PENDAHULUAN
Minyak bumi merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat esensial bagi
kehidupaan manusia karena dapat menghasilkan energi baik untuk bahan bakar maupun
untuk pembangkit tenaga listrik. Bagi Indonesia, minyak bumi merupakan sumber daya alam
yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena disamping untuk keperluan dalam negeri,
juga diperuntukkan sebagai sumber devisa melalui ekspor Migas. Seiring dengan
perkembangan industri dan pembangunan di Indonesia yang kian lama kian maju dan
berkembang, kebutuhan energi sudah dipastikan akan meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan UU No.19/1960 tentang pendirian Perusahaan Negara dan UU
No.44/1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, maka pada tahun 1961 dibentuk
perusahaan negara sektor minyak dan gas bumi, yaitu PN PERTAMINA (Perusahaan
Pertambangan Minyak) dan PN PERMINA (Perusahaan Minyak Nasional) yang bergerak
dalam usaha eksplorasi, eksploitasi, pengolahan dan pemasaran/distribusi. Pada tahun 1968
kedua perusahaan tersebut
digabung menjadi PN PERTAMINA (Perusahaan Pertambangan Milik Nasional). Demi
kelanjutan dan perkembangannya, pada tanggal 15 September 1971, Pemerintah
mengeluarkan UU No.8/1971 tentang PN PERTAMINA sebagai pengelola tunggal dalam
pemenuhan kebutuhan minyak dan gas bumi negara. Akhirnya pada tanggal 1 Januari 1972,
PN PERTAMINA diubah namanya menjadi PERTAMINA.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 31 th.2003 sebagai amanat dari pasal 60 UU no.
22 th 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi serta akta pendirian PT (persero) PERTAMINA
yang dilakukan oleh Menteri Keuangan dilaksanakan pengalihan Badan Hukum serta
pengalihan Direksi dan Komisaris. Untuk itu, perlu dibangun Refinery Unit minyak bumi
guna memenuhi kebutuhan yang meningkat tersebut. Dalam usaha tersebut, maka pada tahun
1974 dibangunlah kilang minyak yang dirancang untuk mengolah bahan baku minyak mentah
dari Timur Tengah, dengan maksud selain untuk mendapatkan produk BBM, juga untuk
mendapatkan bahan dasar minyak pelumas dan aspal.
Sejalan dengan pembangunan yang pesat, maka kebutuhan minyak bumi juga akan
semakin bertambah. Untuk itu perlu dibangun Refinery Unit minyak bumi guna memenuhi
kebutuhan tersebut. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut maka pada tahun 1974 dibangun
kilang minyak yang dirancang untuk mengolah bahan baku minyak mentah dari Timur
Tengah, dengan maksud selain untuk mendapatkan produk BBM, juga untuk mendapatkan
bahan dasar minyak pelumas dan aspal.
Pembangunan kilang minyak Cilacap juga dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi
pengadaan serta penyaluran BBM untuk pulau Jawa yang merupakan daerah yang
mengkonsumsi BBM terbanyak di Indonesia. Hingga saat ini, Pertamina memiliki unit-
Refinery Unit yang tersebar di seluruh Indonesia di mana RU IV Cilacap merupakan Refinery
Unit terbesar ditinjau dari kapasitas produksinya. Perbandingan kapasitas produksi RU IV
dengan RU lainnya dapat dilihat padaTabel I.1.
