Anda di halaman 1dari 12

TARIKH ISRAK MIKRAJ

a- Petikan dari buku Israk & Miraj, Menurut Keterangan Al-Quran dan Hadis,
m/s: 15-16:
Ramai ulama Islam berpendapat bahawa peristiwa Israk dan Miraj berlaku satu tahun
sebelum hijrah, iaitu tahun kedua belas [12] kenabian.
1- Sebaik-baik riwayat mengenai berlakunya Israk dan Miraj ialah pada bulan Rabiul
Awal, di mana Ibnu Abbas dan Jabir r.a kedua-duanya berkata:

[
Maksudnya: Diputerakan Rasulullah s.a.w pada Tahun Gajah, hari Isnin dua belas hari bulan
Rabiul Awal dan padanya Baginda dibangkitkan menjadi Rasul dan padanya Baginda
dibawa naikkan ke langit (Miraj) dan padanya berlakunya Hijrah dan padanya Baginda
diwafatkan. [Riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Musannaf, dan Al-Jauzaqani dalam Al-
Abathil Lihat: Tarikh Maulid An-Nabi S.A.W Tulisan: Tharhuni].
Itulah pendapat kebanyakan ulama muhaqqiqin, seperti az-Zuhri. Dan itulah
pendapat yang rajih. Wallahu Alam.
2- Ini pula pendapat yang masyhur dikalangan orang ramai, walaupun tidak sahih
sanadnya, bahkan dianggap dusta oleh sesetengah ulama hadis.
Iaitu berlakunya Israk dan Miraj pada malam yang kedua puluh tujuh (27) daripada bulan
Rejab. [Lihat: Al-Bidayah wa an-Nihayah 109/3, Fath Al-Bari.]
Berkata Ibnu Kathir (wafat 774H): Manakala sesetengah orang menyangka bahawa adalah
peristiwa Israk berlaku pada awal malam Jumaat daripada bulan Rejab yang dikenali
dengan malam yang direkakan padanya solat yang masyhur. Pendapat itu
tidak ada asal dan dalil baginya. [Lihat: Al-Bidayah wa an-Nihayah 109/3.]
Solat ini Raghaib- adalah bidah yang sangat keji dan diingkari oleh ulama Islam
seperti Imam An-Nawawi -wafat 676H- dan As-Suyuti. {Lihat: Syarah Sahih Muslim 8/20,
Al-Amru bi al-Ittiba wa an-Nahyu an al-Ibtida 167].
3- Berkata Abu Syamah (wafat 665H) dan Ibnu Hajar Al-Asqalani (wafat 825H): Telah
menyebut oleh sesetengah ahli sejarah bahawa sesungguhnya Al-Israk berlaku pada bulan
Rejab. Pendapat ini adalah benar-benar dusta. [Al-Baith ala Inkar Al-Bida: 71, dan Tabyiin
aI-Ajab bima warada fi Fadhli Rajab]
b- Dari Ar-Rahiq Al-Makhtum:
Di dalam tempoh dakwah Rasulullah S.A.W yang terus bergerak dan mencapai kejayaan di
samping penindasan-penindasan, namun kemenangan sayup-sayup sudah dapat didengar,
di saat ini berlakulah peristiwa Israk dan Miraj.
Penentuan masa terjadinya peristiwa bersejarah ini berlakunya sedikit khilaf, di
antara pendapat-pendapat itu ialah:
1 Al-Tabari menentukan berlakunya di tahun Baginda dibangkitkan.
2 Al-Nawawi dan Al-Qurtubi mentarjihkan ditahun kelima kebangkitan Baginda.
3 Al-Allamah Al-Mansufuri menetapkan pada malam ke 27, pada bulan Rejab, tahun
kesepuluh kebangkitan Baginda.
4 Pendapat lain mengatakan enam belas bulan sebelum Hijrah, iaitu di bulan Ramadhan,
tahun dua belas kebangkitan Baginda.
5 Ada pendapat mengatakan setahun dua bulan sebelum Hijrah, iaitu di bulan
Muharram, tahun ketiga belas kebangkitan Rasulullah S.A.W.
6 Satu lagi pendapat menyebut berlakunya setahun sebelum Hijrah iaitu di dalam bulan
Rabiul Awal, tahun ketiga belas kebangkitan Baginda S.A.W.
Ketiga-tiga pendapat yang awal (1, 2 dan 3 di atas) ditolak, kerana Sayyidatina Khadijah r.a
telah wafat pada bulan Ramadhan tahun ke sepuluh kebangkitan Baginda, sebelum
sembahyang lima waktu difardukan.
Dan tiada khilaf bahawa sembahyang itu memang difardukan di malam berlakunya Israk
dan Miraj itu.
)Manakala tiga pendapat terakhir (4, 5 dan 6 di atas) saya sendiri (Sheikh Al-Mubarakfuri
tidak dapat mentarjihkan mana-mana satu pun. Namun gaya bahasa surah al-Israk itu
menunjukkan Israk itu berlaku ketika masa-masa yang terakhir sebelum Hijrah.
Al-Hafiz Ibnu Hajar Menukilkan Pandangan Ulama Tentang Penentuan Tarikh ini,
ada lebih dari 10 Pendapat.
) / 11 :(215




