Anda di halaman 1dari 12

No. ID dan Nama Peserta : / dr.

Fitriyanur Sahrir
No. ID dan Nama Wahana: / RSUD LATEMMAMALA SOPPENG
Topik: Pneumonia dengan Gizi Buruk
Tanggal (kasus) : 3 Juli 2016
Nama Pasien : An. AR No. RM : 134983
Tanggal presentasi : 23 Juli 2016 Pendamping: dr. Marlina Since
Tempat presentasi: RSUD LATEMMAMALA SOPPENG
Obyek presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Seorang anak 4 bulan datang dengan keluhan utama sesak dialami yang dialami sejak
1 bulan, memberat 2 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak tidak dipengaruhi aktifitas maupun
posisi, sesak dirasakan terus menerus, sesak didahului dengan batuk berlendir 1 bulan tidak
terus menerus . Demam sejak 2 hari yang lalu (+), riwayat demam sebelumnya (+) 3 minggu
yang lalu

BAB; Baik BAK: lancar kuning


Tujuan: memberikan penanganan pertama pada pasien dengan Morbili
Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit
bahasan: pustaka
Cara Diskusi Presentasi dan E-mail Pos
membahas: diskusi

Data Pasien: Nama: An. AR No.Registrasi: 134983


Nama klinik RSUD LATEMMAMALA
Data utama untuk bahan diskusi:
Deskripsi: Seorang anak 4 bulan datang dengan keluhan utama sesak dialami yang dialami sejak
1 bulan, memberat 2 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak tidak dipengaruhi aktifitas maupun
posisi, sesak dirasakan terus menerus, sesak didahului dengan batuk berlendir 1 bulan tidak
terus menerus . Demam sejak 2 hari yang lalu (+), riwayat demam sebelumnya (+) 3 minggu
yang lalu
BAB; Baik ; BAK: lancar kuning, tanda-tanda vital N = 100 kali/menit, P = 28 kali/menit, S =
39.0 C. BB: 4200 BBL : 2200

1. Riwayat pengobatan: Pasien belum pernah minum obat penurun panas.


2. Riwayat kesehatan/penyakit: pasien tidak pernah menderita penyakit serupa sebelumnya.
3. Riwayat keluarga: Tidak ada keluarga yang menderita penyakit sama dengan pasien
4. Riwayat pekerjaan: pasien belum bekerja
5. Lain-lain:

1
Daftar Pustaka:
a. Djojodibroto, Darmanto. Penyakit Infeksi Pada Parenkim Paru. Respiratori. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta; 2009.
b. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis dan penatalaksanaan
Pneumonia Komuniti.2003
c. Buku_SK_Antropometrik.2010.pdf
d. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/02/Measles.pdf
e. Pudjiadi Solihin. Penyakit KEP (Kurang Energi dan Protein) dari Ilmu Gizi Klinis pada
Anak edisi keempat, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Hasil pembelajaran:
1. Menegakkan diagnosis Pneumonia dan gizi buruk

2. Faktor-faktor Pneumonia dan Gizi buruk


3. Penanganan awal dan lanjutan Pneumonia serta Gizi Buruk
4. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk kasus Pneumonia
5. Konsultasi yang diperlukan untuk kasus Pneumonia dan Gizi Buruk

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:

1. Subyektif:
Seorang anak 4 bulan datang dengan keluhan utama sesak dialami yang dialami sejak 1
bulan, memberat 2 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak tidak dipengaruhi aktifitas
maupun posisi, sesak dirasakan terus menerus, sesak didahului dengan batuk berlendir
1 bulan tidak terus menerus . Demam sejak 2 hari yang lalu (+), riwayat demam
sebelumnya (+) 3 minggu yang lalu

BAB; Baik BAK: lancar kuning.

2. Obyektif:
Dari hasil pemeriksaan fisik diperoleh, N = 118 kali/menit, P = 32 kali/menit, S = 38
C.

2
Pemeriksaan Fisis :
- Kepala :
Wajah : pucat (-)
- Mata:
Konjungtiva : anemis (-)
Sklera : ikterus (-)
- Dada : inspeksi : simetris kiri = kanan
Bentuk : normochest
Retraksi suprasternal: (-)

