BAB IV
Pemerintah Nomor 13 Tahun 1979 luas wilayah Kota Ambon seluruhnya 340,55 km2
dan berdasarkan hasil Survey Tata Guna Tanah tahun 1980 luas daratan Kota Ambon
tercatat 323 km2 yang membujur di sepanjang pantai mengelilingi perairan Teluk
Ambon dan Teluk Dalam. Letak Kota Ambon berada sebagian besar dalam wilayah
pulau Ambon dan secara geografis terletak pada posisi geografis: 3o-4o Lintang
Selatan dan 128-129 Bujur Timur. Kota Ambon memiliki batas wilayah:
Sesuai Perda Kota Ambon Nomor 2 Tahun 2006, Kota Ambon memiliki lima
Tabel 2
Luas Kota Ambon Dirinci per Kecamatan
Gambar 6
Diagram Luas Kota Ambon Dirinci per Kecamatan
132.23
140
120
100 51.81 56 58.29
80
60 24.5
40
20
0
Gambar 7
Peta Administrasi Kota Ambon
Kota Ambon memiliki wilayah yang sebagian besar terdiri dari daerah berbukit dan
berlereng terjal. Sebesar 73% dari luas wilayahnya dapat dikategorikan berlereng
terjal, dengan kemiringan di atas 20%. Hanya 17% dari wilayah daratannya yang
dapat diklasifikasikan datar atau landai dengan kemiringan kurang dari 20%.
Topografi Kota Ambon sangat beragam yang di mana terdapat ketinggian antara 0-
800 meter sedangkan untuk kemiringan lerengnya, terdapat kemiringan lereng yang
Gambar 8
Peta Topografi Kota Ambon
Gambar 9
Peta Kemiringan Lereng Kota Ambon
Jenis tanah yang terdapat di Kota Ambon pada umumnya terdapat 6 jenis
tanah yaitu alluvial, regosol, gleisol, kambisol, rendzina dan litosol. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada peta jenis Kota Ambon di bawah ini.
Geologi Departemen Pertambangan dan Energi. Kondisi geologi Kota Ambon dan
Pulau Ambon pada umumnya dibentuk oleh 3 (tiga) formasi batuan, yaitu:
1. Batuan Aluvium (Qa), yang terdiri dari aluvial pantai, sungai dan rawa yang
berbentuk pasir, lempung, lanau, kerikil, kerakal, dan sisa tumbuhan. Jenis ini
dari lava andesit, dasit, breksi tuf dan tuf secara fisik lava andesit berwarna
struktur aliran, breaksi tuf dan tuf pada umumnya telah lapuk, mengandung
komponen andesit dan desit. Pada umumnya tanah jenis ini digunakan
Gambar 10
Peta Jenis Tanah Kota Ambon
selama selama periode waktu yang lama. Iklim di Kota Ambon adalah iklim laut
tropis dan iklim musim. Iklim laut tropis dipengaruhi oleh lautan dan berlangsung
bersamaan dengan iklim musim barat atau musim utara dan musim timur dan musin
tenggara, yang diselingi oleh musim pancaroba atau musim peralihan. Musim barat
umumnya berlangsung dari bulan Desember hingga Maret yang ditandai dengan
curah hujan yang rendah, dan musim timur berlangsung dari bulan Mei sampai
dengan bulan Oktober yang ditandai dengan curah hujan tinggi, dan diselingi oleh
musim pancaroba pada bulan Nopember yang merupakan transisi ke musim barat.
Sedangkan curah hujan di Kota Ambon selalu bergantian dan berubah setiap
tahunnya.
65
Gambar 11
Grafik Curah Hujan Di Kota Ambon Tahun 2008-2010
Sumber: Kota Ambon Dalam Angka Tahun 2011, Badan Pusat Statistik
Tabel 3
Banyaknya Curah Hujan dan Hari Hujan di Kota Ambon Dirinci per Bulan
Tahun 2006-2010
9 7
Juli 285,4 27 191,0 26 894,4 29 332,6 28 735,5 24
Agustus 70,4 16 374,1 29 1.296, 30 78,8 15 848,9 28
66
5 6 7 8 4
Keterangan: CH= Curah Hujan
mm= millimeter
HH= Hari Hujan
Sumber: Kota Ambon Dalam Angka Tahun 2011, Badan Pusat Statistik
b. Hidrologi
Hidrologi Kota Ambon meliputi kondisi air permukaan dan air tanah. Untuk
1. Air Permukaan
Air permukaan dalam hal ini adalah air sungai dan mata air. Di Kota Ambon
terdapat beberapa aliran sungai (wai) yang cukup panjang, diantaranya Wai Ruhu
(9,10 Km), Wai Batu Merah (4,25 Km), Wai Tomu (4,20 Km), Wai Batu Gajah (3,10
Km), Wai Tonahitu (6 Km), Wai Lela (7,8) Km), Wai Pia Besar (6 Km), Wai Lawa
(9,5 Km) dan Wai Sikula di Desa Laha yang merupakan aliran sungai terpanjang 15,5
Km. Sungai-sungai tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku untuk
mencuci dan mandi, khususnya untuk sungai yang berada diwilayah pedesaan,
tercemar karena dimanfaatkan sebagai saluran pembuangan air limbah rumah tangga.
