Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
Batasan masalah dalam pelaksanaan kerja praktik ini adalah meliputi bidang
teknik dan manajemen galangan. Untuk permasalahan teknik mencakup kegiatan
bangunan kapal baru, kami berusaha menghubungkan dengan kondisi yang
berlangsung di Lapangan secara langsung di PT.JANATA MARINA INDAH,
Semarang, yaitu sedang membangun kapal baru yaitu 2 kapal Perintis 2000 GT, 1
Kapal Perintis 1200 GT, dan 1 kapal Container . Sedangkan permasalahan
manajemen galangan tentang prosedur serta penetapan kebijakan-kebijakan yang
berkaitan dengan pembangunan kapal baru.
2. Memahami kondisi kerja dilapangan serta aplikasi teori yang didapat dari
perkuliahan.
4. Memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yang harus ditempuh sebagai
persyaratan akademis di Jurusan Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro.
Email : jmismg@indosat.net.id
Dalam menyusun atau menulis laporan Kerja Praktek ini, penulis mengumpulkan
atau memperoleh materi dengan menggunakan beberapa metode, antara lain :
Agar mencapai hasil yang baik dan terarah serta tidak menyimpang dari
permasalahan yang ada maka penulis membuat sistematika penyusunan laporan
kerja praktik yang diuraikan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini terdiri dari latar belakang laporan ini disusun, batasan masalah
dalam kerja praktik, maksud dan tujuan dari kerja praktik, sistem pelaksanaan
kerja praktik, metode penulisan dan sistematika penulisan laporan kerja praktik.
Dalam bab ini menjelaskan tentang metode kerja praktek yang dilaksanakan pada
PT. JMI dan langkah langkah mengerjakan suatu laporan kerja prktek.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan selama penulis melakukan kerja praktik di
perusahaan serta saran yang mungkin berguna bagi para pembaca berhubungan
dengan hasil kerja praktik yang dibuat. Menjelaskan temuan-temuan yang didapat
didunia kerja nyata yang tidak didapat di bangku kuliah serta saran untuk
menyikapi hal tersebut
BAB II
TINJAUAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Website www.janatamarina.com
SHIPYARD I
Port of Tanjung Emas
Jl.Deli No. 21,
Semarang 50129
Indonesia
Phone : (62-24) 3512 040,
Fax : (62-24) 3547 162
Email :jmismg@indosat.net.id
SHIPYARD II
Port of Tanjung Emas
Jl.Yos Sudarso
Semarang 50129
Indonesia
Phone : ( 62-24)3558 450
Fax : (62-24) 3558 452
VISI ;
Menjadi Perusahaan Galangan Kapal dan Rekayasa Berkelas Dunia,
Terpercaya, dan Bernilai Tambah Bagi Para Pemangku Kepentingan.
MISI:
a. Meningkatkan kepuasan pelanggan dengan mutu produk berstandar
Internasional dan penyerahan produk tepat waktu, serta meningkatkan
pengelolaan perusahaan yang akuntabel dan transparan.
Adapun tugas-tugas pokok dari PT.Janata Marina Indah semarang pada umumnya
adalah sebagai berikut :
a. Sebagai pusat produksi, perbaikan dan pemeliharaan industri perkapalan yang
bertaraf nasional.
b. Sebagai pusat industri yang menunjang industri kelautan Nasional.
c. Sebagai pusat penelitian dan pengembangan industri kelautan Nasional.
Pada dasarnya organisasi adalah interaksi antar manusia untuk mencapai tujuan
atau mempercepat suatu pekerjaan yang di sertai tanggung jawab dan kemampuan
pada bidannya. Dan kerja sama antar bidang untuk mencapai satu tujuan.
Struktur organisasi yang diterapkan pada PT. Janata Marina Indah
Semarang adalah bentuk organisasi garis. Karena perusahaan terdiri atas banyak
karyawan dengan keahlian dan tugas yang berlainan sehingga dibutuhkan
koordanisasi yang baik untuk menghasilkan kerja yang efektif dan produktivitas
yang maksimal. Keuntungan lain dari bentuk organisasi ini adalah disiplin kerja
yang tinggi akan menjamin kesatuan pimpinan dalam menjalankan perusahaan.
Maksud dan tujuan suatu perusahaan akan tercapai manakala ia
mempunyai seorang pimpinan yang berpengetahuan luas dalam menghadapi
tantangan dan masalah - masalah yang sedang dihadapi sekaligus pemimpin yang
mampu melengkapi kekurangan - kekurangan yang ada.Untuk data perusahaan
Fungsi Kepala Divisi dan Kepala Bagian PT. Janata Marina Indah
Kepala Divisi Komersial
Membantu perusahaan dalam melaksanakan kegiatan pemasaran dan
administrasi di semua unit komersil.
Kepala Divisi Produksi
Membantu dan bertanggung jawab pada perusahaan dalam menangani dan
memimpin Divisi Produksi kapal baru.
Kepala Divisi Teknik
Membantu dan melaksanakan tugas serta bertanggung jawab pada
perusahaan dalam menangani dan memimpin Divisi Teknik.
Kepala Departemen Personalia dan Umum
Membantu direktur keuangan dan komersiil dalam mengurus administrasi
dan memimpin Departemen Personalia dan Umum pada kantor pusat.
Kepala Departemen Perencanaan
Membantu kepala Devisi Teknik dalam mengurus dan memimpin
Departemen Perencanaan kapal.
Kepala Departemen Utilitas
Membantu kepala Devisi Teknik dalam mengurus dan memimpin
Departemen Utilitas.
1. Kayu Lunak
2. Balok Kayu keras
3. Beton cor
4. Landasan
5. Klem
Gambar 2.3 Keel block
Pemasangan kayu lunak pada bagian atas bertujuan untuk
mengimbangi apabila ada perbedaan tinggi pada keel block yang lain,
sehingga apabila kapal duduk diatasnya beban yang diterima oleh
ganjal dapat merata. Biasanya kayu lunak ini menggunakan papan
kayu.