: .


.



:


:
























.
Akhukum,
Abu Anas Madani, PSD 8 Rejab 1433H.
Sikap Seorang Muslim Terhadap Kisah Isra Miraj

Berita-berita yang datang dalam kisah Isra Miraj seperti


sampainya beliau ke Baitul Maqdis, kemudian berjumpa dengan
para nabi dan shalat mengimami mereka, serta berita-berita lain
yang terdapat dalam hadits- hadits yang shahih merupakan perkara
ghaib. Sikap ahlussunnah wal jamaah terhadap kisah-kisah seperti
ini harus mencakup kaedah berikut :

1. Menerima berita tersebut.


2. Mengimani tentang kebenaran berita tersebut.
3. Tidak menolak berita tersebut atau mengubah berita tersebut
sesuai dengan kenyataannya.

Kewajiban kita adalah beriman sesuai dengan berita yang datang


terhadap seluruh perkara-perkara ghaib yang Allah Taala kabarkan
kepada kita atau dikabarkan oleh Rasulullahshallallahu alaihi wa
sallam.[3]

Hendaknya kita meneladani sifat para sahabt radhiyallahu


anhum terhadap berita dari Allah dan rasul-Nya. Dikisahkan dalam
sebuah riwayat bahwa setelah peristiwa Isra Miraj, orang-orang
musyrikin datang menemui Abu Bakar As Shiddiq radhiyallahu
anhu. Mereka mengatakan : Lihatlah apa yang telah diucapkan
temanmu (yakni Muhammad shallallahu alaihi wa sallam)! Abu
Bakar berkata : Apa yang beliau ucapkan?. Orang-orang musyrik
berkata : Dia menyangka bahwasanya dia telah pergi ke Baitul
Maqdis dan kemudian dinaikkan ke langit, dan peristiwa tersebut
hanya berlangsung satu malam. Abu Bakar berkata : Jika
memang beliau yang mengucapkan, maka sungguh berita tersebut
benar sesuai yang beliau ucapkan karena sesungguhnya beliau
adalah orang yang jujur. Orang-orang musyrik kembali bertanya:
Mengapa demikian?. Abu Bakar menjawab: Aku membenarkan
seandainya berita tersebut lebih dari yang kalian kabarkan. Aku
membenarkan berita langit yang turun kepada beliau, bagaimana
mungkin aku tidak membenarkan beliau tentang perjalanan ke
Baitul Maqdis ini? (Hadits diriwayakan oleh Imam Hakim dalam Al
Mustadrak 4407 dari Aisyah radhiyallahuanha).[4]

Perhatikan bagaimana sikap Abu Bakar radhiyallahu


anhu terhadap berita yang datang dari Nabi shallallahu alaihi wa
sallam. Beliau langsung membenarkan dan mempercayai berita
tersebut. Beliau tidak banyak bertanya, meskipun peristiwa
tersebut mustahil dilakukan dengan teknologi pada saat itu.
Demikianlah seharusnya sikap seorang muslim terhadap setiap
berita yang shahih dari Allah dan rasul-Nya.
Dari Said bin Al Musayyib, dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Nabi shallallahu alaihi
wa sallam bersabda,
.

