oleh
Kelompok 11 Kelas A
Putri Puput N. NIM 162310101014
Galuh Safitri F. A. NIM 162310101017
Mitasari NIM 162310101022
Ananda Syafira R. F. NIM 162310101024
disusun guna nenenuhi tugas mata kuliah psikososial dan budaya dalam keperawatan
oleh
Kelompok 11 Kelas A
Putri Puput N. NIM 162310101014
Galuh Safitri F. A. NIM 162310101017
Mitasari NIM 162310101022
Ananda Syafira R. F. NIM 162310101024
2
Puji syukur ke hadirat Allah Swt, atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Stres,
Adaptasi, dan Mekanisme Koping. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan di Program Studi Ilmu
Keperwatan Universitas Jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
Penyusun juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penuis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Penyusun
DAFTAR ISI
3
HALAMAN JUDUL i
PRAKATA ii
BAB 1. PENDAHULUAN 1
2.3.1 Pengertian 21
2.3.2 Pengelolaan Mekanisme Koping 21
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Mekanisme Koping 22
4
2.3.4 Jenis Mekaniasme Koping 22
2.3.5 Macam-Macam Mekanisme Koping 22
BAB 3. PENUTUP 25
3.1 Kesimpulan 25
DAFTAR PUSTAKA 26
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat
diambil adalah:
a. Apa pengertian dari stres?
b. Apa saja proses penilaian kognitiif serta faktor yang
mempengaruhinya?
c. Apa yang dimaksud dengan adaptasi/ koping?
d. Bagaimana mekanisme koping dan apa saja jenisnya?
e. Apa aplikasi dalam keperawatan yang dapat diambil?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
a. Bagi mahasiswa
1) Mahasiswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam
mengenai konsep stres dan koping
2) Mahasiswa mampu menerapkan teori-teori tersebut pada dirinya
sendiri maupun orang lain
b. Bagi masyarakat
1) Menambah informasi mengenai konsep stres dan koping
1.5
7
BAB II
TELAAH LITERATUR
8
2.1.2 Adaptasi Fisiologis
9
Impuls yang mejalar ked an dari medulla oblongata dapat meningkatkan dan
menurunkan fungsi vital ini.
Formasi Retikular adalah kelompok kecil neuron dalam batang otak dan
medulla spinalis. Kelompok ini juga mengontrol fungsi vital dan secara kontinu
mamantau status fisiologis tubuh melalui sambungan dengan traktus sensoris dan
motoris.
Asal dan efek stress dapat diperiksa dalam istilah kedokteran dan model
teoretis perilaku. Model stress digunakan untuk mengidentifikasi stressor bagi
individu tertentu dan memprediksi respon individu tersebut terhadap stressor.
Setiap model menekanan aspek stress yang berbeda.
10
Perawat menggunakan model stress untuk membantu klien mengtasi
respon yang tidak sehat, non-produktif. Dengan modifikasi, model ini dapat
membantu perawat berespon dalam merawat dengan cara yang menunjukkan
individualisasi bagi klien,
b. Model adaptasi
11
mengidentifikasikan stress sebagai stimulus telah menghasilkan
perkembangan dalam skala penyesuaian social, yang mengatur efek peristiwa
besar dalam kehidupan terhadap penyakit (Holmes & Rahe, 1976). Model
berdasarkan stimulus menfokuskan pada siatuais berikut (McNett,1989) :
a. Intensitas
b. Cakupan
c. Durasi
d. Jumlah dan sifat dari stressor
12
faktor-faktor yang mempengaruhi proses tersebut, siswa perlu memahami suatu
proses yang dikenal dengan penilaian kognitif.
Menurut Lazarus & Folkman (1984: 31) penilaian kognitif (cognitive
appraisal) yaitu merupakan proses evaluatif yang menentukan mengapa dan
sampai sejauh mana transaksi yang spesifik atau serangkaian transaksi antara
individu dengan lingkungan yang menimbulkan stres. Selain itu kognitif dapat
diartikan sebagai suatu proses pengkategorian terhadap stimulus atau situasi yang
dihadapi, dengan perhitungan makna serta pengaruhnya terhadap kesejahteraan
seseorang.
