Anda di halaman 1dari 30

PENATALAKSANAAN CELAH BIBIR

Renold Yurensa, Muzakkir Zam-zam

PENDAHULUAN

Celah bibir maupun palatum merupakan penyebab kedua terbanyak kelainan kongenital,
dimana terjadi pada 1 dari 650 anak-anak (Derijcke, Eerens & Carels, 1996). Secara individu
hal ini meningkatkan resiko terhadap masalah psikologis dan hubungan sosial masyarakat
untuk selanjutnya. Pada beberapa penelitian mengenai perkembangan fungsi dini ditemukan
sedikit bukti untuk masalah sosial emosional terhadap kepercayaan diri dan masalah
kebiasaan lainnya pada masa-masa menjelang sekolah (Krueckeberg, Kapp-Simon &
Ribordy, 1993). Pada suatu penelitian oleh Richman dan Millard (1997) pada 44 orang anak
dengan celah bibir mulai dari usia 4 hingga 12 tahun dijumpai bahwa masalah celah bibir
mulai meningkat sesudah usia 7 tahun (Broder & Strauss, 1989; Kapp-Simon, 1986).1

Faktor etiologi dari celah bibir termasuk faktor genetik dan lingkungan, interaksinya
memiliki efek seperti variasi fenotipe yang terjadi selama awal perkembangan. Perkiraan
celah orofasial terjadi 1 dari 700 sampai 1000 kelahiran hidup diantara populasi di seluruh
dunia dengan variasi yang berkaitan dengan geografi, suku dan kondisi sosial ekonomi.
Sekitar 70% dari kasus celah orofasial adalah non sindrom, misalnya pada individu yang
terkena tidak menunjukkan kelainan fisik ataupun kelainan anomali.2

Penatalaksanaan pada anak dengan celah bibir memiliki suatu tantangan. Dimulai pada
saat lahir, hal ini penting untuk beberapa aspek dari penatalaksanaan seperti pertumbuhan,
fungsi dan perkembangan psikososial. Terutama pada anak dengan celah bibir bilateral
komplit menyisakan banyak masalah yang tidak teratasi. Berdasarkan protokol
penatalaksanaan Muenster penutupan bibir secepat mungkin dilakukan pada usia 4 5 bulan,
sedangkan Anastassov dan Joss lebih menyukai pada usia 3 bulan. Berdasarkan protokol
penatalaksanaan Hamburg penutupan bibir dilakukan lebih cepat pada usia 8 minggu dan
dapat diklasifikasikan sebagai penutupan bibir yang paling cepat.3

1
EMBRIOLOGI

Pada akhir minggu keempat masa embrio, puncak saraf berasal dari prominensia fasial
muncul dari sepasang lengkungan faring. Prominensia maksila dijumpai pada bagian lateral
(gambar 1). Prominensia frontonasal dibentuk oleh proliferasi dari mesenkim ventral ke otak
depan, struktur tepi atas dari stomodeum. Pada bagian lain dari prominensia frontonasal
terdapat permukaan tebal ektoderm dari bentuk placode nasal.4

Gambar 1. Gambaran lateral dari embrio pada akhir minggu keempat menggambarkan posisi
lengkungan faring.4

Selama minggu kelima dari perkembangan embrio, invaginasi placode nasal membentuk
lubang hidung. Proses invaginasi ini menimbulkan jaringan yang menebal di sekitar lubang
yang disebut dengan prominensia hidung bagian lateral dan prominensia hidung bagian
medial (gambar 2).4

Gambar 2. Sisi frontal dari wajah. A. Minggu kelima embrio. B. Minggu keenam embrio.
Prominensia hidung secara perlahan-lahan terpisah dari prominensia maksila dengan alur
yang dalam.4

2
Lebih dari 2 minggu kemudian, sepasang prominensia maksila tumbuh pada bagian
medial mendekati prominensia hidung medial (gambar 3). Terjadi gabungan dari pasangan
prominensia hidung medial dan prominensia maksila, dengan demikian membentuk bibir
atas. Prominensia hidung medial membentuk philtrum, bibir atas medial, tip nasal dan
kolumela. Prominensia maksila membentuk sisi lateral dari bibir atas. Prominensia hidung
lateral tidak terlibat dalam pembentukan bibir atas tetapi membentuk hidung (gambar 4).4

Gambar 3. Minggu ketujuh embrio. Prominensia maksila bergabung dengan prominensia


hidung medial.4

Gambar 4. Minggu kesepuluh embrio. Prominensia maksila membentuk bibir lateral dan
prominensia hidung medial membentuk filtrum.4

Hidung dibentuk oleh 3 prominensia fasial : prominensia frontonasal dibentuk oleh


batang hidung, prominensia hidung medial bergabung dengan tip dan kolumela, dan
prominensia hidung lateral membentuk ala nasi.4

Tabel 1. Struktur yang membentuk formasi wajah.4

3
Prominensia Struktur yang membentuk
Frontonasal Dahi; batang hidung, medial, dan prominensia lateral hidung.
Maksila Pipi, sisi lateral dari bibir bagian atas.
Hidung medial Filtrum dari bibir bagian atas, puncak dan tip dari hidung.
Hidung lateral Alae dari hidung.
Mandibula Bibir bagian bawah.

ANATOMI DASAR DAN FISIOLOGI BIBIR SERTA RONGGA MULUT


Vestibulum oris
Vestibulum oris adalah batas eksternal dari bibir dan pipi serta batas internal dari rahang
dan gigi (gambar 5). Ketika terjadi sumbatan pada gigi, vestibulum oris berhubungan dengan
rongga mulut melalui rongga di belakang molar. Rongga mulut terbuka ke dalam faring pada
isthmus faucial.5

Gambar 5. Anatomi dari bibir, vestibulum oris dan rongga mulut.5

Bibir dan pipi


Bibir terdiri dari 4 komponen dasar :6
1. Kulit dan jaringan subkutan.
2. Otot.
3. Mukosa.
4. Vermillion.

Kulit bibir sebagai ciri khas dari kulit wajah. Tanda luar dari bibir adalah philtrum collum
dan Cupids bow. Philtrum collum adalah tepi alur muskulokutaneus mulai dari dasar
kolumela hingga tepi vermillion. Philtrum collum bergabung dengan tepi bibir, tepi lainnya
dibentuk oleh muskulus orbikularis oris. Serat orbikularis membentuk lekuk philtrum pada
bibir tengah antara sepasang philtrum collum. Philtrum collum berada diantara 2 puncak
Cupids bow, dimana berhubungan dengan dalamnya Cupids bow.6

4
Otot primer bibir adalah muskulus orbikularis oris. Muskulus orbikularis oris sepasang,
ototnya mengarah horizontal hanya bagian lateral menuju commissura pada modiolus.
Modiolus menyilang pada beberapa otot wajah, termasuk levator anguli oris, risorius dan
depressor anguli oris. Dua sendi otot muskulus orbikularis oris pada garis tengah dari bibir
bawah didalam raphe. Pada bibir atas, otot menyilang di tengah dan melekat ke dalam
philtrum collum yang berlawanan.6

