resapan air yang masuk ke dalam tanah

relatif tetap kecuali jika lahannya berubah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambar tentang sistem resapan air terkait dengan perubahan tata guna lahan yang

terjadi.

Gambar 4
Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Sistem Resapan Air
24

Sumber: Tata Ruang Air11


Sempadan sungai di Kota Ambon pada umumnya, untuk bagian hulu sungai,

tidak memiliki tanggul pada bagian bantaran sungai, sedangkan untuk kawasan hilir

yang berjarak 500 meter dari garis pantai telah memiliki tanggul. Selain itu telah

terjadi perubahan fungsi tata guna lahan di sepanjang sempadan sungai dimana

sebagian besar sempadan sungai telah dibangun permukiman warga tanpa

mempertimbangkan keseimbangan ekosistem dan vegetasi di sempadan sungai.

2.5. Fungsi Lahan

Berdasarkan fungsinya, kawasan terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu: Kawasan

Lindung, Kawasan Penyangga dan Kawasan Budidaya. (Surat Keputusan Menteri

Pertanian 837/Kpts/Um/11/1980 dan 683/Kpts/Um/8/1981).

11 Kodoatie, Robert J dan Sjarief, Roestam (2010). Tata Ruang Air (Penerbit: Andi)
h.155
25

Undang-undang penataan ruang No. 26 tahun 2007 menyebutkan bahwa

Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi

kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya

buatan. Fungsi utama kawasan lindung adalah sebagai perlindungan sistem

penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan

erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah. Berdasarkan

fungsinya tersebut maka penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah pengolahan

lahan dengan tanpa pengolahan tanah (zero tillage) dan dilarang melakukan

penebangan vegetasi hutan.

Kawasan Penyangga adalah kawasan yang ditetapkan untuk menopang

keberadaan kawasan lindung sehingga fungsi lindungnya tetap terjaga. Kawasan

penyangga ini merupakan batas antara kawasan lindung dan kawasan budidaya.

Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama

untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya

manusia dan sumberdaya buatan.

Untuk Kota Ambon terjadi pengklasifikasian kawasan yaitu berupa kawasan

hutan lindung, kawasan penyangga yang menjadi wilayah perkebunan dan kawasan

budidaya yang menjadi kawasan terbangun.

2.6. Pengertian Perubahan

Tidak ada yang kekal di muka bumi ini, kecuali perubahan. Pernah

mendengar pepatah seperti itu? Ya, perubahan akan selalu ada di muka bumi ini.
26

Mulai dari hal kecil yang simple sampai hal-hal besar yang menyangkut hajat hidup

orang banyak pasti akan selalu megalami perubahan. Sehingga bisa dibilang bahwa

sebuah perubahan adalah kekal adanya.12 Berikut ini adalah pengertian dan definisi

perubahan:

1. Neni Nurmayanti Husanah

Perubahan merupakan sesuatu yang unik karena perubahan-perubahan yang terjadi

dalam berbagai kehidupan itu berbeda-beda dan tidak bisa disamakan, walaupun

memmiliki beberapa persamaan dalam prosesnya.

2. Brian Clegg

Perubahan merupakan suatu kekuatan yang sangat hebat, yang dapat memotivasi atau

mendemotivasi.

3. A.B Susanto

Perubahan adalah keniscayaan yang menyertai kehidupan, dapat terjadi dimana saja,

kapan saja, dan menimpa siapa saja.

4. Vincent Gaspers

Perubahan adalah bagian terbesar dari kenyataan bisnis.

5. Jane Flagello

Perubahan adalah pertumbuhan, perubahan adalah kesempatan dan perubahan adalah

peningkatan potensi.

6. Cateora (MGH)

12 Dikutip melalui internet pada hari Senin, 28 Mei 2012 jam 20.43.
http://carapedia.com/pengertian_definisi_perubahan_info2189.html.
27

Perubahan adalah hasil suatu masyarakat yang mencari cara memecahkan masalah

yang diciptakan oleh perubahan dalam lingkungannya.

7. Russel Swanburg

Perubahan merupakan kunci inovasi dan kunci yang akan datang, yang dasarnya

adalah teori perubahan.

8. Ramlan S

Perubahan merupakan hasil interaksi kepentingan yang secara ketat dikontrol,

bahkan ditentukan oleh posisi sosial atau kondisi materiil elit yang terlibat.

9. Barack Obama

Change is possible because ordinary people do extraordinary things yang artinya

suatu perubahan dimungkinkan karena adanya kewenangan dari masyarakat untuk

melakukan kewenangan yang ada padanya.13

2.7. Pengertian Perubahan Fungsi Lahan

Perubahan fungsi lahan atau pergeseran fungsi lahan adalah lahan yang

mengalami peralihan penggunaan misalnya pertanian (kebun campuran ke

peternakan) yang disebabkan oleh perubahan pola penggunaan lahan, faktor lain

yang mempengaruhi adalah sarana dan prasarana terhadap perkembangan kawasan.

