Batuan adalah benda alam yang menjadi penyusun utama muka bumi.Kebanyakan batuan
adalah campuran mineral yang tergabung secara fisik satu dengan yang lainnya.
Beberapa batuan tersusun dari satu jenis mineral saja, dan sebagian kecil lagi dibentuk oleh
gabungan mineral, bahan organik serta bahan-bahan vulkanik.
1. Batuan beku.
Batuan Beku atau yang sering disebut Igneous Rocks berasal dari magma yang
membeku akibat mengalami pendinginan. Menurut ilmu petrologi semua bahan beku
terbentuk dari magma
karena membekunya lelehan silikat yang cair dan pijar. Magma yang cair dan pijar itu berada
di dalam bumi dan oleh kekuatan gas yang larut di dalamnya naik ke atas mencari tempat-
tempat yang lemah dalam kerak bumi seperti daerah patahan/rekahan. Magma akan keluar
mencapai permukaan bumi melalui pipa.
2. Batuan sedimen.
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil
perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme
yang kemudian di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian
mengalami pembatuan. Lebih singkatnya batuan sedimen merupakan hasil endapan dari
batuan beku yang mengalami proses pelapukan.
Berdasarkan proses terjadinya, batuan sedimen dibedakan atas :
b. Batuan kimiawi.
Batuan kimiawi terbentuk melalui proses kimiawi. Misalnya yang dialami batu kapur di
bagian atap gua kapur. Batu kapur yang diresapi air hujan yang mengandung karbondioksida
akan larut dalam bentuk larutan air kapur, kemudian larutan tersebut menetes dibagian dasar
gua dan atap gua sehingga membentuk stalaktit dan stalakmit yang merupakan salah satu
proses yang dihasilkan oleh batuan kimiawi.
c. Batuan organis.
Batuan Organisdibentuk dari akumulasi sisa-sisatumbuhan dan hewan.
Contohnya adalah batu karang, batu bara dan batu gamping.
3. Batuan Metamorf.
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme batuan-
batuan sebelumnya karena perubahan temperatur dan tekanan.
Metamorfisme terjadi pada keadaan padat (padat ke padat) meliputi proses kristalisasi,
reorientasi dan pembentukan mineral-mineral baru serta terjadi dalam lingkungan yang sama
sekali berbeda dengan lingkungan batuan asalnya terbentuk.
Proses metamorphosis adalah proses yang dialami batuan asal akibat tekanan dan suhuyang
sama-sama meningkat.
SIKLUS BATUAN
Siklus batuan atau Rock Cycle dapat dikatakan sebagai perputaran batuan yang
artinya adalah perubahan dari satu jenis batuan menjadi jenis batuan lainnya.Batuan juga bisa
melebur atau meleleh menjadi magma yang kebudian dapat menjadi batuan beku kembali.
Jika boleh dianalogikan rock cycle ini seperti siklus air yang berasal dari air kemudian
mengalami sebuah siklus yang pada akhirnya menjadi air kembali.
Salah satu penyebab terjadinya siklus batuan ini adalah pelapukan.
3. Pelapukan biologi.
Pelapukan secara biologi disebabkan oleh mahluk hidu.Salah satu contohnya adalah
pelapukan yang disebabkan olehgangguan dari akar tanaman yang cukup besar.Akar-akar
tanaman yangbesar ini mampu membuat rekahan-rekahan di batuan dan akhirnya
dapatmemecah batuan menjadi bagian yang lebih kecil lagi.
Batuan yang telah mengalami proses pelapukan akan pecah dan berubah ukuran menjadi
kecil-kecil yang kemudian akan mengalami perpindahan tempat, perpindahannya ini disebut
sebagai erosi.
1. Grafitasi bumi.
Akibat adanya grafitasi bumi maka pecahan batuan yangada bisa langsung jatuh ke
permukaan tanah atau menggelinding melaluitebing sampai akhirnya terkumpul di
permukaan tanah.
2. Air.
Air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada dapatmengangkut pecahan
tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain.
