Anda di halaman 1dari 21

ANEMIA DEFISIENSI BESI (4a)

1. Sapa pasien dan persilakan duduk


2. Perkenalkan diri
3. Tanya nama pasien, usia, pekerjaan, status
4. Anamnesis:
- Gejala saat ini: lemah, lesu, pucat, sakit kepala, pusing, penurunan
konsentrasi, palpitasi, mata berkunang-kunang, telinga berdengung,
keringat dingin, sulit menelan
- Riwayat: vegetarian, pica (kebiasaan makan substansi tanpa nutrisi Ex: es
batu, kertas, lumpur) , pendarahan {GI tract (melena, hematemesis) ,
respiratory tract (hemoptisis), genitourinary (hematuria, menoragia/
menstruasi bnyak, metroragia/ menstruasi >1x dalam 1 bulan}, transfuse
darah, hamil dan menyusui
- Riwayat penyakit sebelumnya: hipertensi, asma, DM, penyakit lain
- Riwayat keluarga
- Riwayat pengobatan sebelumnya
- Riwayat social: pekerjaan, aktivitas sehari-hari, pola makan
5. Pemeriksaan fisik:
- Keadaan umum: : tampak sakit/tidak, gizi (baik: BB/TB >90%, sedang 81-
90%, kurang 71-80%, buruk <70%), GCS/ kesadaran
- Vital sign: nadi, tensi, suhu, frekuensi pernapasan
- Status generalisata
Kepala:
o bentuk normocepali
o wajah (simetris +, pucat +, sianosis -, ikterus -)
o mata: kelopak mata (ptosis -, edema -), konjungtiva pucat
+/+, sclera ikterus -/-, sclera biru + (tidak selalu), pupil
isokor, tepi rata, diameter 5cm, reflek cahaya langsung +/
+, reflek cahaya tidak langsung +/+, gerakan bola mata
baik
o Telinga: tidak dievaluasi (normal)
o Hidung: tidak dievaluasi (normal)
o Bibir: mungkin ada stomatitis angularis (erosi tepi mulut
tampak pecah-pecah dan nyeri saat buka mulut, sianosis
-,
o Mulut: glositis (lidah merah, bengkak), atropi papil lidah
(licin dan mengkilat), mukosa faring abnormal
o Leher: parotis bengkak (pada penyebab cacing tambang)
Paru
o Inspeksi: normal, gerak simetris
o Palpasi vocal freitus kiri kanan sama
o Perkusi: sonor
o Auskultasi: suara nafas vesikuler kedua lapang paru,
wheezing -, ronki -
Jantung:
o Inspeksi: iktus cordis tidak tampak
o Palpasi: teraba iktus cordis di 2 cm medial dari
midclavikula kiri seinggi ICS 5
o Auskultasi: bunyi jantung 1 dan 2 normal/takikardi,
regular, murmur -,
Abdomen:
o Inspeksi: simetris, datar, dilatasi vena -, ikterus
o Auskultasi: bising usus +
o Perkusi: timpani
o Palpasi: tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan di
abdomen, hepar normal
Ekstremitas: akral mungkin dingin dan pucat, kuku koilonychia
(kuku sendok), tidak ada sianosis, pitting edema -/-, telapak
tangan kuning seperti jerami pada penyebab cacing tambang

6. Pemeriksaan penunjang:
- CBC: Hb turun (laki-laki <12, wanita <10, MCV turun (micrositer), MCHC
turun (hipokromik), MCH turun, WBC normal, platelet meningkat pada
pendarahan
- Hapusan darah tepi: RBC mikrositik, palehypochromic,
- Serum besi turun, TIBC meningkat, saturasi transferin turun
- Mencari penyebab: pemeriksaan feses dan darah samar feses
(pendarahan GI tract, cacing tambang), urinalisis (pendarahan
genitourinaria), dll sesuai keluhan
7. DD: anemia aplastik (hasil CBC pansitopenia yaitu leucopenia,
trombositopenia dan anemia. Hasil hapusan darah tepi normositer
normokrom)
Anemia penyakit kronis, keganasan sumsum tulang, mielofibrosis
Anemia megaloblastik
Anemia hemolitik
8. Terapi:
- Iron terapi oral (ferrous sulfate tablet 200 mg PO q8hr sebelum makan)
- Makan makanan yg banyak besi: protein hewani yaitu daging ayam, sapi.
Jika vegetarian sarankan bayam
- Vitamin C 3 x 100 mg ; meningkatkan penyerapan besi
- Jangan konsumsi teh, kopi, susu, coklat obat maag bersamaan saat makan
- istirahat
- Terapi kausa: jika disebabkan oleh cacing berikan metronidazol 2x100mg
selama 3 hari
Leprosi (4A)

