Anda di halaman 1dari 2

Difteri adalah infeksi bakteri yang umumnya menyerang selaput lendir pada

hidung dan tenggorokan, serta terkadang dapat memengaruhi kulit. Penyakit ini
sangat menular dan termasuk infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa
jika tidak segera ditangani.

Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae dan umumnya


memiliki masa inkubasi (rentang waktu sejak bakteri masuk ke tubuh sampai
gejala muncul) 2 hingga 5 hari. Gejala-gejala yang mengindikasikan penyakit ini
meliputi:
Terbentuknya lapisan tipis berwarna abu-abu yang menutupi tenggorokan
dan amandel.
Demam dan menggigil.

Sakit tenggorokan dan suara serak.


Sulit bernapas atau napas yang cepat.

Pembengkakan kelenjar limfa pada leher.

Lemas dan lelah.

Hidung beringus. Awalnya cair, tapi lama-kelamaan menjadi kental dan


terkadang berdarah.
Difteri juga terkadang dapat menyerang kulit dan menyebabkan bisul. Bisul-bisul
tersebut akan sembuh dalam beberapa bulan, tapi biasanya akan meninggalkan
bekas pada kulit.
Segera periksakan diri ke dokter jika Anda atau anak Anda menunjukkan gejala-
gejala di atas. Penyakit ini harus diobati secepatnya untuk mencegah komplikasi.

Menurut World Health Organization (WHO), tercatat ada setidaknya 7.321 kasus
difteri yang tercatat di seluruh dunia pada tahun 2014. Di antara angka tersebut,
Indonesia turut menyumbang 394 kasus. Pada tahun 2015, angka kejadian difteri
di Indonesia mengalami peningkatan menjadi 502 kasus. Namun Departemen
Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa 37 persen kasus ini terjadi
pada penderita yang belum mendapatkan imunisasi difteri.
Di Indonesia, difteri termasuk salah satu penyakit yang pencegahannya
dimasukkan ke dalam program imunisasi wajib pemerintah. Imunisasi difteri yang
dikombinasikan dengan pertusis (batuk rejan) dan tetanus ini disebut dengan
imunisasi DPT 3. Cakupan imunisasi ini sendiri di Indonesia cukup luas, yakni
sebesar 90-100 persen.

Anda mungkin juga menyukai