Salahsatu contoh yang dapat diamati dengan jelas adalah peranan sungai dalammengangkut
pecahan-pecahan batuan yang kecil ini.
3. Angin.
Selain air, angin pun dapat mengangkut pecahan-pecahanbatuan yang kecil ukurannya seperti
halnya yang saat ini terjadi di daerahgurun.
4. Akibat glasier.
Sungai es atau yang sering disebut glasier seperti yang ada diAlaska sekarang juga mampu
memindahkan pecahan-pecahan batuan yangada.
Pecahan-pecahan batuan yang terbawa akibat erosi tidak dapat terbawa selamanya,
akan tetapi akan terendapkan. Proses ini yang sering disebut prosespengendapan. Selama
proses pengendapan, pecahan batuan akan diendapkansecara berlapis dimana pecahan yang
berat akan diendapkan terlebih dahulubaru kemudian diikuti pecahan yang lebih ringan dan
seterusnya. Prosespengendapan ini akan membentuk perlapisan pada batuan yang sering kita
lihatdi batuan sedimen saat ini.Pada saat perlapisan di batuan sedimen ini terbentuk, tekanan
yang ada diperlapisan yang paling bawah akan bertambah akibat pertambahan beban
diatasnya. Akibat pertambahan tekanan ini, air yang ada dalam lapisan-lapisanbatuan akan
tertekan sehingga keluar dari lapisan batuan yang ada. Proses ini sering disebut kompaksi.
Pada saat yang bersamaan pula, partikel-partikel yangada dalam lapisan mulai
bersatu.Adanya semen seperti lempung, silikat, ataukalsit diantara partikel-partikel yang ada
membuat partikel tersebut menyatumembentuk batuan yang lebih keras. Proses ini sering
disebut sementasi.Setelah proses kompaksi dan sementasi terjadi pada pecahan batuan yang
ada,
perlapisan sedimen yang ada sebelumnya berganti menjadi batuan sedimenyang berlapis-
lapis. Batuan sedimen seperti batu pasir, batu lempung, dan batugamping dapat dibedakan
dari batuan lainnya melalui adanya perlapisan. Butiran-butiran sedimen yang menjadi satu
akibat adanya semen, dan jugaadanya fosil yang ikut terendapkan saat pecahan batuan dan
fosil mengalami
proses erosi, kompaksi dan akhirnya tersementasikan bersama-sama.
Pada kerak bumi yang cukup dalam, tekanan dan suhu yang ada
sangatlahtinggi.Kondisi tekanan dan suhu yang sangat tinggi seperti ini dapat
mengubahmineral yang dalam batuan. Proses ini sering disebut proses metamorfisme.Semua
batuan yang ada dapat mengalami proses metamorfisme.
1. Apakah batuan yang ada terkena efek tekanan dan atau suhu yang tinggi.
2. Apakah batuan tersebut mengalami perubahan bentuk.
3. Berapa lama batuan yang ada terkena tekanan dan suhu yang tinggi.
1. Butirannya sangatlah kecil, hal ini disebabkan magma yang keluar ke permukaanbumi
mengalami proses pendinginan yang sangat cepat sehingga mineral-mineralyang ada sebagai
penyusun batuan tidak mempunyai banyak waktuuntuk dapat berkembang.
2. Umumnya memperlihatkan adanya rongga-rongga yang terbentuk akibat gasyang terkandung
dalam batuan atau yang sering disebut gas bubble.
Batuan yang meleleh akibat tekanan dan suhu yang sangat tinggi seringmembentuk magma
chamber dalam kerak bumi.Magma ini bercampur denganmagma yang terbentuk dari mantle.
Karena letak magma chamber yang relative dalam dan tidak mengalami proses ekstrusif,
maka magma yang ada mengalamiproses pendinginan yang relatif lambat dan membentuk
kristal-kristal mineralyang akhirnya membentuk batuan beku intrusif.
Batuan beku intrusif dapattersingkap di permukaan membentuk pluton. Salah satu jenis
pluton terbesaryang tersingkap dengan jelas adalah batholit seperti yang ada di Sierra Nevada
USA yang merupakan batholit granit yang sangat besar. Gabbro juga salah satucontoh batuan
intrusif. Jenis batuan yang terbentuk akibat proses ini tergantungdari komposisi magma yang
ada.