67
Selain sungai, sumber air baku lainnya adalah mata air (ada 8 lokasi), dua
diantaranya sudah dimanfaatkan oleh PDAM Kota Ambon sebagai sumber air baku,
yaitu mata air Wainitu dan Wai Pompa. Wainitu terletak di Kelurahan Wainitu
Kecamatan Nusaniwe untuk daerah pelayanan sekitar pusat kota, sedangkan Wai
Pompa terletak di Desa Halong Kecamatan Teluk Ambon Baguala, untuk daerah
2. Air Tanah
sumur gali, sumur pompa tangan atau pompa listrik. Air tanah dangkal pada daerah
datar tersebut memiliki kedalaman muka air tanah yang bervariasi namun relatif
rendah yaitu 1 5 meter. Namun kualitas air tanah dangkal tersebut pada umumnya
kurang baik karena letaknya sangat dekat dengan pantai, maka air tanah dangkal
tersebut kemungkinan terkena intruisi air laut, bahkan sebagian tercemar oleh
bakteri. Sementara untuk air tanah dalam banyak terdapat pada kedalam lebih dari 50
Gambar 12
Peta Hidrologi Kota Ambon
c. Kecepatan Angin
Angin merupakan salah satu parameter menilai dan menafsirkan kondisi yang
akan terjadi di sekitar perairan. Stasiun Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika
wilayah IV Ambon mencatat bahwa pada tahun 2011, bulan agustus memiliki jumlah
kecepatan angin yang besar yaitu 165,5 knot dengan rata-rata 5,4 knot sedangkan
untuk kecepatan angin yang terkecil terjadi di bulan april dengan jumlah kecepatan
89,8 knot dan rata-rata kecepatan angin yaitu 3 knot. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel tentang kecepatan angin yang terjadi di Kota Ambon berikut ini.
Tabel 4
Kecepatan Angin Di Kota Ambon Dirinci Perbulan Tahun 2011
hasil Sensus Penduduk 2010 berjumlah 331.254 jiwa. Jika dibandingkan dengan
70
jumlah penduduk pada tahun 2009 meningkat sangat tajam, yaitu sebesar 16,31
persen. Hal tersebut bisa dijelaskan karena angka pada tahun-tahun sebelumnya
mengingat konflik sosial yang terjadi di Kota Ambon pada tahun 1999serta angka
kepadatan penduduk sebesar 5.716,9 jiwa per km2. Sementara itu Kecamatan yang
Tabel 5
Penduduk Menuru Jenis Kelamin di Kota Ambon Tahun 1990-2010
Tah Laki- Persen Peremp Persen Juml
)
200 111.16 50,31 109.824 49,69 220.
1 4 988
200 117.36 50,33 115.952 49,70 233.
2 7 319
200 122.72 50,10 122.161 49,90 244.
3 9 890
200 129.58 50,27 128.191 49,73 257.
4 3 774
200 132.32 50,32 130.645 49,68 262.
5 2 967
200 132.15 50,22 130.994 49,78 263.
71
)
6 2 146
200 136.14 50,06 135.832 49,94 271.
7 0 972
200 141.38 50,26 139.906 49,74 281.
8 7 293
200 142.79 50,14 142.018 49,86 284.
9 1 809
201 165.92 50,09 165.328 49,91 331.
