Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor otak mendapatkan banyak perhatian karena ditemukan merupakan penyebab
kematian kedua setelah stroke pada penyakit intrakranial orang dewasa (Ropper & Samuel,
2009). Dari laporan CBTRUS November 2012, ditemukan bahwa lokasi terbanyak
terjadinya tumor sistem saraf pusat (SSP) adalah meninges.
Meningioma merupakan tumor primer SSP yang tumbuh dari sel arachnoid, penyusun
dural pembungkus sistem saraf pusat, yang menyumbang 13-26% dari seluruh tumor
intrakranial (Marosi, et al., 2008).
Gambaran histologis yang jinak dan pertumbuhannya yang lambat memang ditemukan
pada 90% kasus meningioma, namun beberapa bisa menjadi agresif dan rekurensinya
tinggi disertai invasi ke otak dan tulang (Shayanfar, et al., 2009). Karena pertumbuhannya
yang lambat, biasanya tumor ini baru mengakibatkan gejala neurologis ketika ukurannya
sudah besar dan menekan struktur disekitarnya, sehingga kelainan yang dirasakan sangat
tergantung pada lokasi tumor (Perry, et al., 2003).
Frosch, et al. (2010) dan Perry, et al. (2003) mengatakan bahwa lokasi tumbuhnya
meningioma paling banyak di temukan di daerah intrakranial seperti pada regio
konveksivitas otak, sphenoid wing, sulkus olfaktorius, sella turcica, foramen magnum.
para/suprasellar, optic nerve sheath, petrous ridges, tentorium dan fossa posterior. Tapi
selain itu meningioma juga bisa terjadi di spinal regio thorakal.
Sumber: http://www.google.com/url?q=http://etd.ugm.ac.id/index.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah bagaimana asuhan keperawatan tumor otak
jinak meningioma.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari makalah ini adalah mahasiswa mengetahui tentang asuhan keperawatan
tumor otak jinak meningioma.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mengetahui tentang:
a. Pengkajian keperawatan pada pasien tumor otak jinak meningioma.
b. Diagnosa keperawatan pada pasien tumor otak jinak meningioma.
c. Perencanaan keperawatan pada pasien tumor otak jinak meningioma.

1
d. Implementasi keperawatan pada pasien tumor otak jinak meningioma.
e. Evaluasi keperawatan pada pasien tumor otak jinak meningioma.

BAB II
TUJUAN PUSTAKA

2
Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang
tengkorak.tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas
(maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum
tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat
berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu
sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti
kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain disebut tumor otak sekunder.
(Mayer.SA,2002).
Tumor adalah lesi karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di
otak, meningen dan tengkorak.
Tumor otak dibagi menjadi 2:
1) Tumor otak jinak (benigna) adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi
tidak ganas.
Beberapa jenis tumor otak jinak bisa tumbuh di dalam otak dan diberi nama sesuai dengan
sel atau jaringan asalnya (lokasinya):
a. Schwannoma berasal dari sel Schwann yang membungkus persarafan
b. Ependimoma berasal dari sel yang membatasi bagian dalam otak
c. Meningioma berasal dari meningen (jaringan yang melapisi bagian luar otak)
d. Adenoma berasal dari sel-sel kelenjar
e. Osteoma berasal dari struktur tulang pada tengkorak
f. Hemangioblastoma berasal dari pembuluh darah.
2) Tumor otak ganas (maligna)
Tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi menyusup dan
menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah menyebar (metastase) ke otak dari
bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.