Masalah lahan di Indonesia diantaranya, yaitu :


13 Dikutip melalui internet pada hari Senin, 28 Mei 2012 jam 20.50.
http://mariozefanya.blogspot.com/2010/11/definisi-perubahan.html.
28

1. Terjadinya kemunduran produktifitas yang tidak disertai usaha konversi

lahan.

2. Terjadinya kemunduran produktifitas lahan sebagai akibat penggunaan

yang tidak sesuai dengan kemampuan.

3. Terdesaknya lahan pertanian yang relatif subur oleh jenis penggunaan

lahan non pertanian di daerah perkotaan.

Perubahan penggunaan lahan (land use) yang cepat merupakan kenyataan

banyak tempat di Indonesia. Sebagai perubahan penggunaan lahan yang optimum

yang diharapkan karena menuju kepada penggunaan lahan yang berkesinambungan

dan berwawasan lingkungan. Sebagian lainnya merupakan perubahan atau penurunan

lahan yang tidak terkendali dan mengarah pada kerusakan lahan.

Perubahan fungsi lahan adalah lahan yang mengalami alih fungsi, baik dari

pertanian, non pertanian hutan menjadi pertanian, juga sebaliknya.

2.8. Konsep Pola Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan adalah segala macam campur tangan manusia baik

sementara maupun terus menerus terhadap lingkungannya untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya penggunaan lahan dapat dikelompokan kedalam dua kategori,

yaitu penggunaan lahan untuk kehidupan sosial, termasuk didalamnya lahan-lahan

untuk perumahan, sekolah, rumah-rumah ibadah, tanah lapang untuk rekreasi dan

kegiatan olahraga, sarana kesehatan (puskesmas/pustu) dan sebagainya yang pada

umumnya menyatu dengan pemukiman.


29

Perencanaan penggunaan lahan dimaksudkan untuk mengetahui penggunaan

yang paling sesuai terhadap daya dukung lahan agar produktifitasnya tinggi (optimal)

tetapi tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan.

Dalam usaha untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai

pola penggunaan lahan suatu daerah, langkah pertama yang harus ditempuh ialah

mengadakan penyederhanaan sebutan dari jenis-jenis penggunaan lahan yang

beraneka ragam itu dengan membuat klasifikasi penggunaan lahan secara sistematis.

Istilah klasifikasi lahan telah digunakan secara luas dalam berbagai bidang

studi. Oleh karena itu istilah tersebut mempunyai beberapa perbedaan dalam

pengertiannya. Klasifikasi lahan didefenisikan sebagai pengaturan-pengaturan satuan

lahan kedalam berbagai kategori berdasarkan sifat-sifat lahan atau kesesuaiannya

untuk berbagai penggunaan.

Overlay peta dapat dilakukan secara manual (overlay manual), maupun

dengan cara digital (overlay GIS). Dikatakan bahwa dalam pola penggunaan lahan

seperti halnya mendeteksi perubahan penggunaan lahan, dua metode ini dapat

digunakan. Pada metode interprestasi manual dan digital, tekanan diberikan pada

perubahan penggunaan lahan dan perubahan-perubahan tersebut diverifikasi. Metode

tersebut langsung diarahkan pada letak perubahan, sehingga hasilnya dapat

diandalkan.
30

Berbagai masalah yang dihadapi dalam penggunaan lahan di Indonesia

menunjukan bahwa masalah ini perlu segera di upayakan alternatif pemecahannya.14

Penggunaan lahan hendaknya dilandasi pada asas-asas sebagai berikut;

penggunaan optimal, pola penggunaan lahan yang seimbang, manfaat lestari dimana

telah termasuk prioritas kepada jenis-jenis penggunaan lahan yang biasa dialih

gunakan dan langkah-langkah pengawasan lahan. Pola penggunaan lahan di

Indonesia sekarang ini pada hakekatnya adalah merupakan lukisan dalam ruang dari

paduan kegiatan tingkat teknologi dan jumlah manusia.

Para perencana harus mengambil langkah-langkah yaitu tahap pertama

perencana mengumpulkan data lahan selengkap mungkin baik dari segi fisik maupun

hukum, tahap kedua mengalokasikan lahan untuk berbagai lahan sesuai dengan

sasaran kebijaksanaan pembangunan dan selanjutnya berusaha mengendalikan

perkembangan penggunaan lahan.