1. Butirannya cukup besar, hal ini disebabkan magma yang keluar ke permukaanbumi
mengalami proses pendinginan yang sangat lambat sehingga mineral-mineralyang ada
sebagai penyusun batuan mempunyai banyak waktu untukdapat berkembang.
2. Biasanya mineral-mineral pembentuk batuan beku intrusif memperlihatkanangular
interlocking.
Catatansirabbit.blogspot.com
Batuan beku
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Contoh batuan beku; jalur yang berwarna lebih muda menunjukkan arah aliran
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang
terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi,
baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan
sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair
ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses
pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan
tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil
dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.
Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947), Takeda (1970),
magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara alamiah,
bertemperatur tinggi antara 1.5002.5000C dan bersifat mobile (dapat bergerak) serta
terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan
yang larut, bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang
merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan
pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka
mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran.
Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu
seri yang dikenal dengan Bowens Reaction Series.
Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu sekali mengetahui karakteristik batuan
beku yang meliputi sifat fisik dan komposisi mineral batuan beku. Dalam membicarakan
masalah sifat fisik batuan beku tidak akan lepas dari
Daftar isi
1 Tekstur
o 1.1 Kristalinitas
o 1.2 Granularitas
1.2.1 Fanerik/fanerokristalin
1.2.2 Afanitik
1.4.1 Equigranular
1.4.2 Inequigranular
2 Struktur
3 Komposisi Mineral
6 Pranala luar
Tekstur
Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-mineral sebagai
bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa
dasar dari batuan.
Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal yang penting, yaitu:
Kristalinitas
Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya
batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak
yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan
kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat
maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya
akan halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya
berbentuk amorf.
Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi
terdiri dari massa kristal.
Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur
holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies
yang lebih kecil dari tubuh batuan.
Granularitas
Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya
dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
Fanerik/fanerokristalin
Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara megaskopis
dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.
Afanitik
Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata biasa sehingga
diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal,
gelas atau keduanya. Dalam analisis mikroskopis dapat dibedakan:
Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk diamati
meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara 0,01 0,002
mm.
Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara
keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:
Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lain.
Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang
lain.
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara
kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi
dapat dibagi menjadi dua,
Equigranular
Yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar.
Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
Inequigranular
Yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral
yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa
mineral atau gelas.
Struktur
Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan lapisan yang
jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat
dilapangan saja, misalnya:
Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah
laut, membentuk struktur seperti bantal.
Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun
secara teratur tegak lurus arah aliran. Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada
contoh-contoh batuan (hand speciment sample), yaitu:
Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak
menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain
yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas
pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang
teratur.
Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya
besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.
Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-
mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-struktur yang
ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture) dan
pembekuan magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang), dan sheeting joint (kekar
berlembar).
Komposisi Mineral
Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku, cukup dengan mempergunakan
indeks warna dari batuan kristal. Atas dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari mineral
kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.
Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen,
amphibol dan olivin.
Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi. Oleh W.T. Huang
(1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang batuan effusive disebut batuan
vulkanik.
Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya adalah riolit.
Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% - 66%. Contohnya
adalah dasit.
Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%. Contohnya adalah
andesit.
Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%. Contohnya adalah
basalt.
Sedangkan menurut S.J. Ellis (1948) juga membagi batuan beku berdasarkan indeks
warnanya sebagai berikut:
Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.
Jenis-jenis batuan beku
Batuan beku dibedakan menjadi 3 yaitu :
Batuan endapan atau batuan sedimen adalah salah satu dari tiga kelompok utama batuan
(bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis) yang terbentuk melalui tiga cara
utama: pelapukan batuan lain (clastic); pengendapan (deposition) karena aktivitas biogenik;
dan pengendapan (precipitation) dari larutan. Jenis batuan umum seperti batu kapur, batu
pasir, dan lempung, termasuk dalam batuan endapan. Batuan endapan meliputi 75% dari
permukaan bumi.
