Anda di halaman 1dari 12

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan


nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal (Depkes RI, 2000).

Menurut Hendrik L. Blum yang dikutip oleh Kusnoputranto (2000), bahwa derajat kesehatan
dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor yaitu : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan
keturunan. Dari keempat faktor tersebut, di negara yang sedang berkembang, faktor
lingkungan dan faktor perilaku mempunyai peranan yang sangat besar disamping faktor-
faktor lainnya terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai
kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini sarana
pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan tersebut. Sarana pelayanan
kesehatan merupakan tempat bertemunya kelompok masyarakat penderita penyakit, kelompok
masyarakat pemberi pelayanan, kelompok pengunjung dan kelompok lingkungan sekitar.
Adanya interaksi di dalamnya memungkinkan menyebarnya penyakit bila tidak didukung
dengan kondisi lingkungan yang baik dan saniter (Paramita, 2007).

Rumah sakit (RS) adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan
dan gawat darurat (Depkes RI, 2009). Dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, institusi RS secara langsung menghasilkan limbah buangan berbentuk padat, cair
dan gas yang berasal dari pelayanan medis.

Limbah Rumah sakit adalah buangan hasil proses kegiatan dimana sebagian limbah tersebut
merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang mengandung mikroorganisme
pathogen, infeksius dan radioaktif. Limbah tersebut sebagian dapat dimanfaatkan ulang
dengan teknologi tertentu dan sebagian lainnya sudah tidak dapat dimanfaatkan kembali.
Dengan demikian limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh seluruh
kegiatan rumah sakit (Depkes RI, 2006).

Jumlah limbah medis yang bersumber dari fasilitas kesehatan diperkirakan semakin lama
semakin meningkat. Penyebabnya yaitu jumlah rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan,
maupun laboratorium medis yang terus bertambah. Pada Profil Kesehatan Indonesia tahun
2013 menyebutkan bahwa jumlah rumah sakit di Indonesia mencapai 2.228 unit yang terdiri
dari 1725 unit rumah sakit umum dan 503 unit rumah sakit khusus. Fasilitas kesehatan yang
lain diperkirakan jumlahnya akan terus meningkat (Kemenkes RI, 2014).