Selanjutnya proses perubahan pola penggunaan lahan dapat diikuti dengan

membandingkan potret udara atau citra satelit dari berbagai tahun, dari

perbandingan itu dapat dilihat bertambahnya luas daerah permukiman dan

berkurangnya lahan pertanian.15

2.9. Faktor Pembentuk Penggunaan Lahan

14 Nambo. C, Perencanaan Land Use Yang Lestari (Latihan Kerja Penerapan


AMDAL Dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup: Ujung
Pandang, 1990), h. 11.
15 Soemarwoto. S, Ekologi, Lingkungan Hidup Dan Pembangunan (Bandung:
Djambatan, 1994), h. 212.
31

Ruang kota sangat berkaitan dengan 3 sistem yaitu: sistem kegiatan, sistem

pengembangan lahan, dan sistem lingkungan (alam). Ketiga sistem tersebut adalah:

1. Sistem kegiatan berkaitan dengan cara manusia dalam kelembagaannya

mengatur unsurnya sehari-hari untuk memenuhi kebutuhannya dan saling

berinteraksi dalam waktu dan ruang.

2. Sistem pengembangan lahan berfokus pada proses pengubahan ruang dan

penyesuaiannya untuk kebutuhan manusia dalam menampung kegiatan yang

ada dalam susunan sistem.

3. Sistem lingkungan berkaitan dengan kondisi biotik dan abiotik yang

dibangkitkan oleh proses alamiah, yang berfokus pada kehidupan tumbuhan

dan hewan serta proses-proses dasar yang berkaitan dengan air, udara dan

material.

Dari ketiga sistem tersebut menjadi dasar dalam penyusunan peruntukan

lahan dan penjelasan terbentuknya penggunaan lahan. Sedangkan faktor yang penting

dalam pengaturan ketiga sistem tersebut adalah kepentingan umum dengan

pertimbangan kualitas lingkungan. Karena aspek kepentingan umum tidak selalu

diperhatikan oleh semua pelaku terlibat, maka pemerintah menyusun sistem

perencanaan dan panduan sebagai cara untuk menata peranan pemerintah dalam

sistem utama yang mempengaruhi penggunaan lahan dengan menggunakan kekuatan

dan ikutan proses politik maupun kekuatan pasar.


32

2.10. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan

Lahan

Apabila melihat kecenderungan perkembangan sekarang ini, terlihat bahwa

penggunaan lahan selalu dimulai dari wilayah yang lingkungan fisiknya paling baik.

Setelah wilayah tersebut habis dimanfaatkan, baru kemudian bergerak ke wilayah

marginal.

Faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap penggunaan lahan dapat

disebutkan secara berurutan adalah faktor institusi/hukum pertanahan, faktor fisik,

faktor ekonomi dan faktor kependudukan. Penggunaan lahan juga ditentukan pula

oleh keadaan topografi, kemampuan dan kesesuaian lahan serta tekanan penduduk.

Tanah yang subur lebih banyak digunakan untuk pertanian, biasanya berpenduduk

padat, penggunaan lahan semakin meningkat bersamaan terjadinya peningkatan

jumlah penduduk.

Faktor-faktor sosial-ekonomi akan menjadi lebih penting pada saat akan

menentukan penggunaan lahan optimum. Faktor-faktor sosial-ekonomi tersebut

meliputi letak lahan dalam hubungannya dengan lokasi pasar, transportasi,

permukiman dan aktifitas manusia lainnya. Kebijaksanaan pemerintah merupakan

faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan penggunaan lahan.

Perubahan penggunaan lahan dapat mengacu pada dua hal yang berbeda

yaitu: perubahan terhadap penggunaan lahan sebelumnya dan terhadap rencana tata

ruang. Perubahan yang mengacu pada penggunaan sebelumnya tanpa melanggar

aturan rencana penggunaan. Untuk perubahan yang mengacu pada rencana tata rung
33

yaitu penggunaan baru atas tanah atau lahan yang tidak sesuai dengan yang

ditentukan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang sah.

Perubahan penggunaan lahan diartikan sebagai suatu penggunaan baru atas

tanah (lahan) yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah yang telah

ditentukan. Dalam pengertian ini, hal yang menjadi acuan dalam mendefinisikan

perubahannya adalah RTRW yang telah ditetapkan (diperdakan).