Batuan sedimen (batuan endapan) adalah batuan yang terjadi akibat pengendapan materi hasil
erosi. Sekitar 80% permukaan benua tertutup oleh batuan sedimen. Materi hasil erosi terdiri
atas berbagai jenis partikel yaitu ada yang halus, kasar, berat dan ada juga yang ringan. Cara
pengangkutannya pun bermacam-macam seperti terdorong (traction), terbawa secara
melompat-lompat (saltion), terbawa dalam bentuk suspensi, dan ada pula yang larut
(salution). Klasifikasi lebiih lanjut seperti berikut:
Penamaan batuan sedimen biasanya berdasarkan besar butir penyusun batuan tersebut.
Penamaan tersebut adalah: breksi, konglomerat, batupasir, batulanau, batulempung.
Breksi adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm dengan
bentuk butitan yang bersudut
Konglomerat adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm
dengan bentuk butiran yang membudar
Batu pasir adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 2 mm sampai 1/16 mm
Batu lanau adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 1/16 mm sampai 1/256
mm
Batu lempung adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih kecil dari 1/256 mm
Batuan metamorf
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Batuan metamorf (atau batuan malihan) adalah salah satu kelompok utama batuan yang
merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada sebelumnya,
protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti "perubahan bentuk".
Protolith yang dikenai panas (lebih besar dari 150 Celsius) dan tekanan ekstrem akan
mengalami perubahan fisika dan/atau kimia yang besar. Protolith dapat berupa batuan
sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf lain yang lebih tua. Beberapa contoh batuan
metamorf adalah gneis, batu sabak, batu marmer, dan skist.
Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan berdasarkan
tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies metamorf) Mereka terbentuk jauh dibawah
permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya serta tekanan dan suhu tinggi.
Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut magma, ke dalam batuan padat dan
terbentuk terutama pada kontak antara magma dan batuan yang bersuhu tinggi.
Penelitian batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan bumi akibat erosi dan
pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat berharga mengenai suhu dan tekanan
yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi.
Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya suhu yang sangat tinggi
(sebagai akibat dari aktivitas magma). Adanya suhu yang sangat tinggi menyebabkan
terjadinya perubahan bentuk maupun warna batuan. Contohnya batu kapur (gamping)
menjadi marmer.
Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya tekanan yang tinggi (berasal
dari tenaga endogen) dalam waktu yang lama. Contohnya batu lumpur (mud stone) menjzdi
batu tulis (slate). Batuan ini banyak dijumpai di daerah patahan atau lipatan.
Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya pengaruh gas-gas yang ada
pada magma. Contohnya kuarsa dengan gas fluorium berubah menjadi topas.
BATUAN BEKU
Terminologi
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pembekuan daripada magma.
Magma adalah bahan cair pijar di dalam bumi, berasal dari bagian atas selubung bumi atau
bagian bawah kerak bumi, bersuhu tinggi (900 1300 oC) serta mempunyai kekentalan
tinggi, bersifat mudah bergerak dan cenderung menuju ke permukaan bumi.
Letak Pembekuan
Batuan beku dalam adalah batuan beku yang terbentuk di dalam bumi; sering disebut
batuan beku intrusi. Batuan beku luar adalah batuan beku yang terbentuk di permukaan
bumi; sering disebut batuan beku ekstrusi. Batuan beku hipabisal adalah batuan beku intrusi
dekat permukaan, sering disebut batuan beku gang atau batuan beku korok, atau sub volcanic
intrusion.
Warna segar batuan beku bervariasi dari hitam, abu-abu dan putih cerah. Warna ini sangat
dipengaruhi oleh komposisi mineral penyusun batuan beku itu sendiri. Apabila terjadi
percampuran mineral berwarna gelap dengan mineral berwarna terang maka warna batuan
beku dapat hitam berbintik-bintik putih, abu-abu berbercak putih, atau putih berbercak hitam,
tergantung warna mineral mana yang dominan dan mana yang kurang dominan. Pada batuan
beku tertentu yang banyak mengandung mineral berwarna merah daging maka warnanya
menjadi putih-merah daging.
