Anda di halaman 1dari 53

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional, khususnya di

bidang kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip

bahwa masyarakat bukanlah sebagai objek tetapi merupakan subjek dari

pembangunan itu sendiri. Pada hakikatnya, kesehatan dipolakan

mengikutsertakan masyarakat secara aktif dan bertanggung

jawab. Keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan efisiensi

pelayanan adalah atas dasar pemikiran bahwa terbatasnya daya dan dana

dalam operasional pelayanan kesehatan akan mendorong masyarakat

memanfaatkan sumber daya yang ada seoptimal mungkin. Pola pikir

semacam ini merupakan penjabaran dari karsa pertama yang berbunyi,

meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya dalam

bidang kesehatan. Menurut K. Santoso (1979), kader yang dinamis

dengan pendidikan rata-rata tingkat desa ternyata mampu melaksanakan

beberapa kegiatan yang sederhana tetapi tetap berguna bagi masyarakat

kelompoknya (Efendi Ferry dan Makhfudli, 2009).

Kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada

umumnya kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu

dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan

1
2

tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan

(Efendi Ferry dan Makhfudli, 2009).

Untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi,

bidan haruslah dapat bekerja sama dengan masyarakat. Pembinaan kader

yang dilakukan bidan yang berisi tentang peran kader dalam deteksi dini

tanda bahaya dalam kehamilan. Menurut WHO seseorang akan

melakukan sesuatu dipengaruhi oleh faktor pengetahuan,kepercayaan,

sikap, orang penting sebagai referensi, sumber daya dan kebudayaan

(Notoadmodjo, 2007).

Data yang diperoleh di Dinas Kesehatan Jember Tahun 2012,

deteksi dini resiko tinggi ibu hamil oleh kader mencapai 72 orang

( 10,83% ) dari target yang ada 10%, sedangkan data yang diperoleh dari

Puskesmas Wringin dengan jumlah kader 220 dan jumlah ibu hamil

selama kurun waktu 1 tahun (2012) sebanyak 625 orang, pencapaian

deteksi dini resiko tinggi ibu hamil mencapai 4 orang ( 6,9%) dari target

10%,berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal

14-12-2013 di Desa Wringin Kecamatan Wringin, pada 10 kader

diperoleh data 3 orang (30%) pengetahuan baik, 2 orang (20%) dengan

pengetahuan cukup, 5 orang (50%) dengan pengetahuan kurang.

Penyebab kader dengan pengetahuan kurang disebabkan oleh

pendidikan yang masih rendah. Sedangkan data tentang perilaku

diperoleh 2 orang(20%) baik,perilaku cukup 4 orang (40%) dan 4 orang


3

(40%) kurang.Penyebab kurangnya perilaku deteksi dini dikarenakan

karena kurangnya honor yang mereka terima sehingga menyebabkan

kader malas untuk melakukan deteksi dini.

Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu melalui panca indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dann raba, sebagian besar

diperoleh dari mata dan telinga (Notoadmodjo, 2007). Faktor faktor yang

mempengaruhi pengetahuan menurut Bloom yang dikutip dari latipun

2004 yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, intelegensia, sosial

ekonomi. Dampak dari pengetahuan, bila seseorang dengan pengetahuan

dan pendidikan yang cukup baik akan mempengaruhi perilaku seseorang

dalam memotivasi sikap untuk berperan dalam pembangunan kesehatan.

Sedangkan seseorang dengan pengetahuan dan pendidikan yang kurang

akan mempengaruhi tingkah laku serta proses berfikir.

Perilaku merupakan tindakan atau perbuatan yang dapat diamati

dan dipelajari, perilaku tidak sama dengan sikap (Notoadmodjo, 2007).

Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu pengetahuan,

kepercayaan, sikap, orang penting sebagai referensi, sumber

daya.Dampak dari perilaku yang baik atau positif bila yang bersangkutan

mempunyai kecerdasan, tingkat emosional yang terkendali, lingkungan,

serta ekonomi yang baik merupakan faktor dominan yang mewaarnai

perilaku sesorang dalam bidang kesehatan, perilaku manusia yang positif


4

sangat penting sekali untuk tercapainya tujuan kesehatan, dampak

perilaku yang kurang maka tujuan pembangunan kesehatan yang

diharapkan tidak akan tercapai.

Kader merupakan kepanjangan tangan dari tenaga kesehatan yang

ada di tengah-tengah masyarakat sehingga perlu ditingkatkan

pengetahuan dan keterampilannya melalui pelatihan-pelatihan

kader.Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk

mengetahui hubungan tingkat pengetahuan kader dengan perilaku

melakukan deteksi dini resiko tinggi pada ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas Wringin, Kabupaten Bondowoso.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang dapat diambil rumusan

permasalahan:Adakah hubungan tingkat pengetahuan kader dengan

perilaku melakukan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil di Desa Wringin

dan Desa Banyuputih KecamatanWringin Kabupaten Bondowoso tahun

2014?.

1.3. TujuanPenelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan kader dengan

perilaku melakukan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil di Desa Wringin

dan Desa Banyuputih Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso tahun

2014.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan kader tentang deteksi dini resiko

tinggi ibu hamil di Desa wringin dan Desa Banyuputih tahun 2014.
5

2. Mengidentifikasi perilaku melakukan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil

di Desa Wringin dan Desa Banyuputih tahun 2014.


3. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan kader dengan perilaku

melakukan deteksi dini ibu hamil di Desa wringin dan Desa Banyuputih

tahun 2014.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan Informasi mengenai deteksi dini resiko tinggi ibu

hamil yang dilakukan oleh kader.Hasil penelitian juga dapat digunakan

sebagai data dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut.


1.4.2. Bagi Profesi Kebidanan
Meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan deteksi dini resiko

tinggi ibu hamil yang dilakukan oleh kader.


1.4.3. Bagi Lahan Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi tempat pelayanan kesehatan guna

meningkatkan cakupan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil.