2. Side Block
Side block ini dibuat sama dengan keel block ditambah rise of
floor pada side keel ke base line dengan panjang 1 m dari side keel,
dan berfungsi sebagai penyangga badan kapal baik di kiri maupun di
kanan.
1. kayu lunak
PT. JANATA MARINA INDAH memiliki fasilitas bengkel untuk reparasi, antara
lain:
a. Bengkel Lambung
- Mesin potong optik otomatis.
- Mesin press 5 ton.
- Mesin potong semi otomatis
- Mesin bending 30 ton.
- Overhead Traveling Crane 5 ton dan 15 ton.
d. Bengkel Outfitting
Outfitting pipa.
- Mesin Pembengkok Pipa.
- Mesin Guillotine
- Mesin Gerinda.
- Alat-alat listrik dan las Asetilen.
- Mesin Bor
- Mesin Bubut.
- Mesin Press.
e. Bengkel Listrik
- Kompressor
- Mesin bor kecil
- Gerinda
- Lampu oven
- Peralatan pembongkaran motor listrik
b. Crane
PT. Janata Marina Indah memiliki beberapa jenis Crane, yaitu :
i. Rail Way Crane
Berbentuk Crane yang dapat berjalan di mana untuk kapasitas 7 ton dengan
tinggi 20 m dan 60 ton dengan tinggi 75 meter.
ii. Floating Crane
Terdapat di sisi floating Dock dengan kapasitas 75 ton dan ketinggian 15 m.
Crane ini dapat dipindahkan dengan menggunakan Tug boat.
iii. Over Head Crane
Crane ini terdapat di setiap bengkel dan memiliki rel melintang dan
memanjang dengan kapasitas 315 ton.
iv. Gantry Crane.
- Gantry Crane I dengan kapasitas3 Ton.
- Gantry Crane II dengan kapasitas 3 Ton.
- Gantry Crane III dengan kapasitas 10 Ton.
- Gantry Crane IV dengan kapasitas 5 Ton.
- Gantry Crane V dengan kapasitas 10 Ton.
BAB III
METODE KERJA PRAKTEK
3.1 Tempat dan Waktu Praktek
Jl.Deli No.21
Semarang 50129,Indonesia
Phone :(024)3512040
Fax : (024) 3547162
Email :jmismg@indosat.net.id
Unit II
Pelabuhan Tanjung Emas
Jl.Yos Sudarso
Semarang,Indonesia
Ada dua sumber data yang menjadi tumpuan dalam analisis ini
yaitu data sekunder dan juga data primer.
Data sekunder diperoleh peneliti melalui informasi tertulis dari beberapa
dokumen instansi/perusahaan yang terkait penelitian dari proyek
terdahulu dan dokumen lainnya yang relevan dengan penelitian ini dan
juga didapatkan dari studi literature maupun internet. Data-data primer
diperoleh peneliti melalui observasi langsung dan wawancara,
berhubungnan dengan obyek sasaran penelitihan yang melibatkan segala
perangkat stakeholder participant dalam kegiatan
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan kerja yang dapat dibuat
flow chart seperti di bawah ini :
START
Kebutuhan Data
Observasi
Survei Instansional
&Wawancara
Pengumpulan Data
Observasi, interview, survey
intasional
KESIMPULAN
sARAN
BAB IV
LAPORAN KERJA PRAKTEK
badan kapal terbagi beberapa block, dimana tiap-tiap block sudah siap pakai.
(lengkap dengan sistem perpipaannya). (Hartono, SST ,2006)
Karena sistem ini sangat efisien dan menguntungkan. Pada pembangunan
kapal perintis 2000 GT dibagi menjadi beberapa block pada gambar di bawah.
Sistem pemasangannya yaitu di susun dari bottom ke atas.
Pada tahap ini, untuk pertama kalinya spesifikasi kapal yang ditentukan sesuai
dengan kontrak/pesanan diterjemahkan dalam bentuk:
a. Rancangan dasar, meliputi :
1. Table Offset
2. Rencana garis (Lines plan)
3. Rencana umum (General arrangement)
4. Penampang melintang dan konstruksi profil (Midship section)
5. Bukaan kulit (Shell expansion).
b. Rancangan rinci, meliputi :
1. Konstruksi block termasuk sambungan-sambungannya.
2. Gambar perintah kerja, seperti : eye plate position, welding procedure,
welding table, cathodic protection arrangement dan lain-lain.
3. Gambar detail untuk pekerjaan out fitting, seperti :
- Hull outfitting : bollard, main hole arragement, dll
- Piping : sistem FW, sistem SW, dll
- Akomodasi
4. Gambar rangkaian listrik
5. Gambar machinery
6. Gambar detail untuk erection yaitu keel laying position.
4.1.1. Fabrikasi
Disini semua yang menjadi acuan adalah posisi kapal sendiri. Seperti low-ma,
itu berarti yang dimarking adalah bagian bawah pelat, jika pelat itu dipakai seperti
pelat geladak, berarti yang markingnya dibagian bawahnya. Cara-cara tersebut
dibedakan berdasarkan dimana bagian tersebut akan ditempatkan.
b. Cara panas, yaitu dengan memakai panas api gas acetylen yang disemburkan
secara line heating, spot heating, atau keduanya.
Fitting Fabrication
Adalah penyetelan material-material yang akan digabungkan, misalnya penyetelan
antara pembujur dengan pelat, dll
Welding
Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam
dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau
tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan
sambungan yang kontinyu. Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam
kontruksi sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan,
pipa pesat, pipa saluran dan sebagainya. Disamping untuk pembuatan, proses las
dapat juga dipergunakan untuk reparasi misalnya untuk mengisi lubang-lubang
pada coran. Membuat lapisan las pada perkakas mempertebal bagian-bagian yang
sudah aus, dan macam macam reparasi lainnya.
Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya merupakan
sarana untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena itu rancangan
las dan cara pengelasan harus betul-betul memperhatikan dan memperlihatkan
kesesuaian antara sifat-sifat las dengan kegunaan kontruksi serta kegunaan
disekitarnya. Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi
sebenarnya didalamnya banyak masalah-masalah yang harus diatasi dimana
pemecahannya memerlukan bermacam-macam penngetahuan.Karena itu didalam
pengelasan, penngetahuan harus turut serta mendampingi praktik, secara lebih
terperinci dapat dikatakan bahwa perancangan kontruksi bangunan dan mesin
dengan sambungan las, harus direncanakan pula tentang cara-cara pengelasan.
Cara ini pemeriksaan, bahan las, dan jenis las yang akan digunakan, berdasarkan
fungsi dari bagian-bagian bangunan atau mesin yang dirancang.
Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah
ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam
keadaan lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa
las adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan
energi panas.Pada waktu ini telah dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan
termasuk pengelasan yang dilaksanakan dengan cara menekan dua logam yang
disambung sehingga terjadi ikatan antara atom-atom molekul dari logam yang
disambungkan. Klasifikasi dari cara-cara pengelasan ini akan diterangkan lebih
lanjut. Pada waktu ini pengelasan dan pemotongan merupakan pengelasan
pengerjaan yang amat penting dalam teknologi produksi dengan bahan baku
logam. Dari pertama perkembangannya sangat pesat telah banyak teknologi baru
yang ditemukan.Sehingga boleh dikatakan hampir tidak ada logam yang dapat
dipotong dan di las dengan cara-cara yang ada pada waktu ini.
Prosedur pengelasan
Suatu prosedur las memberi rincian yang akurat tentang langkah langkah
yang harus diambil apabila pengelasan suatu bentuk sambungan weldment
dilaksanakan. Prosedur ini memuat rincian yang diperlukan atau cakupan rincian
untuk mengendalikan variabel yang digunakan didalam pengelasan dan
menentukan jenis material dan desain sambungan yang akan dipergunakan.
Karenanya prosedur las mengendalikan mutu pengelasan dengan cara menentukan
setiap langkah yang diperlukan.
Kelas pekerjaan Persyaratan untuk mutu sambungan dari masing masing
peralatan tersebut harus dikendalikan agar dapat memenuhi harapan dibuatnya
peralatan tersebut.Standard atau kode praktis (code of practice) yang digunakan
untuk merakit berbagai konstruksi menggunakan pengelasan.
Kode praktis (Code of practice)
BS 5500 = Bejana tekanan yang tidak menanggung nyala api
(unfired pressure vessel) yang dilas.
ASME = Kode Amerika untuk bejana tekan dan ketel uap.
ASME IX = Persetujuan (approval) atas prosedur dan pelaksanaan
pengelasanLas Listrik Kelas 1untuk perpipaan baja.
AWS D1.1 = Kode pengelasan struktur konstruksi.
Standard dan kode praktis tersebut ditelaah (revies) secara berkala oleh
Badan Nasional, dan setiap perubahan yang diperlukan dimasukkan untuk
meyakinkan bahwa kinerja las dilapangan tetap terjaga.
1. Pengumpulan data untuk prosedur las :
a. Sebelum suatu prosedur las disusun, data-data tertentu perlu dikumpulkan, dan
merupakan hal yang sangat penting bahwa seseorang yang bertanggung jawab
menyusun prosedur ini mengetahui dari mana data-data tersebut diperoleh.
b. Data data ini harus mendapat persetujuan dari pihak kontraktor pengguna.
c. Beberapa hal perlu mendapat persetujuan terlebih dahulu tergantung pada
persyaratan kode yang diacu,misalnya profil las apakah diperlukan tindak
lanjut terhadap sambungan las yang telah selesai.
2. Hal hal yang perlu dicantumkan didalam prosedur las :
a. Proses las yang digunakan
b. Spesifikasi bahan induk, tebal, pipa termasuk diameter.
c. Pengelasan dishop atau lapangan
d. Persiapan sisi (edge preparation )
e. Metode pembersihan, pembuangan gemuk,dll.
f. Penyetelan sambungan (sketsa).
g. Apakah jig, tack atau backing digunakan.
3. Bahan dasar :
a. Bahan dasar dapat mempengaruhi pengelasan. Misalnya pengaruh penyiapan
material ditentukan oleh komposisi kimiawinya.Retak disona terimbas panas
(heat affected zone/HAZ) Sangat dipengaruhi oleh komposisi kimiawi bahan
dasar; karenanya komposisi kimiawi ini perlu dikendalikan.
b. Elemen pembentuk kristal didalam bahan dasar dapat mempengaruhi tingkat
kekuatan dan pengerasannya (hardenability).
4. Persiapan sisi (edge preparation) :
a. Terdapat banyak alasan untuk memasukkan persiapan sisi kedalam prosedur
las. Akses secukupnya merupakan faktor penting seperti misalnya bahan las
yang terdeposisi akan berfusi dengan bahan dasar. Prosedur las harus
mencakup bukan hanya persiapaan namun juga penyelesaian permukaan
(surface finish).
b. Permukaan berlapis kerak atau oksida tebal akan menyebabkan fusi tidak
sempurna (lack of fusion), terperangkapnya oksida (trapped oxide), atau
porositas yang tidak dapat diterima.
