Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB V
segala kegiatan yang ada di Propvinsi Maluku baik pemerintahan perdagangan dan
jasa. Dilihat dari posisi geografis wilayah Kecamatan Sirimau dengan perkembangan
di wilayah lainnya yang terkait. Beberapa kelebihan yang dimiliki Pusat Kota Ambon
pemerintahan dan perdagangan jasa, maka perlu dilakukan suatu penataan lahan di
Kecamatan Sirimau yang telah menimbulkan kesemrawutan di suatu sudut pusat kota
dan mengingat lokasi yang merupakan pusat kota dari Kota Ambon.
115
Dari letak geografis, maka Kota Ambon merupan kawasan lalu lintas
kurang lebih 0-100% dan ketinggian kontur berkisar dari 0-400 meter dari
permukaan laut. Hal ini menyebabkan terbatasnya lahan yang datar di Kecamatan
sebenarnya tidak boleh dibanguni. Hal ini berakibat kepada penggunaan lahan yang
penyerapan air tanah dan pengikisan tanah (erosi) dan pengerukan terhadap lereng
getaran yang kuat berupa peralatan berat dan kendaraan bermotor dapat
Gambar 29
Longsor di Kelurahan Karang Panjang Kecamatan Sirimau
Sumber: liputan6.com
tanah, yakni:
1. Tanah alluvial adalah tanah yang temasuk dalam kelas entisol, dimana tanah
ini bertekstur lempung berpasir. Alluvial adalah jenis tanah yang pada
namun demikian jenis tanah ini sangat cocok untuk lahan pertanian.
2. Tanah kambisol adalah tanah yang termasuk dalam kelas inceptisol dan
terbentuk pada batuan induk peridotit dan bahan lepas. Tanah ini memiliki
3. Tanah rendzina adalah tanah yang tergolong dalam tanah yang memiliki
tekstur lempung. Rendzina adalah merupakan tanah padang rumput yang tipis
berwarna gelap, terbentuk dari kapur lunak, batu-batuan mergel dan gips.
antara 7,5-8,5 dan peka terhadap erosi. Jenis tanah ini kurang bagus untuk
ini bertekstur lempung berpasir. Litosol adalah jenis tanah yang masih muda
yang dipengaruhi oleh air yang berlebihan. Jenis tanah ini memiliki sifat
berwarna cokelat gelap dan kelabu serta memiliki struktur yang kasar.
6. Tanah regosol adalah tanah yang termasuk dalam kelas entisol, dimana tanah
ini bertekstur lempung berpasir. Regosol adalah hasil erupsi gunung berapi,
bersifat subur, berbutir kasar, berwarna keabuan, kaya unsur hara, pH 6-7,
Persebaran jenis tanah ini di Indonesia terdapat di setiap pulau yang memiliki
gunung api, baik yang masih aktif ataupun yang sudah mati, banyak
5.1.4. Klimatologi
118
Iklim yang terjadi di Pusat Kota Ambon sama dengan iklim yang terjadi
semua wilayah Kota Ambon dimananya adalah iklim laut tropis dan iklim musim.
Sehubungan dengan itu iklim Pusat Kota Ambon sangat dipengaruhi oleh lautan dan
berlangsung bersamaan dengan iklim musim, yaitu musim barat atau utara dan
musim timur atau tenggara. Pergantian musim selalu diselingi oleh musim pancaroba
Curah hujan di Kota Ambon dari tahun 2006-2010 yang paling rendah yakni
pada tahun 2006 dengan jumlah curah hujan 2.583,5 mm dari 231 hari hujan.