1. Sapa pasien dan persilakan duduk


2. Perkenalkan diri
3. Tanya nama pasien, usia, pekerjaan, status
4. Anamnesis:
- Gejala saat ini: lesi di kulit, mati rasa, kelemahan ektremitas
- Riwayat penyakit sebelumnya
- Riwayat keluarga
- Riwayat Pengobatan
- Kondisi lingkungan tempat tinggal bersih/tidak,
5. Pemeriksaan fisik:
- Keadaan umum: : tampak sakit/tidak, gizi (baik: BB/TB >90%, sedang 81-
90%, kurang 71-80%, buruk <70%), GCS/ kesadaran
- Vital sign: nadi, tensi, suhu, frekuensi pernapasan
- Status generalisata
Dermatologi:
Inspeksi: lesi eritema atau bercak hipopigmentasi (putih) bisa
macula atau plaque bentuk bulat. Lokasi di daerah relative
dingin: cuping telinga, muka, hidung, ekstremitas. Bisa juga
dtemukan nodul, ulkus.
Tipe pausibasiler: jumlah 1-6 lesi, ukuran kecil/ besar,
batas tegas, permukaan kering dan kasar,distribusi
unilateral/bilateral asimetris, ciri khusus penyembuhan
bagian tengah bercak (central healing), pemeriksaan
hapusan kuit BTA negative, penebalan saraf jumlah sedikit
unilateral, tidak ada nodul
Tipe Multibasiler:jumlah banyak, kecil, batas tidak tegas,
permukaan halus dan berkilat, distribusi bilateral dan
simetris, pemeriksaan hapusan kuit BTA positif, penebalan
saraf jumlah banyak bilateral, nodul bisa ada

Palpasi: raba kelainan kulit dan periksa penebalan saraf (jika


diraba seperti kabel/kawat) dan ada tidaknya nyeri tekan

Saraf:
Tes sensori: raba (dengan kapas), panas dan dingin, nyeri
(dengan jarum). Pasien leprosy mengalami mati rasa/
anesthesia sesuai lesi. Nervus yang terkena: N. fasialis, N.
trigeminus (anestesi kornea), N. aurikuaris magnus
(anestesi daun telinga), N. ulnaris (anestesi tangan), N.
tibialis posterior (matirasa telapak kaki dan jari)
Tes motorik: N. radialis (tangan lunglai/drop wrist), N.
ulnaris (paresis/paralisis otot tangan), N. medianus (claw
hand), N. peroneus komunis (droop foot)
6. Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan Acid Fast Bacilli/ Ziehl-Neilsen: sediaan diambil dari
bagian kulit cuping telinga, lengan, punggung, bokong, atau
paha dengan cara dikerok dengan skapel lalu hasil kerokan
diletakkan di gelas objek dan dipulas dengan Ziehl Neilson dan
dilihat dibawah mikroskop.
Nilai indeks bakteri:
+1: hasil bakteri tahan asam (BTA) 1-10 dalam 100
lapang pandang
+2: BTA 1-10 dalam 10 LP
+3: BTA 1-10 dalam 1 LP
+4: BTA 11-100 dalam 1 LP
+5: BTA 101-1000 dalam 1 LP
+6: BTA >1000 dalam 1 LP
Nilai indeks morfologi:
Hitung bakteri yang solid (utuh) pada pewarnaan tahan
asam dibagi total bakteri dikali 100%. Jika nilai > 5%
sudah tinggi resiko penularan
Pemeriksaan Histopatologi:
7. Diagnosis Leprosi: memenuhi minimal 2 dari 3 cardinal sign (anesthesia,
penebalan saraf, lesi kulit), atau hanya ditemukan BTA dari skin smear
8. DD:
- Tipe macula hipopigmentasi: tinea vesikolor, vitiligo, pitiriasis rosea, liken
planus kronik, dermatitis seboroik
- Tipe macula eritema dengan pinggir mennggi: tinea corporis, psoriasis,
pitiriasis rosea, lupus eritematosus, erysipelas,
- Tipe infiltrat merah dengan batas tidak tegas: selulitis, psoriasis
- Tipe nodul: erupsi obat, lupus erimatosus, dermatomiositis
9. Terapi:
- Pausibasiler: pengobatan selama 6 bulan. Rifampisin ( dewasa 600 mg/
bulan, anak 450 mg/ bulan), dapson (dewasa 100mg/hari, anak 50 mg/
hari atau 1-2 mg/kgBB/hari)
- MDT: pengobatan minimal 2 tahun dan sampai BTA negative. Rifampisin (
dewasa 600 mg/ bulan, anak 450 mg/ bulan), dapson (dewasa
100mg/hari, anak 50 mg/ hari atau 1-2 mg/kgBB/hari), klofazimin (dewasa
300 mg/ bulan dan diteruskan 50 mg/ hari. Anak 200 mg/ bulandan
diteruskan 50 mg selang sehari)
- Pemantauan pemeriksaan dilakukan setiap bulan
10.KIE: penggunaan obat dan cara pemakaian yang sesuai dibawah
pengawasan, penjelasan tentang Dx dan prognosis, harus hati-hati cegah
trauma dengan pakai alas kaki karena rentan trauma akibat anestesi,
komplikasi (reaksi lepra, kecacatan, gangguan fungsi saraf, anemia hemolitik
efek samping dapson)
Tuberculosis Paru (4A)