Berdasarkan pengamatan dengan mata telanjang atau memakai loupe, maka tekstur batuan
beku dibagi dua, yaitu tekstur afanitik dan tekstur faneritik.
a. Afanitik adalah kenampakan batuan beku berbutir sangat halus sehingga mineral/kristal
penyusunnya tidak dapat diamati secara mata telanjang atau dengan loupe.
b. Fanerik (faneritik, firik = phyric) adalah apabila di dalam batuan tersebut dapat terlihat
mineral penyusunnya, meliputi bentuk kristal, ukuran butir dan hubungan antar butir (kristal
satu dengan kristal lainnya atau kristal dengan kaca). Singkatnya, batuan beku mempunyai
tekstur fanerik apabila mineral penyusunnya, baik berupa kristal maupun gelas/kaca, dapat
diamati.
Apabila batuan beku mempunyai tekstur afanitik maka pemerian tekstur lebih rinci tidak
dapat diketahui, sehingga harus dihentikan. Sebaliknya apabila batuan beku tersebut
bertekstur fanerik maka pemerian lebih lanjut dapat diteruskan.
c. Hipokristalin, apabila batuan tersusun sebagian oleh kaca dan sebagian berupa kristal.
1 5 mm berbutir sedang
5 30 mm berbutir kasar
Bentuk Kristal
a. Euhedral, jika kristal berbentuk sempurna/lengkap, dibatasi oleh bidang kristal yang ideal
(tegas, jelas dan teratur). Batuan beku yang hampir semuanya tersusun oleh mineral dengan
bentuk kristal euhedral, disebut bertekstur idiomorfik granular atau panidiomorfik granular.
b. Subhedral, jika kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang tidak begitu jelas,
sebagian teratur dan sebagian tidak. Tekstur batuan beku dengan mineral penyusun umumnya
berbentuk kristal subhedral disebut hipidiomorfik granular atau subidiomorfik granular.
c. Anhedral, kalau kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang tidak teratur. Tekstur
batuan yang tersusun oleh mineral dengan bentuk kristal anhedral disebut alotriomorfik
granular atau xenomorfik granular.
b. Tabular atau papan, apabila dua dimensi kristalnya lebih panjang dari satu dimensi yang
lain.
c. Prismatik atau balok, jika dua dimensi kristalnya lebih pendek dari satu dimensi yang
lain. Bentuk ini ada yang prismatik pendek (gemuk) dan prismatik panjang (kurus, kadang-
kadang seperti jarum).
Tekstur diabasik adalah tekstur dimana kristal plagioklas berbentuk prismatik panjang (lath-
like), berarah relatif sejajar dan di antaranya terdapat butir-butir lebih kecil daripada kristal
olivin dan piroksen. Tekstur gabroik adalah tekstur holokristalin, berbutir sedang kasar
( : 1 30 mm), tersusun secara dominan oleh mineral mafik (olivin, piroksen, amfibol) dan
plagioklas basa. Tekstur granitik adalah tekstur holokristalin berbutir sedang-kasar tersusun
oleh plagioklas asam, alkali felspar, dan kuarsa. Tekstur pegmatitik adalah tekstur
holokristalin kasar sangat kasar ( 5 mm), tersusun oleh alkali felspar dan kuarsa. Tekstur
dioritik sebanding dengan tekstur gabroik dan granitik tetapi biasanya untuk batuan beku
menengah.
1. Masif atau pejal, umumnya terjadi pada batuan beku dalam. Pada batuan beku luar yang
cukup tebal, bagian tengahnya juga dapat berstruktur masif.
2. Berlapis, terjadi sebagai akibat pemilahan kristal (segregasi) yang berbeda pada saat
pembekuan.