Penilaian kognitif dikemukakan oleh Lazarus dan Folkman (1984: 31)
terdiri dari penilaian primer (primary appraisal) dan penilaian sekunder
(secondary appraisal). Kedua jenis penilaian ini tidak dapat dipandang sebagai
proses yang terpisah karena keduanya saling bergantung dan saling
mempengaruhi satu sama lain. Penilaian primer dan sekunder berinteraksi satu
sama lain membentuk derajat stres serta kualitas atau kekuatan reaksi emosional
sehingga akan membuat situasi semakin kompleks.
a. Penilaian Primer (Primary Appraisal)
Proses ini merupakan suatu proses mental yang berkaitan dengan evaluasi
terhadap suatu situasi. Proses ini terjadi untuk menentukan apakah suatu
stimulus atau situasi yang dihadapi oleh siswa berada dalam derajat
penghayatan tertentu.
b. Penilaian Sekunder (Secondary Appraisal)
Penilaian sekunder adalah keputusan tentang apa yang mungkin dapat
dilakukan meliputi evaluasi tentang pilihan strategi pengelolaan yang sesuai
dan evaluative tentang konsekuensi yang akan muncul dalam konteks tuntutan
dan hambatan baik yang berasal dari internal maupun eksternal.
c. Penilaian Kembali (Reappraisal)
Penilaian kembali menunjukkan pada perubahan penilaian yang terjadi karena
didasari oleh masuknya informasi baru, baik informasi yang berasal dari
lingkungan maupun informasi yang berasal dari reaksi siswa. Proses penilaian
kembali merubah bentuk penilaian yang didasarkan pada informasi baru dari
lingkungan atau diperoleh siswa berdasarkan pengalamannya. Beberapa hal
yang mendasari pentingnya konsep penilaian kognitif menurut Lazarus dan
Folkman (1984: 55) sebagai berikut:
13
1. Faktor Personal
Ada dua karakteristik individu yang berpengaruh atau menentukan suatu
penilaian kognitif yaitu komitmen (commitment) dan keyakinan (belief).
2. Faktor Situasional Faktor situasional
Faktor situasional yang mempengaruhi penilaian kognitif terbagi menjadi
dua faktor yaitu faktor situasional yang potensial dan temporal (Lazarus &
Folkman, 1984: 83).
Dalam teori appraisal ini telah dibuat perbedaan antara penilaian primer
(primary appraisal) dan penilaian sekunder (secondary appraisal). Penilaian
primer dan penilaian sekunder tidak dapat dipandang sebagai proses yang
terpisah, mereka berinteraksi satu sama lain dan membentuk derajat stress serta
kekuatan dan kualitas reaksi emosional saling mempengaruhi antara kedua proses
ini sehingga saling menjadi sangat kompleks. Penilaian kognitif merupakan proses
berlangsungnya terus-menerus sepanjang hidup, maka turut berperan pada faktor
penilaian kembali (reappraisal)
14
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses penilaian seorang individu
terdiri dari person factor (commitment, beliefs) dan situation factor (novelty,
predictability, temporal factors). Commitment menggambarkan apa yang dianggap
penting dan bermakna oleh seseorang. Commitment dapat pula berarti pilihan
yang dibuat seseorang atau dipersiapkan untuk menjaga nilai ideal mereka atau
untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Beliefs menetapkan apa yang
menjadi fakta, bagaimana suatu kejadian di lingkungan, dan mereka membentuk
keyakinan dari kejadian tersebut.
15
manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keteraturan untuk
tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaan (Suparlan, 1993:2)
16
abnormal seperti penurunan suhu tubuh dan membuat suatu respons adaptif
seperti mengigil untuk membangkitkan panas tubuh.
Ketiga dari mekanisme utama yang digunakan dalam menghadapi stressor
dikontrol oleh medula oblongata, formasi retikuler dan hipofisis.
Riset klasik yang dilakukan oleh Selye (1946, 1976) telah
mengidentifikasi dua respons fisiologis terhadap stres :
1. Respons yang terjadi adalah setempat. Respons ini tidak melibatkan seluruh
sistem tubuh. Dua respons setempat yaitu respons refleks nyeri dan respons
inflamasi. Respons refleks nyeri adalah respons setempat dari sistem saraf
pusat terhadap nyeri. Respons ini adalah adaptif dan melindungi jaringan dari
kerusakan lebih lanjutan. Respons inflamasi distimuli oleh trauma atau
infeksi. Respons ini memusatkan inflamasi, sehingga menghambat penyebaran
inflamasi dan meningkatkan penyembuhan.