1.4.4. Bagi Responden
Mendapatkan informasi tentang deteksi dini resiko tinggi ibu

hamil,dampak dari resiko tinggi ibu hamil dan penanganannya

1.4.5. Bagi Peneliti

Untuk menerapkan teori yang telah diperoleh di bangku kuliah dan

diharapkan peneliti dapat mengaplikasikan hasil penelitian yang di dapat

secara langsung,sehingga dapat menambah pengalaman bagi peneliti


6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pengetahuan


2.1.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu melalui panca indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dimana sebagian

besar diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan


7

Menurut (Notoatmodjo, 2007). tingkat pengetahuan dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan :

1. Tahu (Know)
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya termasuk mengingat kembali (Recall) terhadap sesuatu

yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang

paling rendah. Untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang dipelajari dengan cara menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar suatu objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek

yang dipelajari.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

meteri yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.


4. Analisis ( Analysis )
Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya

satu sama lain.


8

5. Sintesis ( Synthesis )
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru bagi formulasi formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan justifikasi

terhadap suatu materi objek. Penilaian penilaian ini didasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria kriteria

yang telah ada.

2.1.3. Faktor faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Bloom yang kutip dari Latipun, 2004, beberapa faktor

yang berhubungan dengan karakteristik subyek antara lain :

1. Usia klien
Usia dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Semakin dewasa

seseorang, tingkat kemampuan dan kematangan akan lebih matang

dalam berfikir dan menerima informasi.


2. Jenis kelamin
Jenis kelamin berkaitan dengan prilaku model bahwa individu

melakukan model sesuai dengan jenis kelaminnya.


3. Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku

seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap

berperan dalam pembangunan keseluruhan.

4. Intelegensia
9

Intelegensia pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan penyesuaian

diri dan cara pengambilan keputusan. Individu yang berintelegensia

tinggi akan banyak berpartisipasi.


5. Sosial ekonomi
Status sosial ekonomi berpengaruh pada tingkah laku. Individu yang

berasal dari keluarga yang status sosial ekonominya baik,

dimungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan

masa depannya dibandingkan mereka yang berasal dari keluarga

dengan status sosial ekonominya rendah.


6. Sosial budaya
Sosial termasuk di dalamnya pandangan keagamaan. Kelompok etnis

dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penerapan

nilai nilai keagamaan untuk memperkuat super egonya.

2.1.4. Cara Mengukur Tingkat Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subyek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan tingkatan

tersebut di atas (Notoatmodjo, 2008).

Sedangkan untuk menilai kwalitas pengetahuan pada masing

masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan scoring (Nursalam, 2006).

1. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76 100%.


2. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56 75%.
3. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai kurang dari 55%

2.2. Konsep Dasar Perilaku


2.2.1. Pengertian Perilaku
10

Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisasi, baik

yang dapat diamati langsung atau tidak langsung (Notoatmodjo, 2007).

Robert Kwick (1974) mengatakan bahwa perilaku adalah tindakan

atau perbuatan suatu organisasi yang dapat diamati dan bahkan dapat

dipelajari , perilaku tidak sama dengan sikap (Notoatmodjo, 2007).

Menurut ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu

aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa

perilaku baru terjadi bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan

suatu reaksi yakni yang disebut rangsangan (Notoatmodjo, 2007).

Dari segi psikologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas

organisme yang bersangkutan . Jadi perilaku manusia pada hakekatnya

adalah suatu aktifitas dari pada manusia itu sendiri (Notoatmodjo,

2007).

Perilaku manusia lahir/terbentuk atas dasar adanya pengetahuan

terlebih dahulu. Penelitian membuktikan bahwa perilaku dengan

didasari pengetahuan lebih langgeng daripada perilaku tanpa adanya

pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

2.2.2. Faktor yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu menurut

WHO (2004) adalah :

1. Pengetahuan.
11

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau

pengalaman orang lain .

2. Kepercayaan

Kepercayaan sering diperoleh berdasarkan keyakinan dan tanpa

adanya pembuktian terlebih dahulu.

3. Sikap.

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang

terhadap objek . Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau

orang lain yang paling dekat.

4. Orang penting sebagai referensi.

Perilaku seseorang lebih banyak di pengaruhi oleh orang yang

dianggap penting , apabila seseorang itu penting untuknya maka apa

yang dikatakan atau diperbuat cenderung untuk di contoh.

5. Sumber daya

Sumber daya disini mencakup fasilitas , uang , waktu , tenaga dan

sebagainya.

Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau

kelompok masyarakat . Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat

bersifat positif maupun negatif .


12

6. Kebudayaan

Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai

akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama . Kebudayaan selalu

berubah baik lambat ataupun cepat, sesuai dengan peradaban umat

manusia .

2.2.3. Proses sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru secara berurutan

menurut Roger adalah :

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu.


2. Interest, yakni orang mulai tertarik dengan stimulus.
3. Evaluation (menimbang nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya), hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik

lagi.
4. Trial (Percobaan), orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Adoption, subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian, dari penelitihan selanjutnya Roger

menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap

tahap tersebut diatas.

Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan

organisme tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan) dan

lingkungan , secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan

lingkungan merupakan penentu perilaku mahluk hidup termasuk perilaku

manusia.(Notoatmodjo, 2007).
13

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap

stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang) namun dalam

memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor

faktor lain dari orang yang bersangkutan.

2.2.4. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi 2 ( dua ) yakni :

1. Faktor internal yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang

bersifat given atau bawaan misalnya tingkat kecerdasan, tingkat

emosional, jenis kelamin dan sebagainya.


2. Faktor eksternal yakni lingkungan , baik lingkungan fisik, sosial dan

budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini

sering merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku

seseorang dalam bidang kesehatan, perilaku manusia yang positif sangat

penting sekali untuk tercapainya tujuan kesehatan. Perilaku terhadap

sistem pelayanan adalah respon seseorang terhadap sistem pelayanan

kesehatan, baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional.

Perilaku ini menyangkut respon terhadap fasilitas pelayanan, cara

pelayanan, petugas kesehatan dan obat obatannya yang terwujud dalam

pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas, petugas dan obat -

obatan (Notoatmodjo, 2007).

2.3. KonsepKehamilan
2.3.1. Pengertian kehamilan :
Kehamilan adalah peristiwa bersarangnya sel telur yang telah

dibuahi di dalam endometrium (Manuaba, 2010).