depan belakang

Wh rh +
Wh
rh + rh +
rh +

rh + rh +

Ka Ki Ki Ka
- Paru
Inspeksi : simetris kiri = kanan
Palpasi : fremitus raba : simetris kiri = kanan
Nyeri tekan (-)
Perkusi : Paru kiri : sonor
Paru kanan : sonor
Batas paru-hepar : ICS VI anterior dextra
Batas paru belakang kanan : ICS XI
Batas paru belakang kiri : ICS X
Auskultasi : Bunyi pernapasan : bronkovesikuler
Bunyi tambahan : rh + / + wh - / -
- Jantung
Inspeksi : IC tidak nampak
Palpasi : IC tidak teraba
Perkusi : pekak (+)
batas kanan jantung linea sternalis dextra
batas kiri jantung linea midclavicularis sinistra
auskultasi : BJ I / II murni, regular
BT bising (-)
- Abdomen
Inspeksi : datar, ikut gerak napas
Auskultasi : peristaltik (+), kesan normal
Palpasi : MT (-) NT (-), hepar / limpa tidak teraba
Perkusi : timpani (+)

3
3. Assesment
Pendahuluan : Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan pada
parenkim paru meliputi alveolus dan jaringan interstitial, disebabkan oleh
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit).
Etiologi : Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu
bakteri, virus, jamur dan protozoa.
Patogen : Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru.
Keadaan ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi
ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dapat berkembang biak dan
menimbulkan penyakit. Resiko infeksi di paru sangat tergantung pada kemampuan
mikroorganisme untuk sampai dan merusak permukaan epitel saluran napas. Ada
beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan :

1. Inokulasi langsung
2. Penyebaran melalui pembuluh darah
3. Inhalasi bahan aerosol
4. Kolonisasi dipermukaan mukosa
Patofisiologi : Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan
reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan
diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi.
Sel-sel PMN mendesak bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang
lain melalui psedopodosis sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian dimakan.
Klasifikasi : Berdasarkan klinis dan epideologis :
a.Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
b.Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial pneumonia)
c.Pneumonia aspirasi
d.Pneumonia pada penderita Immunocompromised.
Berdasarkan bakteri penyebab
a.Pneumonia bakterial / tipikal.
b.Pneumonia atipikal.
c.Pneumonia virus
d.Pneumonia jamur.
Berdasarkan predileksi infeksi
a.Pneumonia lobaris.
b. Bronkopneumonia.
c.Pneumonia interstisial.
Diagnosis : Gambaran klinis
a.Anamnesis Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu tubuh
meningkat dapat melebihi 40C, batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-
kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada.
b.Pemeriksaan fisik Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada
inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pasa palpasi fremitus

4
dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas
bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang
kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.

Pemeriksaan penunjang
a.Gambaran radiologis Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama
untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai
konsolidasi dengan " air broncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta
gambaran kaviti.
b.Pemeriksaan labolatorium Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah
leukosit, biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada
hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk
menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi.
4. Assesment
Defenisi : Gizi buruk (severe malnutrition) atau malnutrisi akibat kekurangan energi
protein (KEP) (malnutrisi energy protein) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak
memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG).

Etiologi

Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara garis besar
penyebab anak kekurangan gizi disebabkan karena asupan makanan yang kurang dan
anak sering sakit atau terkena infeksi.
Peranan diet
Peranan penyakit atau infeksi
Patofisiologi
Malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor. Faktor-faktor ini
dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri (host), agent (kuman
penyebab), environment (lingkungan). Memang faktor diet (makanan) memegang
peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan.

5
Klasifikasi
Penentuan prevalensi KEP diperlukan klasifikasi menurut derajat beratnya KEP. Tingkat
KEP I dan KEP II disebut KEP ringan dan sedang dan KEP III disebut KEP berat. KEP
berat terdiri dari marasmus, kwashiorkor, dan gabungan keduanya.

KEP Berat
KEP Ringan
Marasmus Kwashiorkor
Sering ditemukan gangguan pertumbuhan Perubahan mental sampai apatis Penampilan seperti orang tua
Pertumbuhan linier berkurang atau terhenti. Edema sering dijumpai Perubahan mental
Kenaikan berat badan nerkurang atau Atrofi otot Kulit kering, dingin mengendor
terhenti, terkadang menurun. Gangguan system Rambut kering, tipis dan mudah
Ukuran LLA menurun gastrointestinal rontok
Maturasi tulang terhambat Perubahan rambut Lemak subkutan menghilang
Rasio BBTB normal menurun Perubahan kulit hingga turgor kulit berkurang
Anemia ringan Perubahan hati Otot atrofi hingga tulang terlihat
Aktifitas dan perhatian berkurang jikaa Anemia jelas
disbanding dengan anak sehat Sering diare atau konstipasi
Terkadang dijumpai kelainan rambut atau Kadang terdapat bradikardia
kulit Tekanan darah lebih rendah
dibandingkan anak sehat sebaya
Kadang frekuensi nafas turun

