PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan pada anak merupakan salah satu masalah yang banyak terjadi
dalam bidang kesehatan. Dalam profil pengendalian penyakit di Amerika
Serikat melaporkan ada sekitar dua pertiga anak yang mendapatkan bantuan
penyediaan perawatan kesehatan atas alasan kondisi febris akut dalam dua
tahun pertama kehidupannya. Sebagian besar kondisi febris yang terjadi pada
bayi dan anak sembuh tanpa terapi spesifik (Rudolph, 2006).
Menjaga kesehatan anak menjadi perhatian khusus para ibu, terlebih pada
saat pergantian musim yang umumnya disertai dengan berkembangnya
berbagai penyakit. Berbagai penyakit itu biasanya makin mewabah pada
musim peralihan, baik dari musim kemarau ke penghujan begitu sebaliknya.
Terjadinya perubahan cuaca memepengaruhi perubahan kondisi kesehatan
anak, kondisi anak dari sehat ke sakit mengakibatkan tubuh bereaksi untuk
meningkatkan suhu yang biasanya di atas suhu tubuh normal (Mohamad,
2011).
Demam merupakan pengeluaran panas yang tidak mampu untuk
mempertahankan pengeluaran kelebihan produksi panas yang mengakibatkan
peningkatan suhu tubuh abnormal (Avin, 2007). Panas atau demam kondisi
dimana otak mematok suhu diatas setting normal yaitu diatas 38oC. Namun
demikian, panas yang sesungguhnya adalah bila suhu lebih dari 38,5oC, dan
dari meningkatnya suhu tubuh dapat mengakibatkan produksi panas yang
berlebih yaitu di atas kisaran suhu tubuh normal (Purwanti, 2008).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengemukakan bahwa jumlah kasus
demam diseluruh dunia mencapai 18-34 juta jiwa, anak merupakan paling
rentang terkena demam, walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari
dewasa. Di hampir semua daerah, insiden demam banyak terjadi pada anak
usia 5-19 tahun (Suriadi, 2010).
Sebagian besar kondisi febris yang terjadi pada bayi serta anak disebabkan
oleh virus, dan anak sembuh tanpa terapi spesifik (Rudolph, 2006). Demam
yang berhubungan dengan infeksi kurang lebih 29-52%, sedangkan 11-20%
dengan keganasan, 4% dengan penyakit metabolic, 11-12% dengan penyakit lain
(Avin 2007).
Menurut Purwanti (2008) demam dapat mengakibatkan dehidrasi berat
bahkan bisa meninggal karena pada saat demam, terjadi peningkatan
pengeluaran cairan tubuh sehingga dapat menyebabkan dehidrasi serta
mengakibatkan kejang demam pada anak. Berdasarkan uraian di atas dapat
dilihat bahwa jika demam tidak segera ditangani bisa mengakibatkan hal yang
tidak diinginkan, sehingga perawat mempunyai peran penting dalam mengatasi
demam misalnya dengan melakukan tindakan keperawatan secara mandiri dan
pasien dengan demam juga memerlukan pemantauan untuk menghindari halhal
yang tidak diinginkan.
Penanganan pada pasien demam menurut Sukamto (2005) yaitu dengan
cara memakaikan baju yang nyaman, memberi obat penurun panas jika suhu
badan anak lebih dari 39oC, mengompres menggunakan air hangat,
menghindari membangunkan anak yang sedang tidur untuk memberi obat
karena tidur sangat dibutuhkan bagi anak untuk mengumpulkan energi yang
bertujuan untuk melawan infeksi. Pertolongan pertama yang aman bisa
dilakukan oleh ibu dirumah ketika anaknya demam yaitu dengan cara kompres
hangat untuk meurunkan suhu tubuh, Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Mohamad, (2011) yang menunjukan hasil bahwa kompres air hangat dapat
menurunkan suhu
tubuh secara efektif. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perlu
adanya pembahasan tentang demam dalam proses pemenuhan kebutuhan
termoregulasi.
B. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk mendiskripsikan
asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan kenyamanan hipertermi pada An. F di
Ruang Ismail II
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan kebutuhan pemenuhan kenyamanan
hipertermi
b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada pasien dengan kebutuhan
pemenuhan kenyamanan hipertermi
c. Mendeskripsikan intervensi keperawatan dalam upaya pemenuhan
kebutuhan pemenuhan kenyamanan hipertermi
d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan
Kenyamanan hipertermi
e. Mendeskripsikan evaluasi tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan kenyamanan
hipertermi
f. Mendeskrisikan analisa tindakan kompres hangat
DAFTAR PUSTAKA
Aden, R. (2010). Seputar Penyakit dan Gangguan Lain Pada Anak.
Yogyakarta: Siklus.
Avin, V. (2007). Perbedaan penurunan suhu klien febris antara kompres
hangat dengan tanpa kompres hangat pada reseptor suhu di Ruang
Anak RSU Dr. Saiful Anwar Malang. Jurnal Ilmu Keperawatan. No
9, Vol 58.