A. Pengertian Meningioma
Istilah meningioma pertama kali dipopulerkan oleh Harvey Cushing pada tahun
1922.Meningioma merupakan tumor jinak ekstra-aksial atau tumor yang terjadi di luar
jaringan parenkim otak yaitu berasal dari meninges otak. Meningioma tumbuh dari sel-sel
arachnoid cap dengan pertumbuhan yang lambat (Al-Hadidy, 2007).
Meningioma adalah adalah tumor pada meningens, yang merupakan selaput
pelindung otak dan medulla spinalis. Meningioma dapat timbul pada tempat yang
melindungi otak dan medulla spinalis. tetapi umumnya terjadi di hemisfer otak semua
lobusnya. Kebanyakan mengioma bersifat jinak (benign) (Mardjono, 2003).
Meningioma adalah tumor pada meninx, yang merupakan selaput pelindung yang
melindungi otak dan medulla spinalis. Di antara sel-sel meningen itu belum dapat
dipastikan sel mana yang membentuk tumor tetapi terdapat hubungan erat antara tumor
ini dengan villi arachnoid.Tumbuhnva meningioma kebanvakan di tempat ditemukan

3
banyak villi arachnoid.Meningioma dapat timbul pada tempat manapun di bagian otak
maupun medulla spinalis, tetapi, umumnya terjadi di hemisphere otak di semua
lobusnya.Kebanyakan meningioma bersifat jinak (benign). Meningioma malignant jarang
terjadi.
Dari observasi yang dilakukan Mallary (1920) dan didukung Penfield (1923)
didapatkan suatu konsep baliwa sel yang membentuk tumor ini ialah fibroblast sehingga
mereka menyebutnya arachnoid fibroblast atau meningeal Fibroblastoma. Meningioma
berasal dari leptomening yang biasanya berkembang jinak. Gushing, 1922 menamakannya
meningioma karena tumor ini yang berdekatan dengan meningen.

B. Anatomi dan fisiologi

Meninx adalah suatu selaput jaringan ikat yang membungkus enchepalon dan
medulla spinalis.Terdiri dari duramater, arachnoid dan piamater, yang letaknya berurutan
dari superficial ke profunda.

Duramater adalah lapisan terluar dari tiga lapisan meninges yang mengelilingi otak
dan sumsum tulang belakang. Duramater berfungsi sebagai pelindung otak dan sumsum
tulang belakang karena sifatnya yang sangat padat, keras, dan menyatu dengan tulang
tengkorak.Duramater juga disebut pacymeninx.

Duramater dibentuk dari jaringan ikat fibrous (terdiri dari serabut kolagen) yang
tebal dan kuat. Pada duramater terdapat serabut elastis, fibrosit, saraf, pembuluh darah,
dan limfe. Di bagian tertentu terdapat rongga yang disebut sinus longitudinal superior
yang berisi darah vena dari otak.

Duramater terdiri dari dua lapis yaitu lapisan endosteal (menyatu dengan tengkorak
sebagai endostium) dan lapisan meningeal (duramater yang sesungguhnya yang mudah
dilepaskan dari tulang kepala). Kedua lapisan ini dipisahkan oleh sinus vena dural. Sinus
ini mengalirkan darah dan cairan serebrospinal dari otak dan bermuara di vena jugularis
interna.Di antara tulang kepala dengan duramater terdapat rongga epidural.

Lapisan meningeal membentuk empat septum yang berfungsi untuk menahan


pergeseran otak dan membagi rongga kranium menjadi ruang-ruang yang saling
berhubungan. Lapisan duramater merupakan lapisan yang memiliki banyak ujung-ujung
saraf sensorik yang peka terhadap rangsangan.Jika ada rangsangan pada bagian ini dapat

4
menimbulkan sakit kepala yang hebat. Saraf inilah yang bertanggung jawab terhadap
beberapa jenis sakit kepala.

Arachnoid atau arachnoid mater adalah salah satu dari tiga lapisan meninges. Fungsi
arachnoid adalah sebagai membran yang menutupi otak dan sumsum tulang
belakang.Letaknya ditengah yaitu diantara duramater dan piamater.Dinamakan arachnoid
karena bentuknya mirip dengan jaring laba-laba.