Melihat banyaknya faktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan lahan,

maka terkadang kecenderungan yang terjadi di lapangan banyak menyimpang dari

rencana semula, selain faktor fisik seperti disebutkan diatas, persoalan hukum

sebagai kerangka peraturan penataan ruang yang bersifat kontrol juga sangat

menentukan. Kerangka aturan yang dimaksud tidak lain adalah Undang-Undang

Penataan ruang nomor 26 tahun 2007 (UUPR) tentang penataan ruang sebagai dasar

hukum dan kontrol dalam penataan ruang.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan

adalah16:

1. Fisik Kota

Keadaan geografis, berpengaruh terhadap fungsi dan bentuk kota. Kota sebagai

simpul distribusi, misalnya terletak di simpul jalur transportasi di pertemuan jalur

16 Dikutip melalui internet pada hari Senin, 3 Desember 2012 jam 10.58.
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=teori%20penyebab%20perubahan
%20penggunaan%20lahan%20karena%20tumbuhnya%20pusat-pusat
%20kegiatan&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CC4QFjAB&url=http%3A%2F
%2Feprints.undip.ac.id
%2F16655%2F1%2FAULIA_YUSRAN.pdf&ei=RBK8UMjhA9CqrAeI44DABA&u
sg=AFQjCNGTBQfQOn3_v98cH6jnbSGP_BlNnA
34

transportasi regional atau dekat pelabuhan laut. Kota pantai misalnya akan cenderung

berbentuk setengah lingkaran dengan pusat lingkarannya adalah pelabuhan laut.

Topografi/tapak menjadi faktor pembatas bagi perkembangan suatu kawasan karena

kondisi fisik ini tidak dapat berkembang kecuali dalam keadaan labil. Meskipun

demikian usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah topografi atau mengatasi

keadaan ketinggian, kemiringan tanah dapat dilakukan dengan menggali bukit,

menguruk tanah, reklamasi laut/rawa dapat mengurangi hambatan. Kota yang berada

pada daratan yang rata akan mudah berkembang ke segala arah dibandingkan dengan

kota yang berada di wilayah pegunungan.

Fungsi Kota, kota yang memiliki aktivitas dan fungsi yang beragam biasanya secara

ekonomi akan lebih kuat dan berkembang pesat dibanding dengan kota yang

memiliki satu fungsi.

Sejarah dan kebudayaan, penduduk kota memiliki komitmen untuk menjaga dan

melindungi bangunan atau tempat bersejarah lainnya dari perambahan perkembangan

lahan yang tidak sesuai. Meskipun lokasinya berada di tengah kota, bangunan atau

tempat tersebut akan senantiasa dilestarikan selamanya.

Unsur-unsur umum seperti jaringan jalan, penyediaan air bersih dan jaringan

penerangan listrik yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat.

2. Faktor Fisik Eksternal, yang meliputi :

Fungsi primer dan sekunder kota yang tidak terlepas dan keterkaitan dengan daerah

lain apakah daerah itu dipandang secara makro (nasional dan internasional) maupun
35

secara mikro (regional). Keterkaitan ini menimbulkan arus pergerakan yang tinggi

memasuki kota secara kontinyu.

Fungsi kota yang sedemikian rupa merupakan daya tarik bagi wilayah sekitarnya

untuk masuk ke kota tersebut (urbanisasi), karena kota adalah tempat

terkonsentrasinya kegiatan.

Sarana dan prasarana transportasi yang lancar, semakin baik sarana transportasi

ke kota maka semakin berkembang kota tersebut, baik transportasi udara, laut dan

darat. Transportasi meningkatkan aksesibilitas dari potensi-potensi sumber alam dan

luas pasar.17

Keberadaan infrastruktur memberi dampak yang sangat besar bagi kehidupan

masyarakat, pola pertumbuhan dan prospek perkembangan ekonomi suatu kota.18

3. Faktor Sosial

Ada dua faktor sosial yang berpengaruh dan menentukan dalam perkembangan kota,

yaitu:

Faktor Kependudukan, kesempatan kerja yang tersedia seiring dengan

perkembangan industrialisasi menyebabkan semakin meningkatnya penduduk kota

industri .

17 Nasution Nur, Manajemen Transportasi (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia , 2004), h.


14.
18 Catanese, Anghony J & James C. Perencanaan Kota (Jakarta: Erlangga, 1992), h.
120.
36

Kualitas Kehidupan bermasyarakat, semakin padatnya penduduk kota maka

semakin menurunnya pola-pola kemasyarakatan karena lingkungan kehidupan yang

mengutamakan efisiensi ekonomis telah menimbulkan berbagai segi degradasi sosial.

4. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi yang berpengaruh dan menentukan di dalam pengembangan dan

perkembangan kota dapat dikemukakan tiga hal pokok yaitu: kegiatan usaha; politik

ekonomi; dan faktor lahan yang terdiri dari pola penggunaan lahan serta harga lahan.

Kegiatan usaha, akan sangat menentukan kegiatan masyarakat umumnya.

Terbukanya kesempatan kegiatan usaha pada pusat-pusat atau kota-kota yang baru

akan menarik aliran penduduk ke arah tersebut.