- -

.





- -
.








. .


.

Ketika aku diisrakan (diperjalankan), aku bertemu Musa alaihis salam. Lalu
Nabi shallallahu alaihi wa sallammensifatinya dengan mengatakan bahwa ia adalah
pria yang tidak gemuk yang berambut antara lurus dan keriting serta terlihat begitu
gagah.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Aku pun bertemu Isa. Lalu beliau
mensifati Isa bahwa ia adalah pria yang tidak terlalu tinggi, tidak terlalu pendek dan
kulitnya kemerahan seakan baru keluar dari kamar mandi.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Aku pun bertemu Ibrahim shalawatullah
alaih dan aku adalah keturunan Ibrahim yang paling mirip dengannya. Aku pun datang
dengan membawa dua wadah. Salah satunya berisi susu dan yang lainnya khomr
(arak). Lantas ada yang mengatakan padaku, Ambillah mana yang engkau suka. Aku
pun memilih susu, lalu aku meminumnya. Ia pun berkata, Engkau benar-benar berada
dalam fithrah. Seandainya yang kau ambil adalah khomr, tentu umatmu pun akan ikut
sesat. (HR. Muslim no. 168).
Hadits-hadits yang membicarakan peristiwa Isra Miraj sudah dikumpulkan dalam satu
buku dengan judul Al Isra wal Miraj oleh Syaikh Al Albani rahimahullah, terbitan Al
Maktabah Al Islamiyah, cetakan kelima, tahun 1421 H.

Beberapa faedah dari hadits di atas:


1- Hadits di atas menjelaskan pertemuan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dengan
Musa, Isa dan Ibrahim ketika peristiwa Isra.
2- Ciri-ciri ketiga Nabi tersebut telah dijelaskan dalam hadits di atas. Dan menentukan
ciri-ciri seperti ini mesti dengan dalil karena kita tidaklah melihat mereka secara
langsung sehingga membuktikannya harus dengan berita dari Allah dan Rasul-Nya,
yaitu dilihat dari dalil Al Quran dan As Sunnah.
3- Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam paling mirip dengan Nabi Ibrahim
dibanding keturunan beliau lainnya.
4- Susu lebih nikmat dari khomr (arak).
5- Bahayanya meminum khomr, yaitu bisa membuat sesat.
Perjalanan isra dan miraj merupakan perjalanan yang penuh berkah yang
menunjukkan betapa Maha Kuasanya Allah Subhanahu wa Taala. Bagaimana seorang
hamba Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam-, bersama ruh dan jasadnya
menempuh jarak ribuan bahkan jutaan kilometer hanya dalam satu malam saja. Dan
dalam perjalanan yang sedemikian cepat tersebut, Allah kuasakan Nabi Muhammad
mampu melihat keadaan sekitar yang beliau lewati, baik kejadian atau keadaan saat
isra maupun miraj.

Imam as-Suyuthi adalah di antara ulama yang menjelaskan beberapa hikmah


perjalanan isra miraj. Beliau mengatakan tentang hikmah perjalanan isra dilakukan di
malam hari karena malam hari adalah waktu yang tenang menyendiri dan waktu yang
khusus. Itulah waktu shalat yang diwajibkan atas Nabi, sebagaimana dalam firman-
Nya, Berdirilah shalat di malam hari (QS. Al-Muzammil: 2) (as-Suyuthi, al-Khasha-is
an-Nabawiyah al-Kubra, Hal: 391-392).