Struktur arachnoid mirip jaring laba-laba, tipis, dan transparan. Bentuk tersebut
memberikan efek bantalan pada sistem saraf pusat. Arachnoid terdiri dari jaringan
fibrosa, serabut kolagen, dan diutupi oleh sel-sel kedap cairan (seperti pada piamater).
Arachnoid tidak mengikuti bentuk permukaan otak dan terlihat seperti kantung longgar
yang pas. Arachnoid yang menutupi otak disebut arachnoidea encephali. Sedangkan
arachnoid yang menutupi sumsum tulang belakang disebut arachnoid spinalis.

Arachnoid dan piamater terkadang dianggap sebagai satu bagian yang disebut
leptomeninx. Mereka dianggap menyatu karena mereka melekat bersama di sepanjang
tengkorak. Diantara mereka terdapat beberapa pembuluh darah yang menghubungkan
vena otak dengan vena pada duramater dan terdapat subarachnoid. Pada subarachnoid
mengalir cairan serebrospinal.

Cairan serebrospinal beredar dalam ruang subarachnoid yang terletak diantara


arachnoid dan piamater. Cairan serebrospinal dihasilkan sekitar 500 ml/hari oleh pleksus
koroid di dalam ventrikel otak. Cairan serebrospinal adalah cairan bening yang tingkat
elektrolit, kadar glukosa, dan pH sangat mirip dengan yang ada di plasma. Jadi, fungsi
arachnoid ada dua. Yaitu sebagai alat bantu peredaran cairan serebrospinal dan sebagai
peredam otak dari guncangan mengingat sifatnya yang seperti bantalan.

Piameter terdiri dari lapisan sel mesodermal tipis seperti endothelium.Berlawanan


dengan arachnoid, membran ini ini menutupi semua permukaan otak dan medulla
spinalis.

5
Gambar scan otak dengan kontras: Tumor
Meningioma tampak putih bulat di
sebelah kiri

C. Patofisioilogi
Seperti banyak kasus neoplasma lainnya, masih banyak hal yang belum diketahui dari
meningioma.Tumor otak yang tergolong jinak ini secara histopatologis berasal dari sel
pembungkus arakhnoid (arakhnoid cap cells) yang mengalami granulasi dan perubahan
bentuk.Patofisiologi terjadinya meningioma sampai saat ini masih belum jelas. Kaskade
eikosanoid diduga memainkan peranan dalam tumorogenesis dan perkembangan edema
peritumoral.
Dari lokasinya Sebagian besar meningioma terletak didaerah supratentorial. Insidens
ini meningkat terutama pada daerah yang mengandung granulatio Pacchioni. Lokalisasi
terbanyak pada daerah parasagital dan yang paling sedikit pada fossa posterior.

6
PATHWAY

Faktor keturunan/genetik
Radiasi Trauma/virus

Kromosom membelah abnormal

Gangguan neurogenik Tumor

Tulang tengkorak tidak dapat meluas


Gangguan mobilitas fisik

Mendesak ruang intrakranial Muntah

Gangguan kesadaran
Peregangan dura&pembuluh darah
Peningkatan TIK Oklusi vena sentral