1. Sapa pasien dan persilakan duduk


2. Perkenalkan diri
3. Tanya nama pasien, usia, pekerjaan, status
4. Cuci tangan
5. Anamnesis:
- Keluhan saat ini: batuk > 3 minggu awalnya kering lalu berdahak, batuk
darah (hemoptisis), demam samar malam hari, keringat malam, nyeri
dada, sesak nafas, BB turun, nafsu makan turun, lemah
- Riwayat penyakit sebelumnya
- Riwayat keluarga
- Riwayat social: merokok, alcohol, kopi, makanan, aktivitas
- Riwayat pengobatan: obat yg sedang dijalani
6. Pemeriksaan Fisik:
- Keadaan umum: : tampak sakit/tidak, gizi (baik: BB/TB >90%, sedang 81-
90%, kurang 71-80%, buruk <70%), GCS/ kesadaran
- Vital sign: nadi, tensi, suhu, frekuensi pernapasan
- Antropometri: BB dan tinggi badan
- Pemeriksaan paru:
Inspeksi: bentuk thoraks normal, pergerakan dinding dada simetris,
petechiae -, purpura -, ekimosis -, spider navi -, massa -, sikatrik -,
gineomastia -, vena kolateral -, retraksi otot bantu pernapasan -,
Palpasi; posisi trakea di tengah, pergerakan dinding dada simetris,
nyeri tekan -, edema -, fremitus raba kanan kiri sama (lobus
superior, medial, lingual, inferior) , krepitasi
Perkusi: sonor, nyeri ketok -,
auskultasi mungkin wheezing +, rhonki +, suara nafas vesikuler +/
+
- Pemeriksaan jantung:
Inspeksi: iktus cordis tidak tampak
Palpasi: iktus cordis teraba di ICS 5 midclavikular kiri
Auskultasi: s1, s2 tunggal, regular, murmur
7. Pemeriksaan penunjang:
- Rontgen thoraks: gambaran beragam yaitu cavitas, infiltrate, fibrosis,
atelektasis, kalsifikasi, efusi, pneumotoraks,
- CBC: LED meningkat/normal, limfositosis (tidak spesifik)
- Pemeriksaan Sputum BTA: minimal 2 dari 3 pemeriksaan (sewaktu, pagi,
sewaktu) hasil positif ada BTA
- Tes tuberculin/ mantoux test: positif
8. DD: pneumonia, PPOK, bronchitis, asma, edema paru, kanker paru
9. Penanganan: Pengobatan minimal 6 bulan kombinasi obat
- 2 bulan pertama HRZE: yaitu isoniazid 5mg/kg/hari (H), rifampicin 4-6
mg/kg/hari , pirazinamid 25 mg/kg/hari (Z), ethambutol 15 mg/kg/hari
(E)
- 4 bulan selanjutnya HR: isoniazid 5mg/kg/hari (H), rifampicin 4-6
mg/kg/hari
10.KIE: cegah penularan dengan tidak membuang dahak sembarangan,
menutup hidung dan mulut saat bersin dan batuk dengan tisu, hindari kontak
langsung dengan orang lain, minum obat harus teratur tidak boleh berhenti,
harus ada pengawas minum obat, lakukan evaluasi pengobatan, makan
teratur, pasien tirah baring

