Anda di halaman 1dari 20

A.

JUDUL PERCOBAAN
Spektroskopi Serapan Dalam Daerah Tampak
B. TUJUAN PERCOBAAN
Pada percobaan ini diperkenalkan dasar-dasar spektrofotometri serta
cara-cara mengoperasikan alat.
C. LANDASAN TEORI
Ilmu kimia adalah salah satu cabang dari ilmu pengetahuan yang
mempelajari materi atau zat dalam hal sifat-sifat dan perubahannya. Dari ketiga
hal tersebut, kimia analissi yang merupakan salah satu cabang dari ilmu kimia
yang mengembangkan atau mendasari diri pada bagian yang pertama yaitu
mempelajari materi atau zat dari segi susunannya. Analisis instrumental disebut
juga sebagai analisis fisiko-kimia, sebab pada pekerjaan penentuan sampel yang
dianalisis dipakai instrument yang memadai, dan yang ditentukan adalah sifat-
sifat fisiko-kimia dari molekul atau atom dalam sampel yang akan dianalisis.
Teknik spektroskopik adalah salah satu teknik analisis fisiko-kimia yang
mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik
(REM). (Mulja,1995: 1-19).
Warna adalah salah satu kriteria untuk mengidentifikasi suatu objek. Pada
analisis spektrokimia, spektrum radiasi elektromagnetik digunakan untuk
menganalisis spesies kimia dan menelaah interaksinya dengan radiasi
elektromagnetik. Persamaan Planck menunjukkan bahwa E = hv, dimana E adalah
energi foton, v frenkuensinya, sedangkan h adalah tetapan Planck (6,624. 10-27 erg
detik). Suatu foton memiliki energi tertentu dan dapat menyebabkan transisi
tingkat energi suatu atom atau molekul. Karena tiap spesies kimia mempunyai
tingkat energi yang berbeda, maka transisi perubahan energinya juga berbeda.
Berarti suatu spektrum yang diperoleh dengan memplot beberapa fungsi
frekuensi terhadap frekuensi radiasi elektromagnetik adalah khas untuk spesies
kimia tertentu dan berguna untuk identifikasi. Perubahan energi disebabkan oleh
transisi , vibrasi, elektronik, dan inti. Dasar analisis spektroskopi adalah interaksi
radiasi dengan spesies kimia (Khopkar, 2007: 189).
Spektroskopik UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang
memakai sumber radiasi elektromagnetik ultra violet dekat (190-380 nm) dan
sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrument spektrofotometer. Radiasi
ultraviolet jauh (100-190 nm) tidak dipakai, sebab pada daerah radiasi tersebut
diabsorpi oleh udara. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energy elektronik yang
cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis
lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan dengan analisis
kualitatif (Mulja, 1995: 26).
Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan
fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorpsi. Spektrofotometer digunakan untuuk mengukur
energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan sebagai fungsi panjang
gelombang ataupun celah optis. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan
fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih lebih terseleksi dan
diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma (Khopkar, 2007: 215).
Pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 375-625 ion
(Spektronik-20), cahaya putih yang dipancarkan oleh lampu tunglen dilewatkan
melalui celah masuk dan didispersikan oleh kisi dfraksi atau prisma. Pita panjang
gelombang yang sempit dari sinar yang didifraksikan melalui celah kedua
dilewatkan ke dalam larutan sampel yang diukur. Sinar yang tidak diserap oleh
larutan sampel tetapi melewati larutan, sampel pada phototube dari instrumen,
yang selanjutnya mengukur intensitas sinar yang ditransmisikan secara elektronik.
Penanganan kuvet sangat penting karena variasi pada kuvet mengakibatkan hasil
yang bervariasi pula. Biasanya digunakan 2 kuvet atau lebih, satu untuk larutan
blangko dan untuk sampel (Tim Dosen Kimia Analisis Instrumen, 2016: 1).
Spektra serapan dapat diperoleh dengan menggunakan sampel dalam
berbagai bentuk: gas, lapisan tipis cairan, larutan dalam berbagai pelarut, dan
bahkan zat padat. Kebanyakan anaitis melibatkan larutan, dan disini kita ingin
mengembangkan pemerian kuantitatif dari hubungan antara konsentrasi suatu
larutan dan kemampuannya menyerap radiasi. Sekaligus kita harus menyadari
bahwa tingkat kejadian absorpsijuga akan bergantung pada jarak yang diarung
radiasi melewati larutan itu (Day, 1999: 391-392).
Hukum Beer, aluran absorbans terhadap konsentrasi atau log %T terhadap
konsentrasi dikenal sebagai alurann Hukum Beer. Untuk membuat grafik diukur
absorbans sederetan larutan dengan konsentrasi yang diketahui. Tebal sel dan