Nyeri Penekanan jaringan otak Papil edema kesadaran

Massa menekan pembuluhSpinal


darahcord
otak Gangguan VokalPenurunan nafsu makan
kesadaran

Pembuluh darah terjepit Ketidak seimbangan nutrisi


Nyeri

Gangguan suplai darah arteri

Ketidakefektifan perfusi cerebral

7
Etiologi terjadinya meningioma sampai saat ini masih belum diketahui jelas, tetapi
tumor ini diduga berhubungan dengan genetik, terapi radiasi, hormon sex, infeksi virus,
dan riwayat cedera kepala atau trauma kepala. Sekitar 40-80% tumor ini mengalami
kehilangan material genetik dari lengan panjang kromosom 22, pada lokus gen
neurofibromatosis 2 (NF2). NF2 merupakan gen supresor tumor pada 22Q12, ditemukan
tidak aktif pada 40% meningioma sporadik. Pasien denganNF2 dan beberapa non-NF2
sindrom familial yang lain dapat berkembang menjadi meningioma multiple, dan sering
terjadi pada usia muda. Disamping itu, deplesi gen yang lain juga berhubungan dengan
pertumbuhan meningioma.
Terapi radiasi juga dianggap turut berperan dalam genesis meningioma. Bagaimana
peranan radiasi dalam menimbulkan meningioma masih belum jelas. Pasien yang
mendapatkan terapi radiasi dosis rendah untuk tinea kapitis dapat berkembang menjadi
meningioma multipel di tempat yang terkena radiasi pada dekade berikutnya. Radiasi
kranial dosis tinggi dapat menginduksi terjadinya meningioma setelah periode laten yang
pendek.
Pada penyelidikan dilaporkan 1/3 dari meningioma mengalami trauma.Pada beberapa
kasus ada hubungan langsung antara tempat terjadinya trauma dengan tempat timbulnya
tumor.Sehingga disimpulkan bahwa penyebab timbulnya meningioma adalah
trauma.Beberapa penyelidikan berpendapat hanya sedikit bukti yang menunjukkan adanya
hubungan antara meningioma dengan trauma.
Teori lain menyatakan bahwa virus dapat juga sebagai penyebabnya. Pada penyelidikan
dengan light microscope ditemukan virus like inclusion bodies dalam nuclei dari
meningioma. Tetapi penyelidikan ini kemudian dibantah bahwa pemeriksaan electron
misroscope inclusion bodies ini adalah proyeksi cytoplasma yang berada dalam membran
inti.
Meningioma juga berhubungan dengan hormon seks dan seperti halnya faktor etiologi
lainnya mekanisme hormon sex hingga memieu meningioma hingga saat ini masih
menjadi perdebatan.Pada sekitar 2/3 kasus meningioma ditemukan reseptor progesterone.
Tidak hanya progesteron, reseptor hormon lain juga ditemukan pada tumor ini termasuk
estrogen, androgen, dopamine, dan reseptor untuk platelet derived growth factor. Beberapa
reseptor hormon sex diekspressikan oleh meningioma. Dengan teknik imunohistokimia
yang spesifik dan teknik biologi molekuler diketahui bahwa estrogen diekspresikan dalam
konsentrasi yang rendah. Reseptor progesteron dapat ditemukan dalam sitosol dari
meningioma. Reseptor somatostatin juga ditemukan konsisten pada meningioma.

8
Pada meningioma multiple, reseptor progesteron lebih tinggi dibandingkan pada
meningioma soliter. Reseptor progesteron yang ditemukan pada meningioma sama dengan
yang ditemukan pada karsinoma mammae. Jacobs dkk (10) melaporkan. meningioma
secara bermakna tidak berhubungan dengan karsinoma mammae, tapi beberapa penelitian
lainnya melaporkan hubungan karsinoma mammae dengan meningioma.

D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Wawancara
Identitas klien:
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, disini umur
sangat berpengaruh terhadap terjadinya tumor otak jinak meningioma, karena
pada data yang didapat tumor otak jinak meningioma lebih sering terjadi pada usia
50-60 tahun, jenis kelamin, disini jenis kelamin berpengaruh terhadap terjadinya
tumor otak jinak meningioma, karena pada data yang didapat tumor otak jinak
meningioma ini lebih banyak menyerang wanita, agama, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, alamat, status perkawinan, tanggal dan jam masuk rumah sakit.
Identitas penanggung jawab :
Identitas penanggung jawab yang harus diketahui: Nama, Umur, Jenis Kelamin,
Agama, Pendidikan, pekerjaan, Suku /Bangsa, alamat, Status Perkawinan.
Keluhan utama:
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
P (factor/penyebab): nyeri dapat terjadi karena peningkatan tekanan intra kranial
Q (Quality/quantity): nyeri pada kepela seperti ditusuk-tusuk
R (Region/ daerah): nyeri berada di daerah kepala sebalah kiri
S (Severity/Scale): sekala nyeri 4 (nyeri sangat berat) dari sekala 1-5
T (time/waktu): nyeri terjadi hilang timbul
Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat penyakit terdahulu klien penderita tumor otak jinak meningioma bisa
terjadi karena pembedahan kepala atau trauma kepala. Klien pernah jatuh dan
terbentur.