0 6 254
Sumber: Kota Ambon Dalam Angka Tahun 2011, Badan Pusat Statistik
Gambar 13
Grafik Pertumbuhan Penduduk Kota Ambon dari Tahun 2001-2010
350000
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Tabel 6
Luas Wilayah Daratan, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kota
Ambon Dirinci per Kecamatan Tahun 2006-2010
Kecamata Luas Daratan Jumlah Penduduk Kepadata
n n
Penduduk
Tiap km2
2
(km ) Persentas L P J
e (%)
Nusaniwe 51,81 16,05 44.385 45.481 89.866 1.734,53
Sirimau 24,50 7,59 69.984 70.080 140.06 5.716,9
4
Teluk 132,2 40,96 19.641 18.810 38.451 290,79
Ambon 3
T. A. 56 17,35 27.239 26.233 53.472 954.86
Baguala
Leitimur 58,29 18,06 4.677 4.724 9.401 161.28
Selatan
Tahun 323 100 165.92 165.32 331.25 1025.55
2010 6 8 4
2009 323 100 143.86 140.94 284.80 881.761
9 0 9
2008 323 100 141.38 139.90 281.29 870.88
7 6 3
2007 323 100 136.14 135.83 271.97 842.02
0 2 2
2006 323 100 132.15 139.90 263.14 814,7
2 6 6
Sumber: Kota Ambon Dalam Angka Tahun 2011, Badan Pusat Statistik
73
Tabel 7
Jumlah Penduduk Usia Kerja (15 Tahun ke Atas) yang Bekerja Menurut
Lapangan Usaha Utama dan Jenis Kelamin di Kota Ambon Tahun 2010
Lapangan Usaha Utama Laki-Laki Perempuan (jiwa) Jumlah (jiwa)
(jiwa)
Pertanian 8.931 2.811 11.742
Pertambangan dan 846 - 846
Penggalian
Industri Pengolahan 3.742 2.521 6.263
Listrik, Gas dan Air 232 - 232
Konstruksi 6.742 317 7.059
Perdagangan, Hotel dan 13.928 20.482 34.410
Restoran
Transportasi dan 17.873 1.183 19.056
Komunikasi
Keuangan, Persewaan 2.624 879 3.503
Gambar 14
Diagram Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Kota Ambon
74
40000
35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
pengembangan sentra kegiatan yang ada saat ini. Masing-masing Satuan Wilayah
jelas dari batas administrasi atau batas fisik, dan membutuhkan kesatuan
sehingga kawasan dalam radius pembatasan kegiatan tersebut, dalam struktur ruang
Kota Ambon disebut sebagai SWP Kawasan Khusus yang mencakup sekitar Laha
dan Tawiri.
pada skala SWP. Sebagai pendukung sistem pusat pelayanan di dalam SWP juga
75
unit secara hirarkis hingga unit terkecil, yaitu dengan pembagian BWK dan unit-unit
Kawasan Pusat Kota dan sekitarnya, yaitu mulai dari Taman Makmur di
sebelah barat sampai Galala di sebelah timur, sebagian kawasan teluk Ambon di utara
dan di bagian selatan batas kelurahan Kudamati, Kelurahan Batu Gajah, Kelurahan
Batu Meja, Negeri Soya, Kelurahan Karang Panjang, Negeri Batu Merah terus ke
selatan Negeri Galala. SWP 1 adalah sebagai SWP tersendiri dengan satu kesatuan
fungsional sebagai pemusatan fungsi pelayanan kota primer. Hampir seluruh SWP ini
dan jasa serta permukiman. Batas SWP diintegrasikan dengan wilayah perairan/teluk
mengingat peran wilayah perairan terkait erat dengan keberadaan pelabuhan laut
Kota ini memiliki potensi lahan datar yang relatif luas, sentral dalam arti
memiliki akses tinggi ke seluruh kota dan adanya kelengkapan prasarana dan sarana
SWP II Passo
hingga mencakup Teluk Ambon Dalam (TAD) sebagai satu kesatuan mengingat
pengembangan Passo ke depan dan kelestarian TAD sangat erat terkait dan
timur berbatasan dengan Teluk Baguala, sebelah barat dengan Desa Poka dan Negeri
76
Galala, sebelah utara dengan daerah pegunungan dan Kabupaten Maluku Tengah,
serta sebelah selatan dengan Kecamatan Leitimur Selatan. SWP ini memiliki potensi
pertumbuhan yang tinggi dan menjadi lokasi transit dari wilayah sekitar melalui
pelabuhan laut penyeberangan di Hitu, Liang dan Tulehu. Di samping itu daerahnya
memiliki lahan datar cukup luas, dekat pantai, dan daya tarik wisata. Luas SWP
Passo adalah sekitar 59,43 km2 dan berorientasi ke pusat SWP di Passo.
sebelah timur terus sampai ke Negeri Tawiri di sebelah barat, daerah pegunungan dan
kabupaten Maluku Tengah di utara, dan sebagian kawasan Teluk Ambon yang
berbatasan langsung dengan SWP 1 di selatan. SWP ini merupakan satu kesatuan
dan kawasan budidaya pertanian. SWP ini meliputi pula wilayah perairan/ teluk
sebagai satu kesatuan dengan adanya kebutuhan kesatuan pengelolaan. SWP Rumah
akses yang tinggi setelah adanya jembatan baru tersebut. Luas SWP Rumah Tiga-
Poka adalah sekitar 57,1 km2 dan berorientasi ke pusat SWP di Poka.