Klasifikasi KEP menurut DEPKES RI


Kategori Status BB/U (%baku median WHO
NCHS)

Overweight Gizi lebih > 120% median BB/U

Normal Gizi baik 80% - 120% median BB/U

KEP I (ringan) Gizi sedang 70%-79,9% median BB/U

KEP II (sedang) Gizi kurang 60% - 69,9% median BB/U

KEP III (berat) Gizi buruk < 60% median BB/U

Diagnosis : Gambaran klinis


Pada kasus malnutrisi yang berat, gejala klinis terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu
kwashiokor dan marasmus.
Anamnesis :
Pada setiap anak gizi buruk lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis terdiri
dari anamnesis awal dan anamnesis lanjutan. Anamnesis awal (untuk kegawatdaruratan).
Bila anak mengalami dehidrasi dan atau syok, harus segera diatasi.

Anamnesis lanjutan (untuk mencari penyebab dan rencana tatalaksana selanjutnya,


dilakukan setelah kegawatdaruratan ditangani):

6
Pemeriksaan fisik : dilakukan pemeriksaan secara keseluruhan untuk temuan klinis
seperti penampkan anak, edema pada kedua punggung kaki, tanda dehidrasi, tanda syok,
kesadaran menurun, tanda infeksi, anemis, perut kembung, bising usus
melemah/meninggi, tanda ascites, tanda defisiensi vitamin dan mineral, kelainan kulit,
rambut dan mukosa mulut,

Penilaian status gizi : Antropometrik

5. Plan:
Diagnosis:
Pasien ini didiagnosis sebagai Pneumonia dan gizi buruk. Dari anamnesa diperoleh
keluhan berupa sesak dialami sejak 1 bulan, memberat 2 hari sebelum masuk rumah
sakit, disertai batuk berlendir. Demam sejak 2 hari yang lalu. Pada pemeriksaan fisis
diperoleh adanya Rhonky pada kedua lapangan paru. Status gizi menurut BB/U >-3SD
atau >60% sesuai dengan rasio BB/U
Pemeriksaan Darah
Hasil Laboratorium Darah Rutin 3 Juli 2016
Pemeriksaan laboratorium Hasil Nilai normal

WBC 13.7 x 103 /ul 4.5 - 13

Hematokrit 33 % 36 - 44
HB 10.0 gr% 10.5 - 15
Eritrosit 4.5 x 106 /ul 4.0 5.2
MCH 21.9 pg 23 - 31
MCV 78.3 FL 77 101
MCHC 30.0 g/dl 29 36
Trombosit 136 x 103 /ul 150 -400

Hasil Laboratorium darah rutin 9 Juli 2016

Pemeriksaan laboratorium Hasil Nilai normal

WBC 9,8 x 103 /ul 4.5 - 13

Hematokrit 34,5 % 36 - 44
HB 10.3 gr% 10.5 - 15
Eritrosit 4.78 x 106 /ul 4.0 5.2
MCH 21.5 pg 23 - 31

7
MCV 72.2 FL 77 101
MCHC 29.9 g/dl 29 36
Trombosit 227 x 103 /ul 150 -400
GDS 129 mg/dl <140 mg/dl

Pemeriksaan Radiologi
Hasil Foto Thorax AP

- Posisi Asimetris,
kondisi film cukup,
inspirasi cukup
- Perselubungan
Inhomogen,
batas tegas pada lapangan paru kiri, tampak samar air bronchogram sign
- Tampak pemadatan hilus kanan
- Cor : sulit dinilai
- Kedua sinus dan diafragma baik
- Tulang-tulang kesan intak
Kesan : Pneumonia Sinistra disertai lymphadenopathy

Pengobatan:

LEMBAR FOLLOW UP PASIEN

Tanggal Perjalanan Penyakit Instruksi

Hari ke- 1 S : Sesak (+), batuk (+), lendir (+) Oksigen 1-2 lpm
warna kuning. Demam (+) IVFD KAEN 3B 12 tpm

