Anda di halaman 1dari 3

UN sebagai Wahana Karakter Jujur

Hari ini, Senin, 4 April 2016 Ujian Nasional jenjang SMA/MA dan SMK/MAK serentak
dilaksanakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini sesuai dengan
Peraturan Bandan Standar Nasional Pendidikan Nomor: 0034/P/BSNP/XII/2015 tentang
Prosedur Operasional Standar Penyelenggaraan Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2015/2016.
Sebagai peraturan yang mengatur penyelenggaraan dan teknis pelaksanaan Ujian Nasional maka
POS UN tersebut memberikan langkah-langkah teknis sebagai ujung tombak pendidikan karakter
bangsa yang utamanya adalah karakter jujur.

Rujukan lain yang menjadi dasar pelaksanaan UN 2016 ialah Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI Nomor 57 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pemerintah Melalui
UN, dan Penilaian Hasil Belajar Oleh Satuan Pendidikan Melalui Ujian
Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan Pada SMP/MTs atau yang sederajat dan
SMA/MA/SMK atau yang sederajat. Berdasarkan pasal 16 Permendikbud tersebut hasil UN
digunakan untuk tiga hal, yaitu pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;
pertimbangan seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; dan pertimbangan dalam pembinaan
dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

Tidak ada lagi penggunaan hasil UN untuk penentuan kelulusan peserta didik. Oleh karena tidak
lagi untuk menentukan kelulusan peserta didik inilah membahas UN sekarang tidak lagi seperti
membahas cerita menakutkan. UN bukan lagi momok bagi peserta didik. UN bukan lagi
kekhawatiran orangtua. UN bukan lagi tentang kerisauan sekolah. Jika demikian halnya maka
saatnya kini UN dijadikan sebagai arena unjuk kejujuran bagi semua pihak yang terlibat di
dalamnya, terutama kejujuran peserta didik di dalam mengerjakan semua soal dari semua mata
pelajaran yang diujikan. Terlebih penting lagi sebagai satu wujud pembentukan karakter jujur
demi kejayaan bangsa dan negara Kesatuan RI selamanya. Dengan demikian pembahasan UN
yang paling menarik untuk saat ini ialah jika kita mempersoalkan bagaimana UN dapat
membentuk karakter jujur bagi peserta didik?

Mematuhi Tata Tertib UN

Untuk mewujudkan karakter jujur bagi peserta didik dalam mengerjakan semua soal UN, dalam
POS UN 2016 telah diatur bahwa selama mengerjakan soal UN peserta dituntut untuk mematuhi
tata tertib yang sangat berguna bagi kegemilangan masa depan diri dan bangsanya. Tata tertib
UN menuntun peserta untuk berhenti menggunakan alat komunikasi elektronik, maka alat
komunikasi elektronik dalam bentuk apapun dilarang dibawa masuk ke dalam ruang UN.

Larangan era digital ini menjadi sangat strategis, mengingat jika ke dalam ruang UN peserta
tetap membawa alat komunikasi elektronik dikhawatirkan peserta dapat menerima subsidi
jawaban dari pihak di luar ruang UN. Jika hal ini tetap terjadi, maka telah terjadilah kecurangan,
berarti pula ternodalah karakter kejujuran diri peserta, sekaligus sekolahnya, dan bahkan
kabupaten atau kota tempat tinggalnya.
Dilarang pula dalam tata tertib UN tersebut peserta menanyakan jawaban soal kepada siapapun.
Dilarang bekerjasama dengan peserta lain, memberi atau menerima bantuan dalam menjawab
soal, dilarang memperlihatkan pekerjaan pekerjaan sendiri kepada peserta lain atau melihat
pekerjaan peserta lain. Dilarang membawa naskah soal UN dan lembar jawab UN keluar dari
ruang ujian, dan dilarang pula peserta UN menggantikan atau digantikan oleh orang lain.