Politik Ekonomi, dengan kebijakan politik ekonomi yang tepat maka akan terjadi

pertumbuhan ekonomi meliputi kenaikan pendapatan per kapita, masuknya investasi

dan tumbuhnya kegiatan usaha. Tiga jenis pembangunan kota yang dikembangkan

dengan sistem ekonomi terpusat; bebas; dan campuran.

Faktor Lahan, dalam Pola penggunaan lahan perkembangan, kota merupakan suatu

proyek pembangunan permukiman berskala besar yang akan memerlukan lahan yang

luas.

Konsekuensi logis dari pembangunan kota adalah meningkatnya kebutuhan akan

lahan, dan terjadi proses ekstensifikasi ruang merembet hingga daerah perdesaan.

Fenomena konversi lahan pertanian menjadi lahan terbangun memberikan dampak

bagi perubahan sosial ekonomi di wilayah pertanian. Kedatangan para petani yang

telah beralih profesi berusaha mencari celah-celah kosong kegiatan usaha/pekerjaan


37

yang senantiasa ada di kawasan perkotaan. Akhirnya pertimbangan dalam pola

penggunaan lahan menjadi faktor penting dalam perencanaan pembangunan kota.

Harga Lahan, kenaikan nilai dan harga lahan umumnya merupakan suatu

konsekwensi dari suatu perubahan penggunaan dan penggunaan lahan yang dinilai

dari segi ekonomisnya.

Menurut Charles Colby, proses berekspansinya serta berubahnya struktur tata

guna lahan sebagian besar disebabkan oleh adanya daya sentrifugal (centrifugal

force) dan daya sentripetal (centripetal force) pada suatu kota. Daya Sentrifugal

adalah daya yang mendorong gerak keluar dari penduduk dan berbagai usahanya.

Sedangkan daya sentripetal adalah gerak ke dalam dari penduduk dan berbagai

usahanya sehingga terjadi pemusatan (konsentrasi) kegiatan manusia.

Hal-hal yang mendorong adanya daya sentrifugal adalah sebagai berikut:

1. Spatial Force, adanya gangguan yang berulang kali seperti kemacetan lalu lintas,

kurangnya ruang terbuka dan gangguan bunyi yang membuat penduduk tidak

nyaman tinggal di kota.

2. Site Force, sebagai akibat wilayah yang tidak menguntungkan bagi industri

modern di kota lalu pindah ke wilayah pinggiran yang belum padat penduduknya,

kelancaran lalu litas kendaraan dan kemudahan parkir mobil.

3. Force of Social Evaluation, dikarenakan harga tanah yang mahal, pajak yang

tinggi dan pertumbuhan penduduk.


38

4. Situational Force, adanya ketidakpuasan fungsi ruang, perumahan dalam kota

yang pada umumnya serba sempit dan tidak sehat, sebaliknya rumah-rumah yang

dapat dibangun diluar kota dapat menjadi lebih luas, nyaman dan sehat.

5. Status and organization of occupance, karena fasilitas transportasi yang tidak

memuaskan menyebabkan kemacetan, keinginan menghuni wilayah luar kota yang

terasa lebih alami.

Gambar 6
Pola Kekuatan Sentrifugal dan Sentripetal

Sumber: Geografi Baru, Daldjoni N, 1992

Adapun hal-hal yang mempengaruhi adanya daya sentripetal adalah:

1. Site Attraction, adanya penarik terhadap site dekat dengan pusat kota atau dekat

dengan persimpangan jalan yang strategis bagi kegiatan industri.

2. Functional Convenience Maximum Accessibility, yaitu terdapat berbagai kegiatan

bisnis dengan kemudahan aksesibiltas.

3. Functional Magnetism, adanya berbagai fasilitas umum untuk olahraga, hiburan

dan seni budaya yang dapat dikunjungi pada waktu senggang.


39

4. Functional Prestige, sebagai pusat kegiatan perdagangan/perbelanjaan, orang akan

merasa bangga bertempat tinggal dengan pusat-pusat tersebut.

Johann Heinrich Von Thunen seorang ekonom dan tuan tanah di Jerman menulis

buku berjudul Der Isolierte Staat in Beziehung auf Land Wirtschaft pada tahun 1826.

Ia mengupas tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar

perbedaan sewa tanah (pertimbangan ekonomi). Buku ini diterjemahkan dalam

bahasa Inggris menjadi The Isolated State in Relation to Agriculture oleh Peter Hall

yang diterbitkan pada tahun 1966 di London. Dalam modelnya tersebut, Von Thunen

membuat asumsi sebagai berikut.

1. Wilayah analisis bersifat terisolir (isolated state) sehingga tidak terdapat

pengaruh pasar dari kota lain.