Gambar 6. Anatomi bibir dan hidung.6

Bibir dan pipi, struktur morfologis yang membentuk sebagian besar otot wajah serta
dilapisi pada sisi mukosa oleh epitel squamous non keratinized.5
Bibir atas lebih panjang dan bibir bawah lebih pendek dihubungkan satu dengan yang
lainnya oleh commissura labial pada sudut mulut. Bibir terpisah dari pipi oleh lipatan
nasolabial, sulcus oblique yang berjalan secara lateral dan inferior dari ala nasi. Lamina
propria dari bibir terdapat banyak glandula saliva seromucous, sekresinya mengalir ke dalam
vestibulum oris. Muskulus orbikularis oris membentuk dasar otot dari bibir.5

Gambar 7. Anatomi dari otot wajah dan mastikator.5

5
Bibir mendapat pendarahan dari arteri labial superior dan inferior yang berasal dari arteri
fasial. Bibir mendapat aliran darah primer dari vena fasial, yang juga menghubungkan vena
orbita melalui vena angular diatasnya pada bibir atas. Kelenjar limfa submandibula dan
submental menerima aliran limfa dari bibir. Bibir atas menerima persarafan sensoris dari
nervus infraorbita, bibir bawah dari nervus mental.5
Pipi terbentuk dari tepi lateral vestibulum oris, juga mengandung sedikit glandula saliva
pada mukosa vestibulum oris. Buccinator dibentuk dari rangka otot pipi. Seperti muskulus
orbikularis okuli, buccinator berfungsi sebagai otot wajah (gambar 7) dan menerima
persarafan motorik dari cabang nervus fasialis. Bantalan lemak pada pipi berlokasi antara
muskulus buccinator dan diatas muskulus masseter, serat-serat yang berjalan tegak lurus
terhadap buccinator. Bantalan lemak lembut ini mengisi pipi lubang pada tepi anterior pipi
dari muskulus masseter. Duktus ekskretori dari kelenjar parotis berjalan sepanjang muskulus
buccinator dan masuk ke dalam pipi yang berseberangan dengan molar kedua pada bagian
atas.5
Muskulus mastikator
Muskulus masseter berlokasi pada bagian posterior dari pipi, melindungi ramus vertikal
mandibula dan sudut mandibula pada bagian luar. Muskulus mastikator terletak sepanjang
muskulus temporalis dan muskulus pterigoid lateral (gambar 7). Kedua otot ini berfungsi
sebagai kesatuan filogenetik oleh sebab itu kedua otot ini dipersarafi oleh nervus mandibula
(berasal dari nervus trigeminal).5

Rongga mulut
Rongga mulut pada bagian anterior dan lateral berbatasan dengan rahang dan gigi,
bagian superior oleh palatum keras dan lunak (gambar 5), dan bagian posterior oleh ismus
fausial. Celah sempit antara rongga mulut dan faring dibatasi oleh palatum lunak dan uvula
dan dengan dorsum lidah dan berhubungan dengan dasar dari lidah.5

FISIOLOGI
Asupan makanan
Bibir merupakan pintu masuk ke saluran makanan, menutup rongga mulut selama
menguyah dan menelan untuk mencegah keluarnya makanan. Muskulus orbikularis okuli
bertanggung jawab terutama untuk fungsi daripada bibir. Jika fungsi daripada otot ini

6
terganggu (seperti facial nerve palsy) berakibat bibir sukar ditutup dan dapat menyebabkan
kesulitan dalam mengunyah dan bentuk yang aneh dari sudut mulut pada saat istirahat.5

Fungsi fonasi dan artikulasi


Otot bibir memiliki peranan penting dalam fonasi, sewaktu kontrol artikulasi lidah
menghasilkan huruf vokal, beberapa huruf konsonan, dan suara langit-langit sampai
perubahan bentuk dan posisi dari lidah. Akhirnya, gabungan antara rongga mulut dengan
faring, hidung dan sinus paranasal dalam membentuk traktus vokal supraglotik dimana
yang berperan dalam pembentukan suara adalah suara vokal.5

KLASIFIKASI
Klasifikasi deformitas celah bibir terdiri dari :4,7,8,9
I. Unilateral.
II. Bilateral.

Celah bibir unilateral terbagi :7,10


1. Celah bibir mikroform atau fusiformis.
2. Celah bibir tidak komplit.
3. Celah bibir komplit.

Celah bibir bilateral terdiri dari :7,10

1. Celah bibir bilateral komplit.


2. Celah bibir bilateral tidak komplit.
I. CELAH BIBIR UNILATERAL
1. Celah bibir unilateral mikroform atau fusiformis

Deformitas celah bibir ini adalah deformitas yang paling luas dari semua celah bibir.
Seringkali, orang tua melihat keadaan ini sebagai masalah kecil dan memerlukan koreksi
penuh dengan tindakan bedah. Sebagai ahli bedah evaluasi terhadap penderita ini harus
dikenali dan dibedakan dari derajat deformitasnya. Celah bibir tipe ini pada awalnya
kelihatan sederhana tetapi banyak jenisnya, jika tidak dijumpai gambaran anatomi celah bibir
yang komplit. Pengecualian pada celah bibir tipe ini sering didapati deformitas celah bibir
yang minimal, dan dengan demikian menghasilkan estetika yang baik dapat dicapai. Hal yang
paling penting pada bibir yang pendek harus dipanjangkan dan perbaikan komponen anatomi
yang seimbang. Pada keadaan ini lebih disukai pengobatan celah bibir yang pendek dan

7
berkerut dengan perbedaan panjang yang lebih dari 1 mm celah bibir menggunakan teknik
yang sama dengan teknik celah bibir komplit.10

Celah bibir mikroform ditandai oleh suatu kerutan atau jaringan parut yang melewati
panjangnya bagian vertikal dari bibir, takik vermillion, deformitas bibir dari tepi bibir, dan
bermacam-macam derajat dari pemendekan bibir vertikal.7,8

Gambar 8. Celah bibir unilateral mikroform.7

2. Celah bibir tidak komplit unilateral

Celah bibir tidak komplit memiliki paling sedikit rongga hidung yang utuh. Bagian yang
penting dari celah bibir ini adalah kelainan bentuk maksila yang biasanya agak berat. Secara
khusus keadaan ini diterapi dengan memperbaiki menggunakan teknik rotation advancement
repair. Kelainan bentuk dari hidung biasanya lebih berat daripada celah bibir komplit
lainnya.10

Celah bibir tidak komplit unilateral melibatkan kelainan kulit, otot dan mukosa dari bibir
bawah tetapi tidak meluas ke bagian superior meskipun keseluruhan bibir terkena.9

Gambar 9. Celah bibir tidak komplit unilateral.7

8
3. Celah bibir komplit unilateral.