Dengue Fever (4A)


1. Sapa pasien dan persilakan duduk
2. Perkenalkan diri
3. Tanya nama pasien, usia, pekerjaan, status
4. Anamnesis:
- Gejala saat ini: demam naik turun, sakit kepala bagian frontal, nyeri di
belakang mata (retro-orbital), menggigil, nyeri pada otot dan sendi
(myalgia dan arthralgia), hilangnya nafsu makan, sulit menelan, mual,
muntah, diare, dan kulit pucat).Tanda penting yang mengarah pada
kondisi keparahan DBD yaitu berupa penurunan suhu tubuh (38 0C) setelah
beberapa hari yang diikuti dengan demam kembali, nyeri abdomen berat,
muntah persisten, dan pendarahan (minor: petechiae terlokalisasi di
dorsum kaki, tungkai kaki, lengan dan tangan. Mayor: gusi, hematemesis,
epistaksis, melena).
- Riwayat penyakit sebelumnya
- Riwayat keluarga; ada keluarga/ tetangga kena DB
- Riwayat Pengobatan
- Kondisi lingkungan tempat tinggal bersih/tidak,
5. Pemeriksaan Fisik:
- Keadaan umum: : baik/sedang/jelek, GCS/ kesadaran
- Vital sign: nadi, tensi (sekaligus testourniquet), suhu, frekuensi
pernapasan
- Pemeriksaan kepala:
o bentuk normocepali
o wajah (simetris +, pucat +, sianosis -, ikterus -)
o mata: konjungtiva pucat/tidak, sclera ikterus -/- pendarahan bisa
ada/tidak
o hidung: ada epistaksis/tidak
o mulut: pendarahan gusi ada atau tidak
- Pemeriksaan paru:
o Inspeksi: benttuk toraks normal, gerakan dinding dada simetris,
retraksi
o Palpasi: focal fremitus sama di kedua thoraks
o Perkusi: sonor di kedua hemthoraks
o Auskultasi: suara nafas vesicular, ronkhi-, wheezing-
- Pemeriksaan jantung
o Inspeksi: ictus cordis tidak terlihat
o Palpasi: ictus cordis teraba
o Peerkusi: tidak ada pembesaran
o Auskultasi: S1, S2 tunggal, regular, murmur
- Pemeriksaan abdomen:
o Inspeksi: penonjolan massa -, abdomen datar/lebih tinggi dari dada
o Auskultasi: bising usus normal
o Perkusi: timpani, region kuadran kanan atas pekak
o Palpasi: hepar teraba/tidak ( cm dibawah arcus costa, bentuk),
nyeri tekan (lokasi), massa -,
- Pemeriksaan ekstremitas: petechiae +, akral dingin,
6. Pemeriksaan penunjang:
- CBC: trombosit turun, hematokrit meningkat
- Serologi IgM, IgG
7. Dx dengue fever grade
8. DD: thypoid fever, malaria, influenza
9. Penanganan: paracetamol 500mg 3x sehari, ondansetron 500mg jika mual,
pemberian cairan kristaloid, minum air yang banyak, istirahat, jaga asupan
makanan, cegah DBD pada lingkungan tempat tinggal

Diabetik Neuropati Periferal

1. Sapa pasien dan persilakan duduk


2. Perkenalkan diri
3. Tanya nama pasien, usia, pekerjaan, status
4. Anamnesis:
- Gejala saat ini : matirasa, gangguan sensoris (panas, dingin, raba, nyeri),
rasa terbakar, kesemutan, nyeri tajam memburuk di malam hari, nyeri
saat berjalan, sensitive terhadap sentuhan ringan, otot lemah, sulit
berjalan. Diabetik neuropati mengenai saraf ekstremitas yaitu kaki,
tungkai, tangan dan lengan.
- Riwayat penyakit sebelumnya: DM
- Riwayat pengobatan
- Riwayat keluarga
- Riwayat social: merokok, alcohol, kopi, makanan, aktivitas
5. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum: : tampak sakit/tidak, GCS/ kesadaran
- Vital sign: nadi, tensi, suhu, frekuensi pernapasan
- General examination: kepala, paru, cor
- Pemeriksaan ekstremitas
Pemeriksaan sensori: nyeri, raba, panas, dingin
Pemeriksaan tonus: bandingkan dengan sisi lain
Pemeriksaan tenaga: bandingkan dengan sisi lain
Pemeriksaan reflek: KPR, APR, plantar, babinski
6. Pemeriksaan penunjang:
- Kadar gula darah
- HbA1C
- Pemeriksaan darah lengkap
- Pemeriksaan profil lipid
7. DD: neuropati akibat alcohol, nutritional neuropati (kurang B1, b12), toxic
neuropati, uremia neuropati, stroke, rematik
8. Penanganan:
- Control gula darah dengan obat-obatan DM, olahraga 3-5x/minggu selama
30 menit, atur pola makan, stop rokok alcohol.
- Pemberian vitamin b complex 100 mg, 1x1 sehari