Riwayat penyakit sekarang:

Klien mengeluh nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk, dapat meningkat apabila


melakukan aktivitas berat, dan muntah.
Riwayat penyakit keluarga :

9
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan
tumor otak.

2. Pemeriksaan Fisik:

1) Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )


a) B1 Breath (Pernafasan)
Adanya peningkatan irama pernafasan dan sesak nafas terjadi karena tumor
makin mendesak otak sehingga terjadi herniasi dan kompresi medulla oblongata.
1) Inspeksi :bentuk dada simetris, pola napas biasanya tidak teratur, dispnea,
batuk, terlihat adanya retraksi otot bantu napas.
2) Auskultasi : suara napas vesikuler atau ada suara napas abnormal misalnya
rongkhi, stridor, dll.
b) B2 Blood (Kardiovaskular)
Desakan ruang intrakranial akan menyebabkan peningkatan tekanan intra kranial
sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Selain itu, terjadi
ketidakteraturan irama jantung dan bradikardi.
1) Auskultasi : irama jantung pada umumnya irregular, bunyi jantung normal,
tekanan darah Meningkat
2) Palpasi : akral hangat, nadi bradikardi
3) Kaji adanya nyeri dada
c) B3 Brain (Persyarafan)
Kesadaran pasien menurun karena terjadi penurunan suplai O 2 ke otak. Kejang
juga terjadi pada pasien dengan tumor otak akibat perubahan kepekaan neuron
dihubungkan dengan kompresi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak.
(1) Penglihatan
Penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau diplopia, respon pupil
tidak sama terhadap cahaya.
(2) Pendengaran
Terganggu bila mengenai lobus temporal
(3) Penciuman
Mengeluh bau yang tidak biasannya. Terjadi apabila tumor mengenai lobus
frontal
(4) Pengecapan
Ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia)
(5) Ekstremitas
Kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak seimbanng
d) B4 Bladder (Perkemihan)
1) Inpeksi : bentuk alat kelamin normal/tidak, uretra normal/tidak, produksi urin
normal/tidak.
2) Kaji adanya kelainan seperti oliguri, hematuria, poliuria, nokturia, dll.
10
e) B5 Bowel (Pencernaan)
Mual dan muntah terjadi akibat peningkatan tekanan intrakranial sehingga
menenkan pusat muntah pada otak. Gejala mual dan muntah ini biasanya akan
diikuti dengan penurunan nafsu makan pada pasien.
1) Nafsu makan menurun/tidak
2) Kaji adanya mual dan muntah
3) Keadaan mulut bersih atau tidak
4) Mukosa bibir lembap/tidak
f) B6 Bone (Muskuloskeletal/integument)
Kelemahan atau paralisis.
1) Keadaan umum klien biasanya mengalami kelelahan, kaji kemampuan
pergerakan sendi bebas atau tidak, kaji kekuatan otot klien.

3. Pemeriksaan Penunjang:
a. Rentogen Tengkorak
Menegaskan adanya tumor.Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal
dari suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun
multiple pada otak.
b. Scan Otak
Menegaskan adanya tumor.
c. CT Scan dan MRI
Menegaskan adanya tumor memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi
prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau
tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari
sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses
ataupun proses lainnya.
d. Angiografi Serebral
Menegaskan adanya tumor.Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan
letak tumor serebral.
e. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat
memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
f. Biopsy Jaringan
Menegaskan jenis tumor
g. Pemeriksaan Lumbal Pungsi
Meneunjukan peningkatan cairan serebrospinal (CSS), yang mencerminkan TIK,
peningkatan kadar protein, penurunan kadar glukosa, dan terkadang sel-sel tumor
pada CSS. Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor.
Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di
otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan
patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-
proses infeksi (abses cerebri).