Celah bibir komplit memiliki variasi luas dan keparahan yang terjadi dalam beberapa
tingkatan, oleh karena itu celah bibir komplit yang berat khususnya dengan celah palatum
akan diarahkan sebagai celah bibir komplit luas. Kondisi celah bibir seperti ini membutuhkan
penanganan yang ekstensif yaitu teknik operasi yang menekankan pada pelurusan yang tidak
hanya pada jaringan lunak tetapi juga deformitas daripada tulang.10

Celah bibir komplit unilateral terjadi ketika adanya kecacatan yang melibatkan semua
jaringan daripada bibir dan meluas sepanjang seluruh bibir serta dasar hidung.9

Gambar 10. Celah bibir unilateral komplit.6

II. CELAH BIBIR BILATERAL.


1. Celah bibir bilateral komplit.

Ukuran dan bentuk dari kedua segmen lateral pada celah bibir bilateral mirip dengan
deformitas celah bibir unilateral. Bagaimanapun, pada segmen sentral dan medial dari
deformitas celah bibir bilateral terdapat perbedaan yang nyata dengan deformitas celah bibir
unilateral.9
Pada celah bibir bilateral komplit, premaksila terlepas secara total dari maksila.
Premaksila sentral dan prolabium yang terkena (segmen sentral dari celah bibir bilateral),
tidak berhubungan dengan posisi dari maksila pada kedua sisi. Pada celah bibir bilateral tidak
komplit, biasanya terdapat beberapa kontinuitas rangka dan penonjolan yang sangat sedikit
dari premaksila/prolabium. Premaksila pada celah bibir bilateral komplit biasanya melebihi
penonjolan pada deformitas celah bibir tidak komplit.9

9
Gambar 11. Celah bibir bilateral komplit.7

Pembuluh darah arteri dan otot lateral dari celah bibir bilateral komplit sejajar dengan
segmen lateral menurut anomali unilateral. Insersi abnormal dari otot celah bibir mengikuti
tepi dari celah bibir (gambar 12).9

Gambar 12. Diagram skematik menunjukkan insersi dari otot celah bibir bilateral.9

2. Celah bibir bilateral tidak komplit

Kadang-kadang celah bibir bilateral tidak komplit dengan hidung normal, posisi normal
di premaksila, pita Simonart menyilang pada lantai hidung, dan celah hanya melibatkan bibir.
Pada beberapa keadaan, pendekatan rotation advancement atau flap triangular dapat dipakai
pada perbaikan unilateral, juga keduanya dapat dipakai pada tindakan operasi tahap 1 dan
tahap 2. Pada tahap 2 dilakukan perbaikan pada satu sisi dengan penutupan pertama yang
memberikan hasil baik, kemudian pada sisi lainnya diperbaiki belakangan.7
Untuk mendapatkan hasil yang simetris dengan pendekatan tahapan operasi sulit
dilakukan, dan kami lebih menyukai prosedur tahap 1 dengan teknik garis lurus bilateral.

10
Pada lebih banyak penderita celah bibir komplit pada satu sisi dan celah bibir tidak komplit
pada sisi lainnya. Pada kasus ini terdapat deformitas hidung dari celah bibir komplit unilateral
dan kekurangan jaringan bibir dari celah bibir bilateral. Bila terdapat perbedaan tinggi
kolumela diantara 2 sisi, kami mempertimbangkan teknik perbaikan rotation-advancement
pada sisi komplit untuk menaikkan kolumela dan penutupan garis lurus pada sisi tidak
komplit.7

DEFINISI
Celah bibir adalah suatu kelainan/cacat bawaan berupa celah pada bibir, kelainan ini
terjadi karena adanya gangguan pada kehamilan trimester pertama yang menyebabkan
terganggunya proses tumbuh kembang janin.11

KEKERAPAN
Insidensi celah bibir adalah 1 : 600 kelahiran hidup dan insidensinya meningkat pada
kelompok Timur (1 : 500) dan menurun pada populasi kulit hitam (1 : 2000). Dilaporkan
insidensi celah bibir tinggi pada suku India di Montana Amerika Serikat. Celah bibir lebih
banyak dijumpai pada pria dibandingkan wanita (2 : 1).4,12
Insidensi celah bibir di RSUP H. Adam Malik Medan mulai Januari Desember 2010
dijumpai sebanyak 20 orang penderita dengan jumlah penderita pria 11 orang dan wanita 9
orang. Usia terbanyak penderita celah bibir pada usia 24 hari 1 tahun.

ETIOLOGI
1. Faktor genetik.
a) Sindrom Van der Woude.
Sindrom Van der Woude berhubungan dengan celah pada bibir bawah seperti lubang
pada pipi (lip pits). Sindrom ini sering dijumpai pada keluarga yang sama dan dikenal
sebagai autosomal dominant inheritance. Sindrom ini dijumpai pada kelainan kromosom
1q32-42.4,6,14,15
b) Sindrom Branchio-oculo-facial.
Gambaran klinis : celah bibir tidak komplit atau komplit, pseudocleft, gangguan
pertumbuhan sesudah lahir dan retardasi mental.16
c) Sindrom Charge.
Gambaran klinis : celah bibir dan atau palatum, kelainan jantung, atresia koana,
gangguan pertumbuhan sesudah lahir, retardasi mental, dan ketulian atau kelainan
pembentukan telinga.16
d) Sindrom Fryns.

11
Gambaran klinis : celah bibir dan atau palatum, kelainan bentuk dada dan kelainan
genitourinary.16
e) Trisomi 13
Sindrom ini jarang dijumpai dan terjadi pada 1 : 25.000 kelahiran hidup. Mayoritas bayi
tidak dapat hidup lebih dari 1 2 bulan. Bagaimanapun anak dengan trisomi 13 atau
parsial trisomi 13, disebabkan oleh ketidakseimbangan kromosom akibat translokasi
yang dapat bertahan hidup lebih lama.15
Gambaran klinis : Celah bibir dan palatum, mikrosefalus, kelainan kulit, polidaktili,
kelainan jantung bawaan, kelainan genitalia, kelainan sistem saraf pusat dan ketulian.16
f) Trisomi 9.
Gambaran klinis : celah bibir dan atau palatum, gangguan pertumbuhan prenatal,
retardasi mental yang berat, kelainan pada sendi dan kelainan jantung kongenital.16
g) Trisomi 18 (sindrom Edwards).
Gambaran klinis : celah bibir dan palatum, berat badan lahir rendah, atrial septal defect,
kelainan skeletal, mikrosefalus, hidrosefalus, mata sipit dan ptosis dan kelainan
genitalia.16
2. Faktor yang berhubungan dengan lingkungan (acquired), seperti :
1) Janin yang terpapar alkohol (fetal alcohol syndrome).
Gambaran klinis : celah bibir dengan atau tanpa celah palatum, gangguan pertumbuhan
janin didalam kandungan dan sesudah lahir, retardasi mental, mikrosefali, kelainan sendi,
kelainan katup jantung dan hidung yang pesek.13,15,16
2) Merokok.
Perokok tembakau menyebabkan kerusakan yang berhubungan dengan banyak fungsi
dari ovarium, seperti : steroidogenesis, folliculogenesis, gametogenesis, ovulasi dan
fungsi corpus luteum.17
3) Sindrom janin hidantoin (Fetal hydantoin syndrome).
Janin yang terpapar dilantin selama 10 minggu pertama pada masa kehamilan dan obat-
obatan yang berhubungan dengan anti kejang pada ibu hamil dapat menyebabkan celah
bibir dan atau palatum. Bayi dapat memiliki kecerdasan yang normal dan tidak terdapat
peningkatan risiko pada saat melahirkan serta tidak dijumpai adanya kelainan klinis
lainnya.15,16
4) Defisiensi asam folat atau antagonisnya.13,15
5) Ibu penderita diabetes mellitus. 6,13
6) Unsur turunan asam retinoat.
Asam retinoat biasanya dipakai untuk pengobatan jerawat dan kerutan pada wajah yang
memiliki hubungan dengan celah. Malformasi lainnya berhubungan dengan pemakaian
asam retinoat pada masa kehamilan dini termasuk colobomas pada mata.4,13,15