dari Negeri Hatalai di sebelah barat sampai Negeri Hutumuri di sebelah timur, Negeri
Soya, Negeri Batu Merah, Negeri Halong, Negeri Passo di Utara, dan laut Banda di
77
selatan. SWP ini adalah satu kesatuan wilayah pengembangan dengan kesamaan
SWP ini adalah linier mengitari wilayah selatan yaitu ke arah barat dan ke arah timur
untuk mencapai pusat primer kota. Sebagian besar SWP ini adalah merupakan
kawasan kebun campuran dan hutan sekunder. Potensi yang tersimpan pada SWP ini
(Melaleuca Leucadendron) penghasil minyak kayu putih, serta potensi perikanan dan
pariwisata. Luas SWP Leitimur Selatan adalah sekitar 65,07 km 2 dan berorientasi ke
SWP V Amahusu-Latuhalat
Nusaniwe. SWP ini merupakan kesatuan kawasan berfungsi sebagai daerah tujuan
pariwisata bahari dan perikanan, berorientasi ke laut dan akses ke kawasan pusat
kota. Selain itu SWP ini juga mempunyai potensi industri bahan bangunan di
antaranya batu bata dan kapur. Sebagian besar SWP adalah kawasan hutan dan kebun
campuran diselingi dengan kawasan industri kecil dan pariwisata. Kawasan ini relatif
berada menjorok ke Laut Banda, sehingga cukup beresiko terhadap bencana tsunami.
Luas SWP 5 adalah sekitar 43,88 km2 serta berorientasi ke pusat SWP di Negeri
Latuhalat.
terdapat kawasan bandar udara, hal ini menjadi pertimbangan khusus mengingat
Udara Pattimura Ambon akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang ada. Oleh
karena itu, selain mempersiapkan fasilitas-fasilitas serta sarana dan prasarana yang
sehingga tidak ada bangunan yang nantinya akan mengganggu aktivitas lalulintas
udara di Bandar Udara Pattimura Ambon SWP ini membentang dari Negeri Laha,
Negeri Tawiri, Kompleks Bandar Udara Pattimura ke arah Utara sampai dengan
perbatasan Kabupaten Maluku Tengah dengan luas sebesar 66,23 km 2. Untuk lebih
jelasnya lokasi pembagian SWP di atas dapat dilihat pada Gambar 14 Peta Satuan
Gambar 15
Peta Satuan Wilayah Pengembangan Kota Ambon
Lintang Selatan (LS) dan 128o-129o Bujur Timur (BT). Secara administrasi
Sebelah Selatan : Desa Hatalai dan Desa Ema (Kec. Leitimur Selatan)
Luas Kecamatan Sirimau setelah Perda Kota Ambon No.2 tahun 2006 adalah
Tabel 8
Luas Kecamatan Sirimau Dirinci per Desa/Kelurahan
Sumber: Kota Ambon Dalam Angka Tahun 2011, Badan Pusat Statistik
Gambar 16
Diagram Luas Lahan Kelurahan/Desa
Kecamatan Sirimau Kota Ambon
10.00 9.05
9.00
7.24
8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00 1.87
2.00 0.640.42 1.030.750.841.07
0.440.320.270.20 0.36
1.00
0.00
Gambar 17
Peta Administrasi Kecamatan Sirimau
Kota Ambon memiliki wilayah yang sebagian besar terdiri dari daerah berbukit dan
berlereng terjal. Sebesar 73% dari luas wilayahnya dapat dikategorikan berlereng
terjal, dengan kemiringan di atas 20%. Hanya 17% dari wilayah daratannya yang
dapat diklasifikasikan datar atau landai dengan kemiringan kurang dari 20%.
Topografi Kota Ambon sangat beragam yang di mana terdapat ketinggian antara 0-
800 meter sedangkan untuk kemiringan lerengnya, terdapat kemiringan lereng yang
lereng yang beragam yakni, 0-8%, 8-15%, 15-25% dan 25-40%, namun di kecamatan
Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada peta topografi dan peta kemiringan
Gambar 18
Peta Topografi Kecamatan Sirimau
Gambar 19
Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Sirimau
b. Jenis Tanah
Jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Sirimau sama dengan jenis tanah yang
terdapat di Kota Ambon pada umumnya, yakni terdapat 6 (enam) jenis tanah,
diantaranya yakni: alluvial, regosol, gleisol, kambisol, rendzina dan litosol. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada peta jenis tanah Kecamatan Sirimau di bawah ini.
87
Gambar 20
Peta Jenis Tanah Kecamatan Sirimau
c. Vegetasi
macam vegetasi. Vegetasi ini antara lain berupa paku-pakuan, rerumputan, bambu,
kasuari, jati, pule ada juga kebun campuran milik rakyat seperti tanaman cengkeh,
kelapa, pala, tanaman buah seperti buah mangga, buah langsat, buah gandaria, buah
durian, buah pisang. Ada juga tanaman semusim seperti ubi kayu, jagung, ubi jalar,
kacang tanah. Ada juga sayur-sayuran seperti sayur sawi dan produksi bumbu-
1. Air Permukaan
Air permukaan dalam hal ini adalah air sungai dan mata air. Di Kecamatan
Sirimau terdapat 4 (empat) aliran sungai (wai) yang mengalir melalui Kecamatan
89
Sirimau dan bermuara di perairan Teluk Ambon. Keempat aliran sungai tersebut
adalah Wai Ruhu, Wai Batu Merah, Wai Tomu dan Wai Batu Gajah.