Sedangkan yang paling tinggi yakni pada tahun 2010 dengan jumlah curah hujan
Untuk curah hujan perbulannya dari tahun 2006-2010 yang paling rendah
terjadi pada bulan oktober dengan jumlah curah hujan perbulannya yakni 6,6 mm
dari 6 hari hujan kemudian untuk tahun 2007 terjadi pada bulan maret dengan jumlah
curah hujan perbulannya yakni 77,2 mm dari 17 hari hujan kemudian pada tahun
2008 juga terjadi pada bulan maret dengan jumlah curah hujannya perbulannya hanya
78,2 mm dari 17 hari hujan kemudian untuk tahun 2009 pada bulan desember dengan
jumlah curah hujan hanya 24 mm dari 11 hari hujan sedangkan pada tahun 2010
paling rendah terjadi pada bulan februari dengan jumlah curah hujannya hanya 30,8
Untuk curah hujan perbulannya dari tahun 2006-2010 yang paling tinggi
terjadi pada bulan juni dengan jumlah curah hujan perbulannya mencapai hingga
119
1.385,9 mm dari 30 hari hujan kemudian untuk tahun 2007 juga terjadi pada bulan
juni dengan jumlah curah hujan perbulannya mencapai 1.049,7 mm dari 24 hari
hujan kemudian pada tahun 2008 terjadi pada bulan Agustus dengan jumlah curah
hujan perbulannya mencapai 1.296,7 mm dari 30 hari hujan kemudian pada tahun
2009 terjadi pada bulan Maret dengan jumlah curah hujan mencapai 980 mm dari 13
hari hujan sedangkan pada tahun 2010 paling tinggi terjadi pada bulan Juni dengan
sampai tinggi, untuk bencana banjir dikarenakan jumlah curah hujan yang tinggi.
Untuk Kecamatan Sirimau yang di lalui oleh 4 aliran sungai dalam kondisi yang
pembangunan sampai daerah sempadan, selain itu hutan yang semakin sempit akibat
permintaan lahan yang semakin meningkat akibat bertambahnya penduduk, hal ini
mencegah terjadinya banjir. Akibat dari berkurangnya daerah resapan air dan kondisi
morfologi kota yang bergunung dan curam menyebabkan setiap musim hujan daerah
Pusat Kota Ambon akan mengalami banjir yang merupakan kiriman air dari gunung.
Gambar 30
Kondisi Banjir di Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau
120
Sumber: liputan6.com
5.1.5. Hidrologi
Kecamatan Sirimau terbagi dalam 2 jenis yaitu, air permukaan yakni air sungai dan
air tanah dibawah permukaan yakni air tanah dangkal dan air tanah dalam.
memanfaatkan sungai untuk keperluan mandi dan cuci. Namun dengan semakin
menurunnya kualitas air sungai, penggunaan tersebut semakin berkurang. Saat ini
sungai lebih banyak digunakan sebagai saluran drainase dan tempat pembuangan
limbah rumah tangga, yang jika tidak dikendalikan akan semakin memperburuk
kualitas air sungai. Sedangkan sumber air baku yang potensial digunakan adalah
sumber air yang terletak di Kecamatan Nusaniwe yang sudah dikelola oleh pihak
yang didukung oleh semangat budaya orang maluku, kususnya budaya orang Ambon,
Peningkatkan interaksi sosial budaya melalui kegiatan lomba, olah raga dan
kesenian.
Menciptakan ruang publik yang cukup banyak dan luas untuk kegiatan
Penegakan keamanan, ketertiban, hukum yang adil dan transparan bagi para
pelanggar hukum.
berganda, yaitu:
Pt = Po (1 + r)n
122
Tabel 12
Proyeksi Penduduk Tahun 2015 dan 2020 di Kecamatan Sirimau
Gambar 31
Proyeksi Penduduk Tahun 2015 dan 2020 di Kecamatan Sirimau
123
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
2006
2007
2008
2009
2010
2015
2020
tahun dan 10 tahun mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dimana pada tahun
penduduk 7.660,65 km2 sedangkan untuk tahun 2020, jumlah penduduk Kecamatan
yang sebelumnya dengan saat ini, dengan indikasi terjadinya selisih luas penggunaan
pengamatan lapangan yang tertuang dalam peta (overlay peta tahun 2002 dan tahun
2011).
penggunaan lahan pada tahun 2002 dan kondisi penggunaan lahan pada tahun 2011
yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan gambar (peta) sebagai bahan dalam
Jenis Penggunaan lahan pada tahun 2002 merupakan penggunaan lahan yang
digunakan dalam perbandingan dengan peta existing untuk mengukur sejauh mana
perubahan penggunaan lahan pada lokasi penelitian. Luas Kecamatan Sirimau itu
sendiri yakni 24,5 km2 yang terbagi atas 14 desa/kelurahan. Untuk Desa Batu Merah
yang mendominasi penggunaan lahan yakni lahan kosong (0,24 km 2), untuk Desa
Galala yang mendominasi penggunaan lahan yakni permukiman (0,59 km 2), untuk
Desa Hative Kecil yang mendominasi penggunaan lahan yakni pertanian (1,55 km2).