Abu Muhammad bin Abi Hamzah mengatakan, Hikmah perjalanan isra menuju
Baitul Maqdis sebelum naik ke langit adalah untuk menampakkan kebenaran
terjadinya peristiwa ini dan membantah orang-orang yang ingin mendustakannya.
Apabila perjalanan isra dari Mekah langsung menuju langit, maka sulit dilakukan
penjelasan dan pembuktian kepada orang-orang yang mengingkari peristiwa ini.
Ketika dikatakan bahwa Nabi Muhammad memulai perjalanan isra ke Baitul Maqdis,
orang-orang yang hendak mengingkari pun bertanya tentang ciri-ciri Baitul Maqdis
sebagaimana yang pernah mereka lihat, dan mereka pun tahu bahwa Nabi Muhammad
belum pernah melihatnya. Saat Rasulullah mengabarkan ciri-cirinya, mereka sadar
bahwa peristiwa isra di malam itu benar-benar terjadi. Kalau mereka membenarkan
apa yang beliau katakan tentang isra konsekuensinya mereka juga harus
membenarkan kabar-kabar yang datang sebelumnya (risalah kenabian). Peristiwa itu
menambah iman orang-orang yang beriman dan membuat orang-orang yang celaka
bertambah keras bantahannya (Ibnu Hajar, Fathul Bari, 7: 200-201).

Dan termasuk hikmah perjalanan isra miraj Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah
isyarat bagi umat Islam agar menjaga bumi al-Quds dari para penyusup dan orang-
orang yang tidak senang terhadap Islam. Khususnya bagi kaum muslimin saat ini, agar
tidak merasa rendah, takut, dan lemah dalam memperjuangkan al-Quds dari tangan
orang-orang Yahudi (al-Buthi, Fiqh ash-Shirah an-Nabawiyah, Hal: 113)
Adapun hikmah dari peristiwa miraj dimana Nabi shallallahu alaihi wa sallam memilih
susu daripada khamr menunjukkan fitrah dan murninya ajaran Islam yang sesuai
dengan tabiat manusia. Sedangkan peristiwa terbukanya pintu langit yang sebelumnya
terkunci, lalu Jibril alaihissalam meminta untuk dibukakan, yang demikian agar alam
semesta mengetahui bahwa sebelum kedatangan Nabi Muhammadshallallahu alaihi
wa sallam hal ini belum pernah dilakukan. Sekiranya tidak demikian, mungkin orang
akan menyangka bahwa pintu langit senantiasa terbuka. Dan Allah Taala juga hendak
mengabarkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dikenal oleh
penduduk langit. Oleh karena itu, ketika pintu langit dibukakan, lalu Malaikat Jibril
mengatakan kepada penjaga langit bahwa ia bersama Muhammad, malaikat penjaga
tersebut bertanya, Apakah dia telah diutus? Bukan bertanya, Siapa Muhammad?
(as-Suyuthi, al-Khasha-is an-Nabawiyah al-Kubra, 391-392).

As-Suyuthi melanjutkan, hikmah beliau dipertemukan dengan Nabi


Adam alaihissalam pada langit pertama karena Nabi Adam adalah nabi dan manusia
pertama. Di langit kedua bertemu dengan Nabi Isaalaihissalam karena Nabi Isa
adalah yang paling dekat masanya dengan Nabi Muhammad alahima shalatu wa
salam. Kemudian di langit ketiga bertemu dengan Nabi Yusuf, karena umat
Muhammadshallallahu alaihi wa sallam akan masuk ke dalam surga dengan
penampilan serupawan Nabi Yusuf. Berikutnya Nabi Idris, dikatakan bahwa beliaulah
yang pertama kali diangkat ke langit sebelum Nabi Isa dan Nabi Muhammad.
Kemudian bertemu dengan Nabi Harun karena dia adalah saudara Nabi Musa yang
mendapinginya dalam berjuang. Setelah itu berjumpa Nabi Musa karena keutamaan
beliau pernah diajak berbicara oleh Allah. Dan terakhir adalah Nabi Ibrahim karena
beliau adalah bapak pilihan yakni bapak para nabi.