Tabel I.1. Refinery Unit PERTAMINA dan kapasitasnya
Kapasitas
Refinery Unit ( RU )
(barrel/hari)
RU I Pangkalan Brandan (Sumatra Utara) Tidak beroperasi
RU II Dumai dan Sungai Pakning (Riau) 170.000
RU III Plaju dan Sungai Gerong (Sumatra Selatan) 135.000
RU IV Cilacap (Jawa Tengah) 348.000
RU V Balikpapan (Kalimantan Timur) 270.000
RU VI Balongan (Jawa Barat) 125.000
RU VII Kasim (Papua Barat) 10.000
* RU I Pangkalan Brandan sejak tahun 2006 sudah tidak lagi beroperasi
Kapasitas Refinery Unit
Pertamina
(barrel/hari
10,0
00
) RU I Pangkalan
Brandan
0 (Sumatra Utara)
RU II Dumai dan
170,0 Sungai
125,000 00 Pakning (Riau)
135,0 RU III Plaju dan
270,0 Sungai
00
00 Gerong (Sumatra
Selatan)
RU IV Cilacap (Jawa
Tengah)
348,000 RU V Balikpapan
(Kalimantan Timur)
RU VI Balongan
(Jawa Barat)
RU VII Kasim (Papua
Barat)
Pembangunan kilang minyak di Cilacap merupakan pembangunan salah satu dari unit-
unit yang ada di Indonesia. Pembangunan kilang minyak di Cilacap juga diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi pengadaan serta penyaluran BBM bagi pulau Jawa sebagai daerah
pengkonsumsi BBM terbesar di Indonesia. Pertamina RU-IV Cilacap berada di bawah
tanggung jawab Direktorat Hilir Bidang Pengolahan Pertamina. Pertamina Refinery Unit IV
Cilacap ini merupakan Refinery Unit terbesar dan terlengkap produksinya yang mana
pembangunan kilang minyaknya dilaksanakan dalam lima tahap yaitu Kilang Minyak I,
Kilang Minyak II, Kilang Paraxylene, Debottlenecking Project, dan Kilang SRU.
Pada FOC I, Minyak Timur Tengah diolah dalam beberapa unit seperti CDU (Crude
Distilling Unit), NHT I (Naphtha Hydro Treater I), Kero Merox dan HDS menjadi LPG,
Premium, Naphtha, Kerosin, Avtur, Solar (ADO/IDO), LSWR, minyak bakar (IFO). Long
Residue yang merupakan produk bawah CDU I menjadi umpan untuk LOC I/II/III. Long
Residue ini diolah melalui serangkaian unit di LOC I/II/III sehingga akhirnya menghasilkan
VGO (Vacuum Gas Oil), DAO, Lube Base Oil HVI-60, HVI-95, HVI-160s, dan HVI-650,
serta Slack Wax, Minarex, dan Asphalt Blending.
Di FOC II, campuran minyak domestik dan import, pertama diolah di CDU II
kemudian difraksionasi menjadi light naphtha dan heavy naphta, kero, LDO (Light Diesel
Oil), HDO (Heavy Diesel Oil), dan Reduce Crude. Produk-produk CDU II ini diolah lebih
lanjut sehingga akhirnya akan menghasilkan Fuel Gas, LPG, Gasoline/Premium, Kerosene,
ADO/IDO, IFO (Industrial Fuel Oil), dan LSWR (Low Sulfur Waxy Residue).
Heavy naphtha yang dihasilkan CDU II menjadi umpan untuk Kilang Paraxylene
Complex (KPC). Setelah melewati beberapa unit di kilang Paraxylene terbentuk produk
berRUa LPG, Raffinate, Paraxylene, Benzene, Toluene, dan Heavy Aromate.
LPG
Mixed Crude Gasoline
(domestic& FOC II Kerosene
import) Avtur
230 MBSD ADO/IDO
IFO
Naphta LSWR
LPG
Paraxylene
Middle East Benzene
Crude FOC I Paraxylene Raffinate
118 MBSD Heavy-
Aromate
Toluene
Base Oil
Long residue Parafinic
LOC Minarex
Aspal
I/II/III
Slack Wax
IFO
Pembangunan kilang minyak di RU-IV Cilacap dilaksanakan dalam lima tahap yaitu
Kilang Minyak I, Kilang Minyak II, Kilang Paraxylene, Debottlenecking Project, dan Kilang
SRU.