Untuk Desa Soya yang mendominasi penggunaan lahan yakni hutan lindung
(7,18 km2), untuk Kelurahan Ahusen penggunaan lahannya hanyalah lahan kosong
(0,2 km2), untuk Kelurahan Amantelu penggunaan lahannya hanyalah lahan kosong
(1,07 km2), untuk Kelurahan Batu Gajah yang mendominasi penggunaan lahan yakni
hutan lindung (0,47 km2), untuk Kelurahan Batu Meja yang mendominasi
125
penggunaan lahan yakni permukiman (1,02 km2), untuk Kelurahan Honipopu yang
penggunaan lahan yakni lahan kosong (0,4 km2), untuk Kelurahan Rijali penggunaan
lahannya hanyalah lahan kosong (0,44 km2), untuk Kelurahan Uritetu yang
mendominasi penggunaan lahan yakni lahan kosong (0,31 km2) dan untuk Kelurahan
Waihoka yang mendominasi penggunaan lahan yakni lahan kosong (0,22 km2).
yakni 8,75 km2 dengan persentase luasan yakni 35,73 %. Hutan lindung ini tersebar
dengan persentase luasan yakni 21,11 %. Lahan kosong ini tersebar hampir di semua
desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Sirimau diantaranya yakni Desa Batu Merah,
Desa Galala, Desa Hative Kecil, Kelurahan Ahusen, Kelurahan Amantelu, Kelurahan
Kelurahan Uritetu dan Kelurahan Waihoka dengan luasan yang berbeda-beda tiap
desa/kelurahannya. Hal ini disebabkan karena persitiwa konflik antar umat beragama
126
yang terjadi di Kota Ambon dari tahun 1999-2002, sehingga menyebabkan banyak
orang yang mengungsi dan tidak tinggal di daerah-daerah pusat Kota karena di pusat
Tabel 13
Jenis Penggunaan Lahan di Kecamatan Sirimau Tahun 2002
o. Lahan s se (%)
(km
2
)
1. Agrowisata 0,43 1,75
2. Hutan Lindung 8,75 35,73
3. Pekuburan 0,02 0,08
4. Pelabuhan 0,07 0,29
5. Perdagangan dan 0,03 0,12
Jasa
6. Perkantoran 0,04 0,16
7. Permukiman 6,88 28,09
8. Pertanian 3,06 12,49
9. Ruang Terbuka 0,04 0,16
Hijau
10 Lahan Kosong 5,17 21,11
.
Total 24,5 100
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Kota Ambon Tahun 2012
Jenis Penggunaan lahan pada tahun 2011 di Kecamatan Sirimau yang terbagi
lahan yakni permukiman (5,16 km2), untuk Desa Galala yang mendominasi
127
penggunaan lahan yakni permukiman (0,61 km 2), untuk Desa Hative Kecil yang
Untuk Desa Soya yang mendominasi penggunaan lahan yakni hutan lindung
(6,7 km2), untuk Kelurahan Ahusen penggunaan lahannya hanyalah perdagangan dan
jasa (0,2 km2), untuk Kelurahan Amantelu yang mendominasi penggunaan lahan
yakni permukiman (0,7 km2), untuk Kelurahan Batu Gajah yang mendominasi
penggunaan lahan yakni permukiman (0,475km2), untuk Kelurahan Batu Meja yang
Honipopu yang mendominasi penggunaan lahan yakni perdagangan dan jasa (0,18
km2).