2. Respons adalah adaptif, berarti bahwa stresor diperlukan untuk
menstimulasinya.
3. Respons adalah berjangka pendek dan tidak dapat terus menerus.
4. Respons adalah restoratif, berarti bahwa LAS membantu dalam memulihkan
homeostasis region atau bagian tubuh.
b) Sindrom Adaptasi Umum (GAS)
GAS adalah respons fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respons ini
melibatkan beberapa sistem tubuh, terutama sistem saraf otonom dan sistem
endokrin. Beberapa buku menyebutkan GAS sebagai respons neuro-endokrin.
GAS terdiri atas reaksi peringatan, tahap resisten dan tahap kehabisan tenaga.
GAS diuraikan dalam tiga tahapan berikut :
17
Selama tahap ini tubuh menyadari penyebab ketegangan dan secara sadar atau
tidak sadar dipicu untuk bertindak. Kalau penyebab ketegangan itu cukup keras,
tahap ini dapat mengakibatkan kematian. Contohnya adalah luka bakar yang
hebat. Reaksi alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan
pikiran untuk menghadapi stressor. Kadar hormon meningkat untuk meningkatkan
volume darah dan dengan demikian menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon
lainnya dilepaskan untuk meningkatkan kadar glukosa darah untuk menyiapkan
energi untuk keperluan adaptasi. Dengan peningkatan kewaspadaan dan energi
mental ini, seseorang disiapkan untuk melawan atau menghindari stressor.
2. Adaptasi psikologis
Perilaku adaptasi psikologi membantu kemampuan seseorang untuk
menghadapi stresor, diarahkan pada penatalaksanaan stres dan didapatkan
18
melalui pembelajaran dan pengalaman sejalan dengan pengidentifikasian
perilaku yang diterima dan berhasil.
Perilaku adaptasi psikologi dapat konstruktif atau destruktif. Perilaku
konstruktif membantu individu menerima tantangan untuk menyelesaikan
konflik. Perilaku destruktif mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan
pemecahan masalah, kepribadian dan situasi yang sangat berat, kemampuan
untuk berfungsi.
Perilaku adaptasi psikologis juga disebut sebagai mekanisme koping.
Mekanisme ini dapat berorientasi pada tugas , yang mencakup penggunaan
teknik pemecahan masalah secara langsung untuk menghadapi ancaman atau
dapat juga mekanisme pertahanan ego, yang tujuannya adalah untuk mengatur
distres emosional dan dengan demikian memberikab perlindungan individu
terhadap ansietas dan stres. Mekanisme pertahanan ego adalah metode koping
stres secara tidak langsung.
3. Adaptasi perkembangan
Pada setiap tahap perkembangan, sesorang biasanya menghadapi tugas
perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap
perkembangan tersebut. Stres yang berkepanjangan dapat menggangu atau
menghambat kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebur. Dalam
bentuk ekstrem, stres yang terlalu berkepanjangan dapat mengarah pada krisis
pendewasaan.
4. Adaptasi sosial budaya
Mengaji stresor dan sumber koping dalam dimensi sosial mencakup
penggalian tentang besarnya, tipe dan kualitas dari interaksi sosial yang ada.
Stresor pada keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi
klien atua keluarga secara keseluruhan (Reis & Heppner, 2003)
5. Adaptasi spiritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stres dalam
banyak cara, tetapi stres dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual.
Stres yang berat dapat mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau individu
mungkin memandang stresor sebagai hukuman.
19
Individu beraksi secara berbeda terhadap stress, dan masing-masing individu
memiliki coping sendiri-sendiri untuk mengatasi stess yang merek alami. Coping
digunakan untuk menekan, mengurangi maupun mengatasi stress pada individu.
Menurut Lazarus dan Folkman coping ada dua, yaitu:
1. Repres
20
Repres merupakan upaya seseorang untuk menyingkirkan frustasi, stress
dan semua ynag menimbulkan kecemasan. Repres ini dilakukan dengan
cara menekan sumber tekanan yang mereka alami.