2. Air Tanah
sumur gali, sumur pompa tangan atau pompa listrik. Air tanah dangkal pada daerah
datar tersebut memiliki kedalaman muka air tanah yang bervariasi namun relatif
rendah yaitu 15 meter. Namun kualitas air tanah dangkal tersebut pada umumnya
kurang baik karena letaknya sangat dekat dengan pantai, maka air tanah dangkal
tersebut kemungkinan terkena intruisi air laut, bahkan sebagian tercemar oleh
bakteri. Sementara untuk air tanah dalam banyak terdapat pada kedalam lebih dari 50
Foto 2. Wai Tomu di Kelurahan Karang Foto 3. Wai Batu Merah di Desa Batu
Panjang Merah
Sumber: Survey Lapangan Tahun 2012
90
Gambar 21
Peta Hidrologi Kecamatan Sirimau
28,86 % mengalami kenaikan dari tahun 2009. Dengan jumlah penduduk sebanyak
140.064 jiwa yang tersebar di 4 desa dan 10 kelurahan dengan luas wilayah 24,5
km2, kepadatan penduduk tercatat 5.716,9 jiwa per km 2. Sex ratio penduduk
Kecamatan Sirimau sebesar 99,86 hal ini menunjukan bahwa setiap 100 jiwa
Kecamatan Sirimau adalah Desa Batumerah dengan 58.137 jiwa, diikuti Kelurahan
Batu Meja dengan 9.863 jiwa. Sedangkan Desa Galala adalah desa dengan jumlah
Pola yang berbeda akan terlihat jika kita mencoba mengamatinya berdasarkan
Honipopu dengan kepadatan penduduk 23.255,56 jiwa per km2 dan yang terjarang
penduduknya di Desa Soya dengan kepadatan penduduk hanya 960 jiwa per km2.
92
Tabel 9
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa/Kelurahan
di Kecamatan Sirimau Tahun 2006-2010
Kepadata
n
Luas
Jumlah (jiwa)
No Desa/Kelurahan
Penduduk
(km2)
Tiap km2
L P J
1. Desa Soya 9,05 4.308 4.382 8.688 960
2. Kelurahan Waihoka 0,36 2.418 2.388 4.806 13.350
3. Kelurahan Karang Panjang 0,84 3.211 3.344 6.555 7.803,57
4. Kelurahan Batu Meja 1,03 4.800 5.063 9.863 9.575.73
5. Kelurahan Batu Gajah 0,75 3.374 3.534 6.908 9.210,67
6. Kelurahan Ahusen 0,2 1.496 1.703 3.199 15.995
7. Kelurahan Honipopu 0,27 3.306 2.973 6.279 23.255,56
8. Kelurahan Uritetu 0,32 2.400 2.263 4.663 14.571,87
9. Kelurahan Rijali 0,44 3.515 3.411 6.926 15.740,91
10 Kelurahan Amantelu 1,07 3.681 3.618 7.299 6.821,49
.
11. Desa Batu Merah 7.24 29.10 29.03 58.137 8.029,97
6 1
12 Kelurahan Pandan Kasturi 0,42 3.086 3.028 6.114 14.557,14
.
13 Desa Hative Kecil 1,87 4.609 4.566 9.175 4.906,42
.
14 Desa Galala 0,64 676 776 1.452 2.268,75
.
Tahun 2010 24,5 69.98 70.08 140.06 5.716,9
4 0 4
2009 24,5 54.72 53.97 108.69 4.436,65
1 7 8
2008 24,5 53.75 53.54 107.30 4.379,67
93
Kepadata
n
Luas
Jumlah (jiwa)
No Desa/Kelurahan
Penduduk
(km2)
Tiap km2
4 8 2
2007 24,5 52.42 52.58 105.01 4.286,12
1 9 0
2006 24,5 52.51 52.18 104.69 4.273,22
0 4 4
Sumber: Kecamatan Sirimau Dalam Angka Tahun 2011, Badan Pusat Statistik
Gambar 22
Grafik Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Sirimau Tahun 2006-2010
160000
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
2006
2007
2008
2009
2010
Gambar 23
Diagram Jumlah Penduduk Dirinci per Desa/Kelurahan
di Kecamatan Sirimau Tahun 2010
58137
60000
50000
40000
30000
20000 9863
8688 91756926 6908655572994806
10000
6114 466362793199
1452
0
Adapun sosial budaya yang terjadi di Pulau Ambon umumnya dan Di pusat
Kota Ambon pada khususnya terdiri dari berbagai suku, ras dan agama. Yang mana
terlihat begitu banyaknya bahasa daerah yang ada di Pulau Ambon. Disisi budaya
masyarakat Pulau Ambon umumnya dan Di pusat Kota Ambon pada khususnya
dikenal dengan istilah Pela-Gandong. Adat istiadat ini yang berlaku di masyarakat
95
Pulau Ambon, dewasa ini berhubung dengan waktu-waktu, tempat dan pertukaran
generasi. Dari sejarah susunan masyarakat, letak, iklim, struktur rohani masyarakat
atau desa lain dalam Pulau Ambon. Disinilah merupakan budaya yang sangat erat di
perjanjian baik lisan maupun tulisan, dimana para pihak berjanji untuk tunduk pada
waktu.