PATOFISIOLOGI

12
Bibir atas yang normal terbagi dalam komponen merah dan putih. Bibir merah adalah
membran mukosa, sedangkan bibir putih adalah struktur kulit. Mucocutaneus junction pada
tepi vermillion antara bibir merah dan putih adalah batas anatomi penting yang harus
direkonstruksi dengan teliti pada perbaikan celah bibir untuk mendapatkan hasil yang terlihat
normal. Kegagalan dalam merekonstruksi tepi vermillion menyebabkan hasil kosmetik yang
jelek karena tepi vermillion tidak rata.4
Pada individu yang tidak ada kelainan, muskulus orbikularis oris membentuk sfingter
yang sempurna mengelilingi rongga mulut, muskulus orbikularis oris yang sempurna
merupakan dasar yang sesuai untuk bentuk dan fungsi dari bibir dan mulut. Semua penderita
dengan deformitas celah bibir terdapat defisiensi muskulus dan irregularitas dengan derajat
berbeda, yang menyebabkan kelainan pada penampilan dan fungsi pada bibir dan mulut
(gambar 13 dan gambar 14). Untuk merekonstruksi deformitas celah bibir dengan benar,
intinya bukan hanya membentuk bibir yang simetris secara superfisial pada tingkat kulit,
tetapi juga harus merekonstruksi pengikat muskulus orbikularis oris yang sempurna agar hasil
kosmetik dan fungsinya bertahan lama. Serat otot pada deformitas celah bibir terdapat di
sepanjang tepi celah bibir pada arah superior inferior. Insersi muskulus orbikularis oris ke
dalam kolumela pada sisi medial dan sepanjang ala nasi pada sisi lateral. Serat ini harus
dilepaskan dari insersinya dan di orientasi kembali pada arah horizontal untuk
mempertemukan celah bibir dan membentuk pengikat muskulus yang sempurna di sekeliling
rongga mulut.4

Gambar 13. Abnormalitas muskulus pada celah bibir yang tidak sempurna melibatkan kurang
dari 2/3 bibir. Serat muskulus bagian bawah menginsersi ke dalam jaringan lunak pada tepi
celah bibir; serat muskulus bagian atas pada segmen sisi medial dan lateral menghubungkan
puncak dari celah bibir yang tidak sempurna membentuk sebagian sphincter oral.4

13
Gambar 14. Kelainan arah dan insersi serat muskulus pada segmen medial dan lateral celah
bibir ke dalam tepi celah bibir, daerah pada ala nasi (sisi lateral), dan dasar dari kolumela
(sisi medial). Garis hitam menunjukkan pendarahan arteri.4
Celah bibir bilateral juga memiliki orientasi serat otot di sepanjang tepi celah bibir pada
sisi lateral (gambar 15). Secara khas, segmen prolabial tidak mengandung serat otot tetapi
diisi oleh jaringan konektif. Sebagai tambahan untuk muskulus dan kulit yang irreguler,
penderita dengan deformitas celah bibir bilateral memiliki tonjolan premaksila dan rahang
sampai septum nasi. Deformitas tulang premaksila menekan bibir lebih jauh ke bagian
anterior dan superior menuju tip nasal dimana kolumela menahan kerusakan yang hebat
akibat terjadinya celah bibir komplit (gambar 16). Sering dijumpai panjang krura medialis
tidak adekuat yang menyebabkan kulit pada kolumela tidak adekuat untuk dilakukan
rekonstruksi. Satu diantara tantangan terbesar dalam memperbaiki celah bibir bilateral adalah
rekonstruksi kolumela.4

Gambar 15. Anatomi dari muskulus abnormal dari celah bibir bilateral komplit. Kedua
segmen muskulus bagian lateral menginsersi ke dalam ala nasi dengan prolabium secara
komplit tanpa jaringan muskulus. Pendarahan arteri ditandai dengan garis hitam.4

14
Gambar 16. Seorang penderita dengan celah bibir dan palatum bilateral komplit. Anak panah
atas menunjukkan tonjolan premaksila; anak panah bawah menunjukkan runtuhnya
lengkungan rahang.4

Karakteristik anatomi dari deformitas celah bibir unilateral termasuk irregularitas dari
tip, kolumela, basis alar, lubang hidung, septum nasi dan tulang rangka. Tip dari hidung
terdorong mendekati pada sisi bibir yang normal, dengan krus medialis yang relatif pendek
dan krus lateral yang panjang pada sisi celah bibir. Sebagai tambahan, krus lateral pada
kartilago lateral bagian bawah bergeser ke arah kaudal pada sisi celah bibir. Kolumela lebih
pendek dibandingkan dengan normal pada sisi celah bibir, dan kolumela terletak pada sisi
bibir yang sehat oleh karena regangan dari muskulus orbikularis oris yang utuh. Lubang
hidung pada sisi celah bibir terorientasi secara horizontal dibandingkan dengan yang normal
secara vertikal. Pada keadaan yang sama septum nasi terdorong ke sisi bibir yang sehat. Basis
alar pada sisi celah bibir bergeser ke arah lateral inferior dan posterior. Akhirnya terdapat
defisiensi tulang maksila pada celah bibir yang menyebabkan dasar hidung sering tidak
terbentuk.4
Deformitas celah bibir bilateral berbeda dengan deformitas celah bibir unilateral. Derajat
deformitas celah bibir berkaitan dengan beratnya deformitas celah bibir, apakah celah
bibirnya komplit atau tidak komplit. Beratnya celah bibir juga dipengaruhi oleh derajat
penonjolan premaksila. Deformitas celah bibir hidung bilateral adalah simetris sehingga
rekonstruksi hidung untuk mendapatkan tip yang simetris adalah lebih mudah. Satu tantangan
pada deformitas celah bibir bilateral adalah jaringan kolumela yang tidak adekuat.
Kekurangan jaringan ini termasuk defisiensi kartilago disepanjang kartilago lateral bawah,
begitu juga dengan jaringan kulit yang membungkusnya. Tip dari hidung biasanya rata dan
lebar, dan ala nasi bergeser ke arah lateral menghasilkan lubang hidung yang horizontal.4