panjang gelombang yang dipakai diambil tetap. Salah satu syarat hukum Beer
ialah sinar yang dipakai harus monokromatik. Hal ini hanya dapat diperoleh di
laboratorium. Untuk itu, tujuan pada awal kebanyakan analisis optik adalah
mencari panjang gelombng yang dapat menghasilkan aluran hukum Beer yang
luruss atau melengkung sedikit (Tim Dosen Kimia Analisis Instrumen, 2016: 7).
Berdasarkan pengukuran pada Spektrofotometri UVVis dapat juga
diketahui jenis flavonoid yang terkandung dalam masing-masing sampel daun
tanaman obat. Hal tersebut dapat diketahui berdasarkan spektrum serapan
maksimum yang terlihat pada pengukuran spektrum flavonoid masingmasing
sampel yaitu pada rentang 250450 nm. Kadar flavonoid dalam berbagai daun
tanaman obat dapat dihitung berdasarkan nilai absorbansi yang terbaca pada
spektrofotometer Uv Vis. Pada hasil perhitungan yang telah dilakukan didapatkan
bahwa kadar flavonoid pada masingmasing daun tanaman obat sangat berbeda.
Untuk daun ekornaga memilki kadar flavonoid sebesar 26,7137 g/ml, untuk daun
sirih merah sebesar 39,3778 g/ml, daun sirsak sebesar 27,5027 g/ml dan untuk
daun katuk memiliki kadar flavonoid sebesar 13,1101 g/ml (Neldawati, 2013).
Teknik spektrofotometri visible dapat dilakukan untuk menentukan kadar
iodida dengan menggunakan oksidator persulfat (S 2O82-), berdasarkan
pembentukan Iod-amilum yang berwarna biru ditentukan pada panjang
gelombang 614 nm. Pembuatan kompleks Iod-amilum dapat dilakukan dengan
mereaksikan I- dengan S2O82-, kemudian ditambah amilum 1%. Warna yang
dihasilkan akan dianalisa secara spektrofotometri visible pada panjang gelombang
540 nm. Kadar iodida terkecil yang dapat diukur dengan menggunakan teknik
spektrofotometri visible dengan konsentrasi S2O82- 100 ppm dan pada waktu 90
menit (Sulistyarti, 2013).
Penentuan kadar laktalbumin pada penelitian Isolasi Karakterisasi dan
Penentuan Kadar Laktalbumin Susu Sapi Fries Holdstein dengan Metode Lowry
dilakukan dengan menggunakan teknik spektoskopi, dimana absorban tiap larutan
diukur dengan spektronik 20+D pada panjang gelombang 750 nm. Dari
pengukuran absorban tiap larutan standar dibuat kurva kalibrasi protein standar
sehingga diperoleh persamaan regresi linear y = a + bx dimana x adalah
konsentrasi dan y merupakan absorban. Absorban optimum dari larutan whey dan
Laktalbumin disubstitusikan ke dalam persamaan regresi linear untuk menghitung
harga x sehingga diperoleh konsentrasi whey dan Laktalbumin (Copriady, 2011).
Teknik spektroskopi juga dapat digunakan untuk melihat Pengaruh
komposisi fotokatalis terhadap konstanta laju. Dalam sebah penelitian tentang
Pengaruh Komposisi Tio2-Bentonit Terhadap Degradasi Metilen Biru pengaruh
komposisi fotokatalis terhadap konstanta laju degradasi larutan metilen biru
dilakukan dengan mengukur sebanyak 25 mL larutan metilen biru10 mg/L dengan
pH 7 dimasukkan ke dalam 5 gelas kimia 50 mL berbeda. Gelas kimia selanjutnya
dimasukkan ke dalam reaktor UV selama 50 menit. Setiap 10 menit, satu gelas
kimia diambil. Filtrat dipipet sebanyak 5 mL dan diencerkan dengan akuades
dalam labu takar 25 mL hingga tanda batas. Absorbansi larutan kemudian diukur
menggunakan spektronik 20 pada panjang gelombang absorbansi maksimum. Hal
yang sama dilakukan untuk komposisi TiO2-bentonit yang lainnya (0,4; 0,8; dan
1,2 g/g bentonit (Rayendra, 2014).
Ekstraksi fenol dari dalam air dapat dimodifikasi kedalam teknik membran
cair fasa ruah tanpa zat pembawa. Pengukuran konsentrasi fenol pada kedua fasa
air dilakukan dengan Spektrofotometer UV-VIS menggunakan metoda 4-
aminoantipirin, sedangkan konsentrasi ion-ion logam ditentukan dengan
Spektroskopi Serapan Atom (SSA). Proses transpor fenol melalui teknik membran
cair fasa ruah selektif terhadap adanya Cd(II), Zn(II), Ca(II) dan Mg(II) dimana
tidak ditemukannya ion-ion tersebut dalam fasa penerima setelah proses transpor
dan sebagian besar ion tersebut tersisa dalam fasa sumber. Sedangkan transport
fenol melalui teknik membran cair fasa ruah dengan adanya Cd(II), Zn(II), Ca(II)
dan Mg(II) masing-masing dalam bentuk campuran (Tetra, 2013).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Spektrofotometer 1 Set
b. Gelas kimia 250 mL 1 buah
c. Gelas kimia 100 mL 2 buah
d. Kuvet 3 buah
e. Pipet volume 20 mL 1 buah
f. Pipet volume 10 mL 1 buah
g. Ball pipet 1 buah
h. Labu ukur 25 mL 10 buah
i. Botol semprot 1 buah
j. Lap kasar dan lap halus @ 1 buah
2. Bahan
a. Larutan Cr(NO3)3 0,0500 M
b. Larutan Co(NO3)2 0,1880 M
c. Aquades (H2O)
d. Aluminium foil
e. Tissue