kerukunan hidup umat beragama saja, tetapi walaupun hal itu juga amat berguna,
jawaban antisipatif terhadap perkembangan yang sedang dan yang akan dihadapi.
keberadaan jaringan jalan utama yang membentuk pola jaringan linier mengikuti
garis pantai di sepanjang Desa Galala kemudian mendaki mengikuti keadaan kontur
Desa Batu Merah yang merupakan jalan arteri dengan status jalan nasional dan
berakhir di Kelurahan Ahusen dengan panjang jalan arteri kurang lebih 6 km dan
lebar jalan 10-12 meter. Selain itu untuk mendukung pergerakan penduduk dari
96
perdagangan dan jasa serta pendidikan terdapat jaringan jalan lokal dan jaringan jalan
Pusat Kota Ambon seperti Pelabuhan Laut Yos Sudarso dan Terminal Mardika dan
tersebar di kawasan pusat Kota Ambon dengan panjang kurang lebih 40,5 km dengan
dengan Kelurahan Waihoka, total panjang jaringan jalan lokal di Kecamatan Sirimau
yakni kurang lebih 30,16 km dengan lebar 4-6 meter. Untuk lebih jelasnya dapat di
Moda angkutan yang digunakan dalam sirkulasi ini berupa mikrolet (12
penumpang) yang saat ini melayani Pusat Kota Ambon. Pola sirkulasi angkutan
umum di Pusat Kota Ambon adalah seperti gurita dengan satu terminal yang berada
di Pusat Kota Ambon dan beberapa terminal lain di luar terminal yang sudah
Hal inipun berlaku bagi angkutan regional yang menempati terminal yang sama
dengan terminal angkutan dalam kota, angkutan kota ini melayani pergerakan
penduduk dengan tujuan atau tempat-tempat yang ada di Kabupaten Maluku Tengah
pergerakan penduduk di dalam Kota Ambon, terutama bagi penduduk yang hendak
berpergian dari kawasan selatan teluk ke kawasan utara teluk begitu juga sebaliknya.
97
1520 menit.
pergerakan untuk jarak dekat, penduduk di Pusat Kota Ambon juga memanfaatkan
jasa angkutan berupa becak yang dapat memuat 2 (dua) penumpang dan ojek.
Angkutan becak sering ditemui di setiap jalan-jalan kecil maupun pada jalan-jalan
utama. Keberadaan angkutan ini sering menimbulkan kemacetan pada ruas-ruas jalan
Foto 4. Jaringan jalan arteri di Desa Batu Foto 5. Jaringan jalan kolektor di
Merah Kelurahan Rijali
Gambar 24
Peta Jaringan Jalan Kecamatan Sirimau
yang menjadi kawasan pusat kota. Selain itu, kawasan ini menjadi sentra untuk
melayani kegiatan berskala wilayah atau regional dan skala kota dengan konsentrasi
kegiatan:
pusat kota dan provinsi maka hal ini sangat berimbas kepada tingkat kepadatan
bangunan dan penduduk yang menjadi sangat tinggi sehingga lahan yang ada tidak
dapat memenuhi tingkat kebutuhan lahan yang ada. Hal ini menyebabkan orientasi
diperuntukkan bagi hutan lindung dan kawasan serapan air semakin berkurang
karena telah digunakan untuk pembangunan. Hal ini menyebabkan bencana alam
lebih 70% melebihi dari daerah yang dikhususkan sebagai daerah resapan air. Lahan
dengan aksesibilitas yang sangat mendukung dan menjadi pusat provinsi dan pusat
kota menyebabkan Kecamatan Sirimau menjadi lokasi yang sangat stratregis untuk
pertanian dan ruang terbuka hijau. Berdasarkan hasil survey lapangan pada Tahun
menimbulkan tingkat kepadatan yang cukup tinggi, bahkan pada beberapa bagian
sangat tinggi yang disertai dengan tidak tersedianya prasarana dan sarana dasar yang
cukup mewadahi dan sanggup menampung semua aktivitas masyarakat yang begitu
tinggi, seperti kondisi jaringan drainase yang buruk, jarak antara bangunan yang
begitu dekat karena sudah tidak ada lagi sempadan bangunan, keberadaan kawasan
102
permukiman di atas laut serta kurangnya daerah resapan dan kawasan ruang terbuka
hijau.
dimana keberadaan terminal-terminal lain diluar terminal yang sudah disiapkan oleh
tepatnya didepan ruko atau berada di tengah-tengah di antara ruko satu dengan ruko
tersebut.