15
DIAGNOSIS PRENATAL

Ultrasonografi (USG) pada perawatan prenatal dan perbaikan dalam gambaran


ultrasonografi memberikan diagnosa antepartum pada anak dengan celah bibir. Pemeriksaan
rutin USG pada prenatal adalah kebiasaan standar di masyarakat. Diagnosa jelas prenatal
dapat dibuat pada celah bibir, keakuratan diagnosa dapat diperbaiki jika USG 2 dimensi
diganti dengan USG 3 dimensi. Diagnosa dapat dengan mudah dibuat pada kehamilan 18
minggu, meskipun keakuratan diagnosa dipengaruhi oleh usia janin.4
Penggunaan Magnetic Resonancy Imaging (MRI) meningkatkan evaluasi kelainan pada
fetus yang sulit diidentifikasi hanya dengan ultrasonografi. Pemeriksaan fetus dengan MRI
bergantung dengan optimalnya volume cairan amnion, posisi janin dan kebiasaan posisi
tubuh ibu dibandingkan dengan USG.18

Gambar 18. Gambaran MRI fetus dengan bibir atas dan palatum normal pada usia kehamilan
29 minggu (koronal).18

Gambar 19. Gambaran MRI fetus dengan bibir atas dan palatum normal pada usia kehamilan
29 minggu (aksial).18

16
I. Celah bibir unilateral.

Pada celah bibir tidak komplit unilateral sulit untuk didiagnosa dan dideteksi hingga akhir
kehamilan trimester 3. Pada MRI, potongan koronal memperlihatkan gambaran hidung dan
bibir fetus. Gambaran aksial dari rahang membantu mencegah keterlibatan dari gusi.18
Pada celah bibir unilateral gambaran yang paling baik adalah USG dan MRI potongan
aksial dan koronal. Gambaran potongan aksial memperlihatkan karekteristik deviasi dari
septum nasi. Sebagai tambahan, gambaran aksial memperlihatkan kelainan atau kehilangan
tunas gigi pada daerah rahang medial.18

Gambar 20. Celah bibir unilateral tidak komplit pada usia kehamilan 34 minggu, kecacatan
yang melibatkan jaringan lunak superfisial terlihat pada anak panah. Deviasi sisi kaudal dari
septum nasi ke arah celah terlihat jelas, dengan karekteristik kartilago hidung cenderung ke
arah celah bibir dan palatum unilateral (gambaran USG koronal).18

Gambar 21. Gambaran celah bibir unilateral tidak komplit pada usia kehamilan 34 minggu,
kecacatan yang melibatkan jaringan lunak superfisial terlihat pada anak panah. Deviasi sisi
kaudal dari septum nasi ke arah celah terlihat jelas, dengan karakteristik kartilago hidung
cenderung ke arah celah bibir dan palatum unilateral (gambaran MRI).18

17
II. Celah bibir bilateral.

Pada kasus celah bibir bilateral tidak komplit, terjadi penonjolan pada segmen premaksila
dan gambaran yang paling baik dapat dilihat dengan potongan aksial dan midline sagittal
(gambar 23). Seringkali hidung rata dan kolumela pendek. Celah bilateral meluas ke dalam
palatum sekunder secara langsung terlihat dengan MRI (gambar 24).18

Gambar 22. Celah bibir bilateral komplit pada fetus usia kehamilan 18 minggu. Celah bibir
bilateral (tanda panah) dilihat dengan pemeriksaan USG potongan aksial.18

Gambar 23. Celah bibir bilateral komplit pada fetus usia kehamilan 18 minggu. Celah bibir
bilateral (tanda panah) dilihat dengan pemeriksaan MRI.18

18
Gambar 24. Celah bibir bilateral komplit pada fetus usia kehamilan 18 minggu. Penonjolan
segmen premaksila (tanda panah) dan berhubungan dengan penebalan lipatan nuchal (tanda
panah pada kepala) gambaran terlihat lebih baik pada MRI potongan sagital.18

PENATALAKSANAAN
1) Waktu perbaikan bibir.
Petunjuk untuk memperbaiki celah bibir memakai kriteria 10 (rule of ten) : usia 10
minggu, berat badan 10 pound, dan nilai hemoglobin 10 dapat dipertimbangkan untuk
perbaikan celah bibir. Hal ini merupakan dasar pada tindakan anestesi yang aman. Waktu
perbaikan celah bibir ini berbeda pada setiap penderita. Perbaikan celah bibir yang
terlambat bermanfaat pada bayi prematur disebabkan insidensi apnea meningkat setelah
anestesi umum pada 3 bulan pertama atau setelah masa kehamilan.14
Perbaikan celah bibir biasanya dilakukan pada usia antara 3 6 bulan. Pada celah bibir
unilateral operasi dilakukan pada usia 5 6 bulan dan celah bibir bilateral operasi
dilakukan pada usia 4 -5 bulan.12
2) Operasi celah bibir (cheiloraphy).
a. Operasi celah bibir satu sisi (cheiloraphy unilateral).11

Teknik operasi yang umum dipakai adalah teknik Millard, cara ini menggunakan rotation
advancement flap. Djohansyah Marzoeki memodifikasi teknik Millard dengan cara pada
vermillion bibir dibuat flap dari segmen lateral dan menyisipkannya ke subkutan vermillion
yang tipis untuk membuat sentral vermillion sedikit menonjol dan dapat menghilangkan
koloboma. Flap ini disebut dengan flap Djo. Cara ini telah dilakukan pada banyak penderita
celah bibir di Surabaya dan hasilnya cukup memuaskan. Bila celah bibir tidak komplit maka
cheiloraphy dilakukan sama seperti penanganan celah komplit. Disamping itu dasar
vestibulum nasi juga harus dibuat pada waktu yang sama.11

Desain cheiloraphy unilateral :11

19
A. Tentukan titik A di pertengahan filtrum.
B. Tentukan titik B di ujung filtrum ridge kanan.
C. Kemudian tentukan titik C diujung filtrum ridge kiri (AB=AC).
D. Tentukan pertengahan dasar kolumela (titik D).
E. Pertemuan filtrum ridge kanan dengan dasar hidung diberi tanda O.
F. Bakal pertemuan filtrum ridge kiri dengan dasar hidung diberi titik P (OD=DP). Tampak
bahwa filtrum ridge kiri (CP) lebih pendek dari filtrum ridge kanan (BO), dibuat garis
lengkung dari titik C menuju suatu tempat didekat titik D yaitu titik E. Titik E jangan
melewati filtrum ridge OB sedemikian rupa sehingga diharapkan dengan garis lengkung
ini titik C akan turun setinggi titik B.
G. Garis CP diteruskan sejauh 1 cm ke dalam hidung untuk membentuk vestibulum nasi.
H. Tentukan titik F ditempat vermillion mulai menipis.
I. Tentukan titik G pada pertemuan lekukan lubang hidung dengan vermillion.
J. Garis FG diteruskan ke dalam hidung sejauh 1 cm untuk membentuk vestibulum nasi dan
untuk mempermudah pertautan vestibulum nasi ke medial.

Ket : Segmen medial adalah bibir yang mengandung filtrum pada celah bibir.

Segmen lateral adalah bibir yang tidak mengandung filtrum pada celah bibir.