5. Metoda pembersihan :
a. Bagaimana permukaan bahan dipersiapkan sebelum dilas merupakan faktor
yang perlu diperhatikan seperti misalnya baja mungkin hanya perlu
pembersihan menggunakan penyikatan (brushing) secara manual atau
mekanikal, sedangkan alumunium memerlukan pencucian secara kimiawi
yang akan dilas ). Panas yang timbul dari lompatan ion listrik ini besarnya dapat
mencapai 4000 sampai 4500 Celcius Proses terjadinya pengelasan karena
adanya kontak antara ujung elektroda dan material dasar sehingga terjadi
hubungan pendek dan saat terjadi hubungan pendek tersebut tukang las (welder)
harus menarik elektrode sehingga terbentuk busur listrik yaitu lompatan ion yang
menimbulkan panas. Panas akan mencairkan elektrode dan material dasar
sehingga cairan elektrode dan cairan material dasar akan menyatu membentuk
logam lasan (weld metal). Untuk menghasilkan busur yang baik dan konstan
tukang las harus menjaga jarak ujung elektroda dan permukaan material dasar
tetap sama. Adapun jarak yang paling baik adalah sama dengan diameter elektroda
yang dipakai,misalnya kawat las (elektroda) 3,2 mm maka jarak yang baik antara
material dasar dengan ujung elektroda adalah sekitar 3 mm juga.
a. Macam macam pengelasan SMAW
Dalam proses pengelasan SMAW tenaga listrik yang di peroleh dari
mesin menurut jenis arus yang dikeluarkan terbagi menjadi 3 jenis mesin
yaitu:
1.Mesin dengan arus bolak balik (AC)
2.dengan arus searah (DC)
3.dengan kombinasi arus searah (DC) dan arus bolak balik (AC)
Mesin arus bolak balik(AC) cukup dengan transformator.
Pada mesin arus (DC) dilengkapi dengan komponen yang merubah
sifat arus bolak balik (AC) menjadi arus searah yaitu dengan generator
listrik.Karakteristik electric effeciensinya 80-85%.Pada mesin kombinasi
antara AC dan DC dilengkapi dengan transformator dan rectifier,dimana
rectifier ini mempunyai fungsi untuk meratakan arus.
Pada proses pengelasan smaw arus AC (Alternating Current)
Voltage drop tidak di pengaruhi panjang kabel
Kurang cocok untuk arus yang lemah
Tidak semua jenis elektroda dapat dipakai
Secara teknik arc starting lebih sulit terutama untuk
diameter elektrode kecil.Arus ini menghasilkan pengelasan
yang kasar, sehingga kurang cocok di pakai.Biasanya
banyak di pakai pada saat di lapangan.
Kabel masa dan kabel elektroda (ground cable and electrode cable)
Kabel masa dan kabel elektroda berfungsi menyalurkan aliran listrik
dari mesin las ke material las dan kembali lagi ke mesin las. Ukuran kabel
masa dan kabel elektroda ini harus cukup besar untuk mengalirkan arus
listrik, apabila kurang besar akan menimbulkan panas pada kabel dan
merusak isolasi kabel yang akhirnya membahayakan pengelasan.
Holder (penjepit elektroda) dan claim masa
Pemegang elektrode berguna untuk mengalirkan arus listrik dari
kabel elektrode ke elektrode serta sebagai pegangan elektrode sehingga
pengelas tidak merasa panas pada saat mengelas.Klem masa berguna untuk
menghubungan kabel masa dari mesin las dengan material biasanya klem
masa mempunyai per untuk penjepitnya.Klem ini sangat penting karena
apabila klem longgar arus yang dihasilkan tidak stabil sehingga pengelasan
tidak dapat berjalan dengan baik.
Elektroda
Sebagian besar elektrode las SMAW dilapisi oleh lapisanflux, yang
berfungsi sebagai pembentuk gas yang melindungi cairan logam dari
kontaminasi udara sekelilingnya.Selain itu fluk berguna juga untuk
membentuk terak las yang juga berfungsi melindungi cairan las dari udara
sekelilingnya.Lapisan elektrode ini merupakan campuran kimia yang
komposisisnya sesuai dengan kebutuhan pengelasan. Menurut AWS
(American Welding Society ) elektrode diklasifikasikan dengan huruf E dan
diikuti empat atau lima digit sebagai berikut E xxxx (x) ,contohnya E 6010,
E 6013, E 7018 dan lain-lain.
Elektroda dengan kode E6013 untuk setiap huruf dan setiap angka
mempunyai arti masing-masing yaitu:
E = Elektroda untuk las busur listrik.
60 = Menyatakan nilai tegangan tarik minimum hasil pengelasan dikalikan
dengan 1000 Psi (60.000 Ib/in2) atau 42 kg/mm2
1 = Menyatakan posisi pengelasan,1 berarti dapat digunakan untuk
pengelasan semua posisi.
2. Pengelasan FCAW
Flux cored arc welding (FCAW) merupakan las busur listrik fluk
inti tengah / pelindung inti tengah. FCAW merupakan kombinasi antara
proses SMAW, GMAW dan SAW. Sumber energi pengelasan yaitu dengan
menggunakan arus listrik AC atau DC dari pembangkit listrik atau melalui
trafo dan atau rectifier.FCAW adalah salah satu jenis las listrik yang
memasok filler elektroda secara mekanis terus ke dalam busur listrik yang
terbentuk di antara ujung filler elektroda dan metal induk.Gas
pelindungnya juga sama-sama menggunakan karbon dioxida
CO2.Biasanya, pada mesin las FCAW ditambah robot yang bertugas untuk
menjalankan pengelasan biasa disebut dengan super anemo.
Flux cored arc welding atau las busur berinti flux mirip dengan
proses las GMAW, yaitu menggunakan elektroda solid dan tubular yang
diumpankan secara kontinyu dari sebuah gulungan. Elektroda diumpankan
melalui gun atau torch sambil menjaga busur yang terbentuk diantara
ujung elektroda dengan base metal. FCAW menggunakan elektroda
dimana terdapat serbuk flux di dalam batangnya. Butiran-butiran dalam
inti kawat ini menghasilkan sebagian atau semua shielding gas yang
diperlukan.Jadi berlawanan dengan GMAW, dimana seluruh gas pelindung
berasal dari sumber luar.FCAW bisa juga menggunakan gas pelindung
tambahan, tergantung dari jenis elektroda, logam yang dilas, dan sifat dari
pengelasan yang dikerjakan.Ada dua jenis variasi FCAW yang memiliki
kegunaan berbeda-beda tergantung dari metode gas pelindung.
Gas Shielded (FCAW-G).
Self-shielded (FCAW-SS).
Berdasarkan metode pelindung, FCAW dibedakan :
a. Self shielding FCAW (Pelindungan sendiri) , yaitu melindungi las yang
mencair dengan gas dari hasil penguapan dan reaksi inti fluks
b. Gas shielding FCAW (perlindungan gas) = dual gas, yaitu melindungi
las yang mencair selain dengan gas sendiri juga ditambah gas pelindung
dari luar sistem.