Hipertensi Esensial

1. Sapa pasien dan persilakan duduk


2. Perkenalkan diri
3. Tanya nama pasien, usia, pekerjaan, status, alamat
4. Anamnesis:
- Penyakit saat ini: capek, leher kaku (tidak spesifik untuk hipertensi),
membaik dengan obat hipertensi, memburuk saat stres
- Penyakit sebelumnya: hipertensi, minum obat antihipertensi tidak teratur,
- Riwayat keluarga: penyakit sama, stroke, jantung, dll
- Riwayat social: kebiasaan minum kopi, merokok, lakohol, makanan junk
food, bnyak garam, sedikit olahraga
5. Pemeriksaan fisik:
- Vital sign: tekanan darah tinggi
- Status generalisata: kepala, leher, thoraks (paru dan jantung), ekstremitas
bisa normal
6. Dx: hipertensi esensial
7. DD: gangguan cemas,
8. Terapi:
- Captopril (kelompok angiotensin converting enzim inhibitor) 25 mg tablet
3x sehari. Jika tidak membaik dalam 1-2 minggu naikkan dosis 50 mg 3x
sehari. Jika tidak membaik naikkan jadi 100 mg 3x sehari. Jika gagal
dengan 1 obat bisa dikombinasi dengan obat calcium channel blocker
seperti nifedipin 30-60 mg tablet 1x sehari. Bisa juga captopril
dikombinasi dengan B1 blocker selektif seperti propanolol dosis 40-80 mg
2-3x sehari.
- Nonfarmakologi: olahraga minima3x seminggu l selama 30 menit, hindari
factor resiko yaitu kopi, stress, rokok, makanan junk fod, makanan bnyak
garam

Hemiparesis

1. Sapa pasien dan persilakan duduk


2. Perkenalkan diri
3. Tanya nama pasien, usia, pekerjaan, status, alamat
4. Anamnesis:
-Penyakit saat ini: kelemahan separuh badan, wajah tidak simetris,
gangguan bicara jadi pelo, mungkin ada jatuh dan sakit kepala
- Penyakit sebelumnya: tekanan darah mungkin positif, riwayat minum obat
antihipertensi tidak terartur
- Riwayat keluarga: mungkin ada yang punya hipertensi, penyakit stroke,
DM
- Riwayat social: merokok, kopi, alcohol, garam berlebih junk food mungkin
terjadi, olahraga jarang
5. Pemeriksaan fisik
- Vital sign: nadi, tekanan darah, RR, suhu
- Periksa kekuatan otot, tonus, reflek fisiologis dan patologis
- Periksa nervus VII
- Periksa nervus XII
6. Dx: hemiparesis sisi tubuh mana
7. Planning:
- Pdx: cek CT scan curiga stroke

Otitis Media Akut

1. Sapa pasien dan persilakan duduk


2. Perkenalkan diri
3. Tanya nama pasien, usia, pekerjaan, status, alamat
4. Anamnesis:
- Rasa nyeri di telinga
- Keluhan batuk, pilek, demam
- Rasa penuh di telinga dan pendengaran berkurang
5. Pemeriksaan fiisk:
- Vital sign
- Pemeriksaan telinga dengan otoskop
Stadium oklusi: retraksi membrane timpani, membrane timpani
mungkin normal/keruh
Stadium pre-supurasi: pembuluh darah melebar di membrane timpani
atau seluruh membrane timpani tampak hiperemis serta edema
Stadium supuratif: edema hebat di mukosa telinga tengah, terbentuk
eksudat purulen di kavum timpani sehingga membrane timpani
menonjol kearah telinga luar
6. Dx: otitis media
7. DD:
8. Terapi:
- Fase oklusi: HCL efedrin 0,5% (anak) atau 1% (>12 tahun) dalam larutan
fisiologis
- Stadium pre-supuratif: antibiotic (penisilin atau ampisilin 50-
100mg/kg/hari dibagi dalam 4 dosis atau eritromisin 40 mg/kg/hari selama
7 hari), obat tetes hidung, analgetik
- Fase supurasi: miringotomi yaitu insisi membrane timpani untuk keluarkan
sekret

