(Rewritten by/ Diketik kembali oleh: Dimas Erda Widyamarta.2014. please follow blog/
silahkan ikuti blog: www.ithinkeducation.blogspot.com or
www.ithinkeducation.wordpress.com)
Teori dasar atau prinsip etika merupakan penuntun untuk membuat keputusan etik praktik
profesiona (Fry,1991). Teori etik digunakan dalam pembuatan keputusan bila terjadi konfik
antara prinsip dan aturan. Ahl filsafat moral telah mengembangkan beberapa teori etik, yang
secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi teori teleologi dan deontologi.
1. Teleologi
Teleologi (berasal dari bahasa Yunani, dari kata Telos, berarti akhir). Istilah teleologi
merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan
atau konsekuensi yang dapat berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat
terjadi. Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan the end justifes the means atau makna
dari suatu tindakan ditentukan oleh akhir yang terjadi. Teori ini menekankan pada pencapaian
hasil akhir yang terjadi. Pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal dan ketidakbaikan
sekecil mungkin bagi manusia (Kelly,1987). Teori teleologi atau utilitarianisme dapat
dibedakan menjadi rue utilitarianisme atau act utilitarianisme. Rule utilitarianisme berprinsip
bahwa manfaat atau nilai suatu tindakan bergantung pada sejauh mana tindakan tersebut
memberikan kebaikan atau kebahagiaan kepada manusia. Act utilitarianisme bersifat lebih
terbatas; tidak melibatkan aturan umu, tetapi berupaya menjelaskan apda suatu situasi tertentu
pertimbangan terhadap tindakan apa yang dapat memberikan kebaikan sebanyak-banyaknya
atau ketidakbaikan sekecilnya pada individu. Contoh penerapan teori ini: banyak yang lahir
cacat lebih baik diizinkan meninggal daripada nantinya menjadi beban masyarakat.
2. Deontologi (Formalisme)
Deontologi (berasal dari bahasa Yunani, deon, berarti tugas) berprinsip pada aksi atau
tindakan. Menurut Kant, benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil akhir atau konsekuensi
dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moralnya. Dalam konteks ini, perhatian difokuskan
pada tindakan melakukan tanggung jawab moral yang dapat memberikan penentu apakah
tindakan tersebut secara moral besar atau salah. Kant berpendapat bahwa prinsip moral atau
yangg terkait dengna tugas harus bersifat universal, tidak kondisional, dan imperatif. Contoh
penerpaan deontologi adalah seorang perawat yang yakin bahwa klien harus diberi tahu
tentang yang sebenarnya terjadi walaupun kenyataaan tersbut sangat menyakitkan. Contoh
lain: seorang perawat menolak membantu pelaksanaan abortus karena keyakinan agamanya
yang melarang tindakan membunuh. Dalam menggunakan pendekatan teori ini, perawat tidak
menggunakan pertimbangan, misalnya tindakan abortus dilakukan untuk menyelamatkan
nyawa ibunya karena setiap tindakan yang mengakhiri hidup ( dalam hal ini calon bayi)
merupakan tindakan buruk secara moral. Secara lebih luas, teori deontologi dikembangkan
menjadi lima prinsip yaitu kemurahan hati, keadilan, otonomi, kejujuran dan ketaatan (Fry,
1991).
1. Kemurahan hati
Inti dari prinsip kemurahan hati (benefience) adalah tanggung jawab untuk melakukan
kebaikan yang menguntungkan klien dan menghindari perbuatan yang merugikan atau
membahayakan klien. Prinsip ini sering kali sulit diterapkan dalam praktik keperawatan.
Perawat diwajibkan untuk melaksanakan tindakan yang bermanfaat bagi klien tetapi dengan
meningkatkan teknologi dalam sistem asuhan kesehatan, dapat juga merupakan risiko dari
suatu tindakan yang membahayakan.
Contoh 1: perawat menasihati klien tentang program latihan untuk memperbaiki kesehatan
secara umum, tetapi tidak seharusnya melakukan apabila klien dalam keadaan risiko serangan
jantung.