Pengelasan FCAW dapat menggunakan gas Argon (Ar) yang biasa
disebut MAG ataupun gas Karbondioksida (CO2) yang biasa disebut
MIG.
Control system
Kontrol system adalah mesin yang digunakan untuk mengatur arus
pada mesin FCAW otomatis.Kabel power: Kabel power adalah kabel yang
menghubungkan antara mesin dan supply tenaga.
Trafo : Digunakan untuk mengubah arus voltase pada supply tenaga untuk
menggerakkan motor pada control box.
Rail : Digunakan sebagai dudukan control box agar dapat melakukan
pengelasan dengan jarak yang panjang
kasar, namun tidak boleh digerinda karena akan memakan permukaan base
metalnya.
PERCIKAN
b. Porosity / Gelembung Gas,las ini biasanya terjadi karena beberapa hal :
POROSITY
1. Lingkungan Basah atau lembab
2. Elektroda lembab
3. Amper Capping terlalu tinggi
4. Timbul gas sewaktu pengelasan
5. Lapisan Galvanize digerinda
6. Masuk udara ke dealam kolam las
7.Kampuh kotor
Akibat dari cacat las iniadalah Tampak jelek, Melemahkan sambungan,
Mengawali karat permukaan. Cara penanggulangannya yakni Gerinda atau
gouging hingga cacat hilang dan las ulang sesuai ketentuan WPS Repair.
PERCIKAN
POROSITY
e. Surface undercut .Cacat las ini terjadi karena ada beberapa hal antara lain:
1. suhu metal terlalu tinggi
2. amper capping terlalu tinggi
3. speed capping terlalu rendah
Akibat dari cacat las ini adalah:
1. melemahkan sambungan
2. mengawali cacat permukaan
3. menimbulkan tegangan geser ( displasment stress ) yang berpotensi
retak.
Cara penanggulangannya yakni cukup membersihkannya dengan wire
brush ( sikat kawat dan mengisinya dengan stringer ( pengelasan lajur
tunggal tanpa digoyang ) sesuai WPS Repair .
Akibat dari cacat las ini adalah kemungkinan bocor sangat tinggi di lokasi
cacat. Cara penanggulangannya yakni cacat digouging hingga akar las ,
kemudian diisi las sesuai WPS Repair.
Pembahasan ini dapat ditarik suatu kesimpulan Dari pengujian yang telah
dilakukan didapatkan beberapa kesimpulan bahwa pengujian visual ini
membutuhkan kecermatan, kesabaran, dan juga pengalaman yang tinggi.
Sulit untuk melakukan indikasi cacat pada material dengan hanya melihat
secara sekilas, perlu pengukuran dan kecermatan dalam mengindikasi
cacat tersebut.Hal ini sangat wajar karena para inspector yang
berpengalamanpun masih kesulitan untuk melakukan indikasi dengan
pengujian visual.
4.1.2. Assembly
Dari kedua proses ini, QA-QC memegang peranan penting untuk mengecek
hasil dari keduanya. Seperti yang kita ketahui, tugas dari QA-QC yaitu menjamin
kuantitas dan mutu dari benda.
Proses assembly
Perlu diketahui bahwa proses assemblying ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :
1. Persiapan JIG
Pada proses ini dilakukan pembuatan pondasi untuk sebuah blok yang
digunakan membantu pengerjaan pada proses assembly sampai menjadi sebuah
blok.
2. Scantling Check
Pada proses ini, dilakukan pengukuran dimensi. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui keselarasan keadaan aktual dengan gambar. Selain itu, proses ini juga
untuk mempermudah pada persiapan joint erection. Pengukuran ini dibantu
dengan menggunakan alat rollmeter sepanjang 50 m. Pengukuran dilakukan pada
bagian lebar, tinggi, jarak gading dan lain-lain.
3. Penyambungan (Fit-Up)
Sama halnya dengan proses sub assembly, pada proses assembly ini juga
dilakukan pengecekan persiapan penyambungan. Disini dicek kelengkapan kapal.
Selain itu juga dicek pada bagian penggabungan plate, misalkan jika terdapat pelat
yang tidak rata
Welding check ini dilakukan oleh pihak surveyor dari BKI. Yang mana, dari pihak
BKI ini mengecek ada tidaknya cacat tidaknya ditimbulakan oleh pengelasan
sesuai standart class.Berikut adalah tanda (simbol) dan harus doiperbaiki:
4.1.3. Erection
Meletakkan seksi blok pada keel blok dan side blok yang telah
diatur sesuai dengan marking dok serta mengatur paju pada keel blok dan
side blok yang kurang tepat agar seksi blok tersebut tidak bergerak dan
untuk kelurusan antar seksi blok.
c. Fitting
Pekerjaan fitting yaitu meletakkan seksi blok sesuai pada
tempatnya, kemudian dilakukan las ikat atau memasang pelat setrip agar
seksi tersebut tidak bergeser sehingga benar-benar siap untuk dilakukan
pengelasan.
d. Welding
Sebelum dilakukan pengelasan penuh, terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan ketepatan usuran dan bentuk serta kelurusan dan kedataran
seksi blok oleh pihak Quality Assurance dan class. Dan jira sudah tidak
ada masalah, maka dilakukan pengelasan denga metode dan urutan
pengelasan yang sesuai. Setelah pengelasan selesai, dilakukan
pemeriksaan terhadap hasil pengelasan tersebut, agar produk kapal sesuai
dengan standar mutu yang telah disepakati.
e. Finishing
Pekerjaan finishing yaitu menghilangkan cacat-cacat baik karena
deformasi sebelum maupun akibat pengelasan pelat pengikat atau
pengelasan pelat.
Pada proses outfitting ini akan membahas tentang perpipaan. Dengan menjelaskan
tentang sistem pipa di sebuah kapal.
