Anda di halaman 1dari 13

1.

Penyakit Jantung Koroner


Penyakit jantung koroner adalah suatu keadaan akibat terjadinya
penyempitan, penyumbatan/kelainan pembuluh nadi koroner .
penyempitan/penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke
otot jantung, yang sering ditandai dengan rasa nyeri.
Penyakit jantung koroner masih merupakan penyebab kematian
pertama di Dunia. Sebanyak 1.500.000 orang penderita infrak
dilaporkan di Amerika dan meninggal sebanyak 500.000 orang setiap
tahunnya. Di Indonesia penyakit jantung merupakan penyakit
pembunuh pertama.
Banyak gangguan jantung yang diselesaikan dengan tindakan
oprasi, seperti PJK, Jantung bawaan, kelainan katub. Tindakan oprasi
dilakukan dalam dua jenis : oprasi terbuka dan oprasi tertutup. Salah
satu jenis oprasi yang dilakukan untuk mengatasi masalah
obstruksi/stenosis koroner adalah : CABG (Coronary Artery Baypass
Graft).
CABG (Coronary Artery Baypass Graft) adalah kosntruksi jalur/
(conduist) baru antara aorta (arteri mayor) lainnya menurut (Inwood,
2002). Jadi CABG (Coronary Artery Baypass Graft) adalah membuat
jalan pintas untuk mengatasi akibat dari obstruksi/stenosis arteri pada
otot jantung agar area jantung yang mengalami infrak akibat
kekurangan oksigen dapat diatasi. Jalan pintas biasanya menggunakan
vena sapena dan arteri mamaria interna.
2. Patologi Penyakit Jantung Koroner
Aterosklerosis pembuluh koroner merupakan penyebab penyakit arteri
koronaria paling sering ditemukan. Aterosklerosis menyebabkan
penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria, sehingga
secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen
menyempit maka resistensi terhadap aliran darah akan meningkat dan
membahayakan alian darah miokardium. Bila penyakit ini semakin lanjut,
maka penyempitan lumen akan diikuti perubahan pembuluh darah yang
mengurangi kemampuan pembuluh untuk melebar. Dengan demikian

1
2

keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan oksigen menjadi tidak


stabil sehingga membahayana miokardium yang terletak di sebelah distal
dari daerah lesi.
Lesi diklasifikasikan sebagai endapan lemak, plak fibrosa, dan lesi
komplikata, sebagai berikut :

a. Endapan lemak, yang terbentuk sebagai tanda awal aterosklerosis,


dicirikan dengan penimbunan makrofag dan sel-sel otot polos terisi
lemak (terutama kolesterol oleat) pada daerah fokal tunika intima
(lapisan terdalam arteri). Endapan lemak mendatar dan bersifat non-
obstruktif dan mungkin terlihat oleh mata telanjang sebagai bercak
kekuningan pada permukaan endotel pembuluh darah. Endapan lemak
biasanya dijumpai dalam aorta pada usia 10 tahun dan dalam arteri
koronaria pada usia 15 tahun. Sebagian endapan lemak berkurang,
tetapi yang lain berkembang menjadi plak fibrosa.

b. Plak fibrosa (atau plak ateromatosa) merupakan daerah penebalan


tunika intima yang meninggi dan dapat diraba yang mencerminkan lesi
paling khas aterosklerosis lanjut dan biasanya tidak timbul hingga usia
decade ketiga. Biasanya, plak fibrosa berbentuk kubah dengan
permukaan opak dan mengilat yang menyembul k eke arah lumen
sehingga menyebabkan obstrukksi. Plak fibrosa terdiri atas inti pusat
lipid dan ddebris sel nekrotik yang ditutupi oleh jaringan fibromuskular
mengandung banyak sel-sel otot polos dan kolagen. Plak fibrosa
biasanya terjadi di tempat percabangan, lekukan atau penyempitan
arteri. Sejalan dengan semakin matangnya lesi, terjadinya pembatasan
aliran darah koroner dari ekspansi abluminal, remodeling vascular, dan
stenosis luminal. Setelah itu terjadi perbaikan plak dan disrupsi
berulang yang menyebabkan rentan timbulnya fenomena yang disebut
rupture plak dan akhirnya trombosis vena.
3

c. Lesi lanjut atau komplikata terjadi bila suatu plak fibrosa rentan
mengalami gangguan akibat kalsifikasi, nekrosis sel,
perdarahan,trombosis, atau ulserasi dan dapat menyebabkan infark
miokardium.
Faktor Intrinsik Faktor Ekstrinsik
Penumpukkan lemak pada dinding pembuluh darah
Merokok
Diabetes Melitus Kurang Olahraga