2.3.2. Resiko tinggi ibu hamil
14

Resiko tinggi ibu hamil adalah ibu hamil yang mengalami resiko

atau bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan,

bila dibandingkan dengan ibu hamil normal (KJ ensik balita, 2007).
1. Faktor Resiko
Faktor resiko adalah kondisi seseorang / sekelompok ibu hamil

yang dapat menyebabkan peluang atau kemungkinan terjadinya

kesakitan / kematian pada ibu dan bayinya.


Faktor resiko dikelompokan dalam 3 kelompok ( Suminto, 2006 ).
a. Kelompok Faktor resiko I

1)Kelompok ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a) Ibu hamil dengan faktor resiko ini tidak mempunyai

keluhan, merasa sehat dan nampak sehat .


b) Dengan wawancara dan periksa pandang dapat ditemukan

dengan mudah pada kontak pertama pada kehamilan muda

oleh tenaga non kesehatan/kesehatan.


c) Ibu hamil yang termasuk kelompok ini membutuhkan

penyuluhan berulangkali pada tiap kontak mengenai

kemungkinan terjadinya penyulit pada saat persalinan.

2) Macam-macam faktor resiko I :


1) Primi muda

Batasan :

a) ibu hamil yang pertama dengan umur 16 tahun atau

kurang.
b) Rahim ibu belum matang diragukan keselamatan dan

kesehatan janin dalam kandungan.


15

c) Mental ibu belum dewasa diragukan ketrampilan

perawatan diri dan bayinya.


Bahaya yang dapat timbul :
a) Bayi lahir belum cukup bulan
b) Perdarahan dapat terjadi sebelum bayi lahir
c) Perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir.
2) Primi Tua
Batasan :
a) bu hamil pertama umur 35 tahun /lebih ,atau baru bisa

hamil setelah kawin lebih 4 tahun.Pada ibu ini akan

terjadi perubahan oleh karena proses menjadi tua dari

jaringan alat kandungan dan jalan lahir, juga ada

kecenderungan didapatkan penyakit lain misalnya

tekanan darah tinggi.


Bahaya yang dapat timbul:
a) Timbul hypertensi
b) Pre eklamsi/eklamsi
c) BBLR
3) Primi tua sekunder
Batasan :
a) ibu hamil dengan anak terkecil umur 10 th/lebih.
b) Umur ibu sudah bertambah tua ada kemungkinan

timbul penyakit.
Bahaya yang dapat timbul:
a) Penyakit usia lanjut ; hypertensi, DM
b) Pre eklamsi/eklamsi
c) Partus lama.

4) Anak terkecil kurang 2 tahun

Batasan :

a) ibu hamil dengan umur anak terkecil kurang 2 tahun.

Bahaya yang dapat timbul :


16

a) Perdarahan post partum

b) Bayi premature/BBLR.

5) Grande multi.

Batasan :

a) ibu hamil dan telah pernah hamil/melahirkan anak 4

atau lebih.

b) Karena sering melahirkan biasanya terjadi kurang

darah / kurang gisi . Terjadi kelemahan dinding perut

dan rahim.

Bahaya yang dapat timbul :

a) Kelainan letak

b) Partus lama

c) Perdarahan post partum

d) Ruptur uteri

6) Umur 35 tahun/lebih

Batasan :

a) ibu hamil dengan umur 35 th/lebih


17

b) Pada usia 35 th/lebih otot jalan lahir mengalami proses

tua dan ada kecenderungan penyakit usia lanjut.

Bahaya yang dapat timbul :

a) Hypertensi , pre eklamsi/ eklamsi

b) Partus lama

7) Tinggi badan 145 cm/kurang .

Batasan :

a) ibu hamil pertama dengan tinggi badan 145 cm/kurang,

atau ibu hamil kedua dengan kehamilan yang lalu

belum pernah lahir cukup bulan/lahir cukup bulan bayi

mati dalam 7 hari/kurang.

b) Ibu yang pendek memerlukan perhatian khusus karena

ada kemungkinan panggul sempit.

Bahaya yang timbul :

a) Partus lama

8) Riwayat obstetrik jelek [ ROJ /BOH ].

Batasan :
18

a) ibu hamil kedua dimana kehamilan pertama mengalami

kegagalan [keguguran, premature IUFD,lahir mati,

lahir hidup 7 hari meniggal] atau ibu hamil ketiga atau

lebih dimana kehamilan yang lalu 2 kali/lebih

kegagalan kehamilan,ada kemungkinan yang sekarang

gagal lagi.

Bahaya yang dapat timbul:

a) Penyakit ibu yang dapat menyebabkan kegagalan

b) Tanda tanda timbulnya partus premature /

abortus.

9) Persalinan yang lalu dengan tindakan.

Batasan :

a) ibu hamil dimana persalinan yang lalu dilakukan

forceps, vakum , plasenta manual atau mendapatkan

infuse / transfuse.

b) Ada kemungkinan persalinan yang sekarang

dilakukan tindakan yang sama.

Bahaya yang dapat timbul :

a) Partus lama

b) Perdarahan post partum.


19

10) Bekas operasi sesar.

Batasan :

a) ibu hamil dimana persalinan yang lalu pernah

dilakukan operasi sesar.

b) Bekas operasi sesar sangat mudah robek pada proses

kehamilan / persalinan berikutnya.

Bahaya yang timbul :

a) Bisa terjadi robekan rahim pada

kehamilan/persalinan berikutnya.

Tiap faktor resiko dalam kelompok ini mempunyai bobot resiko

dengan skor 4, kecuali f Faktor resiko bekas operasi sesar skor 8.

b . Kelompok Faktor Resiko II

1) Kelompok ini mempunyai ciri ciri sebagai berikut :


a) Ibu hamil pada kelompok ini kebanyakan terjadi pada umur

kehamilan 6 bulan atau lebih.

b) Bila tenaga non kesehatan menduga adanya faktor resiko

ini kadang kadang perlu dikonsultasikan ke tenaga

kesehatan.

c) Kemungkinan adanya kelainan/komplikasi pada

persalinan lebih besar.


20

2) Macam-macam faktor resiko :

1) Anemia

Batasan :

a) ibu hamil dengan keluhan lemas, lekas lelah, jantung

berdebar, pucat, Hb kurang 10 gr. Pengaruh anemia

terhadap kehamilan menurunkan daya tahan ibu hamil

sehingga mudah terkena penyakit , mudah lelah dan

menghambat pertumbuhan bayi.