11
Analisa Data
N Data Etiologi Masalah
o

12
1 Ds: Trauma/virus/radiasi Perubahan rasa nyaman:
Pasien mengatakan Nyeri
pusing yang hebat, Kromosom membelah
nyeri pada kepala abnormal
seperti di tusuk-tusuk ,
pasien mengatakan Tumor
menderita nyeri kepala
kurang lebih 1 tahun, Tulang tengkorak tidak dapat
klien mengatakan meluas
pernah jatuh dan
kepalanya terbentur. Peningkatan TIK
Do:
Pasien tampak Peregangan dura&pembuluh

menahan nyeri darah


Sekala nyeri 4
(nyeri sangat hebat) Nyeri
Skala nyeri: 1-5

2 Ds: Peningkatan TIK Gangguan perfusi


Klien mengatakan jaringan cerebral
gelisah, cemas, dan Penekanan jaringan otak
takut dengan gejala
penyakit yang Massa menekan pembuluh
dirasakannya darah otak
Do:
Klien tampak Pembuluh darah terjepit
cemas.
TTV: Gangguan suplai darah arteri
TD : 160/90
RR : 23 x/menit
N : 96 x/menit Gangguan perfusi jaringan
Perubahan tingkat
cerebral
kesadaran
3 Ds: Trauma/virus/radiasi Gangguan mobilitas
Pasien mengeluh tidak
dapat menggerakan Kromosom membelah

13
ekstermitasnya abnormal
Do:
- Penurunan kemampuan Tumor
untuk bergerak
- Adanya keterbatasan
Gangguan neurogenik
rentan gerak pada
pasien
Gangguan mobilitas
4 Ds: Tumor Ketidak seimbangan
- Pasien mengeluh tidak nutrisi
nafsu makan Mendesak ruang intrakranial
- Pasien mengeluh lesu
dan lemah
Peningkatan TIK
Do:
- Porsi makan tidak
Mual dan muntah
habis
- BB pasien turun
- Pasien terlihat kurus Penurunan nafsu makan
- Hasil laboratorium
menunjukan Ketidak seimbangan nutrisi
penurunan Hb dan
albumin

Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
ditandai dengan nyeri di kepala
2. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan penekanan jaringan otak
ditandai dengan perubahan tingkat kesadaran
3. Gangguan mobilitas berhubungan dengan gangguan neurogenik ditandai dengan tidak
dapat menggerakan ekstermitasnya
4. Ketidak seimbangan nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah ditandai dengan
tidak napsu makan

14
Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Perubahan rasa nyaman:
Tujuan: Nyeri yang dirasakan 1. Kaji keluhan nyeri 1. Pengenalan terhadap
nyeri berhubungan
berkurang atau dapat nyeri segera
dengan peningkatan
diadaptasi oleh klien meningkatkan intervensi
tekanan intrakranial
Kriteria hasil :
dini dan dapat
ditandai dengan nyeri di 1. Klien mengungkapkan
2. Mobilisasi pasien dengan posisi mengurangi beratnya
kepala nyeri yang dirasakan
lurus sesuai anatomi tubuh. serangan.
berkurang atau dapat
2. Nyeri dapat terjadi
diadaptasi ditunjukkan 3. Ajarkan teknik relaksasi dan
akibat regangan dan
penurunan skala nyeri. metode distraksi
posisi yang tidak tepat.
Skala = 2 (nyeri sedang) 3. Akan melancarkan
2. Klien tidak merasa
peredaran darah, dan
kesakitan seperti ditusuk- 4. Kolaborasi pemberian analgesik.
dapat mengalihkan
tusuk
perhatian nyeri
4. Analgesik memblok
lintasan nyeri, sehingga
nyeri berkurang.
2 Gangguan perfusi Tujuan: Perfusi jaringan
1. Monitor secara berkala tanda 1. Monitor TIK sangat
jaringan cerebral membaik ditandai dengan
dan gejala peningkatan TIK penting untuk
berhubungan dengan tanda-tanda vital stabil.
mengetahui
penekanan jaringan Kriteria hasil :
a) Tekanan perfusi perkembangan neurologi
otak ditandai dengan
serebral >60mmHg, 2. Hindari faktor yang dapat
perubahan tingkat 2. Mengurangi peningkatan
15
kesadaran TIK
tekanan intrakranial meningkatkan TIK.
<15mmHg, tekanan arteri
rata-rata 80-100mmHg