Jenis penggunaan lahan pada tahun 2002 merupakan penggunaan lahan yang
digunakan dalam perbandingan dengan peta existing untuk mengukur sejauh mana
perubahan penggunaan lahan pada lokasi penelitian. Luas Kecamatan Sirimau itu
sendiri yakni 24,5 km2 yang terbagi atas 14 desa/kelurahan. Penggunaan lahan tiap
kelurahannya yakni: untuk Desa Batu Merah terdiri dari Lahan Kosong (2,04 km 2),
103
hutan lindung (1,09 km2), pertanian (1,51 km2), pekuburan (0,02 km2), ruang terbuka
hijau (0,02 km2) dan permukiman (2,56 km2). Untuk Desa Galala jenis penggunaan
lahannya terdiri dari lahan kosong (0,05 km2) dan permukiman (0,59 km2). Untuk
Desa Hative Kecil jenis penggunaan lahannya terdiri dari lahan kosong (0,05 km2),
Untuk Desa Soya jenis penggunaan lahannya terdiri dari hutan lindung (7,18
km2), permukiman (1,44 km2) dan agrowisata (0,43 km2). Untuk Kelurahan Ahusen
jenis penggunaan lahannya yakni lahan kosong (0,20 km 2). Untuk Kelurahan
Amantelu jenis penggunaan lahannya yakni lahan kosong (1,07 km 2). Untuk
Kelurahan Batu Gajah jenis penggunaan lahannya terdiri dari lahan kosong (0,05
km2), hutan lindung (0,47 km2) dan permukiman (0,23 km2). Untuk Kelurahan Batu
Meja jenis penggunaan lahannya terdiri dari hutan lindung (0,01 km2) dan
kosong (0,15 km2), pelabuhan (0,07 km2), perkantoran (0,03 km2) dan perdagangan
dan jasa (0,03 km2). Untuk Kelurahan Karang Panjang jenis penggunaan lahannya
yakni permukiman (0,84 km2). Untuk Kelurahan Pandan Kasturi jenis penggunaan
lahannya terdiri dari lahan kosong (0,4 km 2) dan ruang terbuka hijau (0,02 km2).
Untuk Kelurahan Rijali jenis penggunaan lahannya yakni lahan kosong (0,44 km 2).
Untuk Kelurahan Uritetu jenis penggunaan lahannya terdiri dari lahan kosong (0,31
km2) dan perkantoran (0,01 km2). Dan untuk Kelurahan Waihoka jenis penggunaan
lahannya terdiri dari lahan kosong (0,22 km2) dan permukiman (0,15 km2).
104
2002 untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan diagram di bawah ini.
Tabel 10
Jenis Penggunaan Lahan di Kecamatan Sirimau Tahun 2002 di Rinci per
Desa/Kelurahan
No
Desa/Kelurahan Jenis Penggunaan Lahan Luas (km2)
.
Lahan Kosong 2.04
Hutan Lindung 1.09
Pertanian 1.51
1 Desa Batu Merah
Pekuburan 0.02
Ruang Terbuka Hijau 0.02
Permukiman 2.56
Lahan Kosong 0.05
2 Desa Galala
Permukiman 0.59
Lahan Kosong 0.25
3 Desa Hative Kecil Pertanian 1.55
Permukiman 0.07
Hutan Lindung 7.18
4 Desa Soya Permukiman 1.44
Agrowisata 0.43
4 Kelurahan Ahusen Lahan Kosong 0.20
6 Kelurahan Amantelu Lahan Kosong 1.07
Lahan Kosong 0.05
7 Kelurahan Batu Gajah Hutan Lindung 0.47
Permukiman 0.23
Hutan Lindung 0.01
\8 Kelurahan Batu Meja
Permukiman 1.02
Lahan Kosong 0.15
Pelabuhan 0.07
9 Kelurahan Honipopu
Perkantoran 0.03
Perdagangan dan Jasa 0.03
10 Kelurahan Karang Panjang Permukiman 0.84
Lahan Kosong 0.40
11 Kelurahan Pandan Kasturi
Ruang Terbuka Hijau 0.02
12 Kelurahan Rijali Lahan Kosong 0.44
13 Kelurahan Uritetu Lahan Kosong 0.31
105
No
Desa/Kelurahan Jenis Penggunaan Lahan Luas (km2)
.
