Anda di halaman 1dari 3

Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam dunia industri memberikan dampak yang

signifikan terhadap optimalisasi proses produksi. Akan tetapi, pemanfaatan teknologi ini
juga memberikan dampak yang lain terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Kondisi
lingkungan tempat bekerja harus mampu memberikan jaminan keamanan dan kesehatan
bagi seluruh karyawannya (Mohammadi, 2014). Tarwaka, (2008) mengemukakan bahwa
potensi munculnya bahaya atau timbulnya penyakit akibat kerja yang dapat mempengaruhi
kesehatan karyawan sering muncul dari tempat bekerja. Salah satu gangguan terhadap
kesehatan pekerja yang disebabkan oleh potensi bahaya fisik adalah kebisingan dengan
intensitas tinggi. (Alton B, Ernest, 2002; Jansen, 1992).

Lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat misalnya bising yang melebihi
ambang batas merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Kebisingan selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian permanen juga akan
berdampak negatif lain seperti gangguan komunikasi, efek pada pekerjaan dan reaksi
masyarakat. Apabila bekerja dengan kondisi tidak nyaman lama kelamaan akan
menimbulkan stres dan kelelahan.(Budiyanto, 2010) Menurut Tarwaka (2008), stres yang
disebabkan karena pemaparan kebisingan dapat menyebabkan terjadinya kelelahan dini,
kegelisahan dan depresi. Stres karena kebisingan juga menyebabkan cepat marah, sakit
kepala dan gangguan tidur.

Kebisingan disebut sebagai suara atau bunyi yang tidak dikehendaki atau suara yang
salah pada tempat dan waktu yang salah. Kebisingan merupakan salah satu faktor penting
penyebab terjadinya stress dalam kehidupan dunia modern. Sumber kebisingan dapat
berasal dari kendaraan bermotor, kawasan industri atau pabrik, pesawat terbang, kereta api,
tempat-tempat umum, dan tempat niaga (Chandra, 2006). Menurut Hartono (2007) stres
merupakan reaksi non spesifik terhadap rangsangan atau tekanan stres bersifat sangat
individual sehingga stres diantara yang satu dengan orang yang lain berbeda.

Di negara-negara industri, bising merupakan masalah utama kesehatan. WHO


memperkirakan hampir 14% total tenaga kerja negara industri terpapar bising melebihi 90
dB di tempat kerjanya. Diperkirakan sebanyak 20 juta orang Amerika terpapar bising lebih
dari 85 dB. Quebec Canada, Frechet mendapat data bahwa 55% daerah industri memiliki
tingkat kebisingan lebih dari 85 dB. Peningkatan suara dengan gelombang kompleks yang
tidak beraturan dikenal sebagai bising, merupakan salah satu stresor bagi individu. Bila hal
tersebut terjadi berulangkali dan terus menerus sehingga melampaui adaptasi individu maka
berakibat terjadi kondisi stres yang merusak atau sering disebut stres bera (Roestam, 2004).

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan pada tanggal (), tercatat sebanyak
() karyawan di () yang PENJELASAN HASIL STUDY PENDAHULUAN

DAFTAR PUSTAKA

Alton B, Ernest J. Relationship Between Loss And Noise Exposure Levels In A Large
Industrial Population: A Review Of An Overlooked Study. J Acoust Soc Am,88
(S1) :S73 (A). 42 P.C. Eleftheriou /Applied Acoustics 2002;63: 3542.

Budiyanto, Tri., Pratiwi., E., Y. Hubungan Kebisinngan dan Masa Kerja Terhadap
Terjadinya Stres Kerja Pada Pekerja di Bagian Tenun Agung Saputra Tex
Piyungan Bantul Yogyakarta. Kesmas. Vol 4 No 2. ISSN : 1978-0575.

Chandra, B. 2006.Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.

Hartono, L.A,. 2007. Stres dan Stroke. Yogyakarta : Kanisius.

Mohammadi G., Occupational Noise Pollution and Hearing protection in selected


industries. Iranian Journal of Health, Safety and Environment, 2014, Vol. 1, No.
1, pp. 30-35.

Roestam, A. W. 2004. Program Konservasi Pendengaran Di Tempat Kerja. Jakarta: Cermin


Dunia Kedokteran.
Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja manajemen dan Implementasi K3 di
Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

Anda mungkin juga menyukai