Brunner, D. C., Suddarth, J., H. (2005). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Carpenito, L., Juall. (2009). Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik
Klinis. Jakarta: EGC.
Haryani, S., Syamsul, A. (2012). Pengaruh Kompres Tepid Sponge Hangat
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Umur 1-10 Tahun
Dengan Hipertermia. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. No
1, Vol 1.
Joanne, M., & Gloria, N. (2012). Nursing Interventions Classification (NIC).
United Syase of America: Mosby Elsevier.
Maryunani, A. (2010). Ilmu Kesehatan Anak Demam Kebidanan. Jakarta:
EGC.
Heardman, T., H. (2012). Nursing Diagnosis Definitions and Classification
2012- 2014, Sumarwati, M., & Subekti, N., B. (alih bahasa), Jakarta:
EGC.
Mohamad, Fatmawati. (2011). Efektifitas Kompres Hangat Dalam
Menurunkan Demam Pada Pasien Thypoid Abdominalis Di Ruang
G1 Lt.2 RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gonrontalo, Jurnal
Keperawatan. No 1, Vol 1.
Moorhead, M., Jhonson, M., Maas. (2009). Nursing Outcame Clasification
(NOC). Mosby. P.
Nurwahyuni, I. (2009). Perbedaan Efek Teknik Pemberian Kompres Hangat
Pada Daerah Aksila dan Dahi Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada
Pasien Demam di Ruang Rawat Inap RSUP Dr. Sudirohusodo
Makasar. Jurnal Ilmiah Kesehatan. No 1, Vol 4.
Permatasari, P., Indah. (2012). Perbedaan Ekeftifitas Kompres Air Hangat dan
Kompres Air Biasa Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Anak
dengan Demam di RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal Ilmiah
Keperawatan. No 1, Vol 1.
Potter, P. A., Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume 1. Jakarta: EGC.
Purwanti, S. (2008). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu
Tubuh Pada Pasien Anak Hipertermi di Ruang Rawat Inap RSUD
Dr. Moewardi Surakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan. No 1, Vol 1.
Rohmad W. (2012). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Ar-
Ruzz Media.
Rudolph, Pediatrics. (2006). Buku ajar pediatric Rudolph. Edisi 20. Jakarta:
EGC.
Setiawati, Tia. (2009). Pengaruh Tepid Sponge. Jakarta: Fakultas Ilmu
Kedokteran Universitas Indonesia.
Smeltzer, Bare. (2005). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Sodokin, M., Kes. (2012). Prinsip Perawatan Demam pada Anak.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suriadi, R., Yuliani. (2010). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 2.
Jakarta: CV. Sagung Seto.
Susanti, Nurlaili. (2012). Efektifitas Kompres Dingin dan Hangat pada
penatalaksanaan Demam. Jurnal Ilmiah Kesehatan. No 1, Vol 1.
Tamsuri, A. (2006). Tanda-Tanda Vital Suhu Tubuh. Jakarta: EGC.
BAB II
A. Konsep Dasar Teori
a. Pengertian
a. Hipertermi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami atau berisiko untuk
mengalami kenaikan suhu tubuh secara terus-menerus lebih tinggi dari 370C (peroral)
atau 38.80C (perrektal) karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor
eksternal (Linda Juall Corpenito)
b. Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal(NANDA
International 2009-2011)
c. Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang lebih besar dari jangkauan
normal(Doenges Marilynn E.)
Mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gel. Panas inframerah (panjang
gelombang 5 20 mm), tanpa adanya kontak langsung
Sebagian besar energi pada gerakan ini dapat dipindahkan ke udara bila suhu
udara lebih dingin dari kulit
Konduksi
Perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda benda yg ada
disekitar tubuh
Proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil sifat isolator
benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif
terus menerus
Evaporasi
@ 1 gram air yg mengalami evaporasi kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilo
kalori
Evaporasi tidak dapat dikendalikan o/k terjadi akibat difusi molekul air secara
terus menerus melalui kulit & sistem pernafasan (IWL)
Konveksi
b. Etiologi
Dehidrasi
Peningkatan suhu tubuh juga dapat disebabkan oleh meningkatnya produksi panas
andogen (olahraga berat, hepertermia maligna, sindrom neuroleptik, hipertiroiddisme)
pengurangan kehilangan panas atau terpajan lama pada lingkungan bersuhu
tinggi( sengatan panas)
c. Manifestasi Klinis
Suhu tinggi 37.80C (1000F) peroral atau 38.80C (1010F)
Taki kardia
Kulit kemerahan
Hangat pada sentuhan
Menggigil
Dehidrasi
Kehilangan nafsu makan
Pada mekanisme tubuh alamiah, demam yang terjadi dalam diri manusia bermanfaat
sebagai proses imun. Pada proses ini, terjadi pelepasan interleukin-1 yang akan mengaktifkan
sel T. suhu tinggi (demam) juga berfungsi meningkatkan keaktifan (kerja) sel T dan B
terhadap organisme pathogen. Namun konsekuensi demam secara umum timbul segera
setelah pembangkitan demam (peningkatan suhu).
