Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
REPUBLIK INDONESIA
PER. 03/MEN/III/2008
TENTANG
PERAN SERTA BADAN USAHA DALAM PELAKSANAAN TRANSMIGRASI
Menimbang :
a. bahwa sejalan dengan perkembangan lingkungan stratejik yang
menuntut layanan publik yang efektif dan efisien, perlu
memberikan peluang yang lebih besar kepada badan usaha dalam
penyelenggaraan transmigrasi;
b. bahwa Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
KEP.216/MEN/2003 tentang Tata Cara Kemitraan Badan Usaha
Dengan Transmigran Dalam Pelaksanaan Transmigrasi, sudah
tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan saat ini, sehingga
perlu dicabut;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 74
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3611);
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 37,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3682);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724) ;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Transmigrasi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3800);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
7. Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan
Nasional di bidang Pertanahan;
8. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan
Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali
diubah yang terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 31/P
Tahun 2007;
9. Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan
Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang
Usaha Yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman
Modal;
10. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang
Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka dengan
Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun
2007;
11. lnstruksi Presiden Nomor 10 Tahun 1999 tentang Pemberdayaan
Usaha Menengah;
12. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI TENTANG PERAN
SERTA BADAN USAHA DALAM PELAKSANAAN TRANSMIGRASI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
PERAN SERTA BADAN USAHA
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
(1) Badan usaha yang berperanserta sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3, dapat menggunakan:
a. tanah pencadangan transmigrasi;
b. tanah Hak Pengelolaan (HPl) Transmigrasi; dan/atau
c. tanah yang dikuasai badan usaha yang bersangkutan.
(2) Penggunaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
berdasarkan ketentuan perundangan-undangan yang berlaku.
Pasal 5
Pasal 6
BAB III
PERSYARATAN
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
BABI V
KEWENANGAN PEMBERIAN IPT
Pasal 11
BAB V
TATA CARA MEMPEROLEH IPT
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 13
Pasal 14
Bagian Kedua
IPT Bagi Badan Usaha yang Menggunakan .
Tanah Pencadangan Transmigrasi
Pasal 15
(1) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1),
dilakukan penelitian oleh Direktorat Jenderal Pembinaan
Penyiapan Permukiman dan Penempatan Transmigrasi paling lama
5 (lima) hari kerja sejak diterimanya permohonan.
(2) Hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada Menteri oleh Direktur Jenderal Pembinaan
Penyiapan Permukiman dan Penempatan Transmigrasi seiambat-
lambatnya 1 (satu) hari kerja.
(3) Hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagai
dasar pertimbangan penolakan permohonan atau pemberian
rekomendasi Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
(4) Penolakan permohonan atau pemberian rekomendasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) sudah ditetapkan selambat-lambatnya 2
(dua) hari kerja.
(5) Penolakan permohonan atau pemberian rekomendasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) seiambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja
sejak ditetapkan harus disampaikan kepada badan usaha dengan
tembusan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota yang
bersangkutan.
(6) Selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak rekomendasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diterima, badan usaha
wajib mengajukan permohonan izin lokasi kepada
Bupati/Walikota.
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
Bagian Ketiga
IPT Bagi Badan Usaha yang
Menggunakan Tanah HPL Transmigrasi
Pasal 20
(1) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1),
dilakukan penelitian oleh Direktorat Jenderal Pembinaan
Penyiapan Permukiman dan Penempatan Transmigrasi paling lama
5 (lima) hari kerja sejak diterimanya permohonan.
(2) Hasil penelitian sebagaimana dimaksud pad a ayat (1)
disampaikan kepada Menteri oleh Direktur Jenderal Pembinaan
Penyiapan Permukiman dan Penempatan Transmigrasi selambat-
lambatnya 1 (satu) hari kerja.
(3) Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), Menteri mengajukan permohonan izin penggunaan HPL kepada
Kepala Badan Pertanahan Nasional selambat-lambatnya 1 (satu)
hari kerja.
Pasal 21
(1) Dalam hal Menteri telah memperoleh izin penggunaan HPL dari
Badan Pertanahan Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
ayat (3), maka Menteri memberitahukan kepada badan usaha
untuk menyusun rencana investasi selambat-lambatnya dalam
waktu 2 (dua) hari kerja sejak izin penggunaan HPL diterima.
(2) Berdasarkan pemberitahuan dari Menteri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) badan usaha harus sudah menyerahkan rencana
investasi seiambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak
pemberitahuan diterima.
(3) Selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak rencana
investasi diterima TP2IPT, badan usaha wajib memaparkan
kepada TP2IPT.
(4) TP2IPT melakukan penilaian terhadap hasil pemaparan rencana
investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan persyaratan
teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf a
dan huruf b paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak
pemaparan.
(5) Hasil penelitian dan penilaian oleh TP2IPT sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), dituangkan dalam Berita Acara yang
ditandatangani oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari keseluruhan
TP2IPT.
(6) Berita Acara penilaian TP21PT sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) disampaikan kepada Menteri selambat-lambatnya 1 (satu)
hari kerja sejak ditandatangani oleh TP2IPT.
(7) Berita Acara sebagaimana dimaksud pada ayat (6) sebagai dasar
pertimbangan penolakan permohonan atau pemberian IPT oleh
Menteri.
(8) Penolakan permohonan atau pemberian IPT oleh Menteri
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan selambat-
lambatnya dalam waktu 2 (dua) hari kerja dengan tembusan
kepada Gubernur dan Bupati/Walikota.
Pasal 22
Bagian Keempat
IPT Bagi Badan Usaha yang Menggunakan
Tanah yang Dikuasai Badan Usaha
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
BAB VI
PEMBERIAN IPT
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 30
Pasal 31
BAB VII
PELAKSANAAN
Pasal 32
Pasal 33
Pasal 34
(1) Badan usaha yang memperoleh IPT dari Menteri wajib
menyampaikan laporan kemajuan pekerjaan kepada Menteri setiap
3 (tiga) bulan dengan tembusan kepada Gubernur, dan
Bupati/Walikota terkait.
(2) Badan usaha yang memperoleh IPT dari Gubernur wajib
menyampaikan laporan kemajuan pekerjaan kepada Gubernur
setiap 3 (tiga) bulan dengan tembusan kepada Menteri, dan
Bupati/VValikota terkait.
BAB VIII
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
Pasal 35
BAB IX
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 36
Pasal 37
Pasal 38
Pasal 39
Pasal 40
Dalam hal badan usaha dikenakan sanksi pencabutan IPT, maka badan
Usaha tidak dibebaskan dari gugatan perdata atas pelanggaran yang
dilakukan dan tetap bertanggung jawab menyelesaikan kewajiban
terhadap hal-hal yang merugikan kepada negara dan transmigran,
berdasarkan hasil audit oleh Pemerintah.
BAB X
KETENTUAN PERAlIHAN
Pasal 41
(1) Semua bentuk peran serta badan Usaha yang dilaksanakan
berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor KEP. 216/MEN/2003 tentang Tata Cara Kemitraan Badan
Usaha Dengan Transmigran Dalam Pelaksanaan Transmigrasi tetap
berlaku sampai dengan berakhirnya kesepakatan.
(2) Badan usaha yang mengajukan permohonan IPT atau sedang dalam
proses sebelum ditetapkan Peraturan Menteri ini wajib
menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 42
Pasal 43
Pasal 44
MENTERI
TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA,
TTD,