penggunaan lahan yakni permukiman (0,4 km2), untuk Kelurahan Rijali yang
mendominasi penggunaan lahan yakni perdagangan dan jasa (0,42 km 2), untuk
Kelurahan Uritetu yang mendominasi penggunaan lahan yakni perdagangan dan jasa
12,48 km2 dengan persentase luasan yakni 50,94 %. Permukiman ini tersebar hampir
di semua desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Sirimau yakni Desa Batu Merah,
128
Desa Galala, Desa Hative Kecil, Desa Soya, Kelurahan Amantelu, Kelurahan Batu
Gajah, Kelurahan Batu Meja, Kelurahan Karang Panjang, Kelurahan Pandan Kasturi
Kelurahan Rijali dan Kelurahan Uritetu dikarenakan 4 (empat) kelurahan ini berada
Tabel 14
Jenis Penggunaan Lahan di Kecamatan Sirimau Tahun 2011
o. Lahan s se (%)
(km
2
)
1. Agrowisata 0,43 1,76
2. Hutan Lindung 7,82 31,96
3. Pekuburan 0,04 0,16
4. Pelabuhan 0,18 0,73
5. Perdagangan dan 1,44 5,88
Jasa
6. Perkantoran 0,3 1,22
7. Permukiman 12,4 50,94
8
8. Pertanian 1,62 6,61
9. Ruang Terbuka 0.19 0,78
Hijau
Total 24,5 100
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Kota Ambon Tahun 2012
sampai pada tahun 2011 terdiri dari agrowisata, hutan lindung, pekuburan,
hijau dan lahan kosong secara kuantitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
130
Tabel 15
Perubahan Penggunaan Lahan dan Luas Perubahannya
di Kecamatan Sirimau Tahun 2002-2011 di Rinci per Desa/Kelurahan
Teknik Series
Lua Lua
No Desa/Keluraha
Jenis Penggunaan Lahan s Jenis Penggunaan s
. n
Tahun 2002 (km Persentas Lahan Tahun 2011 (km Persentas
) e (%) ) e (%)
Hutan Lindung 0,88 3,59
Hutan Lindung 1,09 4,43
Permukiman 0,21 0,84
Pertanian 0,78 3,16
Pertanian 1,51 6,16
Permukiman 0,73 2,99
Desa Batu Pekuburan 0,02 0,08 Pekuburan 0,04 0,15
1
Ruang Terbuka Hijau 0,02 0,10 Ruang Terbuka Hijau 0,02 0,10
Merah
Permukiman 2,56 10,43 Permukiman 2,56 10,43
Perdagangan dan Jasa 0,28 1,13
Lahan Kosong 2,04 8,33 Pelabuhan 0,08 0,32
Permukiman 1,68 6,86
Pelabuhan 0,03 0,13
Lahan Kosong 0,05 0,18
2 Desa Galala Permukiman 0,02 0,08
Permukiman 0,59 2,41 Permukiman 0,59 2,41
3 Desa Hative Lahan Kosong 0,25 1,02 Permukiman 0,25 1,02
131
Teknik Series
Lua Lua
No Desa/Keluraha
Jenis Penggunaan Lahan s Jenis Penggunaan s
. n
Tahun 2002 (km Persentas Lahan Tahun 2011 (km Persentas
) e (%) ) e (%)
Pertanian 0,85 3,46
Pertanian 1,55 6,34
Kecil Permukiman 0,70 2,88
Permukiman 0,07 0,27 Permukiman 0,07 0,27
Hutan Lindung 6,70 27,33
Hutan Lindung 7,18 29,31
Permukiman 0,49 1,98
4 Desa Soya
Permukiman 1,44 5,87 Permukiman 1,44 5,87
Agrowisata 0,43 1,76 Agrowisata 0,43 1,76
Kelurahan
5 Lahan Kosong 0,20 0,83 Perdagangan dan Jasa 0,20 0,83
Ahusen
Permukiman 0,70 2,86
Kelurahan Ruang Terbuka Hijau 0,09 0,35
6 Lahan Kosong 1,07 4,36
Perkantoran 0,26 1,08
Amantelu
Perdagangan dan Jasa 0,02 0,07
Lahan Kosong 0,05 0,21 Perdagangan dan Jasa 0,05 0,21
Kelurahan Batu Hutan Lindung 0,25 1,01
7 Hutan Lindung 0,47 1,92
Permukiman 0,22 0,91
Gajah
Permukiman 0,23 0,95 Permukiman 0,23 0,95
8 Kelurahan Batu Hutan Lindung 0,01 0,03 Hutan Lindung 0,01 0,03
132
Teknik Series
Lua Lua
No Desa/Keluraha
Jenis Penggunaan Lahan s Jenis Penggunaan s
. n
Tahun 2002 (km Persentas Lahan Tahun 2011 (km Persentas
) e (%) ) e (%)