Perkantoran 0.01
Lahan Kosong 0.22
14 Kelurahan Waihoka
Permukiman 0.15
Total 24.50
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Kota Ambon Tahun 2012
Gambar 25
Diagram Penggunaan Lahan di Kecamatan Sirimau Tahun 2002
Agrowisata; 0.43
Lahan Kosong; 5.17
Pertanian; 3.06
Pekuburan; 0.02
Pelabuhan; 0.07
Perdagangan dan Jasa; 0.03
Permukiman; 6.88 Perkantoran; 0.04
Gambar 26
Peta Tata Guna Lahan Tahun 2002 Kecamatan Sirimau
yakni: untuk Desa Batu Merah terdiri dari hutan lindung (0,88 km2), pertanian (0,78
km2), pekuburan (0,04 km2), ruang terbuka hijau (0,02 km2), pelabuhan (0,08 km2)
dan permukiman (5,16 km2). Untuk Desa Galala jenis penggunaan lahannya terdiri
dari pelabuhan (0,03 km2) dan permukiman (0,61 km2). Untuk Desa Hative Kecil
jenis penggunaan lahannya terdiri dari pertanian (0,85 km2) dan permukiman (1,02
km2).
Untuk Desa Soya jenis penggunaan lahannya terdiri dari hutan lindung (6,7
km2), permukiman (1,93 km2) dan agrowisata (0,43 km2). Untuk Kelurahan Ahusen
jenis penggunaan lahannya yakni perdagangan dan jasa (0,2 km 2). Untuk Kelurahan
Amantelu jenis penggunaan lahannya yakni permukiman (0,7 km 2), ruang terbuka
hijau (0,09 km2), perkantoran (0,26 km2) dan perdagangan dan jasa (0,02 km2). Untuk
Kelurahan Batu Gajah jenis penggunaan lahannya terdiri dari perdagangan dan jasa
(0,05 km2), hutan lindung (0,25 km2) dan permukiman (0,45 km2). Untuk Kelurahan
Batu Meja jenis penggunaan lahannya terdiri dari perdagangan dan jasa (0,02 km 2)
(0,07 km2), perkantoran (0,03 km2) dan perdagangan dan jasa (0,18 km2). Untuk
km2). Untuk Kelurahan Pandan Kasturi jenis penggunaan lahannya terdiri dari
permukiman (0,4 km2) dan ruang terbuka hijau (0,02 km2). Untuk Kelurahan Rijali
109
jenis penggunaan lahannya terdiri dari ruang terbuka hijau (0,02 km2) dan
perdagangan dan jasa (0,42 km2). Untuk Kelurahan Uritetu jenis penggunaan
lahannya terdiri dari ruang terbuka hijau (0,04 km 2), perdagangan dan jasa (0,27 km2)
dan perkantoran (0,01 km2). Dan untuk Kelurahan Waihoka jenis penggunaan
2011 untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan diagram di bawah ini.
Tabel 11
Jenis Penggunaan Lahan di Kecamatan Sirimau Tahun 2011 di Rinci per
Desa/Kelurahan
Pertanian 0.78
Pekuburan 0.04
Permukiman 5.16
Pelabuhan 0.08
Pelabuhan 0.03
2 Desa Galala
Permukiman 0.61
Pertanian 0.85
3 Desa Hative Kecil
Permukiman 1.02
Permukiman 1.93
110
Agrowisata 0.43
Permukiman 0.70
Permukiman 0.45
Pelabuhan 0.07
Kelurahan Karang
10 Permukiman 0.84
Panjang
Total 24.5
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Kota Ambon Tahun 2012
Gambar 27
Diagram Penggunaan Lahan di Kecamatan Sirimau Tahun 2011
Pekuburan; 0.04
Permukiman; 12.48
Pelabuhan; 0.18
Perdagangan dan Jasa; 1.44
Perkantoran; 0.3
Gambar 28
Peta Tata Guna Lahan Tahun 2011 Kecamatan Sirimau
Harga lahan yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi perubahan suatu lahan
dan menyulitkan pengembangan suatu kota, karena dengan harga lahan yang tinggi
Di Kecamatan Sirimau harga lahan pada tahun 2002 berkisar antara 0 sampai
dengan 10.000/m2, hal ini dikarenakan pada saat itu Kota Ambon masih dalam
suasana kerusuhan. Namun seiring berjalannya waktu, Kota Ambon juga tidak
pernah lagi ada pertikaian, saat ini harga lahan di Kecamatan Sirimau mengalami
yang berada di Pusat Kota, seperti lahan yang berada di Kelurahan Honipopu,
sedangkan untuk lahan yang berada di Desa Batu Merah berkisar antara 25.000/m2
kebutuhan akan lahan semakin meningkat untuk pengadaan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan di Kecamatan Sirimau sebagai pusat dari Kota Ambon. Adapun
perbedaan harga disebabkan oleh lokasi dari lahan tersebut dekat dengan fasilitas
atau jauh dari fasilitas dan termasuk daerah pusat kota atau pinggiran kota.