PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas pendidikan dapat diukur dari berbagai sisi, salah satunya sisi kognitif. Sisi
kognitif dapat dilihat setiap tahun yang merupakan hasil ujian nasional. Tahun 2010 hasil
ujian nasional secara keseluruhan mengalami peningkatan sebesar 0.4% menjadi 72.9%
dibandingkan tahun 2009. Hasil ujian nasional yang meningkat juga diikuti dengan
menurunnya jumlah peserta didik yang lulus ujian. Dari 1.522,162 peserta ujian nasional
tingkat sekolah menengah atas dan madrasah aliyah, sebanak 154.079 siswa di antaranya,
atau sekitar 10.12 persen tidak lulus, siswa-siswa tersebut harus mengikuti ujian nasional
(http:/imbalo.wordpress.com/2010/04/25/pengumuman-hasilun-tingkat-smasmkma-tahun-
2010-di-beberapa-kota/).
Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan untuk program IPA baik
SMA/MA/SMK sederajat. Kimia bagi sebagian peserta didik merupakan mata pelajaran yang
sulit. Metode pembelajaran menjadi salah satu faktor yang menjadikan peserta didik
berperan penting untuk mencapai kriteria ketuntasan minimal dalam jangka pendek dan batas
metode pembelajaran yang berbeda antara satu pendidik dengan yang lain. Peran pendidik
tidak hanya menyampaikan materi suatu pelajaran, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai moral.
Beberapa tahun terakhir sering terjadi kasus kekerasan terhadap peserta didik oleh pendidik
di sekolah. Hal tersebut bukanlah kabar yang baik, seiring dengan upaya pemerintah untuk
1
terus meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, tetapi justru ketimpangan moral
pendidik semakin memprihatinkan. Kekerasan tidak sebatas fisik saja, melainkan juga psikis.
Pendidik mata pelajaran kimia yang tidak mempertahankan etika dalam mendidik, akan
seorang pendidik, karena hakikatnya pendidikan itu tidak mengajarkan peserta didik untuk
takut terhadap pendidik dan ilmu yang disampaikan, melainkan mengajarkan peserta didik
untuk menghargai pendidik serta ilmu pengetahuan itu sendiri. Perlu dilakukan upaya untuk
mengatasi krisis moral seorang pendidik, agar kedepannya nanti kualitas pendidikan di
Indonesia termasuk mata pelajaran kimia dalam arti sempit memberikan hasil yang optimal.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum UU 14/2005 dan PP 19/2005 diterbitkan, ada sepuluh komptensi yang telah
Adapun sepuluh kemampuan dasar guru itu, antara lain kemampuan menguasai bahan
Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Pada pasal 10 disebutkan
bahwa:
sekolah dalam mengelola interaksi pembelajaran bagi peserta didik. Kompetensi ini
diukur dengan performance test atau episodes terstruktur dalam Praktek Pengalaman
Lapangan (PPL) dan case based test yang dilakukan secara tertulis.
2. Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik di
sekolah yang berupa kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa
serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi ini bisa diukur dengan alat ukur
3
Kimia merupakan pelajaran yang dikenal relatif sulit bagi sebagian besar siswa. (data
dari yoga). Oleh karena itu, diperlukan metode khusus dalam menyampaikan materi agar
siswa dapat memahami materi tersebut. Sulitnya metode yang tepat untuk menyampaikan
materi menyebabkan guru melakukan kekerasan fisik maupun psikis, antara lain memukul,
perkembangan peserta didik terhambat. Selain karena kesulitan dalam menyampaikan materi,
1. kurangnya pengetahuan bahwa kekerasan fisik maupun psikis tidak efektif untuk
memotivasi siswa, justru akan menimbulkan efek traumatis dan melukai harga diri
siswa,
2. persepsi yang parsial terhadap siswa. Biasanya ada beberapa siswa yang memang
sudah terkenal suka melanggar sehingga guru merasa harus menangani siswa tersebut
dengan kekerasan. Padahal, setiap siswa memiliki kesejarahan yang berbeda sehingga
kurikulum materi, maupun prestasi yang harus dicapai siswa. Namun, ada kendala
sehingga target tersebut sangat sulit dicapai. Hal itu membuat guru merasa tertekan
(Rini, 2008).