Tabel I.2. Kapasitas Desain Tiap Unit pada FOC I dan LOC I
FOC I LOC I
Kapasitas Kapasitas
Unit Unit
(ton/hari) (ton/hari)
CDU I 13.650 High Vacuum Unit I 3.184
NHT I 2.275 Propane Deasphalting Unit I 784
Gas Oil HDS 2.300 Furfural Extraction Unit I 991-1.580
Platformer I 1.650 MEK Dewaxing Unit I 226-337
Propane Manufacturing 43.5
Merox Treater 1.940
FUEL GAS
PMF LPG
STAB/
NHT
SPLIT PLATFORM GASOLINE/
PREMIUM
KERO MEROX
AVTUR
KEROSENE
MIDDL LGO
E
CD HDS
EAST ADO / IDO
CRUD U HGO
E
to LOC
DAO
PDU-II Slack
Wax
Minarex Hybrid
PDU-III
P Asph
P. Asph MDU- HVI-650
III
Slack
Wax
Shell International Petroleum Maatschappij (SIPM) untuk Lube Oil Complex dan Fluor
Eastern Inc untuk offsite facilities. Sedangkan kontraktor utamanya adalah Fluor Eastern Inc.
dengan sub kontraktor diutamakan perusahaan nasional Indonesia.
Berdasarkan pertimbangan adanya bahan baku naphta dan sarana pendukung seperti
tangki, dermaga dan utilities maka pada tahun 1988 dibangunlah Kilang Paraxylene Cilacap
(KPC) guna memenuhi kebutuhan bahan baku kilang PTA (Purified Terephtalic Acid) di
Plaju, sekaligus sebagai usaha meningkatkan nilai tambah produk kilang BBM. Kapasitas
desain tiap unit pada FOC II dan LOC II/III dapat dilihat pada Tabel I.3. di bawah ini.
Tabel I.3. Kapasitas Desain Tiap Unit pada FOC II dan LOC II/III
FOC II LOC II
Kapasitas Kapasitas
Unit Unit
(ton/hari) (ton/hari)
CDU II 26.680 High Vacuum Unit II 2.238
NHT II 2.500 Propane Deasphalting Unit II 583
AH Unibon 2.680 Furfural Extraction Unit II 478-573
FOC II LOC II
Kapasitas Kapasitas
Unit Unit
(ton/hari) (ton/hari)
Platformer II 2.440 MEK Dewaxing Unit II 226-377
LPG Recovery 730
Naphtha Merox 1.620
THDT 1.800
Visbreaker 8.387
Gambar 1.6. Diagram Blok FOC II
H2 to LOC III
Tatoray
LPG
Unit 86
TA-5
H2 to Fuel
Col
gas KPC
Raffinat
OVH Str.
H2 e
Bott. Bz. make
H2 Col 86 up
.
Recycle
Plat Paraxylene
Former Parex
Unit
Unit 84 88
R-134 OVH HA.
Col 87
O,M,P
Heavy PL. Xylene
Xylene
Formate Fraction
Unit 87
Heavy
OVH Aromate to
Finishing ADO/RFO
Col. 88
HP
HDS GAS
LP SOUR
STREAM (8)
HP HIDROGEN
Amine TO PSA Fuel
Gas
Dengan demikian kapasitas desain FOC I, FOC II, LOC I, II, dan III mengalami
perubahan seperti terlihat pada Tabel I.10. dan I.11. seperti di bawah ini.
Avtur adalah bahan bakar yang digunakan untuk pesawat terbang. Bahan
bakar yang sering digunakan adalah Jet-A dan Jet A-1 dengan nomor
karbon antara C8-C16. Sedangkan bahan bakar pesawat terbang sipil yang
sering disebut Jet-B mempunyai nomor karbon antara C5-C15.
Kerosene
Industrial Diesel Oil atau minyak diesel adalah bahan bakar jenis distilat
yang mengandung fraksi-fraksi berat atau merupakan campuran dari
distilat fraksi ringan dengan fraksi berat (residual fuel oil) dan berwarna
hitam gelap, tapi tetap cair pada suhu yang rendah. Minyak diesel
umumnya diguankan untuk bahan bakar mesin diesel dengan putaran
rendah atau lambat (300 1.000 rpm). Dapat dipergunakan sebagai
bahan bakar untuk pembakaran langsung dalam dapur-dapur industri.