Imam al-Qurthubi menyatakan, pengkhususkan Nabi Musa dalam peristiwa shalat. Ada
yang mengatakan karena Nabi Musa adalah nabi yang paling dekat posisinya saat Nabi
Muhmmad turun. Ada juga yang mengatakan umatnya lebih banyak dari umat nabi
selainnya. Ada lagi yang berpendapat karena kitab suci yang diturunkan kepada Nabi
Musa adalah kitab yang paling mulia kedudukan dan hukum syariatnya sebelum
Alquran diturunkan. Atau juga karena umat Nabi Musa dibebankan amalan shalat
sebagaimana umat nabi lainnya, lalu mereka merasa berat dengan syariat tersebut,
maka Nabi Musa kasihan dengan umat Nabi Muhammad. Pendapat terakhir ini
dikuatkan dengan riwayat tentang perkataan Nabi Musa,

Saya lebih mengetahui karakter manusia dibanding Anda.

Tidak heran Alquran banyak sekali memuat kisah Nabi Musa, tujuannya adalah agar
kita banyak-banyak mengambil hikmah dari perjalanan hidup beliau, perjalanan
dakwahnya, dll.

Pengkhususan syariat shalat melalui perjalanan miraj karena ketika Nabi


Muhammad shallallahu alaihi wa sallam miraj di malam itu, para malaikat sedang
beribadah. Di antara mereka ada yang berdiri dan tidak duduk, ada yang terus rukuk
dan tidak sujud, ada yang terus sujud dan tidak duduk, maka AllahSubhanahu wa
Taala mengumpulkan semua ibadah ini untuk umat Nabi Muhammad. Seorang hamba
menggabungkan berdiri, rukuk, sujud, dan duduk dalam satu rakaat saja (Muhammad
Amin bin Ahmad Janki, ash-Shirah an-Nabawiyah min al-Fathi al-Bari, 1: 239-240).

Dengan perjalanan isra miraj ini, Allah menginginkan agar hamba dan Rasul-Nya
merasakan periode baru dalam berdakwah, sebagaimana Nabi Musa juga mengalami
periode baru dengan berangkat langsung mendakwahi Firaun dan diangkatnya
saudaranya Harun untuk mendampingi dakwahnya. Nabi Musa sebelum diperintahkan
untuk menemui Firaun telah Allah siapkan dengan berbagai macam mukjizat dan
keutamaan agar beliau siap. Allah berfirman kepada Nabi Musa,





untuk Kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang
sangat besar, Pergilah kepada Firaun; sesungguhnya ia telah melampaui batas. (QS.
Thaha: 23-24)

Sama halnya dengan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, Allah persiapkan
perjalanan dakwah beliau yang panjang dengan membawanya ke suatu fase dimana
dipertemukan dengan Jibril, para nabi, surga dan neraka, agar kesabaran beliau kian
tertempa dalam menghadapi lika-liku perjalanan dakwah. Allah berfirman kepada Nabi
Muhammad,




Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang
paling besar. (QS. An-Najm: 18)

Lalu beliau shallallahu alaihi wa sallam diistimewakan dengan mengimami para nabi
dan dinaikkan menuju sidratul muntaha, suatu keistimewaan yang tidak didapat oleh
seoranng pun selain beliau.

Dan sebesar-besar hikmah dari perjalanan isra miraj adalah disyariatkannya shalat.
Dengan melaksanankan shalat wajib tersebut seorang hamba menegakkan sebuah
kewajiban ubudiyah yang mampu meredam hawa nafsu, menanamkan akhlak-akhlak
mulia di dalam hati, menyucikan jiwa dari sifat penakut, pelit, keluh kesah, dan putus
asa. Dengan shalat kita bisa memohon pertolongan kepada Allah dari permasalahan
yang kita hadapi. Allah Taala berfiman,












Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah: 153)















Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali
orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya.
(QS. Al-Maarij: 19-23)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah seorang yang senantiasa berdiri
(shalat) bermunajat kepada Rabbnya, sampai-sampai beliau menemukan kenikmatan
dalam mengerjakan shalat. Beliau bersabda,



Dan dijadikan penyejuk hatiku di dalam shalat.

Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang bersemangat dalam


mengerjakan shalat dan tidak lalai dalam mengerjakannya. Semoga shalat menjadi
penyejuk hati kita dan jalan untuk mendekatkan diri kepada Rabb kita. Amin..

Sumber: Islamstory.com

Oleh nurfitri Hadi

Artikel www.KisahMuslim.com

Anda mungkin juga menyukai