3. Vesikuler, yaitu struktur lubang bekas keluarnya gas pada saat pendinginan. Struktur ini
sangat khas terbentuk pada batuan beku luar. Namun pada batuan beku intrusi dekat
permukaan struktur vesikuler ini kadang-kadang juga dijumpai. Bentuk lubang sangat
beragam, ada yang berupa lingkaran atau membulat, elip, dan meruncing atau menyudut,
demikian pula ukuran lubang tersebut. Vesikuler berbentuk melingkar umumnya terjadi pada
batuan beku luar yang berasal dari lava relatif encer dan tidak mengalir cepat. Vesikuler
bentuk elip menunjukkan lava encer dan mengalir. Sumbu terpanjang elip sejajar arah sumber
dan aliran. Vesikuler meruncing umumnya terdapat pada lava yang kental.
6. Struktur amigdaloid (amygdaloidal structure) adalah struktur vesikuler yang telah terisi
oleh mineral-mineral asing atau sekunder.
7. Struktur aliran (flow structure), adalah struktur dimana kristal berbentuk prismatik
panjang memperlihatkan penjajaran dan aliran.
Struktur batuan beku tersebut di atas dapat diamati dari contoh setangan (hand specimen) di
laboratorium. Sedangkan struktur batuan beku dalam lingkup lebih besar, yang dapat
menunjukkan hubungan dengan batuan di sekitarnya, seperti dike (retas), sill, volcanic neck,
kubah lava, aliran lava dan lain-lain hanya dapat diamati di lapangan.
KOMPOSISI MINERAL
Berdasarkan jumlah kehadiran dan asal-usulnya, maka di dalam batuan beku terdapat mineral
utama pembentuk batuan (essential minerals), mineral tambahan (accessory minerals) dan
mineral sekunder (secondary minerals).
1. Essential minerals, adalah mineral yang terbentuk langsung dari pembekuan magma,
dalam jumlah melimpah sehingga kehadirannya sangat menentukan nama batuan beku.
2. Accessory minerals , adalah mineral yang juga terbentuk pada saat pembekuan magma
tetapi jumlahnya sangat sedikit sehingga kehadirannya tidak mempengaruhi penamaan
batuan. Mineral ini misalnya kromit, magnetit, ilmenit, rutil dan zirkon. Mineral esensiil dan
mineral tambahan di dalam batuan beku tersebut sering disebut sebagai mineral primer,
karena terbentuk langsung sebagai hasil pembekuan daripada magma.
3. Secondary minerals adalah mineral ubahan dari mineral primer sebagai akibat pelapukan,
reaksi hidrotermal, atau hasil metamorfisme. Dengan demikian mineral sekunder ini tidak ada
hubungannya dengan pembekuan magma. Mieral sekunder akan dipertimbangkan
mempengaruhi nama batuan ubahan saja, yang akan diuraikan pada acara analisis batuan
ubahan. Contoh mineral sekunder adalah kalsit, klorit, pirit, limonit dan mineral lempung.
4. Gelas atau kaca, adalah mineral primer yang tidak membentuk kristal atau amorf. Mineral
ini sebagai hasil pembekuan magma yang sangat cepat dan hanya terjadi pada batuan beku
luar atau batuan gunungapi, sehingga sering disebut kaca gunungapi (volcanic glass).
5. Mineral felsik adalah adalah mineral primer atau mineral utama pembentuk batuan beku,
berwarna cerah atau terang, tersusun oleh unsur-unsur Al, Ca, K, dan Na. Mineral felsik
dibagi menjadi tiga, yaitu felspar, felspatoid (foid) dan kuarsa. Di dalam batuan, apabila
mineral foid ada maka kuarsa tidak muncul dan sebaliknya. Selanjutnya, felspar dibagi lagi
menjadi alkali felspar dan plagioklas.
6. Mineral mafik adalah mineral primer berwarna gelap, tersusun oleh unsur-unsur Mg dan
Fe. Mineral mafik terdiri dari olivin, piroksen, amfibol (umumnya jenis hornblende), biotit
dan muskovit.