Pengelolaan rumah sakit meliputi berbagai aspek termasuk pengelolaan limbah rumah sakit
yang mempunyai dampak negatif. Pengelolaan limbah rumah sakit memerlukan manajemen
yang baik dalam mengelolanya, tanpa manajemen yang baik akan menimbulkan kerugian
besar bagi kesehatan, lingkungan, keuangan, maupun citra rumah sakit sendiri. Data World
Health Organization (WHO) 1999, dikutip dari laporan yang diajukan oleh US Environmental
Protection Agency di depan kongres Amerika menyajikan perkiraan kasus infeksi Hepatitis B
(HBV) akibat cedera oleh benda tajam di kalangan tenaga medis dan pengelolaan limbah
rumah sakit. Jumlah kasus infeksi HBV per-tahun di AS akibat pajanan limbah Rumah Sakit
adalah sekitar 162-321 kasus dari jumlah total pertahun yang mencapai 300.000 kasus. Pada
fasilitas layanan kesehatan di manapun, perawat dan tenaga kebersihan merupakan kelompok
utama yang berisiko mengalami cedera, jumlah yang bermakna justru berasal dari luka teriris
dan tertusuk limbah benda tajam. Rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang
menghasilkan limbah yang besar baik limbah padat, limbah cair maupun limbah gas, baik
medis maupun non medis.
Jumlah limbah yang dihasilkan per hari dan per tempat tidur sangat berbeda dari rumah sakit
satu dengan rumah sakit lainnya, dan dari satu negara dengan negara lain, tergantung pada
situasi rumah sakit. Sekitar 85 persen limbah rumah sakit adalah non medis, sedangkan
sisanya 15 persen terkontaminasi dengan agen infeksius (misalnya, mikrobiologi, darah dan
produk darah, cairan tubuh, limbah isolasi dari pasien dengan penyakit menular, spesimen
patologis dan benda tajam).
Hasil dari penilaian yang dilakukan WHO pada tahun 2002 di 22 negara-negara berkembang
menunjukkan bahwa proporsi fasilitas pelayanan kesehatan yang menggunakan metode
pembuangan limbah yang tidak tepat berkisar dari 18% menjadi 64%. Rata-rata produksi
limbah layanan kesehatan per tempat tidur adalah 1,8 kilogram per hari (minimal:0,24
kilogram per hari dan maksimum 4,29 kilogram per hari).
Menurut Moreira dan Gunther (2010), dari hasil studi penelitian menunjukkan bahwa, sampai
saat ini perhatian yang kurang untuk masalah limbah di Brasil, terutama mengacu pada unit
kecil kesehatan masyarakat, di mana para profesional tidak memperhatikan tentang penerapan
praktek-praktek yang lebih aman dari penanganan atau meminimalisasi produksi limbah.
Manajemen limbah medis tidak bisa hanya terpusat dalam pemenuhan penegakkan peraturan
dan penerapan teknologi baru. Hal ini juga mengharuskan perubahan dalam perilaku para
profesional yang terlibat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kalaivani (2009) pada RS di India menunjukkan
kebutuhan untuk penegakan ketentuan hukum dan sistem manajemen lingkungan yang lebih
baik untuk pembuangan limbah di rumah sakit. Studi ini juga menyimpulkan bahwa
pengelolaan limbah layanan kesehatan harus melampaui kompilasi data, penegakkan
peraturan dan akuisisi peralatan yang lebih baik. Ini harus didukung melalui pendidikan yang
tepat, pelatihan dan komitmen dari staf manajemen kesehatan dan manajer kesehatan dalam
sebuah kebijakan yang efektif dan kerangka legislatif.
Status pengelolaan sampah yang buruk saat ini di kota menimbulkan risiko besar terhadap
kesehatan pada masyarakat atau pasien secara profesional, baik langsung maupun tidak
langsung melalui degradasi lingkungan. Hal ini dilihat dengan munculnya penyakit menular
seperti gastro-enteritis, hepatitis-A dan B, infeksi pernapasan dan penyakit kulit yang
berhubungan dengan limbah rumah sakit baik secara langsung sebagai akibat dari cedera
limbah tajam atau melalui saluran-saluran transmisi lainnya.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Paramita (2007) pada RS Pusat Angkatan Darat Gatot
Soebroto ditemukan pengumpulan limbah medis secara umum belum memenuhi persyaratan
untuk mengemasnya dalam tempat tersendiri sebelum dimasukkan dalam kantong sehingga
sering ditemukan kantong-kantong yang sobek karena adanya jarum suntik atau benda tajam