Solar/ADO (Automotive Diesel Oil)
Penggunaan bahan bakar ini untuk bahan bakar pada semua jenis mesin
diesel dengan putaran tinggi (diatas 1.000 rpm). ADO adalala bahan
bakar jenis distilat yang digunakan untuk mesin compression ignition.
Pada mesin diesel yang dikompresi pada langkah induksi adalah udara.
Dan udara yang dikompresi menimbulkan tekanan panas yang tinggi,
sehingga dapat membakar solar yang disemprotkan oleh injektor yang
kualitas bakarnya ditunjukkan dengan cetane number. Makin tinggi
cetane number menunjukkan makin lambat ADO terbakar. Dapat juga
digunakan sebagai bahan bakar pada pembakaran langsung dalam dapur-
dapur kecil yang terutama menginginkan pembakaran bersih.
2. Fuel Oil Complex II
Bahan Baku : Arjuna Crude (80%), Attaka Crude (20%)
Minyak Bumi Arjuna dengan spesifikasi sebagai berikut :
Wujud : cair
Kenampakan : hitam: berbau
Bau : belerang
o
Spesific gravity pada 60/60 F : 0,8473
o
Viskositas kinematik pada 30 C : 4,97 Cst
o
Pour point : <-36 C
Komposisi
Kadar air : < 0,05 %berat
Kadar sulfur : 0,11 %berat
Total (C1-C4) : 1,9 %berat
Light distilat : 20,05 %berat
Residu : 39 %berat
Kadar asphal : 0,24 %berat
Minyak Bumi Attaka dengan spesifikasi sebagai berikut :
Wujud : cair
Kenampakan : hitam
Bau : bau belerang
o
Spesific gravity pada 60/60 F : 0,8133
o
Viskositas kinematik pada 30 C : 2,32 Cst
o
Pour point : <-33 C
Komposisi
Kadar air : < 0,05 %berat
Kadar sulfur : 0,044 %berat
Total (C1-C4) : 2,4 %berat
Light distilat : 32,55 %berat
Residu : 15,1 %berat
Kadar asphal : 0,07 %berat
Produk :
Fuel Gas
LPG
Gasoline/Premium
Heavy Naphtha
Heavy Naphta adalah bahan baku kilang Paraxylene
Kerosene
ADO/IDO
IFO (Industrial Fuel Oil)
Sebagai bahan baku untuk diproses lebih lanjut menjadi BBM dan
NonBBM, pada negara tertentu dimanfaatkan untuk bahan bakar
pemanas.
Slack wax diguanakn sebagai bahan adhesive untuk soal document, lilin,
kosmetik baik cold cream, vanishing cream, emollient cream, protective
cream, sun screen cream, lipstick, cream rough, eyebrow pencil maupun
untuk shaving cream. Selain itu Slack Wax digunakan sebagai bahan
untuk keperluan tinta cetak, tinta kertas maupun carbn, elektrolit
condenser, finishing barang yang terbuat dari kulit dan industri kertas.