Larangan-larangan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu menurut tata tertib UN itu
sesungguhnya merupakan peraturan yang memberikan kesempatan kepada segenap peserta UN
untuk sealalu berada dalam kejujuran dan kemandirian. Betapa kejujuran dan kemandirian
merupakan minimal dua butir karakter yang sangat diperlukan untuk kegemilangan dan
kejayaan Negara Kesatuan RI ke depan. Menyadari pentingnya kejujuran ini maka sesaat
sebelum memulai mengerjakan soal UN, semua peserta UN diharuskan menyalin pernyataan
Saya mengerjakan UN dengan jujur.

Meski begitu kecurangan akan tetap terjadi manakala pengawas yang ada di ruang UN lengah.
Jika pengawas ruang UN abai terhadap tugas pokok dan fungsinya sebagai penegak tata tertib
peserta UN, maka dapat terjadilah kecurangan di ruang UN. Jika ini yang terjadi, maka runtuhlah
pendidikan karakter selama tiga tahun yang diikuti oleh peserta didik pada suatu satuan
pendidikan tertentu. Untuk mencegah hal-hal buruk yang mengurangi kadar kejujuran
penyelenggaraan UN, maka pengawas ruang UN harus mematuhi tata tertib pengawas ruang UN,
misalnya dilarang merokok di ruang UN, dilarang mengobrol, dilarang membaca, dilarang
memberi isyarat, petunjuk, dan bantuan apa pun kepada peserta UN.

Penghargaan Terhadap Kejujuran

Berita yang sungguh sangat menggembirakan dari UN 2015 yang lalu adalah munculnya
apresiasi nyata dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI terhadap kabupaten dan kota
maupun sekolah-sekolah yang memperoleh penghargaan atas prestasi penyelenggaraan UN
secara jujur, yakni memperoleh nilai kejujuran 80 atau lebih. Dan pada UN 2016 piranti canggih
untuk menguji kejujuran penyelenggaraan UN tersebut tentu akan kembali dioperasikan untuk
kembali melihat dan menilai penyelenggaraan UN dalam kerangka kejujuran. Jika piranti ini
terus dioperasikan dalam setiap kali pelaksanaan UN, disertai penghargaan finansial yang
membanggakan bagi kabupaten, kota maupun sekolah-sekolah yang mendapatkannya tentu UN
2016 bukan hanya menjadi ajang lomba kelompok mata pelajaran yang di-UN-kan, melainkan
juga sekaligus menjadi ajang lomba pembentukan karakter jujur.

Budaya Ranking

Terdapat pertanyaan kurang enak untuk satuan pendidikan: Memilih menjadi sekolah rangking
pertama dalam UN tetapi curang, atau memilih sekolah tidak memiliki rangking tetapi
memperoleh penghargaan sebagai sekolah penyelenggara UN jujur? Mudah sekali jawabannya,
dan memang sudah tiba saatnya jika kita memilih menjadi sekolah yang walaupun tidak
memiliki rangking bagus dalam penyelenggara UN, tetapi memperoleh penghargaan dapat
menyelenggarakan UN dalam nuansa kejujuran. Budaya rangking yang berorientasi kepada
kognitif saatnya ditinggalkan, dan predikat penyelenggaran UN jujur yang berorientasi kepada
ranah afektif sepatutnya diperjuangkan oleh semua pihak secara bersama-sama.
Kesimpulan

UN 2016 benar-benar dapat menjadi wahana pendidkan karakter jujur yang efektif apabila semua
pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan UN dapat mematuhi tata tertib sebagaimana
peruntukannya. Apabila peserta dapat secara nyaman mematuhi tata tertib peserta, demikian pula
pengawas ruang UN dapat melaksanakan tata tertib pengawas ruang UN secara ikhlas dan
bertangung jawab, berhenti sejenak dari alat komunikasi elekronik, maka dapat dipastikan hasil
UN 2016 nanti akan menjadi hasil UN dengan kredibilitas sangat tinggi. Dan generasi bangsa
yang menapakinya akan dapat menjadi generasi jujur yang siap membangun bangsa dalam
kemandirian dan kejujuran. Semoga senantiasa demikian adanya.

Sumber Berita: http://satelitnews.co/berita-un-sebagai-wahana-pendidikan-karakter-


jujur.html#ixzz48k0wMS68

Anda mungkin juga menyukai