SISTEM INSTALASI PIPA PADA KAPAL
Sistem instalasi perpipaan di kapal dapat dikelompokkan dalam beberapa
kelompok layanan di atas kapal, antara lain :
sea chest, yang dapat ditutup dan dipasang katup atau kran di tank top
kotak sea chest.
9. Pipa-pipa uap atau udara bertekanan berfungsi sebagai pelepas uap di
sea chest dan membersihkan saringan kotak air laut (sea greating).
Pipa uap atau pipa udara bertekanan tersebut harus dilengkapi dengan
katup-katup yang melekat langsung pada kotak sea chest. Umumnya
pipa udara pembersih (blow off) sea chest bertekanan 2 3 kg/cm2.
10. Katup-katup lambung kapal harus mudah dicapai, katup-katup
pemasukan dan pengeluaran air laut harus mudah dijangkau. Kran-
kran pada lambung kapal pengaturannya harus sedemikian rupa,
sehingga mudah pengoperasiannya untuk buka dan tutup.
11. Lubang saluran pembuangan dan pembuangan saniter tidak boleh
dipasang di atas garis muat kosong (empty load water line) di daerah
tempat perluncuran sekoci penolong atau harus ada alat pencegah
pembuangan air ke dalam sekoci penolong. Lokasi lubang harus
diperhitungkan juga dalam pengaturan letak tangga kapal dan tangga
pandu.
12. Pipa pembuangan yang keluar dari ruangan dibawah geladak lambung
timbul dan dari bangunan atas dan rumah geladak yang tertutup kedap
cuaca, harus dilengkapi dengan katup searah otomatis yang dapat
dikunci dari tempat yang mudah dicapai di atas geladak lambung
timbul. Alat penunjuk bahwa katup terbuka atau tertutup harus
disediakan pada tempat penguncian.
Sementara dari rules BKI volume III 1996 tentang sistem sanitari pada
pada kapal menjelaskan bahwa :
1. Pipa-pipa pembuangan air kotor harus dilengkapi dengan storm valve
dan pada sisi lambung dengan gate valve.
2. Katup tak balik harus diatur pada bagian hisap atau bagian tekan dari
pompa air kotoran.
3. Pipa-pipa pengering saniter harus dihubungkan dengan tangki
pengumpul kotoran.
Proyek kali ini pada JMI II menggunakan jenis galvanis dan pipa baja
hitam yaitu jenis pipa baja karbon STGP.
terdapat instalasi pipa yang lain berfungsi mengalirkan gas non cair seperti pipa
gas buang, pipa sistim CO2, atau instalasi pipa yang mengalirkan udara dan uap
bertekanan.Jenis pipa yang terdapat dikapal memiliki beragam senis ditinjau dari
material pipa sesuai dengan kegunaannya. Material pipa dikapal pada umumnya
terbuat dari baja galvanis, baja hitam, baja campuran, stainless steel, kuningan,
tembaga ataupun alumunium. Pada kegunaan tertentu terdapat pula pipa yang
terbuat dari bahan non metal seperti rubber hose , gelas dan PVC.
Sistem perpipaan berfungsi untuk menghantarkan atau mengalirkan fluida
dari suatu tempat ke tujuan yang diinginkan dengan bantuan pompa. Misalnya
pipa yang dipakai yang dipakai untuk memindahkan minyak dari tangki ke mesin,
memindahkan minyak pada bantalan bantalan dan juga memindahkan air untuk
keperluan pendingin mesin, dan kebutuhan sehari hari diatas kapal serta masih
banyak lagi fungsinya.
Sistem perpipaan harus dirancang dan dibuat dengan jumlah belokan dan
sambungan las sekecil mungkin, dan diusahakan menggunakan sambungan flens
atau sambungan yang dapat dilepaskan . semua pipa harus dilindungi dari
kerusakan mekanisme. Sitem perpipaan ini harus ditumpu atau dijepit sedemikian
rupa untuk menghindari getaran.sambungan pipa melalui sekat yang diisolasi
harus sambungan flens yang diijinkan dengan panjang yang cukup tanpa merusak
isolasi.
Ukuran Pipa
Ukuran pipa sangatlah beragam mulai dari yang terkecil hingga yang
terbesar. Nominal Pipa Size adakah metode yang digunakan untuk menyebut pipa
berdasarkan ukuran diameter pipa tersebut. Ukuran nominal pipa tidak sama
dengan ukuran diameter pipa yang sebenarnya. Nominal pipe size atau disingkat
NPS merupakan istilah yang sering digunakan di Amerika dalam sistem pemipaan
dengan satuan inch. Selain NPS sebutan yang biasa digunakan untuk
menunjukkan diameter suatu pipa yaitu Diameter Nominal atau disingkat DN.
Jika nominal pipe size menggunakan satuan inch, satuan yang digunakan untuk
diameter nominal (DN) adalah milimeter yang banyak digunakan oleh Negara
dibenua Eropa.
Nominal Pipe
OD (Inch) OD (mm)
Size
1 inch 1,315 inch x 25,4 33,4 mm
digunakan untuk pressure dan temperatur yang rendah,baik juga untuk pressure
dan temperature yang tinggi.
disamping kanan atau kiri jalan ada galian, biasanya pipa yang di pasang, atau
bahkan beton, mengunakan sambungan tipa ini.
Valve atau katup adalah sebuah perangkat yang terpasang pada sistem
perpipaan, yang berfungsi untuk mengatur, mengontrol dan mengarahkan laju
aliran fluida dengan cara membuka, menutup atau menutup sebagian aliran fluida.
Katup/valve memiliki peran penting dalam suatu industri seperti industri migas
yang meliputi pengaliran kedalam kolom distilasi dan mengontrol pengapian pada
furnace (tungku).
Valve dapat dioperasikan secara manual, baik dengan menggunakan
pegangan, tuas pedal dan sebagainya. Selain dioperasikan secara manual, ada juga
jenis valve yang dioperasikan secara otomatis, yakni pengendaliannya dilakukan
dengan menggunakan prinsip perubahan aliran, tekanan dan suhu di dalam pipa.
