Anda di halaman 1dari 7

JURNAL PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK II
Teknik Isolasi Kafein dari Biji Kopi

Jumat, 30 Mei 2014

Disusun Oleh :
Huda Rahmawati
1112016200044

Kelompok 3 dan 4:
Nur Hikmah
Amelia Desiria
Lilik Jalaludin

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan teknik isolasi kafein dari biji kopi. Kafein adalah salah
satu jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam biji kopi, daun teh, dan biji coklat.
Kafein dapat di ekstraksi dari biji kopi menggukan teknik ekstraksi pelarut.
Kafein akan semakin larut dalam air pada suhu tinggi. Digunakan diklorometana
untuk mengekstraksi kafein dari air, Karena kafein merupakan senyawa organic,
maka kafein akan lebih larut dalam diklorometana dibandingkan dengan air. Juga
dilakukan penambahan Na2CO3 di awal pencampuran yaitu untuk memisahkan
kafein dengan tannin. Setelah pengocokan (ekstraksi) terbentuk 2 lapisan. Lapisan
atas adalah fasa air dan lapisan bawah adalah fasa organic. Lapisan bawah
dipanaskan di waterbath hingga terbentuk Kristal. Pemanasan dilakukan untuk
memisahkan diklorometan yang memiliki titik didih lebih rendah di bandingkan
kafein sehingga diklorometan akan menguap. Titik leleh kafein yang terbentuk
pada praktikum ini yaitu 163C

PENDAHULUAN
Ekstraksi pelarut dapat merupakan suatu langkah penting dalam urutan
menuju ke suatu produk murninya dalam laboratorium organik, anorganik, atau
biokimia. Meskipun kadang- kadang digunakan peralatan yang rumit, namun
sering kali hanya diperlukan sebuah corong pisah. Seringkali suatu pemisahan
ekstraksi pelarut dapat diselesaikan dalam beberapa menit. Teknik itu dapat
diterapkan sepanjang jangkauan konsentrasi yang lebar, dan telah digunakan
secara meluas untuk isolasi kuantitas yang luar biasa sedikitnya dari isotop-isotop
bebas pengemban yang diperoleh dengan transmitasi nuklir, demikian pula isolasi
bahan industri yang diproduksi berton-ton (Underwood, 2002. Hal: 457).
Hukum distribusi Nernst ini digunakan pada proses ekstraksi. Ekstraksi
memegang peranan penting baik di laboratorium maupun industri. Di
laboratorium ekstraksi seringkali dilakukan untuk menghilangkan atau
memisahkan zat terlarut dalam larutan dengan pelarut air yang diekstraksi dengan
pelarut lain seperti eter, kloroform, karbondisulfida atau benzene. Dalam proses
ini penting untuk diketahui berapa banyak pelarut dan berapa kali ekstraksi harus
dilakukan agar diperolah derajat pemisahan yang diinginkan (Mulyani. Hal: 24).
Pada percobaan ini digunakan air panas sebagai pengektrak teh yang larut
dalam air. Hal ini didasarkan pada kelarutan kafein yang semakin meningkat
seiring bartambahnya suhu, yaitu sebesar 22 mg/mL pada 25C,
180 mg/mL pada 80C, dan 670 mg/mL pada 100C. Karena kafein merupakan
senyawa organic, maka digunakan diklorometana untuk mengekstraksi kafein dari
air. Namun, tannin yang juga terdapat dalam the juga larut dalam diklorometana
ini padahal kafein yang diekstraksi harus dapat dipisahkan dari tanin. Untuk
memisahkan tanin dari kafein dilakukan dengan penambahan Na2CO3. Karena
tanin merupakan senyawa fenolik yang cukup asam, maka akan terjadi reaksi
antara tannin dan Na2CO3 dimana produk yang terbentuk akan lebih larut dalam
air (Nugraha, 2009).
Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam biji
kopi, daun teh, dan biji coklat. Kafein memiliki efek farmakologis yang
bermanfaat secara klinis, seperti menstimulasi susunan syaraf pusat, relaksasi otot
polos terutama otot polos bronkus dan stimulasi otot jantung. Berdasarkan efek
farmakologis tersebut, kafein ditambahkan dalam jumlah tertentu ke minuman.
Efek berlebihan (over dosis) mengkonsumsi kafein dapat menyebabkan gugup,
gelisah, tremor, insomnia, hipertensi, mual dan kejang. Berdasarkan FDA (Food
Drug Administration) yang diacu dalam Liska (2004), dosis kafein yang diizinkan
100200mg/hari, sedangkan menurut SNI 017152-2006 batas maksimum kafein
dalam makanan dan minuman adalah 150 mg/hari dan 50 mg/sajian. Kafein
sebagai stimulant tingkat sedang (mild stimulant) memang seringkali diduga
sebagai penyebab kecanduan. Kafein hanya dapat menimbulkan kecanduan jika
dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan rutin. Namun kecanduan kafein
berbeda dengan kecanduan obat psikotropika, karena gejalanya akan hilang hanya
dalam satu dua hari setelah konsumsi (Maramis, 2013).
ALAT & CARA KERJA
A. Materials
1. Alat
a. Gelas ukur h. Waterbath
b. Gelas kimia i. Neraca Ohauss
c. Batang pengaduk j. Corong pisah
d. Hot plate k. Corong gelas
e. Spatula l. Termometer
f. Kertas saring m. Pipa kapiler
g. Statif dan ring n. Penangas minyak