lain.
Kemudian kekurangan dalam pengangkutan medis ini adalah digunakannya secara bersamaan
alat pengangkut bersamaan dengan sampah non medis dalam kantong hitam sehingga sering
terjadi pencampuran sampah dan adanya tumpahan cairan pada dasar bak pengangkut.
Beberapa kegiatan yang telah dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup untuk
mengembangkan program rumah sakit yang berwawasan lingkungan antara lain dengan
mengirimkan profil evaluasi kinerja pengelolaan lingkungan ke beberapa rumah sakit di Pulau
Jawa dan Bali. Dari hasil lapangan ditemui bahwa 53,4% rumah sakit yang melaksanakan
pengelolaan limbah cair dengan instalasi IPAL dan septic tank, sedangkan 67% kualitas dari
limbah rumah sakit di atas baku mutu limbah cair yang ditetapkan Pemerintah (Kepmen LH
58 Tahun 1995), sedangkan untuk pengelolaan limbah padat sebagian besar sudah melakukan
pemisahan antara limbah infeksius dan limbah domestik, tetapi dalam masalah pewadahan
baru 22 % yang menggunakan pewadahan khusus dengan warna dan tanda yang berbeda.
Untuk limbah infeksius 62 % dibakar dengan incinerator, 14% dengan landfill sedangkan
sisanya dengan cara lain.
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 1997 diungkapkan seluruh rumah sakit di
Indonesia berjumlah 1.090 dengan 121.996 tempat tidur. Hasil kajian terhadap 100 rumah
sakit di Jawa dan Bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 Kg per
tempat tidur per hari. Sedangkan produksi limbah cair sebesar 416,8 liter per tempat tidur per
hari. Analisis lebih jauh menunjukkan, produksi sampah (limbah padat) berupa limbah
domestik sebesar 76,8 persen dan berupa limbah infeksius sebesar 23,2 persen. Diperkirakan
secara nasional produksi sampah (limbah padat) RS sebesar 376.089 ton per hari dan produksi
air limbah sebesar 48.985,70 ton per hari.
Suhu
pembakaran
pada
insinerator
berdasarkan
Kep.Men.Kes nomor 1204 tahun 2004 adalah sekitar
1200oC sedangkan suhu insinerator yang ada di RSUD
Mimika tidak terkontrol dikarenakan rusaknya
pengukur suhu dan tidak berfungsinya insinerator
dengan baik.
MATERI DAN METODE
Jenis penelitian ini adalah observasional yaitu
menggambarkan pengelolaan limbah padat dan
limbah cair di RSUD Mimika mulai dari input, proses
,
dan output untuk memperoleh informasi mengenai
masalah-masalah yang ada dalam sistem pengelolaan
limbah padat dan limbah cair di RSUD Mimika.
Penelitian ini menggunakan analisa kualitatif yaitu
menganalisa beberapa variabel yang diteliti (sumber
daya manusia, keuangan/rencana anggaran, metode,
sarana dan prasarana, volume limbah yang dihasilkan
,
teknik operasional, institusi pengelola limbah,
pengaturan/regulasi, keuangan/dana yang dialokasika
n
untuk pengelolaan limbah, peran serta masyarakat).
Selanjutnya berpedoman pada beberapa
persyaratan atau teori yang dikemukakan dalam
tinjauan pustaka, variabel kajian tersebut berupa d
ata-
data kualitatif yang akan dideskripsikan untuk
memperoleh keterangan yang memadai dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat pengelolaan limbah padat
dan limbah cair di RSUD Mimika. Selain itu juga
menggunakan analisa kuantatif yaitu pendekatan sain
s
menggunakan data mentah (data hasil wawancara
dengan responden), yang selanjutnya diolah menjadi
informasi yang bermanfaat untuk dipergunakan dalam
pengambilan keputusan.
Tahapan analisis data adalah data hasil wawancara
dengan pengelola limbah dan masyarakat di RSUD
Mimika dan data checklist hasil observasi, kemudian
dibandingan dengan standar pengelolaan limbah
rumah sakit yang telah ditetapkan sehingga dapat
diketahui ada atau tidaknya masalah dalam
pengelolaan limbah RSUD Mimika kemudian di
analisis dengan cara kualitatif mencari penyebab
permasalahan dan memberikan masukan penyelesaian
masalah limbah di RSUD Mimika
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=405872&val=1283&title=Evaluasi
%20Manajemen%20Limbah%20Padat%20Dan%20Cair%20Di%20Rsud%20Mimika
B. Ruang Lingkup Pelayanan