Permukiman 1,00 4,08
Meja Permukiman 1,02 4,16
Perdagangan dan Jasa 0,02 0,09
Lahan Kosong 0,15 0,60 Perdagangan dan Jasa 0,15 0,61
Kelurahan Pelabuhan 0,07 0,29 Pelabuhan 0,07 0,29
9
Honipopu Perkantoran 0,03 0,11 Perkantoran 0,03 0,11
Perdagangan dan Jasa 0,03 0,13 Perdagangan dan Jasa 0,03 0,13
Kelurahan
10 Permukiman 0,84 3,41 Permukiman 0,84 3,41
Karang Panjang
Kelurahan Lahan Kosong 0,40 1,63 Permukiman 0,40 1,63
11
Ruang Terbuka Hijau 0,02 0,09 Ruang Terbuka Hijau 0,02 0,09
Pandan Kasturi
Ruang Terbuka Hijau 0,02 0,08
12 Kelurahan Rijali Lahan Kosong 0,44 1,78
Perdagangan dan Jasa 0,42 1,70
Kelurahan Perkantoran 0,01 0,05 Perkantoran 0,01 0,05
13 Ruang Terbuka Hijau 0,04 0,17
Uritetu Lahan Kosong 0,31 1,27
Perdagangan dan Jasa 0,27 1,11
14 Kelurahan Lahan Kosong 0,22 0,89 Permukiman 0,22 0,89
Permukiman 0,15 0,59 Permukiman 0,15 0,59
133
Teknik Series
Lua Lua
No Desa/Keluraha
Jenis Penggunaan Lahan s Jenis Penggunaan s
. n
Tahun 2002 (km Persentas Lahan Tahun 2011 (km Persentas
) e (%) ) e (%)
Waihoka
Total 24,5 100 Total 24,5 100
Sumber: Hasil Analisis Penulis Tahun 2012
135
Kecamatan Sirimau dari tahun 2002 sampai 2011 di rinci per Desa/Kelurahan.
Dengan menggunakan software Arc Gis 9,3 terlihat perubahan yang terjadi, total
poligon yang ada setelah melakukan overlay antara peta penggunaan lahan tahun
Untuk Desa Batu Merah terjadi perubahan penggunaan lahan hutan lindung
dari 1,09 km2 berubah menjadi 0,88 km2 dan permukiman 0,21 km2. Penggunaan
lahan pertanian dari 1,51 km2 berubah menjadi 0,78 km2 dan permukiman 0,73 km2.
Penggunaan lahan pekuburan dari 0,02 km2 berubah menjadi 0,04 km2. Penggunaan
lahan kosong dari 2,04 km2 berubah menjadi perdagangan dan jasa 0,28 km2,
pelabuhan 0,08 km2 dan permukiman 1,68 km2. Sedangkan untuk penggunaan lahan
ruang terbuka hijau dan permukiman yang ada di Desa Batu Merah tidak mengalami
Untuk Desa Galala terjadi perubahan penggunaan lahan kosong dari 0,05 km2
berubah menjadi pelabuhan 0,03 km2 dan permukiman 0,02 km2. Sedangkan untuk
perubahan. Untuk Desa Hative Kecil terjadi perubahan penggunaan lahan kosong
seluas 0,25 km2 menjadi permukiman. Penggunaan lahan pertanian dari 1,55 km 2
Sedangkan untuk penggunaan lahan permukiman yang ada di Desa Hative Kecil,
Untuk Desa Soya terjadi perubahan penggunaan lahan hutan lindung dari
7,18 km2 berubah menjadi 6,7 km2 dan permukiman 0,49 km2. Sedangkan untuk
penggunaan lahan permukiman dan agrowisata yang ada di Desa Soya tidak
kosong seluas 0,2 km2 berubah menjadi perdagangan dan jasa. Untuk Kelurahan
Amantelu terjadi perubahan penggunaan lahan kosong seluas 1,07 km2 berubah
menjadi permukiman 0,7 km2, ruang terbuka hijau 0,09 km2, perkantoran 0,26 km2
seluas 0,05 km2 berubah menjadi perdagangan dan jasa. Penggunaan lahan hutan
lindung dari 0,47 km2 mengalami pengurangan sehingga berubah menjadi 0,25 km 2
dan permukiman 0,22 km2. Sedangkan untuk penggunaan lahan permukiman yang
ada di Kelurahan Batu Gajah tidak mengalami perubahan. Untuk Kelurahan Batu
menjadi 1 km2 dan perdagangan dan jasa 0,02 km2. Hal ini disebabkan karena
beberapa warga Batu Meja merubah fungsi rumahnya menjadi ruko (rumah-toko).