8
P : 32 x/i BAB/BAK : biasa/lancar Viccilin 150 mg/ 8 j/iv
o
S : 37 C O : SS/GK/CM Gentamicin 10 mg/8 j/iv
Diet susu 60 cc/3 j
Thorax : Cek lab Dr/GDS
BP: Bronkovesikuler Foto thorax PA
BT: Rh +/+ Wh /
A : Pneumonia
Hari ke- 2 S : Sesak (+), batuk (+), lendir (+) Terapi lanjut
warna kuning. Demam (-)
BAB/BAK : biasa/lancar
P : 34 x/i
O : SS/GK/CM
S : 37 oC
Thorax :
BP: Bronkovesikuler
BT: Rh +/+ Wh /
A : Pneumonia
Hari ke-3 S : Sesak (+), batuk (+), lendir (+) Terapi lanjut
warna kuning. Demam (-)
BAB/BAK : biasa/lancar
P : 32 x/i
O : SS/GK/CM
o
S : 37 C
Thorax :
BP: Bronkovesikuler
BT: Rh +/+ Wh /
A : Pneumonia
Hari ke-4 S : Sesak (+), batuk (+), lendir (+) Terapi lanjut
warna kuning. Demam (-)
BAB/BAK : biasa/lancar
P : 32 x/i
O : SS/GK/CM
S : 37 oC
Thorax :
BP: Bronkovesikuler
BT: Rh +/+ Wh /
A : Pneumonia
Hari ke-5 S : Sesak (+), batuk (+), lendir (+) Terapi lanjut
warna kuning. Demam (-)
BAB/BAK : biasa/lancar

9
P : 36 x/i O : SS/GK/CM
o
S : 37 C Thorax :
BP: Bronkovesikuler
BT: Rh +/+ Wh /
A : Pneumonia
Hari ke-6 S : Sesak (+), batuk (+), lendir (+) Terapi lanjut
warna kuning. Demam (-) Kontrol DR

BAB/BAK : biasa/lancar
P : 32 x/i
O : SS/GK/CM
S : 37 oC
Thorax :
BP: Bronkovesikuler
BT: Rh +/+ Wh /
A : Pneumonia

Penatalaksanaan Pneumonia
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian antibiotik pada
penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji
kepekaannya, akan tetapi karena beberapa alasan yaitu :
1. penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2. bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia.
3. hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu.
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris.
Medikamentosa:
Pemberian antibiotik sesuai kelompok umur:
<3 bulan : Penisilin dan aminoglikosida
>3 bulan : Ampisilin dan kloramfenikol
Bila berat dan terdapat empiema, antibiotic pilihan adalah sefalosporin
Antibiotik parenteral diberikan 48-72 jam setelah demam turun, dilanjutkan
peroral 7-10 hari
Terapi Suportif
Terapi O2 .
Pengaturan cairan.
Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan.
Penatalaksanaan Gizi Buruk
Tujuan pengobatan pada penderita gizi buruk adalah pemberian diet tinggi kalori dan
tinggi protein serta mencegah kekambuhan. Penatalaksanaan penderita yang dirawat
dibagi dalam 3 fase :

10
Fase stabilitasi

Fase rehabilitasi

Fase tindak lanjut

Sepuluh langkah tatalaksana gizi buruk


No Tindakan Pelayanan Fase Stabilisasi Fase Rehabilitasi Fase Tindak
lanjut *)
H1-2H3-7 Minggu ke 3 - 6 Minggu ke 7 -26
1. Mencegah dan mengatasi
hipoglikemia
2. Mencegah dan mengatasi
hipotermia
3. Mencegah dan mengatasi
dehidrasi
4. Memperbaiki gangguan
keseimbangan elektrolit
5. Mengobati infeksi
6. Memperbaiki zat gizi mikro Tanpa Fe Dengan Fe
7. Memberikan makanan
untuk stabilisasi dan
transisi
8. Memberikan makanan
untuk tumbuh kejar
9. Memberikan stimulasi
tumbuh kembang
10. Mempersiapkan untuk
tindak lanjut di rumah
Medikamentosa
Diperlukan apabila terjadi infeksi

Pendidikan:
Kita menjelaskan prognosis dari pasien, serta komplikasi yang mungkin terjadi.

Konsultasi:

11
dengan spesialis anak untuk penanganan lebih lanjut.

Rujukan:
Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harusnya ditangani di rumah sakit dengan
sarana dan prasarana yang lebih memadai.

Watansoppeng , 23 Juli 2016

Peserta Pendamping

dr. Fitriyanur Sahrir dr. Marlina Since

12

Anda mungkin juga menyukai