4. Lube Oil Complex III
Bahan Baku : Distilat LOC I & II
Produk : HVI (High Viscosity Index) 95
HVI (High Viscosity Index) 160S
HVI (High Viscosity Index) 650
Minarex
Slack Wax
Propane Asphalt
a) PREMIUM
Spesifikasi dapat dilihat pada tabel 1.16
Tabel 1.16 Spesifikasi Produk Premium
Properties Limits Test Methods
Min Max ASTM Others
Knock Rating Research 88 - D-2699
Oktan Number RON
T.E.L content, gr/lt - 0.3 D-3341
D-5059
Distillation
10% vol. evap. To C - 74
50% vol. evap. To C - 125*)
90% vol. evap. To C 88 180
R.V.P. at 37.8 OC psi - 9.0*) D-232
Exsistent Gum, mg/100 ml - 4 D-381
Induction period, min 240 - D-525
Sulphur content, % wt - 0.0 D-1266
Copper Strip Corrosion 3 - No.1 D-130
hrs/122C
Doctor test Negative IP 30
Color Yellow
Dye Content , gr/100 lt 0.113
b) KEROSENE
Spesifikasi dapat dilihat pada tabel 1.17
Tabel 1.17 Spesifikasi Produk Kerosene
Properties Unit Limits Test Methods
Min Max ASTM Others
Specific Gravity at 60/60C 0.835 D-
1298
Color Livibond 18 cell. or 2.5 IP 17
Color Saybolt 9 D-156
Smoke point Mm 16*) D-
1322
Char Value mm/kg 40 IP 10
Destination : D-86
Recovery at 2000C % vol 18
End Point C 310
Flash point abel, or F 100
Alternative Flash Point F 105
TAG
Sulphur Content % wt 0.2 D-
2166
Copper Strip Corrosion No.1 D-130
(3hrs/50C)
Odour Marketable
c) MINYAK DIESEL
Spesifikasi dapat dilihat pada tabel 1.18
Tabel 1.18 Spesifikasi Produk Minyak Diesel
Limits Test Methods
Properties Unit
Min Max ASTM Others
Specific Gravity at 60/60F 0.84 0.92 D-1298
Viscosity Redwood 1/100F 35 45 D-445*) IP 70
Pour Point 65 D-97
Mm 1.5 D-1551/
Sulphur Content
1552
Conradson Carbon Residue mm/kg 10 D-198
Water Content % vol 0.25 D-95
Sediment % wt 0.02 D-473
Ash : % wt 0.02 D-482
Netralization Value :
Strong Acid Number mg KOH/gr Nil
Flash Point P.M.c.c 150 - D-93
Colour ASTM 6 - D-1500 IP 30
d) MINYAK BAKAR
Spesifikasi dapat dilihat pada tabel 1.19
Tabel 1.19 Spesifikasi Produk Minyak Bakar
Unit Limits Test Methods
Properties
Min Max ASTM Others
Specific Gravity at 60/60F - 0.99 D-1298
Viscosity Redwood 1/100F Secs 400 1250 D-445*) IP 70
Pour Point F - 80 D-97
BTU/lb 18.0 - D-240
Calorific Value Gross
00
% vol - 3.5 D-1551/
Sulphur Content
1552
Water Content % vol - 0.75 D-95
Sediment % wt - 0.15 D-473
Netralization Value :
Strong Acid Number mg KOH/gr - Nil
Flash Point P.M.c.c F 150 - D-93
Conradson Carbon Residue % wt - 14 D-189
e) MINYAK SOLAR
Spesifikasi dapat dilihat pada tabel 1.20
Tabel 1.20 Spesifikasi Produk Minyak Solar
Limits Test Methods
Properties Unit
Min Max ASTM Others
Angka Setana 45 - D-613
Indeks Stana 48 - D-4737
3 D-1298
Berat jenis pada 150 C kg/m 815 870 /D-4737
2
Viskositas pada 400 C mm /sec 2.0 5.0 D-445
Kandungan Sulfur %m/m - 0.35 D-1552
Distilasi : T95 C - 370 D-86
Titik Nyala C 60 - D-93
Titik Tuang C - 18 D-97
Karbon Residu merit - Kelas I D-4530
Kandungan Air mg/kg - 500 D-1744
Biological Growth - Nihil Nihil
Kandungan FAME % v/v - 10
Kandungan
% v/v Tak terdeteksi
Metanol&Etanol
Korosi Bilah Tembaga merit - Kelas I D-4815
Kandungan Abu % m/m - 0.01 D-130
Kandungan Sedimen % m/m - 0.01 D-482
Bilangan Asam Kuat mg KOH/gr - 0 D-473
Bilangan Asam Total mg KOH/gr - 0.6 D-664
Partikulat mg/l - - D-664
Penampilan Visual - Jernih dan terang
Warna No.ASTM - 3.0 D-1500
3) Pertamax
Pertamax adalah motor gasoline tanpa timbal dengan kandungan aditif lengkap
generasi mutakhir yang akan membersihkan Intake Valve Port Fuel Injector dan
Ruang Bakar dari karbon deposit dan mempunyai RON 92 (Research Octane
Number) dan dianjurkan juga untuk kendaraan berbahan bakar bensin dengan
perbandingan kompresi tinggi.