Sedangkan untuk penggunaan lahan hutan lindung yang ada di Kelurahan Batu Meja
seluas 0,15 km2 berubah menjadi perdagangan dan jasa. Sedangkan untuk
Kelurahan Pandan Kasturi terjadi perubahan penggunaan lahan kosong seluas 0,4
0,44 km2 berubah menjadi ruang terbuka hijau 0,02 km 2 dan perdagangan dan jasa
0,42 km2. Kelurahan Rijali yang sebelumnya tidak ada aktivitas penggunaan
lahannya pada tahun 2002 di karenakan masih dalam suasana konflik kerusuhan dan
juga berada di daerah Pusat Kota sehingga tidak ada aktivitas, namun pada tahun
0,31 km2 menjadi ruang terbuka hijau 0,04 km2 dan perdagangan dan jasa 0,27 km2.
permukiman sejak tahun 2002 tidak mengalami perubahan hingga tahun 2011.
Dari tabel 15 di atas dan analisis tentang perubahan penggunaan lahan yang
penggunaan lahan yang terjadi. Berikut ini akan di sajikan tabel 16 tentang
perubahan penggunaan lahan namun secara umum penggunaan lahannya dan juga
Tabel 16
Perubahan Penggunaan Lahan dan Luas Perubahannya
di Kecamatan Sirimau Tahun 2002-2011
Perubahan
(km2)
200 2011 2002 2011
2
Agrowisata Ada Ada 0,43 0,43 0
Hutan Lindung Ada Ada 8,75 7,82 -0,93
Pekuburan Ada Ada 0,02 0,04 +0,02
Pelabuhan Ada Ada 0,07 0,18 +0,11
Perdagangan dan Jasa Ada Ada 0,03 1,44 +1,41
Perkantoran Ada Ada 0,04 0,3 +0,26
Permukiman Ada Ada 6,88 12,4 +5,6
8
Pertanian Ada Ada 3,06 1,62 -1,44
Ruang Terbuka Hijau Ada Ada 0,04 0.19 +0,15
Lahan Kosong Ada Tidak Ada 5,17 0 -5,17
Sumber: Hasil Analisis Penulis Tahun 2012
Gambar 32
Diagram Perbandingan Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2002 dan 2011
Di Kecamatan Sirimau
139
14
12
10
6
Tahun 2002
4 Tahun 2011
Terlihat pada tabel dan diagram batang di atas terdapat penggunaan lahan
yang tidak mengalami perubahan, seperti misalnya agrowisata yang sejak tahun
2002-2011 masih tetap dengan luasan 0,43 km2, hal ini disebabkan karena agrowisata
ini terus dipertahankan, obyek wisata yang berada di Desa Soya itu berada Gunung
Sirimau, memiliki panorama yang indah yang dikenal sejak zaman penjajahan
Belanda.
dari 5,17 km2 menjadi tidak ada sama sekali. Pada tahun 2002 terdapat banyak lahan
kosong di karenakan pada saat itu terjadi dikarenakan konflik antar umat beragama
yang terjadi di Kota Ambon pada tahun 1999-2002 silam, menyebabkan banyak
rumah warga, ruko dan juga lahan kosong hingga 5,17 km 2 atau sebesar 21,11% dari
total penggunaan lahan di Kecamatan Sirimau. Namun saat ini pembangunan terus
140
untuk penggunaan lahan permukiman dari 6,88 km2 menjadi 12,48 km2, bertambah
sebanyak 5,6 km2. Hal ini disebabkan karena Kecamatan Sirimau merupakan pusat
dari Kota Ambon, berbagai macam aktivitas terjadi di Kecamatan Sirimau. Pusat
overlay peta pada penggunaan lahan tahun 2002 dan peta penggunaan lahan tahun
2011, terlihat bahwa di Kecamatan Sirimau terjadi perubahan penggunaan lahan yang
mendasar dan merupakan perubahan fungsi dominan terjadi pada penggunaan lahan
kosong menjadi lahan permukiman, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta hasil
Gambar 33
Peta Hasil Overlay Kecamatan Sirimau
Gambar 34
Peta Rencana Kecamatan Sirimau
Perubahan penggunaan lahan dapat mengacu pada 2 hal yang berbeda yaitu
penggunaan lahan sebelumnya atau Rencana Tata Ruang. Perubahan yang mengacu
pada penggunaan sebelumnya adalah suatu penggunaan baru atas lahan yang berbeda
Rencana Tata Ruang adalah penggunaan baru atas tanah (lahan) yang tidak sesuai
dengan yang di tentukan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah yang disahkan.