Lingkup pedoman pengelolaan limbah padat dan cair Rumah Sakit Kurnia meliputi teknologi,
pemeliharaan, pengawasan dan tatalaksana pengolahan limbah padat dan cair. Dalam
pedoman ini yang dibahas hanya limbah padat medis saja, sedangkan limbah padat non medis
tidak dibahas karena tidak membahayakan.

C. Batasan Operasional

D. Landasan Hukum

Undang-undang nomor % tahun 366 tentang Kesehatan.2ndang-undang omor %


1ahun 3667 tentang *engelolaan Lingkungan !idup%.*eraturan *emerintah omor 40/3663
tentang penanggulangan penyakit Menular 4.*eraturan *emerintah omor 3/3666 jo
*eraturan *emerintah omor 8 5 1ahun3666 tentang *engelolaan Limbah $erbahaya dan
$eraun8.*eraturan *emerintah o.7 1ahun 3666 1entang 9nalisis Mengenai Dampak
Lingkungan #Lembaran egara omor 86 1ahun3666, 1ambahan Lembaran egara
omor %%&.*eraturan *emerintah o. 74 1ahun 003 1entang *engelolaan
$ahan $erbahayadan $eraun7.*eraturan *emerintah o. 1ahun 003 1entang
*engelolaan Kualitas 9ir dan*engendalian *enemaran 9ir # Lembaran egara 1ahun 003
omor 38%, 1ambahanLembaran egara omor 433&.Keputusan Menteri
Kesehatan Republik (ndonesia omor 78/Men.Kes/SK/:((/003 1entang *enyusunan
2paya pengelolaan Lingkungan dan2paya *emantauan Lingkungan !idup Kegiatan $idang
Kesehatan&6.Keputusan Menteri Kesehatan Republik (ndonesia omor
7/Men.Kes/SK/:(((/003 1entang *edoman 1eknis 9nalisis Dampak Kesehatan
lingkungan

E. Kebijakan

BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

B. Distribusi Ketenagaan

C. Pengaturan Tugas

BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

B. Standar Fasilitas

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

BAB V

LOGISTIK

Sarana dan prasarana adalah sarana yang minimal dapat menunjang


pelaksanaan Manajemen lingkungan sanitasi untuk kegiatan promotif dan preventif.
Pelaksanaan pelayanan sanitasi juga harus ditunjang kelengkapan ma
teri yang
diperlukan berupa proses administrasi, pencatatan dan pelaporan, dan pedoman buku
petunjuk teknis sanitasi (Depkes RI, 2009)
Universitas
Sumatera
Utara
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kes
ehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Depkes RI,
2009).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/28011/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=A856637453E7BF7C41F86F18E8D32EBF?sequence=4
Untuk mengoptimalkan penyehatan lingkungan Rumah Sakit dari pencemaran
limbah yang dihasilkannya maka Rumah Sakit harus mempunyai fasilitas sendiri
yang ditetapkan KepMenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yaitu :
1.
Fasilitas Pengelolaan Limbah padat.
Setiap Rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber dan
harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya,
beracun dan setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis
mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui
sertifikasi dari pihak yang berwenang.
2.
Fasilitas
Pembangunan Limbah Cair
Limbah cair harus dikumpulkan dalam container yang sesuai dengan
karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan
penyimpanannya. Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair
sendiri atau b
ersama
-sama secara kolektif dengan bangunan disekitarnya yang
memenuhi persyaratan teknis.
Universitas
Sumatera
Utara
Limbah padat rumah sakit yang lebih dikenal dengan pengertian sampah
rumah sakit. Limbah padat (sampah) adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak
disenangi, atau sesu
atu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang
dilakukan oleh manusia, dan umumnya bersifat padat (Azwar, 1990)
Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk
padat akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari lim
bah medis padat dan non medis
(Keputusan MenKes R.I. No.1204/MENKES/SK/X/2004).
Limbah padat RS adalah semua limbah RS yang berbentuk padat sebagai
akibat kegiatan RS yang terdiri dari limbah medis dan non medis, yaitu :
1.
Limbah non medis adalah limbah pada
t yang dihasilkan dari kegiatan di RS di
luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dari halaman yang
dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologi.
2.
Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius,
limbah patologi,
limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis,
limbah container bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang
tinggi.
3.
Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme pathogen
yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam
jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia
yang rentan.
4.
Limbah sangat infeksius adalah limbah yang berasal dari pembiakan dan
stock
(sediaan) bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan, dan ba
han
Universitas
Sumatera
Utara
lain yang diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat
infeksius.
Limbah cair RS adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan RS, yang kemungkinan mengandung mikroorganisme bahan beracun, dan
radio aktif serta darah yang berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2006).
Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil
proses seluruh kegiatan rumah sakit, yang meliputi : limbah cair domestik, yakni
buangan kamar dari rumah sakit yang kemungkinan
mengandung mikroorganisme,
bahan kimia beracun dan radioaktif (Said, 1999).
Menurut Azwar (1990), air limbah atau air bekas adalah air yang tidak bersih
dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau
hewan, yang lazimnya mu
ncul karena hasil perbuatan manusia termasuk industri.
Menurut Keputusan MenKes R.I.No.1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, pengertian limbah cair adalah
semua buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif
yang berbahaya bagi kesehatan.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/28011/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=A856637453E7BF7C41F86F18E8D32EBF?sequence=4
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian

B. Tujuan

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

BAB IX

PENUTUP

Hasil penelitian diperoleh Pengelolaan limbah medis padat dan cair di RSU Kabanjahe tidak
memenuhi syarat sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan rumah Sakit, RSU Kabanjahe mendapatkan skor 1.180. Sarana
penampung limbah medis padat tidak memiliki tutup, tidak dilengkapi oleh kantong plastik dan
warna wadah tidak sesuai dengan jenis limbahnya. Sarana pengangkutan yang digunakan tidak
tertutup. Limbah medis cair diolah di IPAL dengan sistem Up Flow Filter dengan prinsip
kerjanya berdasarkan lumpur aktif, tetapi tidak dilakukan pemeriksaan kualitas effluent sebelum
dibuang ke lingkungan.

Disarankan kepada pemerintah setempat agar melakukan pengawasan secara berkala terhadap
proses pengelolaan limbah medis padat dan cair di seluruh rumah sakit yang ada di Kabupaten
Karo. Kepada pihak rumah sakit supaya membuat pelatihan kepada para staf rumah sakit yang
bertanggung jawab dalam pengelolaan limbah medis padat dan cair serta petugas pengolah
limbah. Melakukan pembenahan pada wadah penampungan dan sarana pengangkutan limbah
medis padat serta melaksanakan pengukuran kualitas effluent limbah medis cair sebelum dibuang
ke lingkungan. pengolah limbah medis padat dan cair, dan menerapkan pedoman atau prosedur
tetap yang sesuai dengan standar penanganan limbah medis padat dan cair serta melaksanakan
manajemen dan monitoring yang baik untuk efektifitas dan efisiensi

https://ar.scribd.com/mobile/document/265059832/Pedoman-Pengelolaan-Limbah

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangDalam pemberian pelayanan kesehatan kepada


masyarakat, instusi rumah sakit secaralangsung menghasilkan limbah. Sumber dari limbah
tersebut antara lain dari pelayananmedis (rawat inap, rawat jalan, rawat intensif, rawat
darurat, kamar jenazah. Daripenunjang medis (Instalasi Gizi, Instalasi Farmasi,
Laboratorium) dan fasilitas social(perkantoran, administrasi, asrama pegawai, kantin) dan lain
lain. Limbah rumah sakit adalah buangan hasil proses yang berbentuk padat, cair, dan gasdimana
sebagian limbah tersebut merupakan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun)yang
mengandung mikroorganisme pathogen, bersifat infeksius dan radioaktif. Limbahtersebut
sebagian dapat dimanfaatkan ulang dengan teknologi tertentu dan sebagian lainsudah tidak dapat
dimanfaatkkan kembali (PP No. 18 tahun 1999).Jenis limbah rumah sakit bermacam macam,
yaitu limbah padat non medis

http://documentslide.com/documents/pedoman-pengelolaan-limbah-padat-dan-limbah-cair-di-
rmah-sakit.html

Anda mungkin juga menyukai