Bahaya yang dapat timbul :

a) IUFD

b) Partus premature

c) Partus lama

d) Perdarahan post partum

2) Tuberkulosa Paru

Batasan :

a) ibu hamil dengan keluhan batuk lama, batuk darah,

badan lemah dan semakin kurus. Pengaruhnya hanya

terhadap ibu yaitu ibu kondisinya menurun sehingga

tenaga kurang.
21

Bahaya yang dapat timbul :

a) Partus sebelum waktunya ; abortus, partus prematurus

b) Partus lama

3) Decompensasi cordis.

Batasan :

a) Ibu hamil dengan keluhan sesak nafas , jantung

berdebar, dada terasa berat dan nyeri ,kaki bengkak.

b) Pengaruh kehamilan terhadap payah jantung adalah

penyakit menjadi lebih berat, sedangkan pengaruhnya

terhadap kehamilan menyebabkan gangguan

pertumbuhan janin misal BBLR.

Bahaya yang dapat timbul :

a) Payah jantung bertambah berat

b) partus premature.

4) Pre eklamsia

Batasan :

a) ibu hamil dengan tanda tanda oedem, tekanan darah

tinggi dan protein urine

Bahaya yang dapat timbul :


22

a) Eklamsi

b) Gangguan pertumbuhan janin.

5) Kelainan letak.

Batasan :

a) Kehamilan dengan letak sungsang/letak lintang

Bahaya yang dapat timbul ;

a) Janin bebang atau lahir mati

b) Robekan jalan lahir / rahim.

6) Hamil kembar / gemelli.

Batasan :

a) Ibu hamil dengan janin 2 atau lebih.

b) Pada gemelli rahim sangat besar sehingga menekan

sekitarnya menyebabkan sesak nafas dan bengkak

pada tungkai.

Bahaya yang dapat timbul :

a) Keracunan kehamilan

b) Kelainan letak
23

c) Partus prematur

d) Partus lama

e) Perdarahan post partum.

7) Kembar air/hydramnion

Batasan :

a) Kehamilan dengan banyaknya air ketuban lebih

dari 2 liter

b) Rahim sangat besar sehingga menekan sekitarnya

menyebabkan keluhan sesak nafas, dan bengkak.

Bahaya yang dapat timbul :

a) Cacat bawaan

b) Kelainan letak

c) Partus prematurus

d) Perdarahan post partum.

8) Janin mati dalam kandungan.

Batasan :

a) Ibu hamil dengan keluhan tidak merasa gerakan

anak ,perut mengecil DJJ negatip. Umumnya


24

kematian janin dalam kandungan tidak menganggu

ibu dan dapat lahir sendiri.

Bahaya yang dapat timbul :

a) Gangguan pembekuan darah.

9) Hamil lebih bulan/Serotinus.

Batasan :

a) Ibu hamil dengan umur kehamilan 42mg/lebih.

b) Pada umur kehamilan 42 mg/ lebih fungsi plasenta

menurun,sehingga bayi akan kekurangan makanan

dan zat asam.

Bahaya yang dapat timbul :

a) Pertumbuhan janin terganggu bila dibiarkan dapat

mati dalam kandungan

Tiap faktor resiko mempunyai bobot resiko dengan skor 4,

kecuali letak lintang skor 8.

c. Kelompok Faktor Resiko III.


1. Kelompok ini mempunyai ciri ciri sebagai berikut:
a) Mudah ditemukan dengan tanda kejang

kejang/perdarahan.
25

b) Merupakan kondisi ibu yang mengancam nyawa ibu dan

janin.

c) Harus segera dirujuk ke Rumah Sakit.

2. Macam-macam faktor resiko

1) Perdarahan .

Batasan :

a) Perdarahan yang terjadi pada tribulan terakhir

kehamilan.

b) Perdarahan dapat sedikit atau banyak yang

disebabkan plasenta melekat pada segment bawah

uterus.

Bahaya yang dapat timbul :

a) Perdarahan

b) Bayi lahir premature

2) Eklamsi.

Batasan :

a) Suatu komplikasi kehamilan ditandai dengan kejang

kejang sebelumnya didapatkan gejala gejala pre

eklamsi.
26

Bahaya yang dapat timbul :

a) Kematian ibu

b) Gangguan pertumbuhan

c) IUFD

2.4.Deteksi Dini Kehamilan Resiko Tinggi

2.4.1. Pengertian Deteksi Dini

Deteksi dini adalah cara untuk mendeteksi dini kehamilan resiko

tinggi dengan melakukan skrining yaitu deteksi aktif terhadap adanya faktor

resiko pada ibu hamil yang belum memberikan jejak. Skrining harus di

kerjakan seawal mungkin kehamilan (skrining antenatal) yang dapat

dikerjakan oleh petugas kesehatan/non kesehatan misalnya ibu PKK,

kader, karang taruna, ibu hamil sendiri, suami dan keluarga.

Skrening pertama untuk menentukan kelompok ibu hamil tanpa resiko

dengan ibu hamil berisiko kemudian setiap kontak dilakukan.

Skrening ulangan secara periodik sampai kehamilannya genap bulan

(Poedji Rochjati, 2004).

2.4.2. Tujuan Skrening Antenatal

1. Melakukan deteksi dini resiko tinggi hamil dengan macam faktor

resikonya.
27

2. Menemukan ibu resiko tinggi dengan kemungkinan timbulnya

resiko kematian/kesulitan pada ibu atau bayinya.


3. Memberikan penyuluhan dalam bentuk Komunikasi Informasi

Edukasi (KIE) mengenai kondisi ibu dan janinnya kepada ibu hamil,

suami dan keluarganya agar tahu, peduli dan patuh untuk persiapan

mental, biaya dan transportasi dalam pengambilan keputusan untuk

perencanaan tempat dan penolong menuju persalinan aman.


4. Membantu untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan cara

memberi informasi adanya faktor resiko dan kelompok resiko pada ibu

hamil
5. Menjaring, menemukan dan mengenal ibu hamil yang mempunyai

faktor resiko yaitu ibu hamil resiko tinggi.