2. Tipe permukiman adalah padat di pusat wilayah (pusat pasar) dan makin

kurang padat apabila menjauh dari pusat wilayah.


3. Seluruh wilayah model memiliki iklim, tanah dan topografi yang seragam.
4. Fasilitas pengangkutan adalah primitif (sesuai pada zamannya) dan relatif

seragam. Ongkos ditentukan oleh berat barang yang dibawa.


5. Kecuali perbedaan jarak ke pasar, semua faktor alamiah yang mempengaruhi

penggunaan tanah adalah seragam dan konstan.

Berdasarkan asumsi di atas, Von Thunen membuat kurva hubungan sewa

tanah dengan jarak ke pasar. Maksudnya di sini ialah sewa tanah adalah paling mahal

di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar.

Perkembangan dari teori Von Thunen selain harga tanah yang tinggi di pusat

kota dan makin menurun bila makin menjauh dari pusat kota, juga adalah harga tanah
40

tinggi pada jalan-jalan utama (akses ke luar kota) dan makin rendah bila menjauh

dari jalan utama.

2.11. Pengertian GIS (Geographic Information System)

Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System) adalah sistem

berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, memanipulasi dan

menganalisis informasi geografis. Dapat pula berupa sistem yang dibuat untuk

analisis data spasial, yaitu gambar lokasi geografis dan data atribut yaitu informasi

deskriftif dari lokasi geografis.

Sampai saat ini sudah banyak sekali dikembangkan dan diterapkan oleh

berbagai bidang ilmu dan bidang aplikasi, seperti halnya survei pemetaan, pertanian,

teknik sipil, planologi, geografi, geologi, kehutanan dan transportasi. Hal ini dapat

dimaklumi mengingat beberapa karakteristiknya yang sangat menguntungkan seperti:

1. Data dan informasi yang dihasilkan dapat diandalkan dari segi kuantitas dan

kualitasnya.

2. GIS seolah-olah menjadi konsultan elektronis yang bersifat expert serta loyal

dan berdedikasi.

3. Analisa, perencanaan, dan pengambilan keputusan yang terpadu dan

komprehensif dapat dilakukan secara cepat.

Gambaran umum tentang GIS (Mapinfo) adalah perangkat lunak yang

dirancang oleh pembuatnya untuk menangani pemetaan secara digital (dektop


41

Mapping software) dan memberikan tampilan untuk dapat melakukan analisis

geografis. Dalam proses instalasinya, secara otomatis akan dibuat satu icon dalam

lingkungan windows yang jika dipilh akan mengaktifkan Mapinfo.

Jika diperhatikan lebih dalam, maka suatu gambar peta yang dicetak di atas

kertas seperti contohnya yang diproduksi oleh bakosurtanal; maka gambar peta

tersebut berdasarkan fisik yang terlihat (sebutlah kategorinya) dapat dibagi menjadi

beberapa bagian gambar, misalnya gambar garis-garis pantai, gambar batas-batas

administrasi, gambar sungai-sungai. Bagian gambar peta tersebut masing-masing

mempunyai atribut, misalnya gambar suatu garis pantai yang membentuk sebuah

pulau, maka garis pantai tersebut mempunyai atribut minimal nama sungai.

Demikian pula dengan bagian gambar peta yang lainnya.

Selanjutnya, jika bagian-bagian gambar peta tersebut, dikonversikan masing-

masing menjadi suatu file data digital dengan berbagai cara, misalnya dengan

menggunakan alat digitizer ataupun dengan alat scanner, maka file data digital

tersebut dikela sebagai peta digital. Dalam hal ini Mapinfo mempunyai fasilitas

untuk mejalankan perangkat digitizer dan scanner sebagai salah satu perangkat

masukan untuk mebentuk peta digital.

2.12. Manfaat Sistem Informasi Gegografis Dan Penerapannya Pada

Perencanaan Wilayah Dan Kota

Perencanaan Tata Ruang wilayah merupakan suatu upaya mencoba

merumuskan usaha penggunaan ruang secara optimal dan efisien serta lestari bagi
42

kegiatan usaha manusia di wilayahnya yang berupa pembangunan sektoral, daerah,

swasta dalam rangka mewujudkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang ingin

dicapai dalam kurun waktu tertentu.