Gambar 25. Desain cheiloraphy unilateral.11

TINDAKAN :11

A. Dengan pisau no.15 dilakukan insisi sesuai desain sedalam kulit saja.
B. Dengan pisau no.11 diteruskan sampai mengenai seluruh tebal bibir.
C. Pertama dilakukan pada segmen medial.
D. Setelah selesai bagian medial baru dilanjutkan ke segmen lateral.
E. Muskulus vermillion segmen lateral didaerah celah setelah dilakukan eksisi lapisan
kulitnya dipakai sebagai flap (flap Djo) yang disisipkan ke subkutannya segmen medial
untuk membentuk vermillion yang berketebalan normal.

20
F. Mukosa di segmen medial digunting 0,5 1 cm diatas dan sejajar dengan lekukan
mukosa alveolus.
G. Bibir sampai dengan lapisan otot dibebaskan dari mukosa alveolus dan periosteum
dibawahnya sampai ke dalam hidung sehingga bibir dengan mudah bergeser ke lateral.

Gambar 26. Flap muskulus vermillion lateral (flap Djo).11

H. Dilakukan penilaian terhadap panjang insisi garis CE bila belum cukup (menilai titik C
sudah sejajar dengan titik B) maka garis CE dapat diperpanjang tapi tidak boleh
melewati garis BO. Bila masih kurang turun, insisi diarahkan kembali kearah vermillion
(back cut incision) sedemikian rupa sampai titik C turun setinggi titik.

Gambar 27. Flap Djo setelah di eksisi kulit.11

I. Dari segmen lateral dibuat irisan melalui garis GF dan GH. Garis FG diteruskan sampai
ke dalam hidung sampai pertautannya dengan tulang.
J. Flap lateral vermillion (flap Djo) didaerah segmen lateral dibiarkan tetap menggantung
dengan panjang flap ini kira-kira sepanjang titik BC lalu flap ini dieksisi kulit vermillion.

21
K. Mukosa oral digunting 1 cm diatas batas bibir/gusi dan diteruskan ke lateral secukupnya
dan dilakukan pembebasan otot diatas periosteum dari alveolus sehingga otot orbikularis
oris segmen lateral dapat dengan mudah digerakkan ke medial.

Gambar 28. Back cut incision.11

L. Apabila dalam usaha mempertemukan titik G dan titik P serta penjahitan vestibulum nasi
setelah suatu undermining mengalami kesukaran maka pada garis perpanjangan FG
sekitar 1 cm ke dalam hidung dilakukan pengguntingan secara tegak lurus terhadap
perpanjangan garis FG tadi sedemikian rupa sehingga garis perpanjangan FG menjadi
lebih panjang dan titik G mudah digerakkan untuk mencapai titik P.
M. Flap lateral (FGH) dimasukkan menuju titik E dan flap medial/flap C (ECP) dimasukkan
menuju titik H.

Gambar 29. Pengguntingan mukosa vestibulum nasi.11

PENJAHITAN11

22
1. Mukosa didaerah celah yang digunakan sebagai dasar bibir dijahit dengan plain cat gut
dengan simpul luar.
2. Vestibulum nasi dijahit dengan plain cat gut.
3. Otot dijahit dengan plain cat gut dimulai dari titik GE menuju vermillion dibawah titik
CF, cukup 3 jahitan.
4. Otot pada ujung flap C dijahit ke lateral (H).

Gambar 30. Mempertemukan flap lateral dan medial.11


5. Penjahitan kulit dimulai pada titik CF dengan polypropylene 6-0. Dilakukan
undermining vermillion di daerah BC di tempat yang tipis saja.
6. Flap Djo dijahit ke otot dengan plain cat gut 4-0 atau polypropylene 6-0.
7. Kulit sampai dengan seluruh vermillion dijahit dengan polypropylene 6-0.
8. Mukosa oral dijahit dengan plain cat gut 4-0.

KOREKSI DEFORMITAS UJUNG HIDUNG (NASAL TIP).

Hampir semua celah bibir komplit (celah sampai nasal floor) setelah dilakukan
Cheiloraphy akan tampak adanya deformitas hidung. Keadaan ini bila tidak dikoreksi akan
merupakan tanda sisa dari kelainan celah bibir.11

Gambar 31. Penjahitan kartilago ala.11

23
Deformitas pada hidung dapat dilakukan reposisi cara Djohansyah (disertasi doktor :
Prof. Dr. Djohansyah Marzoeki, dr, SpBP). Insisi menurut Rethi dari kolumela sampai kedua
sisi ala nasi. Dilakukan pembebasan kulit sampai kedua kartilago ala terlihat. Sisi kartilago
yang deformitas di reposisi sehingga simetris dan di fiksasi ke sisi sebelahnya sampai kedua
kartilago sejajar dan sama tingginya dengan polypropylene 6-0. Kulit dari sisi yang
deformitas biasanya lebih banyak dan dieksisi sampai bentuk kulit sama dengan sisi normal.
Kulit dijahit dengan polypropylene/nylon 6-0.11

TEKNIK OPERASI CHEILORAPHY BILATERAL


DESAIN 11

1. Prolabium direncanakan menjadi philtrum. Tentukan titik A pada pertengahan philtrum


bawah yang sesuai dengan titik tengah pada dasar kolumela (titik D).
2. Tentukan titik B dan C di kanan dan kiri titik A dengan jarak 2 3 mm.

Gambar 32. Desain cheiloraphy bilateral.11

3. Kemudian tentukan titik E dan F yaitu 1 2 mm tepi kanan dan kiri dari dasar kolumela.
4. Tentukan titik G dan J pada tempat mulai penipisan vermillion, titik ini diusahakan
berada pada batas atas White Skin Roll.
5. Tentukan titik H dan I masing-masing 2 3 mm lateral dari titik G dan J.
6. Tentukan titik K dan L pada tempat pertemuan lekukan nostril dengan vermillion.
7. Bila panjang kulit pada titik LI dan KH lebih panjang dari titik CE dan BF maka pada
titik K dan L dapat dilakukan Wedge Excision.
8. Hubungkan titik-titik tersebut sebagai garis AB, AC, CE dan BF. Garis CE dan garis BF
diteruskan ke dalam hidung 1 cm untuk membentuk lantai hidung. Hubungkan titik KG
dan HG di pinggir white line, demikian pula LJ dan JI. Dari titik K dan L garis diteruskan
ke dalam hidung untuk membentuk vestibulum nasi.

TINDAKAN 11

24
Insisi dibuat dengan pisau no.15 yang hanya setebal kulit, melalui garis yang
menghubungkan BAC, CE dan BF pada prolabium. Insisi CE dan BF diperpanjang ke dalam
lubang hidung sepanjang 1 cm. Dibuat insisi melalui titik HK sampai 1 cm ke dalam
hidung,begitu juga terhadap garis LI. Dibuat irisan dari titik G dan J sampai ke vermillion.
Insisi kemudian diperdalam sampai seluruh ketebalan bibir dengan pisau no.11. Titik G
dipotong tegak lurus dari garis HK dan J tegak lurus LI sampai memotong vermillion. Flap
ini mengisi vermillion dibawah titik BAC.
Kulit prolabium dibawah garis CAB di undermine dan dibiarkan sebagai flap yang
berpangkal di dasar kolumela dan dibebaskan dari periosteum. Seluruh segmen lateral otot
dan jaringan subkutis dibebaskan dari periosteum sehingga segmen lateral serta ala nasi
dapat dengan mudah bergerak ke medial.