2.4.3. Manfaat Deteksi Dini Resiko Tinggi Ibu Hamil

Untuk mengetahui adanya faktor resiko yang dapat membahayakan proses

persalinannya nanti, maka jauh sebelumnya sudah dapat dipikirkan

untuk melakukan rujukan dini berencana atau rujukan in uteru dan

rujukan tepat waktu. Selain itu dengan deteksi dini akan dapat dicegah 4

keterlambatan yang sering menyebabkan kematian (Dian knhttp 2012)

1. Terlambat mengenali tanda bahaya resiko tinggi.


2. Terlambat mengambil keputusan dalam keluarga
3. Terlambat memperoleh transportasi dalam rujukan
4. Terlambat memperoleh penanganan gawat darurat

2.4.4. Cara menentukan kelompok resiko kehamilan dengan resiko tinggi di

bagi menjadi 3 (Poedji Rochjati) :


28

1. Kehamilan resiko rendah ( KRR ) skor 2 5 kode warna hijau

2. Kehamilan resiko tinggi ( KRT ) skor 6 10 kode warna kuning

3. Kehamilan resiko sangat tinggi (KRST) skor lebih dari 12 kode warna

merah

2.4.5. Penanganan Kehamilan Resiko Tinggi

1. Melakukan pendekatan/kontak dengan ibu hamil dalam upaya

mencegah terjadinya kemungkinan kesakitan atau kematian pada ibu

dan bayinya.

2. Melakukan rujukan berencana sesuai faktor resiko

3. Memberikan penyuluhan (KIE) tentang adanya faktor resiko dengan

kemungkinan bahaya kesakitan/kematian ibu segera diberikan kepada

ibu hamil, suami dan keluarga agar mereka sadar, peduli, patuh dan

bergerak untuk periksa ANC dan bila perlu rujukan kehamilan

kemudian persiapan dan perencanaan persalinan aman

2.5. Kader

2.5.1. Pengertian Kader

Kader adalah tenaga sukarela yang terdidik dan terlatih dalam

bidang tertentu, yang tumbuh di tengah tengah masyarakat dan merasa

berkewajiban untuk melaksanakan, meningkatkan dan membina


29

kesejahteraan masyarakat dengan rasa ikhlas tanpa pamrih dan didasari

panggilan untuk melaksanakan tugas tugas kemanusiaan.(vivaldina,

2008).

2.5.2. Tujuan Pembentukan Kader

Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional, khusus

dibidang kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip

bahwa masyarakat bukanlah sebagai objek akan tetapi merupakan

subjek dari pembangunan itu sendiri. Pada hakekatnya kesehatan

dipolakan mengikut sertakan masyarakat secara aktif dan bertanggung

jawab.Keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan efisiensi

pelayanan adalah atas dasar terbatasnya daya dan upaya dalam

operasional pelayanan kesehatan masyarakat akan memanfaatkan

sumber daya yang ada di masyarakat seoptimal mungkin (Zulkifli, 2004).

2.5.3. Tugas Kader

Tugas kader adalah membantu dalam pelayanan kesehatan,adapun

kegiatan pokok kader melaksanakan kegiatan - kegiatan baik yang

menyangkut di dalam maupun di luar posyandu:

1. Kegiatan yang dapat dilakukan kader di posyandu adalah:

a. Melaksanakan pendaftaran.

b. Melaksanakan penimbangaan bayi dan balita.


30

c. Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan.

d. Memberi penyuluhan

e. Memberi dan membantu pelayanan.

f. Merujuk.

2. Kegiatan yang dapat dilakukan kader diluar posyandu adalah


a. Bersifat yang menunjang pelayanan KB, KIA, Imunisasi, Gizi

dan penanggulan diare.


b. Mengajak ibu ibu untuk datang pada hari kegiatan

posyandu.
c. Kegiatan yang menunjang upaya kesehatan lainnya yang sesuai

dengan permasalahannya
3. Keuntungan dengan adanya Kader Desa
a. Meningkatkan kualitas kemampuan hingga menumbuhkan

pemimpin dan kepemimpinan baru dalam masyarakat.


b. Masyarakat dapat memanfaatkan kegiatan atau fasilitas yang

disediakan dengan lebih optimal


c. Keterlibatan masyarakat dalam program menjadi lebih besar

sehingga ikut berperan secara aktif dalam menyusun tujuan

tujuan yang ingin dicapai .


4. Keuntungan yang diperoleh lembaga yang mensponsori program

dengan adanya kader adalah :


a. Program dapat dikerjakan kader dan menekan biaya.
b. Daya jangkau program menjadi lebih luas dengan tambahan tenaga

kader.
c. Cara pelaksanaan kegiatan / program dapat disesuaikan dengan

kondisi masyarakat setempat (karena kader berasal dari masyarakat


31

setempat yang telah dipilih oleh masyarakat dan pamong

setempat).

2.6. Hubungan Tingkat Pengetahuan Kader dengan Perilaku Melakukan

Deteksi Dini Ibu hamil


Pengetahuan adalah hasil dari tahu setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu melalui panca indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah usia, jenis

kelamin, tingkat pengetahuan, intelegensia, sosial ekonomi, sosial budaya.

Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisasi baik dapat diamati

langsung atau tidak langsung.

Faktor yang mempengaruhi perilaku adalah pengetahuan,

kepercayaan,sikap, orang penting, sumber daya dan kebudayaan.

Pengetahuan di pengaruhi oleh usia, jenis kelamin,tingkat

pendidikan,intelegensia,sosial budaya. Pengetahuan mempengaruhi

perilaku seseorang. Faktor yang mempengaruhi perilaku adalah

pengetahuan, kepercayaan, sikap, orang penting, sumberdaya dan

kebudayaan. (Notoatmodjo, 2007).


32

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah abstraksi dari realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan

keterkaitan antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak

diteliti) (Nursalam, 2008).


Faktor yang
mempengaruhi perilaku
- Pengetahuan
- Kepercayaan
- Sikap
- Orang penting
- Sumber daya
- Kebudayaan

Faktor yang mempengaruhi Tingkat Perilaku melakukan


pengetahuan: pengetahuan tentang deteksi dini
- Usia deteksi dini:
- Jenis kelamin - Tahu
- Tingkat pengetahuan - Memahami
- Intelegensia - Aplikasi
- Melakukan
- Sosial ekonomi - Analisis
- Tidak melakukan
-Sosial budaya - Sintesis
-Evaluasi

Keterangan :
- Baik
= Yang diteliti - Cukup
- Kurang
= Tidak diteliti
33

Gambar 3.1. Kerangka konsep hubungan tingkat pengetahuan kader dengan


perilaku melakukan deteksi dini ibu hamil di Desa Wringin dan
Desa Banyuputih Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso
Tahun 2014.