2. Bahan
a. Biji Kopi
b. Dikloro metan
c. Na2CO3
d. air

B. Methods
1. Dicampurkan 20 gram biji kopi yang telah dihaluskan dengan 5 gram
Na2CO3 dan 200ml air
2. Larutkan campuran dengan menggunakan hot plate
3. Dinginkan larutan pada suhu ruangan
4. Saring larutan dengan kertas saring
5. Ambil filtrate masukkan dalam corong pisah
6. Tambahkan 30ml diklorometan
7. Kocok selama 30menit
8. Terbentuk 2 fasa. Ambil 15 ml larutan di bagian bawah corong pisah
9. Panaskan larutan pada waterbath hingga terbentuk kristal
10. Keringkan kristal pada suhu ruangan selama 1 hari
11. Uji titik leleh Kristal
HASIL PENGAMATAN & PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Data hasil praktikum
20gram biji kopi + 5gram Na2CO3 + 200ml air larutan hitam kental
di stirrer di hot plate
Larut (larutan hitam) Filtrat

(larutan hitam), endapan hitam


dikocok 30menit
Filtrat + 30ml diklorometan Terbentuk 2 fasa :

Bagian atas (larutan hitam kental), bagian bawah (larutan coklat susu
kental).
dipanaskan
Larutan bagian bawah endapan hitam

Titik leleh endapan : 163C

B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini telah dilakukan percobaan isolasi kafein dari biji
kopi dan menentukan titik leleh kafein yang terbentuk. Kafein adalah salah satu
jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam biji kopi, daun teh, dan biji coklat. Pada
percobaan ini digunakan biji kopi sebagai bahan dasarnya. Biji kopi yang telah di
haluskan di tambahkan Na2CO3 dan air kemudian di kocok dan dipanaskan di
atas hot plate. Pemanasan ini dilakukan karena kelarutan kafein yang semakin
meningkat seiring bartambahnya suhu. Kemudian larutan di saring untuk
memisahkan endapan kasar dari sisa- sisa biji kopi yang tidak dapat larut.
Proses selanjutnya adalah ekstraksi filtrate dari hasil penyaringan. Filtrate
tersebut ditambahkan 30ml diklorometan. Karena kafein merupakan senyawa
organic, maka digunakan diklorometana untuk mengekstraksi kafein dari air.
Karena kafein akan lebih larut dalam diklorometana dibandingkan dengan air.
Namun, pada proses ini tannin yang terdapat dalam biji kopi juga larut dalam
diklorometan. Inilah fungsi penambahan Na2CO3 di awal pencampuran yaitu
untuk memisahkan kafein dengan tannin. Karena tanin merupakan senyawa
fenolik yang cukup asam, maka akan terjadi reaksi antara tannin dan Na2CO3
dimana produk yang terbentuk akan lebih larut dalam air, sehingga hanya kafein
yang terlarut dalam diklorometan. Proses ektraksi dilakukan dengan menggunakan
corong pisah dan mengocok campuran dalam corong pisah selama 30 menit.
Setelah pengocokan terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas adalah fasa air dan lapisan
bawah adalah fasa organic.
Lapisan bawah yang merupakan fasa organic yaitu larutan kafein dalam
diklormetan di ambil dan dipanaskan menggunakan waterbath, yang bertujuan
untuk memisahkan diklorometan yang memiliki titik didih lebih rendah di
bandingkan kafein sehingga diklorometan akan menguap dan akan terbentuk
endapan yang merupakan Kristal kafein. Endapan di keringkan pada suhu ruang
selama 1 hari. Kemudian dilakukan uji titik leleh endapan yang terbentuk. dan
berdasarkan percobaan yang telah dilakukan di dapatkan titik leleh kafein yaitu
163C.

KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kafein dapat di ekstraksi dari biji kopi menggukan teknik ekstraksi pelarut
2. Kafein akan semakin larut dalam air pada suhu tinggi
3. Digunakan diklorometana untuk mengekstraksi kafein dari air, Karena
kafein merupakan senyawa organic, maka kafein akan lebih larut dalam
diklorometana dibandingkan dengan air.
4. fungsi penambahan Na2CO3 di awal pencampuran yaitu untuk
memisahkan kafein dengan tannin.
5. Setelah pengocokan terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas adalah fasa air dan
lapisan bawah adalah fasa organic.
6. Pemanasan dilakukan untuk memisahkan diklorometan yang memiliki titik
didih lebih rendah di bandingkan kafein sehingga diklorometan akan
menguap
7. Titik leleh kafein yang terbentuk yaitu 163C.
REFERENSI
Mulyani, Sri & Hendrawan. KIMIA FISIKA II. Bandung: UPI.
Underwood,A.L. dan R.A.Day,JR. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi ke
enam. Jakarta: Erlangga.
Nugraha, Yuda Prasetya. 2009.
Ekstraksi: Isolasi Kafein dari Teh dan Uji Alkaloid.
https://yudapedia.files.wordpress.com/2009/10/ekstraksi-isolasi-kafein-
dan-uji-alkaloid.pdf . (diakses pada 5 Juni 2014. Pukul : 23.00 WIB)

Maramis, Rialita Kesia dkk. 2013. ANALISIS KAFEIN DALAM KOPI BUBUK DI
KOTA MANADO MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS.
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/download/3100/26
44 . (diakses pada 5 Juni 2014. Pukul : 23.15 WIB)

Anda mungkin juga menyukai