E. PROSEDUR KERJA
1. Spektrum Serapan
a. Spektrofotometer dinyalakan dan knop pengontrol amplifier (kiri depan)
diatur sampai jarum menunjukkan 0% T dan instrumen dipanaskan selama 20
menit.
b. Larutan dibuat sebagai berikut.
1) Larutan Cr (III) 0,0200 M dibuat dengan cara 10 mL larutan baku Cr(NO 3)3
0,5000 M diencerkan dalam labu ukur 25 mL dan ditambahkan aquades
hingga tanda batas. Kemudian larutan dikocok.
2) Larutan Co (II) 0,0752 M dibuat dengan cara 10 ml larutan baku Co(NO 3)2
0,1880 M diencerkan dalam labu ukur 25 mL dan ditambahkan aquades
hingga tanda batas. Kemudian larutan dikocok.
c. Kuvet sebanyak 3 buah yang telah diserasikan diambil dimana kuvet I untuk
aquades (blanko), kuvet 2 untuk Cr (III) dan kuvet 3 untuk Co (II).
d. Panjang gelombang diatur dengan interval 425-600 nm dan selanjutnya
instrumen pada % T diatur pada saat tidak ada kuvet dan 100% T pada waktu
kuvet yang berisi aquades yang ditempatkan pada sampel holder.
e. Ujung kuvet berisi larutan Cr(III) dibersihkan dengan tissue dan dimasukkan
ke dalam sampel holder.
f. Nilai %T larutan dicatat.
g. Kegiatan diatas diulangi untuk larutan Co(II).