Pemerian dan pengenalan mineral pembentuk batuan beku tersebut secara megaskopik sudah
harus dikuasai oleh para praktikan, seperti diberikan pada kuliah dan praktikum kristalografi-
mineralogi serta dipraktekkan lagi pada acara I pengenalan mineral pembentuk batuan,
praktikum petrologi ini. Untuk mengetahui genesa masing-masing mineral pembentuk batuan
tersebut di atas, praktikan dianjurkan untuk mempelajari Reaksi Seri Bowen yang terdapat di
dalam buku-buku literatur Petrologi (misal Middlemost, 1985, Magmas and magmatic rocks,
Longman, Inc., London, 266 p).
PENAMAAN / KLASIFIKASI
Berdasarkan letak pembekuannya maka batuan beku dapat dibagi menjadi batuan beku intrusi
dan batuan beku ekstrusi. Batuan beku intrusi selanjutnya dapat dibagi menjadi batuan beku
intrusi dalam dan batuan beku intrusi dekat permukaan. Berdasarkan komposisi mineral
pembentuknya maka batuan beku dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu batuan beku
ultramafik, batuan beku mafik, batuan beku menengah dan batuan beku felsik. Istilah mafik
ini sering diganti dengan basa, dan istilah felsik diganti dengan asam, sekalipun tidak tepat.
Termasuk batuan beku dalam ultramafik adalah dunit, piroksenit, anortosit, peridotit dan
norit. Dunit tersusun seluruhnya oleh mineral olivin, sedang piroksenit oleh piroksen dan
anortosit oleh plagioklas basa. Peridotit terdiri dari mineral olivin dan piroksen; norit secara
dominan terdiri dari piroksen dan plagioklas basa. Batuan beku luar ultramafik umumnya
bertekstur gelas atau vitrofirik dan disebut pikrit.
Batuan beku dalam mafik disebut gabro, terdiri dari olivin, piroksen dan plagioklas basa.
Sebagai batuan beku luar kelompok ini adalah basal. Batuan beku dalam menengah disebut
diorit, tersusun oleh piroksen, amfibol dan plagioklas menengah, sedang batuan beku luarnya
dinamakan andesit. Antara andesit dan basal ada nama batuan transisi yang disebut andesit
basal (basaltic andesit). Batuan beku dalam agak asam dinamakan diorit kuarsa atau
granodiorit, sedangkan batuan beku luarnya disebut dasit. Mineral penyusunnya hampir
mirip dengan diorit atau andesit, tetapi ditambah kuarsa dan alkali felspar, sementara
palgioklasnya secara berangsur berubah ke asam. Apabila alkali felspar dan kuarsanya
semakin bertambah dan palgioklasnya semakin asam maka sebagai batuan beku dalam asam
dinamakan granit, sedang batuan beku luarnya adalah riolit. Di dalam batuan beku asam ini
mineral mafik yang mungkin hadir adalah biotit, muskovit dan kadang-kadang amfibol.
Batuan beku dalam sangat asam, dimana alkali felspar lebih banyak daripada plagioklas
adalah sienit, sedang pegmatit hanyalah tersusun oleh alkali felspar dan kuarsa. Batuan beku
yang tersusun oleh gelas saja disebut obsidian, dan apabila berstruktur perlapisan disebut
perlit.
Nama-nama batuan beku tersebut di atas sering ditambah dengan aspek tekstur, struktur dan
atau komposisi mineral yang sangat menonjol. Sebagai contoh, andesit porfir, basal vesikuler
dan andesit piroksen. Penambahan nama komposisi mineral tersebut umumnya diberikan
apabila persentase kehadirannya paling sedikit 10 %. Perkiraan persentase kehadiran mineral
pembentuk batuan (Tabel 3.4) dan tabel klasifikasi batuan beku (Tabel 3.5) dapat membantu
memberikan nama terhadap batuan beku.