Apendisitis akut

1. Sapa pasien dan persilakan duduk


2. Perkenalkan diri
3. Tanya nama pasien, usia, pekerjaan, status, alamat
4. Anamnesis:
- Nyeri perut kanan bawah menetap, awalnya di epigastrium
- Nyeri semakin parah saat jalan dan batuk
- Mual muntah
- Demam
- anoreksia
5. Pemeriksaan fisik
- Vital sign
- Kepala
- Thoraks: paru dan cor
- Ekstremitas
- Abdomen:
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi: defense muscular dan nyeri tekan
Rebound fenomena/Blumberg test: tekan perut kiri bawah lalu lepas
tiba2 akan muncul nyeri di perut kanan bawah
Rovsing sign: tekan colon descenden terus kearah colon
transversum akan merasa nyeri di perut kanan bawah
Tenhorn sign: tekan testis kanan akan nyeri di perut kanan bawah
Psoas sign: ekstensikan tungkai bawah akan nyeri di perut kanan
bawah
Obturator sign: fleksi dan endorotasi panggul kanan akan nyeri di
perut kanan bawah
Rectal toucher: nyeri di arah jam 10-11
6. Pemeriksaan penunjang:
- CBC: leukosistosis tidak terlalu tinggi (10.000-15.000), neutrofil >75%
- USG:
- Cek urin: singkirkan kelainan ISK, batu ureter
7. DD: infeksi saluran kemih, kehamilan ektopik , batu ureter kanan
8. Planning: rujuk ke bedah

Otitis Eksterna/ Radang di liang telinga (4A)

1. Sapa pasien dan persilakan duduk


2. Perkenalkan diri
3. Tanya nama pasien, usia, pekerjaan, status, alamat
4. Anamnesis:
- Otitis eksterna sirkumsripta:
Keluhan utama : nyeri hebat terjadi di 1/3 luar liang telinga
Keluhan tambahan: furunkel/bisul, gangguan pendengaran jika
furunkel besar (tuli konduktif)
- Otitis eksterna difus:
Keluhan utama: nyeri di telinga/otalgia 2/3 dalam liang telinga
Keluhan tambahan: secret berbau, gangguan pendengaran,
demam, tinnitus pulsatil
5. Pemeriksaan fisik
- Vital sign: demam
- Keadaan umum:
- Thoraks: paru dan cor
- Hepar/Lien
- Pemeriksaan telinga
Otitis eksterna sirkumskripta: Liang telinga hiperemis,
furunkel/abses di 1/3 liang telinga
Otitis eksterna difus: liang telinga sempit, nyeri tekan tragus,
kelenjar getah bening regional ipsilateral membesar dan nyeri
tekan (limfadenopati), secret berbau serous/purulen, kulit liang
telinga 2/3 dalam hiperemis dan edema dengan batas tak jelas,
gangguan pendengaran (tuli konduksi), membrane timpani normal,
6. Pemeriksaan penunjang:-
7. DD: otitis media
8. Pengobatan
- Otitis media sirkumskripta:
jika berupa abses perlu diaspirasi untuk keluarkan nanah, jika
dinding furunkel tebal perlu diinsisi dan dipasang drainase.
antibiotic salep; polymixin B atau bacitracin
analgetik
- Otitis eksterna difus:
Bersihkan liang telinga
Masukkan tampon antibiotic ke telinga
Antibiotic sistemik: ciprofloxacin

Otitis Media Akut (4A)