2. Denial
Usaha untuk mengeluarkan diri dari masalah. Seseorang yang mengalami
stress yang kuat dan lama cenderung akan mengelak. Mereka mneolak
situasi tertekan yang mereka alami dan mengganti dengan hal yang
menyenangkan. Contohnya dalam kehidupan sehari-hari jika mahasiswa
mempunyai tugas akan ada mahasiswa yang lebih memilih bersenang-
senang dan mengelak jika ada tugas daripada mengerjakan tugas untuk
membuatnya cepat selesai
3. Proyeksi
Seseorang yang menggunakan teknik ini biasanya sangat cepat dalam
memperlihatkan cri pribadi orang lain yang tidak dia sukai dengan sesuatu
yang dia perhatikan itu akan dibesar-besarkan lagi. Teknik ini mungkin
dapat digunakan untuk mengurangi stress karena dia hanya menghadapi
keyataan akan keburukan dirinya.
4. Reaksi formasi
Seseorang dikatakan berhasil menggunakan metode ini bila berusaha
menyembunyikan motif dan perasaan sesungguhnya baik represi atau
supresi dan menampilkan wajah yang berlawanan dengan kenyataan yang
dihadapinya.
5. Displacemen rasionalisasi
Segala usaha seseorang untuk mencari alasan yang dapat diterima secara
social untuk membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang
buruk. Menurut Ardani dkk (2007) rasionalisasi bisa muncul ketika
seseorang meniup dirinya sendiri dengan pura-pura menganggap buruk
adalah baik atau sebaliknya. Contohnya adalah seseorang membuat alasan
yang membuat orang lain percaya bahwa yang dilakukannya adalah hal
baik walaupun sebenarnya adalah buruk.
6. Accepting responsibility
Usaha mengatasi tekanan yang dialaminya dengan cara mengakui adanya
peran diri sendiri dalam masalah. Contohnya adalah menganggap bahwa
dirinya bisa menyelesaikan masalah dengan menganggap ia mempunyai
peran dalam masalahnya.
7. Positive reappraisal
21
Usaha untuk mengatasi tekanan dengan menciptakan hal-hal positif
dengan memusatkan pada diri sendiri dan juga menyangkut religiusitas.
Contohnya adalah jika seseorang mempunyai masalah aka nada orang
yang melampiaskannya dengan melakukan hal-hal yang positif dan
memperbanyak ibadahnya.
1. Aerobic
Terdapat beberapa laporan yang menunjukkan bahwa penggunaan waktu
secara berkala untuk aerobic dapat pula mengurangi stress yang sedang
dihadapi. Meskipun kita tahu bahwa aerobic efektif untuk mengurangi
stress, tetapi kita tidak tahu secara tepat bagaimana aerobic bisa
mengurangi stress. Salah satu kemungkinannya adalah bertambahnya
efesiensi kerja jantung dan paru-paru dengan menurunkan tekanan darah,
merupakan hasil dari latihan aerobic yang paling sederhana dan membuat
perasaan seseorang menjadi lebih baik.
2. Menilai ulang kognitif dengan mengganti respon-respon yang
bertentangan, seperti mengganti statement negative dengan komentar
positif .
Dasar pemikiran yang menopang teknik ini adalah jika penilaian kognitif
kita terhadap suatu stressor merupakan factor yang paling utama di dalam
stress, kemudian jika kita menilai ulang stressor yang sedikit mengancam
tersebut, penilaian ulang tarhadap kognitif ini dapat berguna untuk
meredakan stress yang sedang dialami. Pembelajaran yang mudah adalah
dengan mengganti respon-respon yang bertentangan, seperti mengganti
statemen yang negative dengan sebuah komentar yang postif. Menilai
ulang kognitif kita adalah strategi yang efektif.
3. Relaksasi
Pelatihan relaksasi memiliki prinsip yang sama dengan menilai ulang
kognitif mengganti respon-respon yang bertentangan dalam reaksi kita
terhadap stress. Salah satu prosedur dalam relaksasi adalah teknik relaksasi
secara progresif, yang terdapat tiga langkah yaitu mengenali kembali
tanda-tanda tubuh untuk menginformasikan kepada kita bahwa kita
22
mengalami stress, menggunakan sinyal-sinyal sebagai petunjuk untuk
melakukan relaksasi, dan memfokuskan perhatian-perhatian kita pada otot-
otot yang berbeda guna melenturkannya, dimulai dari kepala dan leher
kemudian pada lengan serta betis.