3. Skema Berfikir Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Limitation Anatomy Functional Limitation


Penurunan curah jantung Penurunan aktifitas sehari-hari
Penurunan inspirasi dan ekspirasi Pola nafas tidak teratur
Spasme Otot Iliocostalis
Penyempitan pembuluh darah koroner

hing Exercise Exercise Aktif Post Op CABG


n Tujuan
ngkatkan ventilasi Mengembalikan kemampuan fisik pasien
egah atelektasis Untuk mencegah terjadinya kekakuan pada otot akibat tirah bari
ngkatkan kekuatan, daya tahan dan koordinasi otot-otot respirasi Merangsang sirkulasi darah
pertahankan atau meningkatkan mobilitas chest dan thoracal spine Mencegah kelainan bentuk dan kontraktur
si ppla-pola nafas yang tidak efisien dan abnormal Memperthankan fungsi jantung
ngkatkan relaksasi Meningkatkan fleksibilitas kekuatan otot
ajarkan pasien bagaimana melakukan tindakan bila terjadi gangguan nafas
4

4. Latihan Post OP CAB

N Bentuk latihan Cara latihan Volum Frekue Durasi Rest


o e nsi Interv
al
1 Latihan gerak aktif Berdiri dengan siku 10 x 1x 4 1:1
siku menekuk dan repeti /hari Minggu
dikatupkan pada si
dada. 1 set
Kemudian luruskan
siku kearah depan.
Tekuk kembali siku.

2 Latihan aktif elevasi Berdiri dengan siku 10 x 1x 4 1:1


lengan I menekuk di dada. repeti /hari Minggu
Kemudian luruskan si
siku dan lengan ke 1 set
arah atas.
Dan tekuk kembali
kearah semula.
3 Latihan aktif Berdiri dengan siku 10 x 1x 4 1:1
ekstensi lengan menekuk pada repeti /hari Minggu
dada. si
Kemudian luruskan 1 set
sikun dan lengan ke
arah bawah.
Dan ketupkan kembali
lengan pada dada.
4 Latihan aktif elevasi Berdiri dengan posisi 10 x 1x 4 1:1
lengan II kaki membuka repeti /hari Minggu
selebar bahu dan si
lengan disamping 1 set
badan.
5

Dengan tetap
meluruskan siku
angkat lengan
keatas kepala.
Dan turunkan kembali
lengan kesamping
badan.
5 Latihan lengan Berdiri dengan tegak, 10 x 1x 4 1:1
gerak melingkar posisi kaki repeti /hari Minggu
membuka selebar si
bahu. 1 set
Luruskan lengan
disamping tubuh
setinggi bahu.
Lakukan gerakan
memutar
kebelakang.
Setelah gerakan
memutar ke
belakang, lalu
lanjutkan gerakan
sebaliknya dengan
melingkar
memutarkan bahu
kearah depan.
6 Latihan jalan Berdiri dengan kaki 10 x 1x 4 1:1
ditempat membuka selebar repeti /hari Minggu
( Hal ini dapat bahu dengan si
dilakukan setelah lengan ditekuk 1 set
hari ke 5 ) kearah depan.
Angkat satu kaki
dengan menekuk
lutut seperti saat
berbaris.
Ayunkan lengan untuk
membantu menjaga
keseimbangan.
7 Latihan gerak aktif Berdiri dengan kaki 10 x 1x 4 1:1
memutar pinggang. membuka selebar repeti /hari Minggu
bahu, tekuk lengan si
dan tempatkan 1 set
tangan pada
pinggang.
Putar tubuh kebagian
6

kanan dan kembali.


Putar tubuh kebagian
kiri dan kembali.
8 Latihan gerak aktif Berdiri dengan kaki 10 x 1x 4 1:1
menekuk pinggang membuka selebar repeti /hari Minggu
bahu, tekuk lengan si
dan tempatkan 1 set
tangan pada
pinggang.
Tekuk pinggang
kearah depan dan
kembali.

9 Latihan gerak aktif Berdiri dengan kaki 10 x 1x 4 1:1


menyentuh lutut membuka selebar repeti /hari Minggu
bahu, dan luruskan si
lengan kearah atas. 1 set
Lalu bungkukan
pinggang hingga
tangan menyentuh
lutut.
1 Latihan gerak aktif Berdiri dengan kaki 10 x 1x 4 1:1
0 menekuk lutut membuka selebar repeti /hari Minggu
( dimulai pada bahu, tangan si
minggu 3 ) menyentuh 1 set
pinggang.
Tekuk punggung ke
depan dengan
posisi lutut juga
menekuk.
Dan selanjutnya
kembali luruskan
pinggang.