Berdasarkan Gambar 3.1 menunjukkan Pengetahuan dipengaruhi oleh

usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, intelegensia, sosial ekonomi, sosial

budaya. Pengetahuan mempengaruhi perilaku seseorang, faktor yang

mempengaruhi perilaku adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap, orang

penting, sumber daya dan kebudayaan. Untuk mengukur perilaku melakukan

deteksi dini di kategorikan dengan penilaian melakukan dan tidak melakukan.

3.2. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

penelitian(Nursalam, 2008).Hipotesadalampenelitianiniadalah:

H1 : Ada Hubungan Tingkat Pengetahuan Kader dengan perilaku

Melakukan Deteksi Dini Resiko Tinggi Ibu hamil Tahun 2014.


34

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan suatu strategi untuk

mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai

pedoman atau panutan penelitian pada seluruh proses penelitian

(Nursalam, 2008).

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian iniadalah

analitikkorelasionalyaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana

dan mengapa fenomena terjadi (Notoatmojo, 2007).

Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasi tipe

cross sectional, dimana variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus

yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara

simultan ( dalam waktu yang bersamaan ) .Pengumpulan data untuk jenis

penelitian ini baik untuk variabel resiko atau sebab( Notoatmojo,

2012).Pada penelitianinipeneliti inginmengetahui hubungan tingkat

pengetahuan kader dengan perilaku melakukan deteksi dini resiko tinggi


35

ibu hamil di Desa Wringin dan Desa Banyuputih Kec Wringin Kabupaten

Bondowoso.
36

4.2 Kerangka Kerja

Hubungan tingkat pengetahuan kader dengan perilaku melakukan deteksi dini resiko
tinggi ibu hamil di Desa Wringin dan Desa Banyuputih Kecamatan Wringin Bondowoso

Populasi

Semua Kader di Desa Wringin dan Desa Banyuputih berjumlah 35 orang

Teknik Sampling
Total sampling

Sampel
Semua Kader di Desa Wringin dan Desa Banyuputih berjumlah
35orang

Tehnik pengumpulan data : Kuesioner

Pengolahan Data :
editing,coding,scoring,tabulating

Analisa Data spearman rank

Penyajian Data

Hasil dan kesimpulan

Gamrbar 4.1 Kerangka kerja Hubungan Tingkat Pengetahuan Kader dengan

Perilaku Melakukan Deteksi Dini Resiko tinggi Ibu Hamil.


37

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut

masalah yang diteliti (Notoadmojo, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh variabel yang

menyangkut masalah yang diteliti yaitu seluruh kader yang ada di Desa

Wringin dan Banyuputih sebanyak 35 orang.

4.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari kesuluruhan objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmojo,

2010). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh kader yang ada di Desa

Wringin dan Banyuputih Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso

Tahun 2014.
4.3.3 Teknik Sampling

Dalam penelitian ini menggunakan tehnik Total Sampling yaitu

tehnik dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel. Cara

ini dilakukan bila populasinya kecil, maka anggota populasi tersebut

diambil seluruhnya untuk dijadikan sampel penelitian (Hidayat, 2007).

4.4. Lokasi Dan Waktu Penelitian

4.4.1. Lokasi
38

Penelitian ini dilakukan di Desa wringin dan Desa Banyuputih

Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso.

4.4.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 17 20 April 2014

4.5. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri,sifat atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu konsep

pengertian ( Notoatmojo, 2010).

4.5.1. Variabel independen ( Bebas)

Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab perubahan

atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini juga dikenal

dengan nama variabel bebas artinya bebas artinya bebas dalam

mempengaruhi variabel lain (Hidayat,2007).

Dalam penelitian ini variabel Independen adalah Tingkat

Pengetahuan Kader.

4.5.2. Variabel Dependen ( Tergantung)

Variabel dependen adalah adalah variabel yang di pengaruhi atau

menjadi akibat karena variabel bebas .Variabel ini tergantung dari variabel

bebas terhadap perubahan, variabel ini disebut evek, hasil outcom atau

event (Hidayat,2007).
39

Dalam penelitian ini variabel dependen adalah Perilaku melakukan

Deteksi Dini.

4.6 Instrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang

berisikan berupa pertanyaan Tingkat pengetahuan kader tentang deteksi dini

ibu hamilsedangkanintrumenpenelitianuntuk variable dependen

(perilakumelakukandeteksidini) denganmenggunakanlembarobservasi.

Salahsatu masalah dalam penelitian adalah bagaimana data yang diperoleh

adalah akurat dan objektif. Hal ini sangat penting dalam penelitian karena

kesimpulan penelitian hanya akan dapat dipercaya. Data yang kita kumpulkan

tidak akan berguna bila mana alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan

data penelitian tidak mempunyai validitas dan reabilitas yang tinggi.

4.6.1 Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti

sejauhmana ketepatan suatu alat ukut dalam mengukur suatu data. Suatu

variabel (pertanyaan) valid bila skor variabel tersebut berkorelasi secara

signifikan dengan skor totalnya. Validitas dapat dihitung menggunakan

rumus :

4.6.2 Reabilitas
40

Pertanyaan dikatakan reliael jika jawaban seseorang terhadap

pertanyaan seseorang adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.


Pengukuran reabilitas pada dasarnya dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a. Repeated measure (ukur ulang). Pertanyaan pada responden berulang

pada waktu yang berbeda kemudian dilihat apakah ia konsisten dengan

jawabannya.
b. One shot (diukur sekali saja). Pengukuran hanya sekali dan kemudian

hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain.


Jika pertanyaan tidak valid maka pertanyaan tersebut dibuang.