1. Sapa pasien dan persilakan duduk


2. Perkenalkan diri
3. Tanya nama pasien, usia, pekerjaan, status, alamat
4. Anamnesis:
Keluhan utama: nyeri di telinga, demam dan batuk pilek
Keluhan tambahan: rasa penuh di telinga, gangguan pendengaran, anak
gelisah, anak sulit tidur, anak kejang, anak tiba-tiba menjerit saat tidur, anak
memegang telinga yang sakit. Bila membrane timpani rupture, suhu tbuh
turun namun secret keluar dari telinga
5. Pemeriksaan fisik
- Vital sign: demam
- Keadaan umum:
- Thoraks: paru dan cor
- Hepar/Lien
- Pemeriksaan telinga
Stadium oklusi: retraksi membrane timpani karena tekanan
negative di telinga tengah, akibat absorpsi udara. Kadang
membrane timpani normal. Sulit dibedakan oleh otitis media serosa
akibat virus/alergi
Stadium presupurasi/hiperemis: vascular di membrane timpani
melebar/hiperemis serta edema
Stadium supurasi: membrane timpani menonjol karena terbentuk
eksudat purulen di kavum timpani, pasien merasa nyeri yang
sangat hebat di telinga, nadi dan suhu meningkat. Jika tekanan
negative tidak berkurang, terjadi iskemia dan nekrosis membrane
timpani (terlihat kuning dan lembek).
Stadium perforasi: rupture membrane timpani jika tidak diobati.
Secret purulen keluar dari telinga tengah ke liang telinga luar. Pada
anak, suhu tubuh turun dan mlai tidur tenang.
Stadium resolusi: jika membrane timpani utuh perlahan-lahan akan
normal. Jika sudah perforasi maka secret berkurang dan kering,
serta lubang tempat rupture tidak dapat menutup kembali. OMA
berubah jadi OMSK jika secret terus keluar atau hilang timbul
6. Pemeriksaan penunjang:-
7. DD: otitis eksterna
8. Pengobatan
Stadium Oklusi: membuka tuba eustachius sehingga tekanan
negatifnya hilang
Memebri tetes hidung HCL efedrin 0,5% (usia <12 tahun) atau
1% (usia >12 tahun) dalam larutan fisiologis
antibiotik
Stadium presupurasi:
Antibiotic: penisilin atau ampisilin atau eritromisi minimal
selama 7 hari. Terapi awal diberikan bentuk intramuscular. Dosis
ampisilin anak 50-100mg/kg/hari dibagi dalam dosis. Dosis
eritromisin anak 40 mg/kg/hari
Stadium supurasi:
Miringotomi: insisi membrane timpani jika membrane masih
utuh
antibiotik
Stadium perforasi:
H2O2 3% selama 3-5 hari untuk cuci telinga
antibiotik
Stadium resolusi
Faringitis Akut (4A)

1. Sapa pasien dan persilakan duduk


2. Perkenalkan diri
3. Tanya nama pasien, usia, pekerjaan, status
4. Anamnesis:
- Faringitis viral: demam low-grade, rinorea, nyeri tenggorok, sulit menelan,
tenggorokan kering, mual
- Faringitis bakteri: nyeri kepala hebat, mual, muntah, kadang demam
dengan suhu tinggi,jarang batuk
- Riwayat social: makanan, aktivitas
5. Cuci tangan
6. Pemeriksaan fisik:
- virus influenza dan coxsachievirus: faring dan tonsil hyperemia, tanpa
eksudat
- virus adenovirus: faring dan tonsil hyperemia dan konjungtivitis
-virus ebstein barr virus (EBV): faring dan tonsil hyperemia, eksudat faring,
pembesaran kelenjar limfa servikal dan hepatosplenomegali
- bakteri: faring dan tonsil hyperemia, tonsil membesar dan eksudat di
permukaannya, bercak petechiae di palatum dan faring, kelenjar limfa
anterior membesar, kenyal dan nyeri penekanan
7. Dx: faringitis akut
8. DD: tonsillitis, laryngitis, adenoitis, hipertrofi ademoid
9. Penanganan:
- Faringitis Viral: Istirahat, analgetik, Jangan makan gorengan dan hindari
minuman dingin, Parasetamol 500 mg tab 3xdd
- Faringitis Bakteri:
Istirahat
Parasetamol 500 mg tab 3xdd, amoxicillin 500 mg tab 3xdd,
dexamethasone
Minum air hangat yang banyak
Analgetik jika perlu
Jangan makan gorengan dan hindari minuman dingin
Habiskan antibiotik

Laringitis (4A)

1. Sapa pasien dan persilakan duduk


2. Perkenalkan diri
3. Tanya nama pasien, usia, pekerjaan, status
4. Anamnesis:
- Demam
- Malaise
- Suara parau sampai afoni
- Nyeri saat menelan atau berbicara
5. Cuci tangan
6. Pemeriksaan fisik:
- Laring hiperemis membengkak terutama didekat pita suara
7. Dx: laryngitis akut
8. DD: tonsillitis, faringitis, adenoitis, hipertrofi ademoid
9. Penanganan:
- Istirahat bicara dan bersuara selama 2-3 hari
- Hindari iritasi pada laring (rokok, es, makanan pedas)
- Antibiotic ganya diberikan jika peradangan dari paru