Bila dimungkinkan, otot kanan dan kiri dapat dengan mudah dipertemukan maka otot
harus dipisahkan dari mukosa dan kulit. Bila tidak dimungkinkan otot tidak perlu dipisahkan
dari kulit dan langsung kulit dipertemukan di sisi philtrum. Dinilai otot tersebut sudah cukup
mudah untuk dipertemukan atau tidak. Bila masih tegang dapat dilakukan pemisahan kembali
dari periosteum kanan dan kiri.

PENJAHITAN 11
1. Mukosa dari vestibulum nasi dan mukosa dari septum nasi kanan dan kiri dijahit
dengan plain cat gut untuk membentuk mukosa bawah nasal floor (yang menghadap
ke mulut). Penjahitan diteruskan ke kaudal yang mempertemukan antara mukosa
bawah philtrum dengan mukosa bibir dari sisi yang sama.
2. Kulit yang membentuk nasal floor yaitu vestibulum nasi dan septum nasi dijahit
dengan plain cat gut yang menghadap ke dalam hidung.
3. Otot orbikularis oris dipertemukan di tengah dibawah philtrum, bila masih tegang
dibebaskan kembali tapi bila sangat tegang otot hanya dipertemukan di tepi philtrum
dan setelah 1 tahun otot tersebut dapat di revisi kembali.
4. Titik HC dipertemukan demikian pula titik BI. Titik AGJ juga dipertemukan untuk
membentuk vermillion dibawah philtrum. Titik-titik ini dijahit subkutis dengan plain
cat gut 4-0 dengan simpul menghadap ke bawah. Kulit dijahit dengan nylon atau
polypropylene 6-0 dari dasar hidung sampai vermillion, mukosa intra oral dijahit
dengan plain cat gut 4-0.

PERBAIKAN BIBIR TENGAH VERMILLION

25
Secara umum terdapat 2 metode perbaikan bibir tengah vermillion. Pertama
menggunakan mukosa yang terlihat pada sisi inferior dari kulit prolabial untuk membentuk
tengah vermillion, seperti penggunaan metode Manchester. Metode Manchester tidak
menjadikan muskulus orbikularis oris menyilang pada bibir atas, tetapi otot dijahit pada tepi
premaksila. Seperti tidak ada otot di bawah prolabium atau didalam mukosa buccal,
pendekatan ini tidak memberikan ukuran yang cukup yang berfungsi sebagai vermillion
tengah bibir, dan mengakibatkan penampilan yang abnormal pada bagian tengah bibir atas.6
Keuntungan menggunakan metode prolabial atau mukosa buccal adalah untuk
membentuk vermillion pusat yang merupakan ukuran terkecil dari segmen lateral dari
vermillion. Oleh karena itu untuk mengurangi regangan dibutuhkan agar terjadi penutupan
celah bibir. Kerugian dari teknik ini adalah terdapat :6

a. Terdapat 2 jaringan parut yang paralel yang menyilang vermillion.


b. Tengah bibir tidak memiliki ukuran yang cukup sehingga mengakibatkan kelainan
meniup.
c. Pusat dari mukosa buccal tidak memiliki kelenjar ludah minor yang sama seperti tersebar
pada lateral jaringan vermillion sehingga mengakibatkan kekeringan, mukosa yang pecah-
pecah pada bagian tengah vermillion.

Pendekatan kedua adalah dengan menggunakan jaringan vermillion dari segmen bibir
lateral untuk membuat tengah vermillion sebagai variasi teknik Millard. Otot lateral elemen
bibir berputar ke bawah dengan flap vermillion yang tebal dan membuat konstruksi tengah
vermillion dengan bekas luka vertikal dibawah Cupids bow.6

26
Gambar 33. Perbaikan deformitas celah bibir bilateral. A. Pola sebelum tindakan bedah. B.
Diseksi dari kartilago nasal sampai insisi alar bilateral. Elevasi dari flap prolabial juga
mengikuti bagian belakang yang masuk ke ruang interdomal. C. Hasil sesudah operasi.
Panjang kolumela telah dicapai dengan penyambungan kembali selaput kulit di puncak hidung
(nasal tip). D. 9 bulan setelah operasi. Terbentuk simetris yang baik dengan jaringan parut
minimal di labial. Lebar dari prolabium dan ruang interdomal sedikit meningkat dengan
melibatkan berat dari kolumela.6

PERAWATAN SESUDAH OPERASI

Bayi-bayi dijaga dalam kenyamanan selama 2 minggu sesudah perbaikan bibir.


Penghambatan saraf infra orbital dengan bupivacaine dapat digunakan untuk meminimalkan
penggunaan dari analgetik. Perawatan harus tidak menggunakan morfin secara berlebihan
pada pasien-pasien seperti ini. Beberapa ahli bedah lebih menyukai pemberian makanan
dengan menggunakan syringe cateter yang disesuaikan dengan ukuran besar kecil, warna,
bahan karet dari kateter selama 10 hari pertama setelah operasi untuk meminimalkan
regangan pada otot dan struktur kulit dan untuk mencegah trauma pada perbaikan langit-
langit lunak. Diet diberikan dengan formula yang maksimal atau susu asi pada hari operasi
untuk menenangkan bayi.6
Pemeliharaan garis jahitan pada luka terdiri dari pembersihan secara teratur
menggunakan hidrogen peroksida yang diikuti dengan pemberian antibiotik polimiksin B
basitrasin dalam bentuk ointment. Bekas luka jahitan dibuka pada hari kelima atau hari ke
tujuh setelah operasi dan pembukaan bekas jahitan dapat diberi plester atau jeli silikon untuk
jaringan parut dapat digunakan bila dibutuhkan. Orang tua diberitahu untuk sabar dalam
menjaga penyembuhan luka yang umumnya berlangsung maksimal 4 6 minggu sesudah
operasi. Jaringan parut biasanya melunak diantara 3 - 6 bulan sesudah operasi.6

KOMPLIKASI
Banyak teori telah didiskusikan mengenai perbaikan daripada celah bibir yang
memfokuskan mengenai waktu dilakukan operasi celah bibir dan hasil jangka panjang
sesudah operasi. Keuntungan dari penutupan celah bibir pada bayi meliputi perkembangan
sosial emosional yang harus dipertimbangkan pada saat tindakan bedah karena resiko awal