4) Pertamax Plus
Pertamax Plus merupakan bahan bakar superior pertamina dengan kandungan energi
tinggi dan ramah lingkungan , diproduksi menggunakan bahan baku pilihan
berkualitas tinggi sebagai hasil penyempurnaan formula terhadap produk Pertamina
sebelumnya.
5) Pertamina Dex
Pertamina Dex merupakan bahan bakar mesin diesel modern yang telah memenuhi
dan mencapai standar emisi gas buang EURO 2, memiliki angka performa tinggi
dengan cetane number 53 keatas (HSD mempunyai cetane number 45), memiliki
kualitas tinggi dengan kandungan sulfur di bawah 300 ppm.
6) Biosolar
Biosolar merupakan blending antara minyak solar dan minyak nabati hasil bumi dalam
negeri yang sudah diproses transesterifikasi menjadi Fatty Acid Methyl Ester (FAME).
1.5.3 Produk Produk Gas
1) Vigas
Vigas adalah merek dagang Pertamina untuk bahan bakar LGV (Liquified Gas for
Vehicle) yang diformulasikan untuk kendaraan bermotor terdiri dari campuran propane
(C3) dan butane (C4) yang spesifikasinya disesuaikan untuk keperluan mesin
kendaraan bermotor sesuai dengan SK Dirjen Migas No.2527.K/24/DJM/2007.
2) Bahan Bakar Gas
Bahan Bakar Gas adalah gas bumi yang telah dimurnikan, ramah lingkungan, bersih,
handal, murah, dan digunakan sebagai bahan bakar alternatif kendaraan bermotor.
Komposisi BBG sebagian besar terdiri dari gas metana dan etana lebih kurang 90%
dan selebihnya adalah gas propana, butana, nitrogen, dan karbondioksida.
3) Liquified Petroleum Gas (LPG)
Liquified Petroleum Gas adalah produk gas ringan yang dihasilkan dari penyulingan
minyak bumi atau juga dihasilkan dari pengembunan gas alam di Kilang Unit
Pengolahan LPG.
LP Mix Spesification
Tabel 1.21 Spesifikasi LP Mix
Limits Test Methods
Properties
Min Max ASTM
Specific Gravity at 60/60F To be reported D-1657
Vapour Pressure 100F, psig - 120 D-1267
Weothering Test 36 E,%v 95 - D-1837
Copper Corrosion. Thr 100F - ASTM No.1 D-1838
Total sulfur.gr/100 cuft - 15 D-784
Water Content No free water Visual
Composition : D-2163
C1 %vol 0.2
C3&C4 %vol 97.5
C5&heavier %vol 2.0
Ethyl or buthyl.ml/1000 AG
Mercaptan Added
LP Propane Spesification
Tabel 1.22 Spesifikasi LP Propane
Limits Test Methods
Properties
Min Max ASTM
Specific Gravity at 60/60F To be reported D-1657
Vapour Pressure 100F, psig - 210 D-1267
Wethering Test 36 E,%v 95 - D-1837
Copper Corrosion. Thr 100F - ASTM No.1 D-1838
Total sulfur.gr/100 cuft - 15 D-784
Water Content No free water Visual
Composition :
C1 %vol
D-2163
C3&C4 %vol
95 2.5
C5&heavier %vol
Ethyl or buthyl.ml/1000 AG 50
Mercaptan Added
LP Butane Spesification
Tabel 1.23 Spesifikasi LP Butane
Limits Test Methods
Properties
Min Max ASTM
Specific Gravity at 60/60F To be reported D-1657
Vapour Pressure 100F, psig - 210 D-1267
Weothering Test 36 E,%v 95 - D-1837
Copper Corrosion. Thr 100F - ASTM No.1 D-1838
Total sulfur.gr/100 cuft - 15 D-784
Water Content No free water Visual
Composition :
C1 %vol
C4 %vol 97.5 D-2163
C5 %vol 2.5
C6&heavier %vol Nil
Ethyl or buthyl.ml/1000 AG 50
Mercaptan Added