4. Dukungan social
Dukungan social merupakan bantuan yang kita terima dari orang lain
karena kita menghadapi stress. Dukungan sosial ini merupakan coping
yang efektif karena memiliki dua alasan, yaitu: kita mendapatkan
pengalaman dari orang lain yang pernah mengalami stressor yang sama
atau yang hampir sama, dan orang lain sebagai pemberi semangat sehingga
dapat memacu kita untuk lebih semangat lagi dalam mengatasi stressor
meskipun kita pernah gagal dalam menghdapinya,
b. Coping yang terfokus pada masalah (problem focused coping)
Nevie dkk (2003) menjelaskan, bahwa pada problem focused coping orang
menilai stressor yang mereka hadapi dan melakukan sesuatu untuk mengubah
stressor atau memodifikasi reaksi mereka untuk meringankan efek dari
stressor tersebut. Coping ini bertujuan untuk mengurangi dampak dari situasi
stress atau memperbesar sumber daya dan usaha untuk menghadapi stress.
Lazarus dan Folkman (dalam Nevid dkk, 2003) mengemukakan, bahwa
individu cenderung menggunakan problem focused coping ketika individu
memiliki presepsi bahwa stressor yang ada dapat diubah.
Problem focused coping dilakukan dengan sebuah metode yang bernama
stress inoculation training yang dikenalkan oleh seorang psikolog bernama
Donal Meichenbaum Donal (dalam Karimatannisa, 2012) mengatakan, bahwa
jalan terbaik untuk mengatur stress adalah dengan mengerahkan tenaga untuk
mengadakan serangan dan memiliki rencana dalam pikiran yang berhubungan
dengan stressor-stressor sebelum benar-benar mengalami stressor tersebut.
23
meminta pendapat orang lain dan mengevaluasi strategi yang telah
diterapkan sebelumnya.
3. Negotiation
Menurut Rahmaturrizqi (2012), individu melakukan beberapa usaha untuk
membicarakan serta mencari cara penyelesaian dengan orang lain yang
terlibat di dalamnya dengan harapan masalah dapat terselesaikan.
Menurut Lazurus (1984), problem focused coping memiliki beberapa bentuk
perilaku yaitu, antara lain:
1. Active coping
Proses pengambilan langkah aktif untuk mencoba memindahkan atau
menghilangkan sumber stress atau mengurangi akibat yang ditimbulkan
oleh stress. Contohnya jika seseorang mempunyai masalah ia akan
mengambil langkah-langkah untuk mengurangi stressor yang ia terima.
2. Planning
Usaha untuk menghilangkan sumber stress dengan cara memikirkan
bagaimana cara untuk mengatasi stress tersebut. Usaha ini untuk
mengubah situasi, dan menggunakan usaha untuk memecahkan masalah.
Contohnya usaha seseorang merencanakan tindakan untuk menghilangkan
stressor dan memecahkan masalah.
3. Suppression of competing activities
Usaha untuk membatasi ruang gerak atau aktifitas dirinya yang tidak
berhubungan dengan masalah untuk berkonsentrasi penuh pada tantangan
maupun ancaman yang sedang dialaminya. Contohnya adalah tidak
melakukan aktifitas yang tidak berhubungan dengan masalahnya dan
hanya berfokus untuk memecahkan masalah
4. Restrain coping
Latihan mengontrol atau mengendalikan tindakan langsung sampai ada
kesempatan yang tepat untuk bertindak langsung sampai ada kesempetan.
Contohnya jika seseorang mempunyai masalah, maka ia akan memikirkan
tindakan apa yang akan ia lakukan untuk mengatasi stressor namun
menunggu sampai ada kesempatan yang tepat.
5. Seeking support
Permana (2011) menjelaskan seeking support merupakan usaha individu
untuk mencari informasi, nasehat atau pendapat orang lain mengenai apa
yang harus dilakukan. Usaha ini dilakukan untuk mencari sumber
dukungan informasi, dukungan social dan dukungan emosional.
Contohnya dalam kehidupan sehari-hari jika seseorang mempunyai
24
masalah, maka orang tersebut akan berusaha untuk mencari informasi,
nasihat atau pendapat dari orang lain guna mendukung keputusan yang dia
ambil.