Penyusunan tata ruang merupakan tugas besar dan melibatkan berbagai pihak

yang dalam menjalankan tugas tidak terlepas dari data spasial. Data spasial yang

dibutuhkan dalam rangka membuat suatu perkiraan kebutuhan atau pengembangan

ruang jangka panjang adalah bervariasi mulai dari data yang bersifat umum hingga

detail. Bentuk data spasial untuk kegiataan penataan ruang umumnya berupa peta

digital dan peta analog yang masing-masing mempunyai karakteristik dan spesifikasi

yang berbeda, dimana jenis dan ruang lingkup serta kedetailan rencana tata ruang

sangat menentukan

Berkaitan dengan kesiapan data spasial untuk mendukung tata ruang, ada

beberapa titik kritis yang perlu mendapatkan perhatian kaitannya dengan prosedur

kerja antara lain:

1) Belum adanya format data dan skala peta dasar yang baku untuk penyusunan

tata ruang dalam berbagai tingkat. Ada perbedaan format baku peta dengan

format operasional, demikian juga skala peta dikaitkan dengan jenis data yang

harus digunakan dan prosedur pengolahan data.


2) Pengalaman menunjukkan bahwa belum memadainya kesadaran akan

pentingnya penyediaan data spasial yang akurat dari kalangan pengguna. Data

spasial yang akurat tidak dilihat sebagai komoditas yang strategis untuk

kepentingan jangka panjang.


43

3) Pembuatan atau penyusunan data spasial skala 1 : 250.000 hingga 1 : 5000

untuk tata ruang detail dilakukan dengan anggapan peta sudah tersedia dan

tidak disediakan alokasi biaya untuk pembuatan peta tersebut. Dampaknya

adalah peta yang digunakan sudah kadaluarsa.


4) Pada berbagai rencana kegiatan, ketelitian peta yang dibutuhkan kadang-

kadang bukan merupakan hal yang utama, yang diutamakan adalah

penyebaran temanya. Informasi lokasi dan batas-batas fisik lebih diutamakan

(bukan kepastian koordinat), sedangkan dalam beberapa hal misalnya

infrastructure management kepastian lokasi harus dicirikan dengan ketepatan

koordinat.

Kelengkapan dan kebenaran (kualitas) input data spasial akan sangat

berpengaruh pada hasil atau keluarannya. Tanpa adanya data spasial yang memadai

dalam arti kualitas planimetris dan informasi kualitatif, maka proses pengambilan

keputusan tidak dapat dilaksanakan secara benar dan bertanggung jawab.

Suatu wilayah baik di pedasaan maupun di perkotaan menampilkan wujud

yang rumit, tidak teratur dan dimensi yang heterogen. Kenampakan wilayah

perkotaan jauh lebih rumit dari pada kenampakan daerah pedesaan. Hal ini

disebabkan persil lahan kota pada umumnya sempit, bangunannya padat, dan fungsi

bangunannya beraneka. Oleh karena itu SIG yang diperlukan untuk penyusunan tata

ruang harus disesuaikan dengan resolusi spasial yang sepadan.

Untuk keperluan perencanan tata ruang detail, maka resolusi spasial yang

tinggi akan mampu menyajikan data spasial secara rinci. Data satelit seperti Landsat
44

TM dan SPOT dapat pula digunakan untuk keperluan penyusunan tata ruang hingga

tingkat kerincian tertentu, misalnya membedakan kota dan bukan kota, perumahan,

industri, perdagangan, dsb, perumahan teratur dan tidak teratur, sampai dengan

perumahan teratur yang padat, sedang, dan jarang).

Manfaat SIG dewasa ini khususnya dalam menyongsong pembangunan di

masa mendatang semakin penting. Informasi yang dihasilkan SIG merupakan

informasi keruangan dan kewilayahan, maka informasi tersebut dapat dimanfaatkan

untuk inventarisasi data keruangan yang berkaitan dengan sumber daya alam. Juga

pembuatan rencana dan kebijakan dalam pembangunan. Berikut ini akan dibahas

mengenai manfaat SIG secara lebih terperinci dalam pandangan berbagai bidang

yang berhubungan dengan perencanaan wilayah dan kota.19

1. Manfaat SIG Dalam Inventarisasi Sumber Daya Alam

Pembangunan fisik dan sosial di Indonesia terus ditingkatkan sesuai dengan

meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya kehidupan yang serba

kompleks. Perkembangan tersebut mendorong perlunya informasi yang rinci tentang

data sumber daya alam, yang mungkin dapat dikembangkan. Data aneka sumber daya

alam hasil penelitian dijadikan modal sebagai bahan baku untuk perencanaan

pembangunan. Secara sederhana manfaat SIG dalam data kekayaan sumber daya

alam adalah sebagai berikut:

19. Dikutip melalui internet pada hari Senin, 28 Mei 2012 jam 21.00.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi_geografis. Diakses 28 Mei 2012
45

a. Untuk mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam, misalnya minyak

bumi, batubara, emas, besi dan barang tambang lainnya.


b. Untuk mengetahui persebaran kawasan lahan, misalnya:
1. kawasan lahan potensial dan lahan kritis.
2. kawasan hutan yang masih baik dan hutan rusak.
3. kawasan lahan pertanian dan perkebunan.
4. pemanfaatan perubahan penggunaan lahan.
c. Untuk pengawasan daerah bencana alam, misalnya:
1. memantau luas wilayah bencana alam.
2. pencegahan terjadinya bencana alam di masa datang.
3. menyusun rencana-rencana pembangunan kembali daerah bencana.