2. Hukum Beer
a. Larutan Cr (III) diambil dalam gelas kimia kecil kira-kira 75 mL dari larutan
induk 0,0506 M. Empat larutan dengan konsentrasi Cr (III) masing-masing
0,01; 0,02; 0,03; dan 0,04 N dibuat dengan cara dipipet berturut-turut 5, 10,
15, dan 20 mL ke dalam labu ukur 25 mL lalu diencerkan sampai tanda batas.
b. Larutan Co (II) diambil juga dalam gelas kimia kecil, kira-kira 75 mL dari
larutan induk 0,1880 M. Empat larutan dengan konsentrasi Co (II) masing-
masing 0,1504; 0,1228; 0,752; dan 0,0375 N dibuat dengan cara dipipet
berturut-turut 5, 10,15, dan 20 mL ke dalam labu ukur 25 mL lalu diencerkan
sampai tanda batas.
c. Dari spektrum Cr (T,T) yang diperoleh tadi pada bagian ini dipilih 2 panjang
gelombang yang akan dipakai untuk mempelajari hubungan antara absorbansi
dan konsentrasi. Dua panjang gelombang tadi digunakan untuk mempelajari
baik larutan Cr (III) maupun Co (II).
d. Alur Hukum Beer dibuat untuk larutan Cr(NO3)3 dan Co(NO3)2 pada masing-
masing panjang gelombang yang dipilih tadi.
e. Titik 100% spektrofotometer diatur dengan kuvet yang sama dengan yang
dipakai pada bagian II untuk aquades. Kuvet dikeluarkan dari tempat sampel.
f. Nilai %T larutan Cr (III) yang 0,01 M dan larutan Co (III) 0,376 M diukur
pada nilai panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh.

3. Analisis Serempak Campuran Berkomponen Dua


a. Campuran Cr (III) dan Co (II) disiapkan dengan cara dipipet 10 mL larutan
Cr (III) 0,0506 M dan 10 mL larutan Co (II) 0,1880 M, dari larutan induk
masing-masing ke dalam labu ukur 25 mL lalu diencerkan sampai tanda
batas.
b. Mengatur spektrofotometer untuk panjang gelombang pada rentang 425 600
nm.
c. Nilai %T campuran larutan Cr (III) dan larutan Co (II) diukur pada setiap
panjang gelombang yang telah ditentukan.

F. HASIL PENGAMATAN
1. Spektrum Serapan

Panjang Co Cr
A Co + A
NO gelombang %T A %T A
Cr
( nm)
1 425 88,6 0,052 62,4 0,204 0,256
2 450 74,0 0,130 70,2 0,153 0,283
3 475 49,0 0,309 65,8 0,182 0,491
500 41,0 0,387 62,4 0,204 0,591
4
525 40,6 0,391 66,4 0,177 0,568
5
6 550 53,8 0,269 71,8 0,143 0,412
575 96,0 0,017 79,8 0,097 0,114
7 600 120,0 0,079 80,2 0,095 0,016
8

2. Hukum Beer
a. Kobalt (Co)

Panjang Konsentrasi (M)


N
Gelombang 0,01 0,02 0,03 0,04
o
(nm) %T A %T A %T A %T A
1 500 68,8 0,162 55,6 0,254 45,6 0,341 43,8 0,358
2 525 72,2 0,141 55,2 0,258 46,2 0,335 41,2 0,385

b. Krom (Cr )

Panjang Konsentrasi (M)


N Gelomban 0,01 0,02 0,03 0,04
o g
%T A %T A %T A %T A
(nm)
1 500 90,4 0,043 81,2 0,090 78,8 0,103 66,2 0,179
2 525 94,4 0,025 83,6 0,077 67,2 0,172 41,2 0,180

3. Campuran
Panjang
NO %T A
gelombang (nm)
1 425 54,4 0,264
2 450 58,2 0,235
3 475 48,4 0,315
4 500 44,6 0,350
5 525 43,4 0,362
6 550 50,4 0,297
7 575 65,2 0,185
8 600 73,8 0,131

G. ANALISIS DATA
1. Sprektrum serapan (425 nm-600 nm)
Untuk Co(NO3)2

%T 1 = 88,6%
1 1
A1 = log T A5 = log T
1 1
= log 0,886 = log 0,406

= 0,052 = 0,391
%T 2 = 74,0%
%T 6 = 53,8 %
1
A 2 = log T 1
A6 = log T
1
= log 0,74 1
= log 0,538
= 0,130
%T 3 = 49,0 % = 0,269
1 %T 7 = 96,0 %
A 3 = log T 1
A 7 = log T
1
= log 0,49 1
= log 0,96
= 0,309
%T 4 = 41,0 % = 0,017
1 %T 8 = 120,0 %
A 4 = log T 1
A 8 = log T
1
= log 0,41 1
= log 1,20
= 0,387
%T 5 = 40,6 % = -0,079