27
daripada perbaikan celah bibir pada dasarnya adalah resiko operasi yang dilakukan pada
bayi.19
Beberapa komplikasi yang berkaitan dengan kegawatdaruratan dan pemeliharaan selama
perbaikan celah bibir seperti stabilitas jalan nafas selama intubasi dan ventilasi, kesulitan
dalam laringoskopi dijumpai pada 3% penderita dengan celah bibir unilateral dan 45,8% pada
penderita dengan celah bibir bilateral.1
Selain penampilan yang tidak memuaskan dari hasil bedah, komplikasi yang mungkin
terjadi termasuk dehisensi dari perbaikan (lebih umum jika perbaikan tersebut ditunda sampai
anak belajar berjalan) dan pembentukan jaringan parut yang berlebihan dan atau kontraktur
bekas bibir. Jika dehisensi terjadi, penundaan operasi ulang dilakukan sampai indurasi reda
sepenuhnya. Terhadap jaringan parut pada bibir yang tampak merah, tebal dan berkerut, dapat
dipakai plester obat dan jika diperlukan diberikan suntikan kenalog-10 (triamsinolone
acetonide) dan atau plester flurandrenolide. Untuk perbaikan yang lebih besar, kontraktur
merupakan bagian dari proses penyembuhan normal dan membaik pada waktunya.
Penundaan operasi perbaikan ulang dilakukan sampai jaringan parut sembuh. Intervensi
tindakan harus dibimbing oleh beratnya deformitas sisa.20

PROGNOSIS
Sewaktu hasil awal tindakan bedah celah bibir jelek, jangan berasumsi bahwa hasil awal
tindakan bedah sempurna tidak akan memerlukan beberapa tindakan revisi karena terdapat
variabel yang tak terkontrol. Selain itu, perbaikan celah bibir dapat diterima, prosedur
tambahan yang dapat diterima untuk mendapatkan hidung yang simetris tidak sama,
meskipun awal operasi hidung dimasukkan sebagai bagian integral perbaikan bibir.20

KESIMPULAN
Celah bibir adalah suatu kelainan/cacat bawaan berupa celah pada bibir, kelainan ini
terjadi karena adanya gangguan pada kehamilan trimester pertama yang menyebabkan
terganggunya proses tumbuh kembang janin. Faktor penyebab celah bibir adalah faktor
genetik dan faktor yang berhubungan dengan lingkungan (acquired). Diagnosis celah bibir
dapat ditegakkan pada waktu prenatal dengan menggunakan USG dan MRI. Klasifikasi
deformitas celah bibir terdiri dari : unilateral (mikroform/fusiformis, tidak komplit dan tidak
komplit) dan bilateral.
Waktu perbaikan celah bibir dapat memakai kriteria 10 (rule of ten) : usia 10 minggu,
berat badan 10 pound dan nilai hemoglobin 10 dapat dipertimbangkan untuk perbaikan celah

28
bibir. Teknik perbaikan celah yang umum digunakan adalah teknik Millard, cara ini
menggunakan rotation advancement flap.
Komplikasi yang mungkin terjadi setelah perbaikan celah bibir adalah dehisensi dari
perbaikan (lebih umum jika perbaikan tersebut ditunda sampai anak belajar berjalan) dan
pembentukan jaringan parut yang berlebihan dan atau kontraktur bekas bibir. Jika dehisensi
terjadi, penundaan operasi ulang dilakukan sampai indurasi reda sepenuhnya. Terhadap
jaringan parut pada bibir yang tampak merah, tebal dan berkerut, dapat dipakai plester obat
dan jika diperlukan diberikan suntikan kenalog-10 (triamsinolone acetonide) dan atau plester
flurandrenolide.

KEPUSTAKAAN

1. Murray L et al, The effect of cleft lip on socio emotional functioning in school aged
children, The Journal of Child Psychology and Psychiatry, 2010, Available from
URL : www.ncbi.nih.gov/pubmed/19968739
2. Manyama M et al, An assessment of orofacial clefts in Tanzania, BMC Oral Health,
2011, Available from URL : www.biomedcentral.com/1472-6831/11/5.
3. Eichhorn W et al, Influence of lip closure on alveolar cleft width in patients with cleft
lip and palate, Head and Face Medicine, 2011, Available from URL : www.head-face-
med.com/content/7/1/3.
4. Friedman O, Wang TD, Milczuk HA, Cleft lip and palate, In: Cummings
Otolaryngology Head and Neck Surgery, 4th edition, Elsevier Mosby, 2005.
5. Probst R, Grevers G, Iro H, Basic anatomy and physiology of the lips and oral cavity,
In: Basic Otorhinolaryngology, Georg Thieme Verlag Stuttgart, New York, 2004, pg :
70 7.
6. Boutros S, Reconstruction of the Lips, In: Grabb & Smiths Plastic Surgery, 6 th
edition, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, USA, 2007, pg : 367 73.
7. Hopper RA, Cutting C, Grayson B, Cleft lip and palate, In: Grabb & Smiths Plastic
Surgery, 6th edition, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, USA, 2007, pg :
201 25.
8. Lee S, Cutting CB, Unilateral cleft lip, In: Handbook of Plastic Surgery, Marcel
Dekker, New York, USA, 2004, pg : 423 38.
9. Sykes JM, Diagnosis and treatment of cleft lip and palate deformities, In: Facial
nd
Plastic Reconstructive Surgery, 2 edition, Thieme Medical Publishers, Inc, 2002,
pg : 813 28.
10. Boutros SG, Cutting C, Unilateral cleft lip, In: Current Therapy in Plastic Surgery,
Elsevier Inc, 2006, pg : 449 53.

29
11. Marzoeki D, Jailani M, Perdanakusuma DS, Teknik pembedahan celah bibir dan
langit-langit, Cetakan ke-1, Sagung Seto, 2002, hal : 1 29.
12. Williams NS, Bullstrode CJK, OConnell PR, Cleft lip and palate: developmental
abnormalities of the face, mouth and jaws, In: Bailey & Love Short Practice of
Surgery, 25th edition, Edward Arnold, 2008, pg : 657 75.
13. Lee KJ, Cleft lip and palate, In: Essential Otolalaryngology Head & Neck Surgery, 8 th
edition, McGraw-Hill Medical Publishing Division, 2003, pg : 248 54.
14. Hoffman WY, Cleft lip and palate, In: Current diagnosis & treatment Otolaryngology
Head and Neck Surgery, 2nd edition, McGraw Hill Companies, 2008, pg : 323 39.
15. Schimmenti LA, Birth defect syndromes with craniofacial components, In: Handbook
of Plastic Surgery, Marcel Dekker, 2004, pg : 367 71.
16. Ferrero G et al, A heritable cause of cleft lip and palate Van der Woude syndrome
caused by a novel IRF6 mutation. Review of the literature and of the differential
diagnosis, Eur J Pediatr, 2010, Available from URL :
www.medscape.com/viewarticle/572258
17. Cooper AR, Moley KH, From seminars in reproductive medicine, maternal tobacco
use and its preimplantation effects on fertility : more reasons to stop smoking, Thieme
Medical Publishers, 2008, Available from URL :
www.medscape.com/viewarticle/572258
18. Smith AS, Estroff JA et al, Prenatal diagnosis of the cleft and palate using MRI,
Pictorial essay, 2004, Available from URL : www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15208144
19. Fillies T et al, Perioperative complications in infant cleft repair, Research, Head &
Face Medicine, 2007, Available from URL : www.head-face-med.com/content/3/1/9
20. Patel PK, Craniofacial, unilateral cleft lip repair treatment & management, Medscape
reference drugs, conditions & procedures, Available from URL :
www.emedicine.medscape.com/article/1279641-treatment

30

Anda mungkin juga menyukai