Pertanyaan yang sudah valid kemudian secara bersama-sama diukur

reabilitasnya (Hastono,2007).
Realibitas dapat di hitung menggunakan rumus :

4.6.3. Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional bermanfaat untuk mengarahkan kepada

pengukuran atau pengamatan terhadap variabel variabel yang

bersangkutan sertapengembangan instrument atau alat ukur

(Notoatmodjo, 2007).
41

Tabel 4.1 DefinisiOperasionalpenelitianHubungan Tingkat Pengetahuan Kader

dengan Perilaku Melakukan Deteksi Dini Resiko Tinggi Ibu Hamil

VARIABEL DEFINISI INDIKATOR ALAT SKALA SKOR

PENELITIAN OPERASIONAL UKUR


Variabel Hasil dari tahu -Tujuan Kuisione Ordinal Skor :

independen dan memahami skrening r Benar : 1


-Manfaat
tingkat tentang Salah : 0
deteksi dini
pengetahuan Deteksi dini -Cara

kader menentukan Kategori:

kelompok Baik 76-

resiko 100%
-penanganan
Cukup56-
kelompok
75%
resiko tinggi
Kurang

<55%

Variabel Laporan kader Jumlah Lembar Ordinal Melakukan=

dependent tentang deteksi laporan kader observasi 1

perilaku dini resiko tinggi Tidak

melakukan ibu hamil melakukan=

deteksi dini 0
42

4.7. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

4.7.1. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek

dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2003).

Pengumpulan data variabel tingkat pengetahuan kader tentang

deteksi dini resiko tinggi ibu hamildanperilakukader, dengan cara :

a. Surat ijinpenelitiandariStikesHafshawatyZainulHasanGenggong
b. Surat ijinpenelitian di lahanpenelitian
c. MelakukanInform concent kepada responden
d. Peneliti membagikan koisioner dan menjelaskan cara pengisian.
e. Setelah semua pertanyan diisi, koesioner diminta kembali dan

dikumpulkan oleh peneliti untuk dilakukan pengolahan.


f. Selanjutnya,

penelitimelakukanobservasiterhadaphasillaporankadertentangdeteksidini
4.7.2. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data sebagai

berikut :
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dulakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Hal ini dilakukan untuk

menghindari kesalahan data sehingga semua dapat dilakukan proses

berikutnya yaitu pengkodean (coding)

2. Skoring
43

Pensekoran yag akan dilakukan pada penelitian ini nantinya adalah

sebagai berikut:
a. Tingkat pengetahuan tentang deteksi dini ibu hamil
1) Benar :1
2) Salah :0
b. Perilaku melakukan deteksi dini ibu hamil
1) Melakukan :1
2) Tidak Melakukan
3. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode terhadap data yang

terdiri atas beberapa kategori.Pemberian kode ini sangat penting bila

pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam

pemberian kode dibuat juga daftar dan artinya dalam satu buku (code

book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode

dari suatu variabel


a. Untuk variabel tingkat pengetahuan deteksi di ibu hamil, yaitu:
1) Tingkat pengetahuan baik : kode 3
2) Tingkat pengetahuan cukup : kode 2
3) Tingkat pengetahuan kurang : kode 1
b. Untuk perilaku melakukan deteksi dini ibu hamil, yaitu:
1) Melakukan :1
2) Tidak melakukan :0

4. Tabulating
Tabulating adalah proses penyusunan data ke dalam bentuk tabel.

Tabulasidilakukanberdasarkan:
a. Tingkat pengetahuan tentang deteksi dini ibu hamil
1) Baik : jika tingkat pengetahuan mencapai 76% - 100%
2) Cukup : jika tingkat pengetahuan mencapai 56% - 75%
3) Kurang : jika tingkat pengetahuan mencapai 56%
b. Perilaku melakukan deteksi dini ibu hamil
1) Melakukan :1
2) Tidak Melakukan : 0
44

5. Processing
Suatu sistem pengolahan data dimana komputer memegang peran

utama memproses data yanng sudah diterima


6. Cleaning
Cleaning adalah kegiatan pengecekan kembali data yang sudah

dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak.

4.8. Analisa Data


4.8.1. AnalisisUnivariat
Analisis univariat dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian.

Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan

persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). yaitu variabel umur.

Variabel ekstrakulikuler, variabel pengetahuan, variabel sikap.


a. Variabel Bebas (Tingkat pengetahuan kader tentang deteksi dini

resiko tinggi ibu hamil di Desa Wringin dan Desa Banyuputih

Kecamatan Wringin Tahun 2014)


Sebelum menganalisa data, dilakukan persiapan yang meiputi

mengecek kelengkapan data, lalu memberi nilai pada jawaban yang

dilakukan oleh responden pada kuisioner yang kemudian

ditabulasikan. Sebelum dianalisa, dilakukan pengolahan data dengan

distribusi menggunakan persentase tingkat pengetahuan

menggunakan rumus :

Keterangan :
P = prosentase tingkat pengetahuan per responden
F = jumlah kriteria baik, cukup, kurang
N = jumlah responden
Bobot penilaian bila jawaban benar diberi nilai satu (1), jika

jawaban salah diberi nilai nol (0) (Nursalam, 2008).


b. Variabel terikat ( Perilaku melakukan deteksi dini resiko tinggi

ibu hamil di Desa wringin dan Desa Banyuputih Kecamatan


45

Wringin Kabupaten Bondowoso Tahun 2014 ) di lakukan

penilaian dengan mengunakan skort,bila melakukan di beri skort

1 dan tidak melakukan diberi skor 0 .


4.8.2. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat adalah analisa data yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau korelasi ( Notoatmodjo, 2010).

Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel yaitu Hubungan

Tingkat Pengetahuan Kader dengan Perilaku Melakukan Deteksi Dini

Resiko Tinggi Ibu Hamil dilakukan uji korelasi Spearman Rank.


1. Uji Korelasi Spearman Rank :
Uji ini digunakan untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan

antara dua variabel yang berskala ordinal caranya sebagai berikut:


a. Membuat hipotesis
b. Membuat tabel penolong untuk menghitung rangking
c. Menentukan rs hitung dengan rumus :
d. Menentukan nilai rs tabel Sperman
e. Membuat kesimpulan : Menggunakan angka probabilitas

dengan cara hitung komputrt dengan aplikasi SPSS, dengan

ketentuan :
1) Probabilitas > 0,05 maka Ho diterima artinya tidak

ada Hubungan Tingkat Pegetahuan Kader Tentang

Deteksi Dini Ibu Hamil.