Batuan piroklastika adalah suatu batuan yang berasal dari letusan gunungapi, sehingga
merupakan hasil pembatuan daripada bahan hamburan atau pecahan magma yang dilontarkan
dari dalam bumi ke permukaan. Itulah sebabnya dinamakan sebagai piroklastika, yang
berasal dari kata pyro berarti api (magma yang dihamburkan ke permukaan hampir selalu
membara, berpendar atau berapi), dan clast artinya fragmen, pecahan atau klastika. Dengan
demikian, pada prinsipnya batuan piroklastika adalah batuan beku luar yang bertekstur
klastika. Hanya saja pada proses pengendapan, batuan piroklastika ini mengikuti hukum-
hukum di dalam proses pembentukan batuan sedimen. Misalnya diangkut oleh angin atau air
dan membentuk struktur-struktur sedimen, sehingga kenampakan fisik secara keseluruhan
batuannya seperti batuan sedimen. Pada kenyataannya, setelah menjadi batuan, tidak selalu
mudah untuk menyatakan apakah batuan itu sebagai hasil kegiatan langsung dari suatu
letusan gunungapi (sebagai endapan primer piroklastika), atau sudah mengalami pengerjaan
kembali (reworking) sehingga secara genetik dimasukkan sebagai endapan sekunder
piroklastika atau endapan epiklastika. Berdasarkan ukuran butir klastikanya, sebagai bahan
lepas (endapan) dan setelah menjadi batuan piroklastika, penamaannya seperti pada Tabel
3.6.
2 64 mm Lapili Batulapili
Berdasarkan komposisi penyusunnya, tuf dapat dibagi menjadi tuf gelas, tuf kristal dan tuf
litik, apabila komponen yang dominan masing-masing berupa gelas/kaca, kristal dan fragmen
batuan. Tuf juga dapat dibagi menjadi tuf basal, tuf andesit, tuf dasit dan tuf riolit, sesuai
klasifikasi batuan beku. Apabila klastikanya tersusun oleh fragmen batuapung atau skoria
dapat juga disebut tuf batuapung atau tuf skoria. Demikian pula untuk aglomerat batuapung,
aglomerat skoria, breksi batuapung, breksi skoria, batulapili batuapung dan batulapili skoria.
Petrogenesa adalah bagian dari petrologi yang menjelaskan seluruh aspek terbentuknya
batuan mulai dari asal-usul atau sumber, proses primer terbentuknya batuan hingga
perubahan-perubahan (proses sekunder) pada batuan tersebut. Untuk batuan beku, sebagai
sumbernya adalah magma. Proses primer menjelaskan rangkaian atau urutan kejadian dari
pembentukan berbagai jenis magma sampai dengan terbentuknya berbagai macam batuan
beku, termasuk lokasi pembekuannya. Setelah batuan beku itu terbentuk, batuan itu kemudian
terkena proses sekunder, antara lain berupa oksidasi, pelapukan, ubahan hidrotermal,
penggantian mineral (replacement), dan malihan, sehingga sifat fisik maupun kimiawinya
dapat berubah total dari batuan semula atau primernya.
Berhubung proses petrogenetik tersebut sebagian besar berlangsung lama (dalam ukuran
waktu geologi), dan umumnya terjadi di bawah permukaan bumi, sehingga tidak dapat
diamati langsung, maka analisis atau penjelasannya bersifat interpretatif. Pembuktian
mungkin dapat ditunjukkan berdasar hasil-hasil eksperimen di laboratorium, sekalipun hanya
pada batas-batas tertentu. Analisis interpretatif tersebut tetap didasarkan pada data obyektif
atau deskriptif hasil pemerian yang meliputi warna, tekstur, struktur, komposisi mineral dan
kenampakan khusus lainnya. Dengan demikian studi petrogenesa pada prinsipnya untuk
mencari jawaban atau penjelasan terhadap pertanyaan Mengapa (Why) dan Bagaimana
(How) terhadap data pemerian batuan. Misalnya, mengapa batuan beku luar bertekstur
gelasan dan berstruktur vesikuler, sedang batuan beku dalam bertekstur kristalin dan
berstruktur masif. Mengapa basal berwarna gelap sedang pegmatit berwarna cerah ?
Bagaimana kejadiannya olivin dapat muncul bersama kuarsa dan biotit di dalam satu batuan ?
Bagaimana terbentuknya andesit dari basal dan riolit ?