1. Latihan I (Latihan Siku)


7

Gambar 1. Latihan Siku

2. Latihan Elevasi Lengan

Gambar 2. Latihan lengan

3. Latihan Ekstensi lengan


.
8

Gambar 3. Latihan Ektensi Lengan

4. Latihan Elevasi Lengan II

Gambar 4. Latihan Elevasi Lengan II

5. Latihan Lengan Gerak Melingkar


9

Gambar 5. Latihan Lengan Gerak Melingkar

6. Latihan Jalan Di Tempat (Mulai hari ke-5)

Gambar 6. Latihan jalan di tempat

7. Latihan Menekuk Pinggang


10

Gambar 7. Latihan Menekuk Pinggang

8. Latihan Memutar Pinggang

Gambar 8. Latihan Memutar Pinggang

8. Latihan Menyentuh Lutut (Mulai hari ke 7)


11

Gambar 8. Latihan Menyentuh Lutut

9. Latihan Menekuk Lutut (Mulai Minggu ke-3)

Gambar 10. Latihan Menekuk Lutut

5. Fase Pemeliharaan
12

Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk melanjutkan ke fase


pemeliharaan adalah kapasitas fungsional pasien, status klinis serta
tingkat pengetahuan pasien tentang gangguan jantung yang dialaminya.
Kapasitas fungsional minimal yang dimiliki oleh pasien adalah sekitar 5
METs yang memungkinkan seseorang dapat menjalankan aktivitas sehari-
hari tanpa kesulitan yang berarti. Secara klinis, pasien harus sudah
memiliki respon hemodinamik dan kardiovaskular yang stabil. Pasien juga
diharapakn sudah memiliki pengetahuan dasar tentang gejala-gejala yang
dialami, pilihan terapi yang dapat dilakukan, karakteristik perjalanan
alamiah penyakit serta rentang aktivitas yang aman untuk dilakukan
(Oldridge, 1988:45).
Program latihan pada fase pemeliharaan pada dasarnya sama
dengan individu normal dengan penekanan pada latihanb jenis aerobik.
Pada pasien dengan kapasitas fungsional diatas METS, pemrograman
latihan dengan menggunakan frekuensi denyut jantung dan RPE (rating of
perceived exertion) dapat dilakukan. Frekuensi latihan sebaiknay berkisar
3 sampai 4 kali dalam seminggu. Durasi latihan dapat dimuai dari 10
menit an kemudian dapat ditingkatkan secara bertahap sampai dengan
mencapai 60 menit. Pada saat terjadi peningkatan kapasitas fungsional
dan status klinis (Jolliffe et al., 2001:87).
Beberapa metode latihan yang dapat dijalankan pada penderita
gangguan jantung adalah latihan interval, sirkuit, sirkuit-interval dan
kontinyu:
Latihan interval didefinisikan sebagai latihan yang kemudian diikuti oleh
periode istirahat. Beberapa manfaat dari jenis latihan ini adalah (1) dapat
dilakukannya latihan fisik dengan intensitas tinggi pada fase aktif dan (2)
secara keseluruhan intensitas latihan rata-rata meningkat.
Latihan sirkuit merupakan latihan dengan melakukan beberapa jenis
aktivitas fisik tanpa istirahat. Latihan sirkuit biasanya meliputi latihan
beban dengan sasaran otot tangan dan kaki. Manfaat dari latihan jenis ini
adalah dapat melatih otot tangan dan kaki.
13

Latihan sirkuit interval merupakan latihan tipe sirkuit dimana seseorang


menjalankan beberapa aktivitas akan tetapai diselingi oleh istirahat pada
saat dilakukan peralihan aktivitas.
Manfaat dari latihan jenis ini meliputi manfaat yang didapat dari altihan
sirkit dan interval.
Latihan kontinyu menekankan penggunaan energi submaksimal yang di
jaga terus sampai
dengan latihan berakhir. Manfaat dari latihan jenis ini adalah bahwa
latihan ini lebih mudah
untuk dijalankan.

6. KESIMPULAN
Rehabilitasi pada penderita gangguan jantung merupakan kegiatan
multi tahap yang melibatkan kegiatan fisik, diet dan perubahan perilaku
yang pada intinya menurunkan resiko gangguan jantung, ulangan. Pada
dasarnya, program fisioterapi pada penderita gangguan jantung bertujuan
untuk mengoptimalkan kapasitas fisik tubuh, memberi penyuluhan pada
pasien dan keluarga dalam mencegah perburukan dan membantu pasien
untuk kembali dapat beraktivitas fisik seperti sebelum mengalami
gangguan jantung. Secara tradisional, aktivitas fisik yang dilaksanakan
meliputi tahap inpatient, outpatient dan pemeliharaan yang dilaksanakan
dengan batas waktu tertentu. Dewasa ini peralihan tahap latihan fisik,
dilaksanakan berdasarkan respon individual terhadap latihan dan tingkat
resiko. Latihan pada tahap inpatient dapat dilakukan sejak 48 jam
pertama. Kegiatan out patient dapat dilakukan secara termonitor maupun
secara mandiri di rumah. Latihan pada fase pemeliharaan identik dengan
latihan pada individu normal dengan catatan dilakukan secara aerobik
dengan pemeriksaan fisik berkala.

Anda mungkin juga menyukai