Dalam praktek pendidikan sehari-hari masih banyak guru yang melakukan kesalahan-
kesalahan dalam menunaikan tugas dan fungsinya. Kesalahan-kesalahan tersebut sering kali
tidak disadari oleh para guru, bahkan masih banyak diantaranya yang menganggap hal biasa
dan wajar. Padahal, sekecil apapun kesalahan yang dilakukan guru, khususnya dalam
4
Guru harus menyadari bahwa mengajar memiliki sifat yang sangat kompleks karena
melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis. Aspek pedagogis menunjuk pada
kenyataan bahwa mengajar di sekolah berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan. Oleh
karena itu, guru harus mendampingi peserta didik menuju kesuksesan belajar atau
kedewasaan. Aspek psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa peserta didik yang belajar
pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Sedangkan aspek didaktis menunjuk pada pengaturan belajar peserta didik oleh para guru
yang menuntut berbagai prosedur didaktis, berbagai cara mengelompokkan peserta didik, dan
beraneka ragam media pembelajaran. Seharusnya para guru menyadari bahwa persiapan
memiliki peran penting dalam pembelajaran, khususnya persiapan tertulis. Guru harus
paling pandai di kelasnya. Kesalahan ini berawal dari kondisi bahwa pada umumnya para
peserta didik di sekolah usianya relatif lebih muda dari gurunya sehingga guru merasa bahwa
peserta didik tersebut lebih bodoh dibanding dirinya. Padahal kimia adalah ilmu yang
kimia tidak hanya bisa didapatkan dari guru melainkan juga dari internet dan media massa.
Dalam hal ini, sebaiknya guru diberikan suatu workshop atau seminar tentang perkembangan
ilmu kimia.
Dalam praktik pendidikan, banyak guru yang tidak adil sehingga merugikan
perkembangan peserta didik. Ini merupakan kesalahan yang sering dilakukan guru, terutama
dalam penilaian. Penilaian merupakan upaya untuk memberikan penghargaan kepada peserta
didik sesuai dengan usahanya dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam
memberikan penilaian harus dilakukan secara adil. Namun demikian dalam pelaksanaannya
tidak sedikit guru yang menyalahgunakan penilaian, misalnya sebagai ajang untuk balas
dendam. Untuk mengatasi masalah tersebut, dapat dilakukan dengan memberikan konseling
5
dan pendidikan psikologi terhadap guru karena terkadang guru membutuhkan suatu
dukungan, penguatan maupun bimbingan terhadap masalah psikologis yang sedang dihadapi.
Berdasarkan uraian di atas banyak faktor baik fisik maupun psikis yang menyebabkan
guru melakukan kekerasan terhadap peserta didik. Namun, hal ini perlu di minimalisasi guna
mencapai esensi utama dari pendidikan. Dalam meminimalisasi kekerasan tersebut, perlu
adanya kerjasama dari semua pihak baik siswa , guru maupun pihak-pihak lain yang
bersangkutan.
6
BAB III
SIMPULAN
Berdasarkan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan data (dari yoga),
metode pembelajaran yang disertai kekerasan oleh pendidik berdampak buruk terhadap hasil
belajar peserta didik. Oleh karena itu, ada beberapa solusi yang dapat diterapkan untuk
meminimalisasi kekerasan yang dilakukan oleh guru, khususnya guru kimia, antara lain guru
harus memahami dan mengenal jenis-jenis belajar peserta didik, guru diberikan suatu
workshop atau seminar tentang perkembangan ilmu kimia, dan memberikan konseling serta
pendidikan psikologi terhadap guru karena terkadang guru membutuhkan suatu dukungan,
penguatan maupun bimbingan terhadap masalah psikologis yang sedang dihadapi. Dalam
meminimalisasi kekerasan tersebut, tentu dibutuhkan adanya kerjasama dari semua pihak
7
DAFTAR PUSTAKA
Bandung:
Alfabeta