b) Menunjukkan tingkat
kesadaran normal
c) Orientasi pasien baik
d) Nyeri kepala berkurang
atau tidak terjadi
e) Papiledema tidak
terjadi
f) Keadaan pupil sesuai
dengan ukuran normal,
reflek terhadap cahaya baik

3 Gangguan mobilitas Tujuan: klien mampu


1. Kaji kemampuan motorik 1. Tumor dapat
berhubungan dengan melaksanakan aktivitas fisik
pasien, catat perubahan status menekan yang
gangguan neurogenik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil: neurologi, keadaan sensorik. mengakibatkan gangguan
ditandai dengan tidak
sensorik dan motorik
dapat menggerakan a) Pasien dapat 2. Lakukan latihan ROM setiap 4
2. Mencegah
ekstermitasnya mempertahankan tingkat jam sekali
kontraktur dan
mobilitas yang optimal 3. Ubah posisi klien tiap 2 jam mempertahankan
b) Bertambahnya kekuatan 4. Berikan papan kaki pada
kekuatan otot
otot ekstremitas dalam posisi 3. Menghindari
c) Tidak terjadi gangguan/
16
komplikasi akibat
fungsionalnya dekubitus
immobilitas fisik seperti
4. Agar tidak
gangguan integritas kulit
ada perubahan posisi
fungsional pada
ekstremitas
4 Ketidak seimbangan Tujuan: Kebutuhan nutrisi
1. Anjurkan pasien 1. Mengurangi rasa tidak
nutrisi berhubungan klien terpenuhi
Kriteria hasil: makan dengan porsi kecil tapi nyaman atau mual
dengan mual dan
2. Beberapa pasien
sering
muntah ditandai a) Adanya peningkatan berat 2. Evaluasi adanya mungkin mengalami
dengan tidak napsu badan sesuai dengan tujuan alergi makanan kontraindikasi alergi terhadap beberapa
makan b) Tidak ada tanda-tanda
makanan komponen makanan
anemia
c) Porsi makan habis tertentu dan beberapa
d) Nafsu makan membaik penyakit lain, seperti
diabetes mellitus,
hipertensi, dan lainnya
memberikan menifestasi
terhadap persiapan
komposisi makanan yang
akan diberikan.
3. Sajikan
3. Membantu merangsang
makanan dengan cara yang
nafsu makan.
menarik 4. Berguna dalam
4. Pantau intake
mengukur keefektifan

17
dan output. nutrisi dan dukungan
cairan.
5. Menurunkan rasa tak
enak karena sisa
5. Lakukan dan
makanan, bau obat untuk
ajarkan keluarga untuk perawatan
yang dapat merangsang
mulut sebelum dan sesudah
pusat muntah.
makan. 6. Pasien dapat
berkonsentrasi pada
mekanisme makan tanpa
adanya distraksi atau
6. Berikan
gangguan dari luar.
makanan dengan perlahan pada
lingkungan yang tenang.