Untuk Cr(NO3)3
%T 1 = 62,4 % 1
1 = log 0,702
A 1 = log T
= 0,153
1 %T 3 = 65,8 %
= log 0,624 1
A 3 = log T
= 0,204
%T 2 = 70,2 % 1
1 = log 0,658
A 2 = log T
= 0,182
%T 4 = 62,4 %
1 1
A4 = log T = log 0,718
1 = 0,143
= log 0,624 %T 7 = 79,8 %
1
= 0,204 A 7 = log T
%T 5 = 66,4 %
1 1
A 5 = log T = log 0,798
1 = 0,097
= log 0,664 %T 8 = 80,2 %
1
= 0,177 A 8 = log T
%T 6 = 71,8 %
1
1 = log 0,802
A6 = log T
= 0,095

Untuk A Cr + A Co
A1 Cr + A1 Co = 0,052 + 0,204 = 0,256
A2 Cr + A2 Co = 0,130 + 0,153 = 0,283
A3 Cr + A3 Co = 0,309 + 0,182 = 0,491
A4 Cr + A4 Co = 0,387 + 0,204 = 0,591
A5 Cr + A5 Co = 0,391 + 0,177 = 0,568
A6 Cr + A6 Co = 0,269 + 0,143 = 0,412
A7 Cr + A7 Co = 0,017 + 0,097 = 0,114
A8 Cr + A8 Co = -0,079 + 0,095 = 0,016
A9 Cr + A9 Co = 0,151 +(-0,017) = 0,134
A10Cr + A10Co = 0,071 +(-0,118)= -0,047

2. Hukum Beer
Untuk Co (II) dengan panjang gelombang 500 nm

0,0100 N %T = 68,8 = log

% 1
1 0,688
A = log T
= 0,162
0,0200 N %T = 55,6

%
1 = log
A = log T
1
= log
0,456
1 = 0,343
0,556 0,0400 N %T = 43,8
= 0,254 %
0,0300 N %T = 45,6 1
A = log T
%
1 = log
A = log T
1
0,438

= 0,358

Untuk Co(II) pada panjang gelombang 525 nm

0,0100 N %T = 72,2 = 0,258


0,0300 N %T = 46,2
%
1 %
A = log T 1
A = log T
= log
= log
1
0,722 1
0,462
= 0,141
0,0200 N %T = 55,2 = 0,335
0,0400 N %T = 41,2
%
1 %
A = log T 1
A = log T
= log

1
0,552
= log

1
0,412

= 0,385

Untuk Cr(III) pada panjang gelombang 500 nm

0,0376 N %T = 90,4 0,1128 N %T = 78,8

% %
1 1
A = log T A = log T

= log = log

1 1
0,904 0,788

= 0,043 = 0,103
0,0752 N %T = 81,2 0,1504 N %T = 66,2

% %
1 1
A = log T A = log T

= log = log

1 1
0,812 0,662

= 0,090 = 0,179

Untuk Cr(III) pada panjang gelombang 525 nm

0,0376 N %T = 94,4 = log

% 1
1 94,4
A = log T
= 0,025
0,0752 N %T = 83,6 = log

% 1
1 0,672
A = log T
= 0,172
= log %T
0,1504 N = 66,0

1 %
0,836 1
A = log T
= 0,077
0,1128 N %T = 67,2 = log

% 1
1 0,660
A = log T
= 0,180

3. Analisis serempak campuran berkomponen dua


Untuk campuran Cr(III) + Co(II) pada panjang gelombang 425-600 nm
%T 1 = 54,4 % 1
1 = log 0,544
A 1 = log T
= 0,264

%T 2 = 58,2 % = 0,230
1 %T 3 = 48,4 %
A 2 = log T 1
A 3 = log T
1
= log 0,582
1
= log 0,484

= 0,315
%T 4 = 44,6 %
1
A 4 = log T

1
= log 0,446

= 0,350
%T 5 = 43,4 %
1
A 5 = log T

1
= log 0,434

= 0,362
%T 6 = 50,4 %
1
A6 = log T
1
= log 0,504

= 0,290
%T 7 = 65,2 %
1
A 7 = log T

1
= log 0,652

= 0,185
%T 8 = 73,8 %
1
A 8 = log T

1
= log 0,738

= 0,131
Grafik Hubungan Antara dengan absorbansi Cr (III) dan Co (II)
0.45
0.4
0.35
0.3 Cr (III)
0.25 Linear (Cr (III))
Absorbansi 0.2 f(x) = - 0x + 0.32
f(x) = - 0x + 0.45 Co (II)
0.15 R = 0.01
R = 0.64 Linear (Co (II))
0.1
0.05
0
400 450 500 550 600 650
(nm)