2) Probabilitas 0,05 maka Ho ditolak artinya ada

Hubungan Tingkat Pegetahuan Kader Tentang Deteksi

Dini Resiko Tinggi Ibu Hamil.

4.9 Etika Penelitian


Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin

kepada kepala Puskesmas Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso.

Sebelum pelaksanaan responden diberi penjelasan mengenai manfaat dan


46

tujuan penelitian, kemudian menyebarkan pertanyaan dengan kuisioner pada

responden dengan menekankan masalah etik yaitu :


4.9.1. Informed Consent
Setelah diberikan lembar permintaan menjadi responden,

responden harus mencantumkan tanda tangan persetujuan menjadi

responden dengan terlebih dahulu diberikan waktu untuk membaca isi

lembaran tersebut. Jika subjek menolak, maka peneliti tidak memaksa dan

tetap menghormati hak-hak responden (Nursalam, 2008).


4.9.2. Anonymity
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (lembar

observasi) tetapi lembar diisi dengan inisial (Nursalam, 2008).


4.9.3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden

dijamin oleh peneliti. Data tersebut hanya akan disajikan atau dilaporkan

kepada yang berhubungan dengan peneliti ini (Nursalam, 2008).


47

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Bab ini menjelaskan Hubungan Tingkat Pengetahuan Kader dengan

Perilaku Melakukan Deteksi Dini Resiko Tinggi Ibu Hamil di Desa Wringin dan

Desa Banyuputih Bondowoso Tahun 2014. Data yang diambil menggunakan total

sampling dengan sampel 35 orang. Data yang diperoleh dikelompokkan menjadi

dua, yaitu tingkat pengetahuan kader tentang detteksi di resiko tinggi ibu hamil

dan perilaku melakukan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil. Hasil data dianalisa

dan disajikan dalam bentuk diagram pie.

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Data Umum

Jumlah Penduduk Desa Wringin 7989 jiwa, jumlah tenaga

kesehatan 2 orang, jumlah kader posyandu 20 orang, jumlah posyandu 4


48

pos. Jumlah Penduduk Desa Banyuputih 3064 jiwa, jumlah tenaga

kesehatan 2 orang, jumlah kader posyandu 15 orang, jumlah posyandu 3.

5.1.2. Data Karakteristik

1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Kader

Gambar 5.2 Frekuensi responden berdasarkan usia kader di Desa Wringin


dan Desa Banyuputih Kecamatan Wringin Kabupaten
Bondowoso Tahun 2014.

Berdasarkan Gambar 5.2 menunjukkan bahwa usia responden terbanyak

adalah usia 20 35 sebesar 20 responden (57,1 %).

2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Kader

Gambar 5.1 Frekuensi Responden berdasarkan pendidikan di Desa Wringin


dan Desa Banyuputih Kecamatan Wringin Kabupaten
Bondowoso Tahun 2014
49

Berdasarkan Gambar 5.1 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

responden sebagian besar adalah tingkat pendidikan SD sebesar 19

responden (54,3%).

3. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Kader

Gambar 5.3 Frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di Desa Wringin


dan Desa Banyuputih Kecamatan Wringin Kabupaten
Bondowoso Tahun 2014

Berdasarkan Gambar 5.3 menunjukan bahwa sebagian besar responden

adalah Ibu Rumah Tangga, sebesar 24 responden (68,6 %).


50

5.1.3 Data Khusus

1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan Kader

Tentang Deteksi Dini Resiko Tinggi Ibu Hamil

Gambar 5.4 Frekuensi responden pengetahuan kader tentang deteksi dini


Resiko Ibu Hamil di desa Wringin dan desa Banyu Putih
Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso tahun 2014.

Gambar 5.4 menunjukan bahwa pengetahuan kader terbanyakk dengan

kategori kurang baik, sebesar 16 responden (45,7 %).


51

2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Perilaku Melakukan

Deteksi Dini Resiko Tinggi Ibu Hamil

Gambar 5.5 Distribusi karakteristik responden berdasarkan perilaku


melakukan deteksi dini resiko tinggi ibu hamildi desa
Wringin dan desa Banyu Putih Kecamatan Wringin
Kabupaten Bondowoso tahun 2014.

Gambar diatas menunjukan bahwa perilaku terbanyak adalah tidak

melakukan, sebesar 21 responden (60%).


52

3. Hubungan tingkat pengetahuan kader dan perilaku melakukandeteksi dini


resiko tinggi ibu hamildi desa Wringin dan desa Banyuputih Kecamatan
Wringin Kabupaten Bondowoso tahun 2014
Tabel 5.1 Distribusi Hubungan Tingkat Pengetahuan Kader Dengan
Perilaku Melakukan Deteksi Dini Resiko Tinggi Ibu Hamil di
desa Wringin dan desa Banyuputih Kecamatan Wringin
Kabupaten Bondowoso tahun 2014

Pengetahuan tentang Perilaku kader tentang


deteksi dini resiko tinggi deteksi dini resiko tinggi Total
ibu hamil ibu hamil
Melakukan Tdk
Melakukan
f % f % f %

22,9 0 8 22,9
Baik 8 0
22,9 8,5 11 31,4
Cukup 8 3
0 45,7 16 45,7
Kurang 0 16
45,8 54,2 35 100
TOTAL 16 19

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa penggetahuan responden yang

baik dengan perilaku yang baik sebanyak 8 responden (22,9 %).

5.2 Analisa Data


53

Analisa data pada penelitian ini menggunakan uji statistik spearman rank

dengan nilai = 0,05. Dari hasil perhitungan menggunakan SPSS didapatkan

nilai P value Hubungan Tingkat Pengetahuan Kader Dengan Perilaku

Melakukan Deteksi Dini Resiko Tinggi Ibu Hamil adalah 0,000 dengan

demikian pada penelitian ini H0ditolak karena P 0,05, sehingga terdapat

Hubungan Tingkat Pengetahuan Kader Dengan Perilaku Melakukan Deteksi

Dini Resiko Tinggi Ibu Hamil. Sedangkan nilai korelasi spearman sebesar

0,856 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi

sangat kuat dimana semakin tinggi tingkat pengetahuan kader maka semakin

besar pula perilaku dalam melakukan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil.

Anda mungkin juga menyukai