Ketiga perubahan tersebut akan mempengaruhi diafragma, pegas ataupun piston
sehingga secara otomatis akan menggerakkan katup dengan sistem buka tutup.
Fungsi valve
Terdapat berbagai macam jenis valve yang digunakan pada kilang minyak
maupun di pabrik-pabrik lain. Setiap jenis katup memiliki fungsi dan prinsip kerja
masing-masing, seperti berikut:
1. Untuk menutup dan membuka aliran dengan syarat, ketika terbuka
memiliki hambatan aliran dan pressure loss yang minimum. Contohnya:
gate valve, ball, plug dan butterfly valve.
2. Untuk keperluan mengatur aliran, dengan cara menahan aliran dengan
perubahan arah atau menggunakan suatu hambatan, bisa juga dengan
kombinasi keduanya.
3. Untuk mencegah aliran balik (back flow), biasanya menggunakan check
valve (lift check dan swing check). Valve ini akan tetap terbuka dan akan
tertutup apabila terdapat aliran yang berlawanan arah.
4. Untuk keperluan mengatur tekanan, beberapa pengaplikasian valve di
lapangan, tekanan yang masuk (line pressure) harus dikurangi untuk
mencapai tekanan yang diinginkan. Biasanya menggunakan pressure-
reducing valve atau regulator.
5. Untuk pressure relief (pelepasan tekanan) dengan menggunakan relief
valve dan safety valve. Relief valve digunakan untuk mengatasi bila
4. Globe valve
Aliran dalam valve berubah arah sehingga menghasilkan friksi
yang cukup besar meskipun dalam keadaan terbuka lebar. Jenis valve ini
cukup penting bila digunakan untuk penutupan yang rapat terutama pada
aliran gas.
check dan ball check. Untuk lebih jelasnya, silahkan Anda baca pada
artikel sebelumnya yang berjudul: Jenis-jenis Check Valve.
dengan mesin. Pada umumnya gasket digunakan untuk mencegah kebocoran dari
sambungan (joined) dibawah kondisi bertekanan (compression).
Gasket juga dapat didefinisikan sebagai bahan atau material yang dipasang
diantara dua permukaan benda, di mana di dalamnya terdapat fluida bertekanan,
untuk mencegah terjadinya kebocoran.Pada sambungan dua permukaan benda,
khususnya pada saat memasang komponen mesin, memerlukan komponen antara.
Komponen ini befungsi sebagai perapat dari sambungan. Perapat ini
diperlukan karena memang tingkat kekasaran pada kedua komponen mesin akan
memungkinkan terjadinya kebocoran. Gasket inilah yang akan berfungsi sebagai
komponen antara untuk mencegah terjadinya kebocoran.
Pada saat dilakukan pengencangan baut pengikat antara dua buah flange,
maka gasket akan bereaksi dengan berubah bentuk sesuai tingkat elastisitasnya.
Perubahan bentuk ini akan mengisi ruang yang dihasilkan oleh kedua flange
karena pengerjaan yang tidak rata. Perubahan bentuk inilah yang menyebabkan
sambungan antara kedua flange menjadi rapat dan memungkinkan untuk
mencegah kebocoran.
Jenis-jenis material gasket yang digunakan dalam industri kimia berbeda-
beda, disesuaikan dengan kondisi operasi (tekanan, temperatur) dan karakteristik
bahan kimia yang kontak dengan gasket. Sehingga bahan dasar gasket akan
disesuaikan dengan tingkat kebutuhannya.
Secara umum, bahan dasar gasket ada tiga jenis, yaitu metal, non-metal
dan setengah metal. Gasket metal terbuat dari tembaga, aluminium atau kuningan.
Gasket non-metal biasanya dibuat dari asbes, karet, kertas, rami, kulit, gabus dan
keramik.Biasanya sebagai perapat antar komponen nonmetal gasket yang
digunakan menggunakan bahan dasar asbes, karet dan kertas. Untuk bahan semi
metal biasanya gabungan dari bahan metal dan non-metal. Berikut ini jenis jenis
Gasket
No Jenis
Gambar Keterangan
. Gasket
pompa bilga dan pipa pembuangan dari pompa bilga tersebut menuju keluar
melalui kulit lambung.Pada kulit lambung, pipa pembuangan tersebut
dilengkapi dengan sebuah katup dari jenis satu arah.Tanki bilga di kamar mesin
harus dilengkapi satu pipa hisap langsung ke pompa bilga.Pipa dibuat dari
galvanized steel. Katup-katup dari bahan bronze (marine) sesuai persyaratan
kelas. Pipa-pipa balas menghubungkan tangki-tangki balas dengan pompa balas
dan dari pompa balas ini terhubung sebuah pompa dinas umum dan pemadam
kebakaran, dimana kedua pompa ini memiliki pipa pembuangan yang menuju
keluar melalui kulit lambung.Pipa buang tersebut dilengkapi dengan sebuah
katup pada kulit lambung.Susunan pipa-pipa balas tersebut dibuat sedemikian
rupa, sehingga pompa balas tersebut dapat mengisi dan mengeringkan tangki
balas melalui pipa yang sama.Pipa buang dari pompa balas dan pompa dinas
umum dan pemadam kebakaran harus dihubungkan dengan semua hidran
kebakaran yang ada di kapal.Antara pompa bilga dan pompa balas harus ada
sebuah pipa hubung silang (cross connection) sehingga pompa bilga dapat
berfungsi sebagai pompa balas atau pompa pemadam kebakaran.Pompa balas
harus dihubungkan secara silang (cross connection) dengan sistem pendingin
air laut mesin induk, sehingga dapat berfungsi sebagai pompa pendingin
cadangan air laut (dalam keadaan darurat).Pipa-pipa dibuat dari galvanized
steel.Katup-katup dari bahan bronze (marine) sesuaiperaturan BKI.