Perubahan anatomis kulit dan metabolisme menimbulkan konsekuensi berupa
gangguan keseimbangan cairan tubuh, peningkatan metabolisme, juga peningkatan kadar sisa
metabolisme. Selain itu, pada keadaan tertentu demam dapat mengaktifkan kejang.
d. Pathway demam (hipertermi)
Infeksi atau cedera jaringan
Inflamasi
Akumulasi monosit,
Makrofag, sel T helper dan fibroblas
Pelepasan pirogen endogen (sitokin)
Interleukin-1
Interleukin-6
Merangsang saraf vagus
Sinyal mencapai
Sistem saraf pusat
Pembentukan prostaglandin otak
Merangsang hipotalamus
Meningkatkan titik patokan suhu
(sel point)
Menggigil, meningkatkan suhu basal
Hipertermi
e. Komplikasi
Dengan demikian daerah perbatasan lesi vaskuler itu bisa mendapat sirkulasi kolateral
yang cukup aktif, kemudian darah akan mengalir secara pasif ke tempat iskemik oleh karena
terdapatnya pembuluh darah yang berada dalam keadaan vasoparalisis. Melalui mekanisme
ini daerah iskemik sekeliling pusat yang mungkin nekrotik (daerah penumbra) masih dapat
diselamatkan, sehingga lesi vaskuler dapat diperkecil sampai daerah pusat yang kecil saja
yang tidak dapat diselamatkan lagi/nekrotik (Hucke, et al, 1991).
f. Penatalaksanaan
1. Pengkajian
Data Subyektif
Data Obyektif
2. Diagnosa Keperawatan
5. Evaluasi
e. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium :
- Hematologi
- Hemoglobin
- Leukosit
- Hematokrit
- Trombosit
- Eritrosit
BAB III
NIM : G3A016001
A. Pengkajian
I. Identitas
1. Nama : An. F
2. Umur : 12 thn
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Peterongan Timur
5. Agama : Islam
6. Suku Bangsa : Jawa
7. Diagnosa medis : Febris
I. Pengkajian
A. Keluhan Utama
Demam
B. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke RS Muhammadiyah Roemani diantar oleh keluarganya pada tanggal
25 September 2016 dengan keluhan Panas, mual dan Muntah, An F mengatakan panas
dialami 2 hari yang lalu sebelum masuk RS
C. Riwayat kesehatan masa lalu
Ibu klien mengatakan sebelumnya anaknya tidak pernah dirawat di RS dengan keluhan
yang sama yaitu demam, Klien tidak ada alergi terhadap obat-obatan.
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu pasien mengatan di keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang sama
seperti yang dialami pasien
F. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umun
Saat dilakukan pemeriksaan fisik di dapat hasil TTV
TD : 100/70 mm/Hg SB : 38,7C SpO2 : 97%
N : 97x/m RR: 26x/m BB : 27 kg
2. Kepala
Bentuk kepala mesocepal,tidak ada jejas, rambut hitam bersih, keadaan mata
konjungtiva tidak anemis, sklera anikterik, hidung tidak tampak adanya abses
ataupun luka dan tidak ada pembesaran polip,keadaan telinga tampak adanya
serumen, semetris, tidak ada gangguan pada pendengaran, keadaan mulut bibir
kering,tidak ada stomatitis, tidak ada gigi berlubang, gigi kuning, keadaan mulut
tampak kotor.
3. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
4. Dada
Paru-paru
Inspeksi : Simetris, tidak ada retraksi dada
Palpasi : teraba getar vokal fremitus
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler tidak ada suara nafas tambahan
Jantung
Palpasi : Tidak tampak Ictus cordis
Palpasi : Teraba Ictus Cordis
Perkusi : Redup
Auskultasi : S1 S2 reguler
Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak oedema ataupun luka
Aus : Bising usus 20x/m
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : timpani
Ekstremitas
Atas : Terpasang Infus pada tangan kanan RL 10 tts/m, akral hangat
Bawah : Tidak tampak oedema ataupun luka, akral teraba hangat
G. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
H. Program Terapi
Ceftriaxone 2x1gr IV
Dexametason 2x1 amp IV
Pamol Oral 6x tab bila panas
RL 10 tts/menit
V. Implementasi
- K/u sedang
- Klien tampak terbaring di tempat
II tidur
- Monitoring adanya mual muntah
II
11.30 - Klien tampak kooperatif
Monitoring adanya mual muntah
VI. Evaluasi
P : - intervensi pertahankan
P : Intervensi pertankan
Rabu/28-09- S : klien mengatakan anaknya sudah tidak demam lagi
Klien mengatakan tidak muntah lagi
2016
O: K/u sedang, SB 36,4C N 77x/m RR 20x/m
Akral teraba hangat, mukosa bibir kering
A: Masalah teratasi
P: Intervensi pertahankan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. F
SEMARANG
Disusun Oleh :
WIRDA ALWI
G3A016001
2016