agrowisata yakni 0,43 km2, hutan lindung 5,82 km2, pelabuhan 0,18 km2,
perdagangan dan jasa 6,29 km, perkantoran 0,3 km 2, permukiman 9,03 km2, ruang
terbuka hijau 0,09 km2, penyangga 2,02 km2 dan kawasan pertahanan keamanan 0,34
km2. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 17
Penyimpangan Lahan Yang Terjadi di Kecamatan Sirimau
(km2)
1 Agrowisata 0,43 0,43 0
2 Hutan Lindung 7,82 5,82 -2
3 Pekuburan 0,04 0 - 0,04
4 Pelabuhan 0,18 0,18 0
5 Perdagangan dan 1,44 6,29 4,85
Jasa
6 Perkantoran 0,3 0,3 0
7 Permukiman 12,48 9,03 - 3,45
8 Pertanian 1,62 0 - 1,62
9 Ruang Terbuka 0.19 0,09 - 0,1
144
(km2)
Hijau
10 Penyangga 0 2,02 2,02
11 Kawasan 0 0,34 0,34
Pertahanan
Keamanan
Sumber: Hasil Analisis Penulis Tahun 2012
Sirimau. Untuk agrowisata dan perkantoran sesuai dengan yang direncanakan, tidak
sedangkan di dalam rencana juga sebesar 0,43 km 2. Ini berarti untuk agrowisata tidak
kondisi existingnya dahulu, karena ini merupakan obyek wisata yang indah.
0,3 km2 sedangkan saat ini juga sebesar 0,3 km2, sehingga dapat disimpulkan saat ini
pada tahun 2011. Penyangga yang di maksud di sini ialah kawasan yang boleh di
membangun namun apabila memang sudah tidak ada lahan di Kecamatan Sirimau.
dikhawatirkan terjadi konflik antar umat beragama di Kota Ambon seperti yang
permukiman, yang di mana direncanakan hanya sebesar 9,03 km 2 namun saat ini
telah mencapai 12,48 km2. Hal ini dikarenakan penduduk Kecamatan Sirimau yang
namun saat ini hanya 1,44 km2. Kecamatan Sirimau dijadikan sebagai pusat
perdagangan dan jasa untuk Kota Ambon dan sekitarnya dikarenakan Kecamatan
Sirimau merupakan pusat dari Kota Ambon, ditambah juga dengan adanya Pelabuhan
Yos Sudarso dan juga pelabuhan fery yang menghubungkan Kecamatan Sirimau
dengan Kecamatan Teluk Ambon sehingga akses ke Kecamatan Sirimau tidak terlalu
5.5.1. Kependudukan
146
suatu daerah. Peran serta penduduk yang merupakan sumber daya yang tidak ternilai
kedudukanya selain sebagai pelaku juga sebagai penerima atau objek dari
jumlah dan pertumbuhan penduduk perlu mendapat kajian dalam proses penelitian
ini.
pertambahan, yang di mana pertambahan penduduk paling banyak terjadi pada tahun
2009-2010, jumlah penduduk pada tahun 2009 yakni 108.698 jiwa sedangkan pada
tahun 2010 bertambah hingga mencapai 140.064 jiwa, penduduk Kecamatan Sirimau
penduduk sampai tahun 2020, diketahui jumlah penduduk Kecamatan Sirimau pada
tahun 2015 sekitar 187.686 jiwa sedangkan pada tahun 2020 sekitar 251.499 jiwa.
147
bertambah, maka sekiranya perlu dilakukan penataan penggunaan lahan yang baik
dan benar.
dan pelayanan jasa. yang masing-masing faktor tersebut merupakan daya tarik untuk
misalnya lahan kebun campuran yang berubah menjadi lahan perkantoran yang
penduduk selama 10 tahun terakhir yakni tahun 2002 sampai pada tahun 2011.