2. Manfaat SIG Dalam Perencanaan Pola Pembangunan

SIG tidak hanya penting bagi pakar geografi, tetapi juga bagi pakar perencana

pembangunan dan perencana penataan ruang. Perencana atau penata ruang dengan

berpola SIG tidak hanya melihat dari sudut lingkungan fisik saja, tetapi juga

lingkungan sosial, ekonomi dan kependudukan. Dalam penataan ruang, SIG

bermanfaat sebagai acuan perencanaan pembangunan, agar pembangunan dapat

terencana lebih awal dan tidak tumbuh semrawut (tidak teratur) serta tetap

memperhatikan kelestarian lingkungan. Berikut ini contoh manfaat SIG dalam

perencanaan pola pembangunan.

a) Pembangunan Waduk PLTA Saguling

Dilihat dari lingkungan fisiknya, lokasi proyek PLTA Saguling sangat

potensial dibangun waduk (bendungan) raksasa. Pernahkah Anda melihat waduk?

Dengan SIG, pembangunan waduk tidak hanya memperhatikan faktor

kecocokan fisik saja, tetapi juga faktor-faktor sosial ekonomi penduduk di sekitar
46

proyek tersebut. Dengan dibangunnya waduk raksasa, pola kehidupan masyarakat

yang sebelumnya serba darat akan berubah menjadi pola kehidupan darat dan air.

Melalui perencanaan yang matang, masyarakat harus dibina:

1. cara dan teknik keselamatan transportasi melayari waduk.


2. cara dan teknik pemanfaatan waduk sebagai sumber penghidupan (perikanan

terapung).
3. cara dan teknik membuat alat-alat penunjang sumber kehidupan dan teknik

pemanfaatannya, contohnya keramba, makanan ikan dan jarak keramba

dengan keramba lainnya.

Peta lokasi dan situasi proyek Saguling hasil keluaran SIG menjadi sarana

kunci dalam perencanaan pembangunan PLTA tersebut. Dengan informasi SIG

pembangunan waduk Saguling juga tetap memperhatikan kelestarian lingkungan

hidup di sekitarnya.

b) Pemekaran Kota Bandung


Perluasan kota terutama di Jawa terus tumbuh, sehingga perluasan lahan tidak

dapat dihindari. Pemekaran kota di Jawa, terutama akibat arus urbanisasi dan

perpindahan penduduk dari luar Jawa ke Jawa. Salah satu kota yang mengalami

pemekaran di antaranya Kotamadya Bandung

Wilayah Kotamadya Bandung dengan luas 8.098 hektar, tidak mampu lagi

menampung penduduk sejumlah 1,5 juta jiwa. Sementara arus urbanisasi dari daerah

belakangnya (sekitarnya) terus mengalir. Permukiman kumuh (slum area) yang

semakin meluas dan kemacetan lalu-lintas menambah kesemrawutan kota, karena itu

usaha pemekaran kota tidak dapat dihindari. Bertambahnya luas Kota Bandung dari
47

8.098 hektar menjadi sekitar 17.000 hektar tentu disertai dengan perencanaan tata

ruang. Penataan ruang tentu berkaitan dengan pembangunan sarana dan fasilitas fisik,

sosial, ekonomi dan kependudukan.

Peta hasil keluaran SIG menjadi sarana kunci bagi pakar perencana dan

penata ruang tersebut. Sehingga tercipta tata ruang yang dinamis dan tetap

memelihara kelestarian lingkungan hidup.

3. Manfaat SIG Dalam Bidang Sosial

Selain dalam inventarisasi sumber daya alam dan perencanaan pola

pembangunan, SIG juga dapat dimanfaatkan dalam bidang sosial. Dalam bidang

sosial SIG dapat dimanfaatkan pada hal-hal berikut:

a) Mengetahui potensi dan persebaran penduduk.


b) Mengetahui luas dan persebaran lahan pertanian serta kemungkinan pola

drainasenya.
c) Untuk pendataan dan pengembangan jaringan transportasi.
d) Untuk pendataan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan

pembangunan.
e) Untuk pendataan dan pengembangan permukiman penduduk, kawasan

industri, sekolah, rumah sakit, sarana hiburan dan rekreasi.

Anda mungkin juga menyukai