LANDASAN TEORI
5
6
yang dimiliki THE ILO/OSH 2001 pun memiliki kesamaan dengan OHSAS
18001 (Simanjuntak, 2010, hal. 6-7).
Sekiranya perlu pula memberikan edukasi dan pelatihan kepada
pekerja mengenai keselamatan dan kesehatan kerja untuk memiliki
behavioral safety. Behavioral safety lebih menekankan aspek perilaku
manusia terhadap terjadinya kecelakaan di tempat kerja, walaupun sulit untuk
di kontrol secara tepat karena 80-90% dari seluruh kecelakaan kerja yang
terjadi disebabkan oleh unsafe behavior (Luckyta & Partiwi, 2012, hal. 1).
Menurut Luckyta & Pratiwi (2012, hal. 1) unsafe behavior adalah tipe
perilaku yang mengarah pada kecelakaan seperti bekerja tanpa menghiraukan
keselamatan, melakukan pekerjaan tanpa ijin, menyingkirkan peralatan
keselamatan, operasi pekerjaan pada kecepatan yang berbahaya,
menggunakan peralatan tidak standar, bertindak kasar, kurang pengetahuan,
cacat tubuh atau keadaan emosi yang terganggu. Dengan menerapkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja maka manfaat yang didapatkan
oleh perusahaan maupun pekerja ialah sebagai berikut (Simanjuntak, 2010,
hal. 9-12):
1. Perlindungan karyawan
Tujuan penerapan SMK3 adalah memberi perlindungan kepada pekerja,
yaitu asset perusahaan yang harus dipelihara dan dijaga keselamatannya.
Dengan adanya jaminan K3 maka pekerja akan lebih optimal dalam
bekerja, memberikan kepuasan, dan loyal pada perusahaan dibandingkan
dengan pekerja yang terancam keselamatan dan kesehatan kerjanya.
2. Memperlihatkan kepatuhan pada peraturan dan undang-undang
Perusahaan yang melakukan pembangkangan terhadap peraturan dan
undang-undang seperti citra yang buruk, tuntutan hukum dari badan
pemerintah, seringnya menghadapi permasalahan dengan tenaga kerjanya
tentunya akan mengakibatkan kebangkrutan. Perusahaan yang telah
menunjukkan itikad baiknya dalam mematuhi peraturan perundangan,
membuat mereka dapat beroperasi secara normal dengan menerapkan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Mengurangi biaya
Penerapkan SMK3 dapat mencegah terjadinya kecelakaan, kerusakan atau
sakit akibat kerja, sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya yang
ditimbulkan akibat kejadian tesebut. Memang diperlukan biaya cukup
besar dalam jangka untuk menerapkan SMK3, seperti sertifikasi setiap
enam bulan yang memerlukan audit, tetapi penerapan SMK3 yang
dilaksanakan secara efektif dan penuh komitmen membuat nilai uang
yang dikeluarkan tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan biaya
yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja.
4. Membuat sistem manajemen yang efektif
Keuntungan perusahaan yang sebesar-besarnya akan dicapai dengan
adanya sistem manajemen perusahaan yang efektif. Banyak variabel yang
ikut membantu pencapaian sebuah sistem manajemen yang efektif, yaitu
mutu, lingkungan, keuangan, teknologi informasi dan K3.
7
4. Kecelakaan
Kecelakaan dapat mengakibatkan cedera yang disebabkan oleh terjatuh
atau terkena pukulan dari objek yang bergerak.
8
5. Cedera
Disebabkan oleh kecelakaan termasuk cedera berupa robekan atau
bersifat patahan seperti patah tulang.
2.4 Plan, Do, Check, and Action (PDCA)
Plan, Do, Check, and Action (PDCA) merupakan suatu proses
perbaikan secara terus menerus dan berkelanjutan yang biasanya digunakan
untuk mengendalikan kualitas yang bukan hanya sebagai alat pemecah
masalah (Sokovic, 2010, hal. 477-478). PDCA dapat dijelaskan sebagai
berikut (Journalamme, 1995, hal. 3):
1. Plan (rencana)
Perencanaan yang melibatkan penentuan batasan, menentukan kebutuhan
data, bagaimana cara pengolahan data serta memikirkan analisis kedepan
dan pencarian alternatif.
2. Do (tindakan)
Pelaksanaan rencana dan memeriksa pelaksanaan.
3. Check (periksa)
Memantau dan menilai hasil perubahan atau pelaksanaan rencana.
4. Action (reaksi)
Menindaklanjuti hasil untuk membuat perbaikan dan pemilihan alternatif
terbaik untuk diimplementasikan.
Orang Mesin
Penanganan traksi Tongkat mengenai tutup
dinaikkan Viskositas
Posos alat untuk
Penimbangan tara membaca ukuran Penimbangan tara
Nonvarias
diturunkan Menyulitkan, karena Kotor Metode penanganan
Tentukan jumlah yang
makan banyak waktu akan diekstraksi Viskositas yang tepat
Pemasangan Penimbangan tara untuk mesin
tidak tepat Tidak sesuai
keluaran damar
Lain-lain
Variasi dalam
Bervariasi Volume terekstrasi
Residu damar pada proses kedua
Tinggi Rasio penambahan
Penyumbatan
Viskositas Ada perbedaan
Rasio penambahan
Material Metode
Proses ketiga
2.9 Bising
Manusia memiliki toleransi dalam menanggulangi kebisingan, terbatas pada
durasi dan tingkat kebisingan tersebut yang dijelaskan pada tabel 2.2 dibawah
ini (Freivalds, 2009, p. 245):
Tabel 2.2 Batas Toleransi Kebisingan
Durasi (jam) Level Suara (dB)
8 90
6 92
4 95
3 97
2 100
1,5 102
1 105
0,5 110
0,25 atau kurang 115
Sumber: (Freivalds, 2009, p. 245)