Harga lahan merupakan refleksi dari nilai lahan yang merupakan perwujudan
demikian dapat dikatakan bahwa harga lahan dapat merupakan indeks bagi tingkat
Harga lahan di Kecamatan Sirimau yang pada saat tahun 2002 masih berkisar
antara 0 sampai dengan 10.000/m2 pada tahun 2011 berkisar antara 5.000.000/m2
sampai dengan 10.000.000/m2 untuk lahan yang berada di pusat Kota, sedangkan
untuk lahan yang berada di daerah yang agak jauh dari pusat Kota, seperti di Desa
Batu Merah harga lahan berkisar antara 25.000/m 2 sampai 50.000/m2. Hal ini
149
disebabkan karena lahan yang berada di pusat Kota Ambon dan juga Kota Ambon
yang saat ini sedang dalam perkembangan untuk menjadi lebih baik setelah peristiwa
kerusuhan antar umat beragama yang menimpa Kota Ambon dari tahun 1999-2002
silam.
serta permukiman. Hal inilah yang sedang terjadi di Kecamatan Sirimau yang artinya
berjalan sesuai dengan peruntukkannya, akan tetapi saat ini jumlah perumahan-
fasilitas pendukung sarana perumahan tersebut yang cukup besar. Sehingga jumlah
permukiman telah melebihi yang sudah di rencanakan. Peraturan tentang tata ruang
Kota Ambon ini sudah di Perdakan yakni Perda no. 24 tahun 2012 pada tanggal 23
Juli 2012.
industri pengolahan; listrik, gas dan air; konstruksi; perdagangan, hotel dan restoran;
transportasi dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa keuangan dan jasa-jasa
lainnya.
150
atau penjual di Pasar Mardika Batu Merah, secara otomatis, mereka akan memilih
untuk tinggal di daerah sekitar tempat kerja mereka. Kecenderungan manusia untuk
bertempat tinggal di Kecamatan Sirimau, karena merupakan pusat dari Kota Ambon.
Foto 13 Pedagang Ikan Pasar Mardika, Foto 14 Pedagang Sayur Pasar Mardika,
Desa Batu Merah Desa Batu Merah
Sumber: Survey Lapangan Tahun 2012
Jaringan jalan yang terdapat di Kecamatan Sirimau dibagi dalam 3 jenis yakni
jaringan jalan arteri, jaringan jalan kolektor dan jaringan jalan lokal. Jaringan jalan
arteri dengan panjang kurang lebih 6 km dan lebar antara 10-12 meter, dari Desa
Galala hingga Kelurahan Ahusen. Jaringan jalan kolektor dengan panjang kurang
lebih 40,5 km dan lebar 6-8 meter yang tersebar di seluruh wilayah Kecamatan
Sirimau, terutama di kawasan Pusat Kota Ambon dan jaringan jalan lokal dengan
ada, sudah menjadi kebiasaan dari dulu, mengikuti pola jaringan jalan atau bisa
disebut pola linier. Hal ini juga terjadi di Kecamatan Sirimau, penduduk lebih senang
menjadi mudah, secara otomatis suatu daerah akan berkembang. Dengan adanya
yang ada.
lahan yang terjadi di Kecamatan Sirimau terhadap 100 orang warga didapatkan hasil
pencaharian dan 13 orang memilih faktor jaringan jalan, untuk lebih jelasnya dapat di
Gambar 35
Diagram Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Penggunaan Lahan di
Kecamatan Sirimau Kota Ambon
60
50
40
30
20
Total
10
Tabel 18
Hasil Questioner Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan Sirimau Kota Ambon
2010 dan setelah di proyeksikan hingga tahun 2020 jumlah penduduk Kecamatan
penduduk, artinya kebutuhan akan rumah juga pasti semakin banyak, dengan
aman, perubahan tatanan sosial, lingkungan menjadi lebih baik, aksesibilitas menjadi
lingkungan menjadi tidak aman. Dengan metode questioner, diketahui dampak apa
Kecamatan Sirimau Kota Ambon, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram
Gambar 36
Diagram Dampak Perubahan Penggunaan Lahan
di Kecamatan Sirimau Kota Ambon
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Tabel 19
Hasil Questioner Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan Sirimau Kota Ambon