6. Confrontive coping
Rahmaturizqi (2012) menjelaskan, confrontive coping adalah usaha agresif
untuk mengubah situasi, mencari penyebabnya dan mengalami resiko.
25
Menurut Terry & Hyness (dalam Davision dkk, 2006) coping yang efektif
sering kali bervariasi dengan kondisi dan situasi. Pengalihan diri mungkin
merupakan cara yang efektif untuk mengatasi masalah emosional. Pengalihan
ini bisa mengalihkan perhatian dari stress namun juga bisa membuat tambah
stress. Secara sama, terus berupaya menemukan solusi suatu masalah yang
tidak dapat diselesaikan menyebabkan peningkatan rasa frustasi dan tidak
memberikan manfaat psikologis. Menurut Roesch & Weiner (dalam Davision
dkk, 2006) bukti-bukti menunjukkan bahwa secara umum coping berupa
pelarian/penghindaran merupakan metode coping yang paling tidak efektif
untuk menghadapi banyak masalah kehidupan.
Menurut Stuart dan Sundeen (1995), sumber koping terdiri atas 2 faktor
dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal) yaitu :
26
2.3.2 Penggolongan Mekanisme Koping
Berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart dan Sundeen, 2005)
yaitu :
a. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan,
belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain,
memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan
aktivitas konstruktif.
b. Mekanisme koping maladaptive
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan,
menghindar.
27
2. Aktifitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara,
misalnya ikut dalam aktifitas sosial, keagamaan
3. Aktifitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri,
misalnya olah raga yang kompetitif, pencapaian akademik / belajar
giat.
4. Aktifitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat
masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan
individu, misalnya penyalahgunaan obat (Keliat, 2005).
b. Mekanisme Jangka Panjang
1. Penutupan identitas yaitu adapsi identitas pada orang yang menurut
klien penting, tanpa memperhatikan kondisi dirinya.
2. Identitas negatif yaitu klien beranggapan bahwa identifikasi yang
tidak wajar akan diterima masyarakat.
c. Mekanisme pertahanan ego, yang sering disebut sebagai mekanisme
pertahanan mental. Membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang,
tetapi jika berlangsung pada tingkat tidak sadar dan melibatkan
penipuan diri dandisorientasi realitas, maka mekanisme ini dapat
merupakan respon maladaptif terhadap stres (Struart dan Sundeen,
2003).
28
e. Telusuri riwayat keberhasilan koping di masa lalu
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stres adalah reaksi tubuh seseorang terhadap tuntutan kebutuhan
akibat pengaruh dari lingkungan. Ketika mengalami stres, tubuh secara otomatis
akan mempertahankan keadaan relatif seimbang. Apabila seseorang menyadari
bahwa kebutuhan fisiologisnya tidak terpenuhi, maka tindakan yang akan
dilakukan yaitu memenuhi kebutuhan tersebut. Seperti apabila manusia lapar,
maka akan berusaha untuk mencari makanan.
Setiap orang memiliki penilaian tersendiri dalam menghadapi stres.
Penilaian kognitif berlangsung secara terus menerus di sepanjang kehidupan.
Penilaian kognitif merupakan suatu proses evaluatif antara manusia dan
lingkungannya yang dapat menimbulkan stres. Faktor yang mempengaruhi proses
penilaian terdiri dari person factor dan situation factor.
Adaptasi adalah proses penyesuaian diri dengan lingkungan. Mekanisme
koping adalah cara individu menyelesaikan masalahnya. Jenis koping ada dua
yaitu koping yang adaptive dan maladaptive. Koping yang adaptive yaitu
mekanisme koping yang mendukung seorang individu untuk dapat menyelesaikan
masalahnya. Sedangkan koping yang maladaptive yaitu mekanisme koping yang
menghambatb seorang individu untuk menyelesaikan masalahnya dan cenderung
menghindar.
Dalam hal ini, perawat dapat membantu pasien untuk mengurangi
masalahnya dengan cara menjadi pendengar yang baik, dan menyarankan pasien
untuk berolahraga, dan juga dapat melakukan guided imagery.
30
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-marisalael-7626-3-
babii.pdf (Diakses pada 25 Maret 2017)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42017/4/Chapter%20II.pdf
(Diakses pada 25 Maret 2017)
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fetrinaris-5198-3-
babii.pdf (Diakses pada 25 Maret 2017)
31