Grafik hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi Cr (III) pada = 500


0.2

0.15 f(x) = 4.21x - 0


R = 0.93

0.1
Absorbansi

0.05

0
0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05

Konsentrasi (M)
Grafik hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi Cr (III) pada = 525
0.2
f(x) = 5.6x - 0.03
R = 0.92
0.15

0.1
Absorbansi

0.05

0
0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05

Konsentrasi (M)

Grafik hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi Co (II) pada = 500


0.4
0.35 f(x) = 1.8x + 0.11
0.3 R = 0.93

0.25
0.2
Absorbansi
0.15
0.1
0.05
0
0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16

Konsentrasi (M)

H. PEMBAHASAN
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau
absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Tiap media
akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada
senyawaan atau warna terbentuk. Percobaan ini bertujuan untuk
mengetahui cara pengoperasian alat spektrofotometri. Spektrofotometri
digunakan sebagai salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan
untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan
kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya.
Teknik spektrofotometri dapat digunakan untuk menganalisi baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif. Analisis secara kualitatif dilakukan
dengan adanya pola spektrum yang mengenali suatu senyawa dan secara
kuantitatif berdasarkan hukum Lambert-Beer. Hukum Lambert-Beer
mengatakan bahwa intensitas suatu cahaya yang diserap berbanding lurus
dengan konsentrasi senyawa. Semakin besar suatu konsentrasi, maka
semakin besar nilai absorbasinya.
Sebelum digunakan, alat terlebih dahulu dinyalakan sekitar 20
menit sebelum digunakan untuk mengoptimalkan kerja-kerja pada tiap
komponen alat tersebut serta perlu dilakukan kalibrasi sehingga pada saat
alat digunakan, pembacaan oleh alat akan saat teliti. Pada penggunaan alat
spektrofotometer untuk penggunaannya perlu pula diperhatikan seperti
larutan yang dianalisis merupakan larutan berwarna, maka apabila larutan
yang akan dianalisis merupakan larutan yang tidak berwarna dan larutan
tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi larutan yang berwarna.
Kecuali apabila diukur dengan menggunakan lampu UV. Pada panjang
gelombang yang digunakan adalah panjang gelombang yang mempunyai
absorbansi maksimal. Hal ini dikarenakan pada panajgn gelombang
maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada panjang gelombang
tersebut, perubahan absorbansi untuk tiap satuan konsentrasi adalah yang
paling besar. Selain itu disekitar panjang gelombang maksimal, akan
terbentuk kurva absorbansi yang datar sehingga hukum Lambert-Beer
dapat terpenuhi. Dan apabila dilakukan pengukuran ulang, tingkat
kesalahannya akan kecil sekali.

a. Spektrum serapan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui panjang gelombang
maksimal dari Cr (III) dan Co (II). Digunakan max karenan pada max
kepekaan absorpsi besar artinya perubahan absorpsi untuk setiap satuan
konsentrasi adalah yang paling besar.
Berdasarkan hasil pengamatan dan grafik yang diperoleh, dapat
diketahui bahwa absorbansi maksimum untuk larutan Cr (III) berada pada
panjang gelombang 500 nm dengan absorbansi 0,204 dan larutan Co (II)
dengan panjang gelombang 525 nm dengan absorbansi 0,391. Hasil yang
diperoleh tidak sesuai dengan teori dimana panjang gelombang maksimum
Cr (III) yaitu 575 nm dan Co (II) yaitu 510 nm.

b. Hukum Beer
Percobaan ini bertujuan untuk membuktikan hukum lambert-beer
yang berbunyi jika suatu berkas cahaya melewati suatu medium yang
homogen, maka sebagian cahaya datang (Po) diabsorpsi sebabanyak (Pa),
sebagian dapat dipantulkan (Ps) dan sebagian ada yang diteruskan (Pt).
Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 500 nm dan 525
nm dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Tujuannya adalah untuk
membuktikan bahwa unsur Co dan Cr tersebut telah memenuhi Hukum
Lambert-Beer atau tidak.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh semakin tinggi konsentrasi
maka semakin besar serapan atomnya, hal ini dapat dilihat dari grafik
dimana nilai Rnya pada masing-masing grafik pada panjang gelombang
500 nm dan 525 nm sekitar 0,9 sehingga dapat dikatan nilai Rnya
mendekati 1 yang berarti grafik yang diperoleh mendekati linear artinya
konsentrasi berbanding lurus ddengan serapan atomnya.