Tonsilitis (4A)

1. Sapa pasien dan persilakan duduk


2. Perkenalkan diri
3. Tanya nama pasien, usia, pekerjaan, status
4. Anamnesis:
- Tonsilitis viral: common cold disertai nyeri tenggorok
- Tonsilitis bakteri: nyeri tenggorok dan nyeri menelan, demam dengan
suhu tinggi, lesu, tidak nafsu makan, otalgia (nyeri telinga)
- Tonsilitis kronik: rasa mengganjal di tenggorok
5. Cuci tangan
6. Pemeriksaan fisik:
- Tonsilitis viral: tonsil membesar, hiperemia
- Tonsilitis bakteri: tonsil membesar dan hiperemia, demam, detritus
(bercak putih kuning yang merupakan kumpulan leukosit,bakteri mati dan
epitel yang lepas). Tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut
tonsillitis folikularis. Tonsillitis akut dengan setritus yang menyatu dan
membentul alur disebut tonsillitis lakunaris.
-Tonsillitis kronik: tonsil membesar, permukaaan tidak rata, kriptus melebar
(karena jaringan parut yang mengkerut), detritus, nafas bau, pembesaran
kelenjar limfa mandibula
7. Dx: tonsilitis
8. DD: laringitis, faringitis, adenoitis, hipertrofi adenoid
9. Penanganan:
- Tonsilitis viral: istirahat, minum cukup, analgetik dan antiviral jika gejala
berat
- Tonsilitis bakteri antipiretik, antibiotic (penisilin, eritromisin)
- Tonsilektomi: indikasi jika
Serangan > 3x per tahun walau diberi terapi adekuat
Hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan nafas, sleep apnea,
gangguan menelan, gangguan bicara
Rhinitis dan sinusitis kronis
Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan gangguan
pertumbuhan orofasial
Nafas bau tidak berhasil dengan pengobatan
Otitis media efusi/supuratif
Dicurigai keganasan

Rhinitis Akut/rhinitis simplex/common cold (4A)

1. Sapa pasien dan persilakan duduk


2. Perkenalkan diri
3. Tanya nama pasien, usia, pekerjaan, status
4. Anamnesis:
- Rasa panas, gatal di hidung
- Bersin berulang
- Hidung tersumbat dan ingus encer
- Demam
- Sakit kepala
5. Cuci tangan
6. Pemeriksaan fisik:
- Mukosa hidung merah dan bengkak
- Ada secret serous. Jika ada infeksi sekunder bakteri secret mukopurulen
- Konka kongesti
7. Dx: rhinitis akut
8. DD: rhinitis alergi, rhinitis vasomotor, influenza
9. Penanganan:
- Istirahat
- Analgetik
- Antipiretik
- Dekongestan
- Antibiotic diberikan jika ada infeksi sekunder bakteri

Rhinitis Alergi (4A)

1. Sapa pasien dan persilakan duduk


2. Perkenalkan diri
3. Tanya nama pasien, usia, pekerjaan, status
4. Anamnesis:
- Rasa panas, gatal di hidung
- Bersin berulang
- Hidung tersumbat dan ingus encer
- Demam
- Sakit kepala
5. Cuci tangan
6. Pemeriksaan fisik:
- Mukosa hidung pucat, basah dan bengkak
- Ada secret serous.
- Konka kongesti
- Allergic shiner: bayangan gelap dibawah ,ata karena stasis vena sekunder
akibat obstruksi hidung
- Allergic crease: garis melintang di dorsum nasi sepertiga bawah karena
sering gosok hidung saat gatal
- Allergic salute: sering menggosok hidung hidung dengan punggung
tangan
- Faring granuler dan edema (cobblestone appearance)
7. Pemeriksaan penunjang: skin prick test untuk mengetahui allergen penyebab
8. Dx: rhinitis alergi
9. DD: rhinitis simpleks, rhinitis vasomotor, influenza
10.Penanganan:
- Hindari allergen penyebab
- Antihistamin H-1 (difenhidramin, klorpeniramin, loratadin)
- Dekongestan: simpatomimetik golongan agonis adrenergic alfa
- Kortikosteroid topikal: buklemetason, budesonid diberikan jika obat lain
gagal
- Antikolinergik topical: ipratropium bromide untuk mengatasi rinore

Anda mungkin juga menyukai