Implementasi Dan Evaluasi

18
No dx Implementasi Evaluasi Paraf
1 S: klien mengatakan nyeri berkurang
1. Mengkaji keluhan O: klien tanpa agak tenang
A: tujuan telah tercapai
nyeri:
P: intervensi dihentikan

a. intensitas,
b. karakteristik,
c. lokasi,
d. lamanya,
e. faktor yang
memperburuk
f. meredakan.

2. Mobilisasikan pasien
dengan posisi lurus sesuai
anatomi tubuh.
3. Mengajarkan teknik
relaksasi dan metode
distraksi seperti:

a. bernafas dalam dengan


teratur
b. mendengarkan musik.
2 S : klien mengatakan sudah tidak lagi mengalami
1. Memonitor secara berkala
perubahan/penurunan kesadaran
tanda dan gejala O : klien menunjukan tingkat kesadaran normal ditandai
peningkatan TIK dengan tanda-tanda vital stabil

19
A : tujuan telah tercapai
a. mengkaji P : intervensi dihentikan
perubahan tingkat
kesadaran, orientasi,
memori, periksa nilai
GCS
b. mengkaji tanda
vital dan bandingkan
dengan keadaan
sebelumnya
c. mengkaji fungsi
motorik.
d. mengkaji
adanya mual, muntah,
papilaedema, diplopia,
kejang

2. mengukur, mencegah,
dan menurunkan TIK
a. Pertahankan
posisi dengan
meninggikan bagian
kepala 15-300, hindari
posisi telungkup atau
fleksi tungkai secara
20
berlebihan
b. Memonitor
analisa gas darah,
pertahankan PaCO2 35-
45 mmHg, PaO2
>80mmHg
c. Kolaborasi
dalam pemberian
oksigen
3. mengindari faktor yang
dapat meningkatkan TIK
3 S : klien mengatakan sudah dapat menggerakan ekstermitasnya
1. mengkaj O : klien terlihat sudah dapat melakukan aktivitas fisik sesuai
i kemampuan motorik dengan kemampuan klien
A : tujuan telah tercapai
pasien, mencatat perubahan
P : intervensi dihentikan
status neurologi, keadaan
sensorik.
2. melakuk
an latihan ROM setiap 4
jam sekali
3. mengub
ah posisi klien setiap 2 jam
4. memberikan papan
kaki pada ekstremitas
dalam posisi fungsionalnya
21
5. berkolaborasi dengan
ahli fisioterapi untuk
latihan fisik klien
4 S : klien mengatakan sudah tidak muntah dan nafsu makan
1. menganj
bertambah
urkan pasien makan dengan O : klien terlihat segar
A : tujuan telah tercapai
porsi kecil tapi sering
P : intervensi dihentikan
2. mengev
aluasi adanya alergi
makanan kontraindikasi
makanan
3. menyaji
kan makanan dengan cara
yang menarik
4. melakuk
an dan ajarkan keluarga
untuk perawatan mulut
sebelum dan sesudah
makan
5. Berikan
makanan dengan perlahan
pada lingkungan yang
tenang.

22
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah dilakukan pengkajian keperawatan terhadap pasien dan keluarganya, kemudian
dapat dilakukan diagnosa untuk mengetahui penyebab penyakit sehingga dapat dilakukan
tindakan yang sesuai dengan kondisi dan keadaan klien untuk mendapatkan pertolongan.
Ketika tindakan keperawatan yang dilakukan tersebut berhasil dan tidak ada lagi keluhan
yang dirasakan klien maka tindakan dapat dihentikan.

B. Saran
Dengan mengetahui pengertian tumor otak jinak meningioma, anatomi dan fisiologi,
patofisioligi, dan penatalaksanaan maka diharapkan pembaca dapat menjaga pola hidup
sehat serta lakukanlah pemeriksaan secara rutin untuk mengetahui keadaan tubuh secara
optimal.
Dengan membaca tentang makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kita
tentang penyakit tumor otak jinak meningioma.

23

Anda mungkin juga menyukai