F. Sistem Pipa Pemadam Kebakaran
Sistem pipa pemadam kebakaran terbagi atas sistem pemadaman
dengan air laut dengan jangkauan pada seluruh ruang-ruang dan geladak di
kapal dan sistem pemadaman dengan gas CO2 untuk kamar mesin.Sistem
pemadaman dengan air laut terdiri dari instalasi: 1 (satu) pompa balas; 1(satu)
pompa dinas umum dan pemadam kebakaran; 1(satu) pompa pemadam
kebakaran darurat dengan motor diesel; koneksi air pemadam darurat; hidran-
hidran; pipa-pipa; katup-katup; dan perlengkapan lainnya. Pompa pemadam
darurat dihubungkan langsung dengan 1 kerangan laut di sisi
starboard.Sedangkan pemadaman dengan gas CO2 terdiri dari instalasi: 5
(lima) tabung CO2 ; 2 (dua) detektor panas; 8 (delapan) corong pemadam
yang efektif yang setiap waktu dapat dicapai untuk dibersihkan, terpasang baik
dan kuat agar terhindar dari vibrasi yang berlebihan dan dibungkus dengan
bahan isolasi yang tebalnya cukup dan efisien, serta dililiti oleh pelat tipis
pelindung yang digalvanisir.
Pipa-pipa gas buang harus terpasang sedemikian rupa sehingga
masuknya air laut dan air hujan ke mesin-mesin dapat dicegah.
J. Sistem Pipa Pembuangan Air Kotor
Air kotor dari penggunaan air tawar dan air laut pada sistem air tawar
dan saniter air laut disalurkan melalui pipa-pipa penyalur dan pipa-pipa isi ke
dalam tanki sewage (kotoran) yang tersedia pada sisi kiri dan kanan kapal.
Instalasi pembuangan air kotor terbagi dalam sisi kiri dan kanan kapal dan
masing-masing dilengkapi 1 (satu) pompa sewage.
Kapal memiliki 4(empat) tanki sewage, dua di haluan dan sisanya
terletak di kamar mesin. Tanki sewage haluan dihubungkan dengan pipa
penyalur ke tanki sewage buritan. Untuk mengosongkan tanki sewage, pada
tanki sewage buritan masing-masing dilengkapi dengan pipa buang yang
berujung pada geladak kendaraan.
Pipa-pipa dibuat dari bahan galvanized steel.
Katup-katup dari bahan bronze (marine), sesuai dengan peraturan BKI.
K. Sistem Pipa Pembuangan Minyak Kotor
Setiap tanki harian bahan bakar, tanki harian minyak lumas, pompa
bahan bakar, mesin-mesin induk dan mesin-mesin bantu dilengkapi bak
penampung (drip tray) dan pipa pengering yang berujung pada tanki minyak
kotor. Residu minyak dari pemisah air-minyak ditampung pada tanki
bilga.Pipa buang minyak kotor berujung pada geladak kendaraan dan
dilengkapi dengan 1(satu) unit pompa tangan.
L. Sistem Pipa Udara Tekan
Instalasi pipa udara tekan ini harus cocok untuk sistem udara tekan
dengan tekanan kerja 30 kg/cm2.Udara yang dihasilkan dari kompresor udara
diisikan ke dalam botol angin. Botol angin digunakan untuk
membersihkan sea chest (tekanan maksimum 30 kg/cm2 ), seruling kapal,
Perencanaan
Pelaksanaan dan kondisi pekerja yang baik
Keadaan cuaca
Pemilihan Metode
Yaitu pengujian performa kapal, yang dilakukan oleh owner kapal, pihak
galangan, dan juga badan class. Pengujian meliputi : kecepatan, manuver,
penurunan dan penarikan jangkar, pemadam kebakaran, dll yang menyangkut
keseluruhan fungsi peralatan dan perlengkapan di kapal pada saat nanti kapal
berlayar.
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Selama kegiatan kerja praktik di PT. Janata Marina Indah Semarang Unit
II kami memperoleh banyak ilmu dan pengetahuan khususnya dalam dunia
perkapalan yang amat luas, dan kami mengetahui juga bagaimana gambaran
sebuah galangan tempat membuat, memperbaiki dan memberikan berbagai jasa
lainnya pada kapal-kapal yang sedang docking. Dengan demikian ilmu yang kami
peroleh dari dosen-dosen mengenai galangan kapal dapat kami aplikasikan secara
langsung terjun kedalamnya dalam sebuah kegiatan kerja praktik ini. Melalui
kerja praktek ini kami dapat menyaksikan secara langsung proses perawatan dan
perbaikan kapal-kapal yang sedang melakukan docking di PT. JMI Unit II.
Berikut ini merupakan kesimpulan yang dapat kami sampaikan dari kerja praktek
selama 1 bulan di PT. Janata Marina Indah :
Penyusunan laporan ini tentu memiliki maksud dan tujuan, setelah melakukan
kerja praktek selama 1 bulan maka berikut ini adalah saran yang bisa
praktikan sampaikan :
4. Koordinasi antara pihak galangan dan pihak penyedia material agar tidak
terjadi kerterlambatan penyedian matrial.
DAFTAR PUSTAKA
Djatmiko S, Ir. Eko Yulianto, SH, AT. 1998, The Ship Painting
&Rushproofing System, Semarang.
Djatmiko, S., Soedijono, Soedarsono. 1983. Teknik Galangan
Kapal dan Dock Jilid I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah: Jakarta.
Hartono .SST.2006. Teknik Galangan kapal, Diktat Kuliah,
Universitas Semarang: Semarang.
Welding Technology Module. INLASTEK,Surakarta.
Observasi Lapangan PT. Janata Marina Indah Cabang Semarang,
Semarang.
www.google.com
- http://navale-engineering.blogspot.co.id/2012/02/proses-
pembangunan-kapal-bangunan-baru.html
- http://hima-tl.ppns.ac.id/?p=130
- http://hima-tl.ppns.ac.id/?p=121
- http://www.pengelasan.com/2014/06/proses-las-fcaw-flux-
core-arc-welding.html
- http://www.cnzahid.com/2015/08/ilmu-pipa-definisifungsi-
dan-jenis.html