c. Pengaruh campuran berkomponen dua


Percobaan ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui
pengaruh campuran berkomponen dua terhadap absorbansi. Percobaan ini
digunakan dua larutan yang berbeda yaitu Cr (III) dan Co (II). Nilai
absorbansi dari pencampuran ini kemudian dibandingkan dengan hasil
pengukuran spektrum serapan yaitu nilai penjumlahan data Cr (III) dan
Co (II).
Bedasarkan hasil percobaan pada panjang gelombang 425 nm, 450
nm, 475 nm, 500 nm, 525 nm, 559 nm, 575 nm, 600, dan 625 nm
diperoleh nilai absorbansinya secara berturut-turut adalah 0,264; 0,230;
0,315; 0,350; 0,362; 0,290; 0,185; 0,131.

I. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik pada percobaan kali ini, adalah:
a. Spektrofotometri digunakan sebagai salah satu metode dalam kimia analisis
yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara
kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan
cahaya.
b. Penggunaan spektrofotometer yang digunakan untuk mengukur transmitan
atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang ini perlu
diperhatikan dalam penggunaannya seperti perlu dilakukannya proses
kalibrasi pada alat agar alat tersebut bisa teliti saat pembacaan.

2. Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar memahami cara
menggunakan alat dan lebih mampu mengefisienkan waktu saat
mengerjakan percobaan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Copryadi, Jimmi, Johni Azmi, dan Maharani, 2011. Isolasi Karakterisasi Dan
Penentuan Kadar Laktalbumin Susu Sapi Fries Holdstein Dengan
Metode Lowry. Jurnal Natur Indonesia. Vol. 13. No. 2. Hal: 134-137.

Day, R. A., dan Underwood, 1999. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Khopkar, SM., 2007. Dasar-dasar Kimia Analisis. Jakarta: UI-Press.

Mulja, M. dan Suharman, 1995. Analisis Instrumental. Airlangga University


Press: Surabaya.

Neldawati, Ratnawulan, dan Gusnedi, 2013. Analisis Nilai Absorbansi dalam


Penentuan Kadar Flavonoid untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat.
Jurnal Pilllar of Physic. Vol. 2. Hal: 76-83

Rayendra, Angga Fahmi, Sri Wardhani, dan Rachmat Triandi Tjahjanto, 2014.
Pengaruh Komposisi Tio2-Bentonit Terhadap Degradasi Metilen Biru.
Kimia Student Journal. Vol. 2. No. 2. Hal: 555-561.

Sulityarti, Hermin, Asdauna Zahrotun Nisa, dan Atikah, 2013. Penentuan Kadar
Iodida Secara Spektrofotometri Berdasarkan Pembentukan Kompleks
Iod-Amilum Menggunakan Oksidator Persulfat. Jurnal Kimia Student.
Vol. 1 No. 1. Hal: 85-90.

Tetra, Olly Norita, Admin Alif, Refinel, Hermansyah Aziz dan Desniwati. 2013.
Uji Selektifitas Transpor Fenol Melalui Teknik Membran Cair Fasa Ruah.
Diseminarkan pada Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.

Tim Dosen Kimia Analisis Instrumen, 2016. Penuntun Praktikum Kimia Analisis
Instrumen. Makassar: Laboratorium Kimia FMIPA UNM.

HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Lengkap Praktikum Kimia Analisis Instrumen dengan Judul
Percobaan Fotometri Emisi Nyala disusun oleh :
Nama : Rezky Amaliah Malik
Nim : 1413040001
Kelompok : VI (Enam)
Kelas : Pendidikan Kimia
telah diperiksa oleh Asisten dan Koordinator asisten yang bersangkutan dan
dinyatakan diterima.

Makassar, Desember 2016


Koordinator Asisten Asisten

Yudhi Priyatmo Arnan Arkhilaus, S.Pd


NIM: 1413041005

Mengetahui,
Dosen Penganggung Jawab

Maryono, S.Si, Apt, MM, M.Si


NIP : 19760307 200501 2 002

Anda mungkin juga menyukai