Dengan majunya ilmu teknologi, konflik yang terjadi semakin tinggi. Untuk itu, peru
diterapkan sistem klarifikasi nilai-nilai, yaitu suatu proses ketika individu memperoleh
jawaban terhadap beberapa situasi melalui proses pengembangan nilai individu. Menurut
Megan (1989), proses penilaian mencakup tuju proses yang ditempatkan ke dalam tiga
kelompok, yaitu:
1) Menghargai
2) Memilih
3) Bertindak
a) Bertindak
b) Bertindak sesuai dengan pola, konsistesi dan repetisi (mengulang yang telah disepakati)
Dengan menggunakan ketujuh langkah tersebut ke dalam klasifikasi nilai, perawat dapat
menjelaskan nilai mereka sendiri dan dapat mempertinggi pertumbuhan pribadinya. Langkah
di atas dapat diterapkan pada situasi klien, misalnya perawat dapat membantu klien
mengidentifikasi bidang konflik, memilih dan menentukan berbagai alternatif, menetapkan
tujuan dan melakukan tindakan.
1. Keadilan
Prinsip dari keadilan (justice) menurut Beuachamp dan Childress adalah mereka yang
sederajat harus diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat diperlakukan secara
tidak sederajat, sesuai dengan kebutuhan mereka. Ini berarti bahwa kebutuhan kesehatan
mereka yang sederajat harus menerima sumbe pelayanan kesehatan dalam jumah sebanding.
Ketika seorang mempunyai kebutuhan kesehatan yagn besar maka menurut prinsip ini, ia
harus mendapatkan sumber kesehatan yang besar pula. Kegiatan alokasi dan distribusi
sumber ini memungkinkan dicapainya keadilan dalam pembagian sumber asuhan
keperawatan kepada klien secara adil sesuai kebutuhan. Contoh: seorang perawat sedang
bertugas sendiri di suatu unit RS, kemudian ada seorang klien baru masuk bersamaan dengan
klien yang memerlukan bantuan perawat tersebut. agar perawat tidak menghindar dari satu
klien ke klien yang lainnya maka perawat seharusnya dapat mempertimbangkan faktor dalam
situasi tersebut, kemudian bertindakan berdasarkan pada prinsip keadilan.
1. Otonomi
Prinsip otonomi menyatakan bahwa setiap individu mempunyai kebebasan untuk menentukan
tindakan atau keputusan berdasarkan rencana yang mereka pilih (Veatch dan Fry, 1987).
Masalah yang muncul dari penerapan prinsip adalah adanya variasi mempunyai otonomi
klien yang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat kesadaran, usia, penyakit, lingkungan
rumah sakit, ekonomi, tersedianya informasi, dan lainnya.
1. Kejujurann
Prinsip kejujuran (veracity) menurut Veatch dan Fry (1987) didefinisikan sebagai
menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak bohong. Kejujuran harus dimiliki perawat saat
berhubungan dengan klien. Kejujuran merupakan dasar terbinanya hubungan saling percaya
antara perawat-klien. Perawat sering tidak memberitahukan kejadian sebenarnya pada klien
yang sakit parah. Namun, penelitian apda klien dalam keadaan terminal menjelaskan bahwa
klien ingin diberi tahu tentang kondisinya secara jujur (Veatch,1978).
Contoh: Ny. M, seorang wanita lansia usia 68 tahun, dirawat di RS dengan berbagai macam
fraktur karena kecelakaan mobil, suamina yang juga ada dalam kecelakaan tersebut masuk ke
RS yang sama dan meninggal. Ny. M bertanya berkali-kali kepada perawat tentang keadaan
suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawatnya untuk tidak mengatakan kematian
suami Ny. M kepada Ny. M. Perawat tidak diberi alasan apapun untuk petunjuk tersebut dan
menyatakan keprihatiannya kepada perawat kepala ruangan, yang mengaakan bahwa
instruksi dokter harus diikuti. Dalam contoh tersebut, data dasar meliputi:
3) Konsekuensi dari tindakan yang diusulkan: apabila informasi ditahan atau tidak
disampaikan, klien mungkin menjadi semakin cemas dan marah, serta mungkin menolak
untuk bekerja sama dalam asuhan sehingga akan menunda pemulihan kesehatan.
1) Perlu jjur kepada Ny. M, berarti tidak loyal terhadap dokter ahli bedah dan perawat
kepala ruangan.
2) Perlu loyal terhadap dokter ahli bedah dan perawat kepala ruangan tanpa tidak jujur
terhadap Ny. M
3) Konflik tentang pengaruh pada kesehatan Ny. M apabila diinformasikan atau apabila
tidak diinformasikan
1. Ketaatan
Prinsip ketaatan (fidelity) didefinisikan oleh Veatch dan Fry sebagai tanggung jawab untuk
tetap setia pada suatu kesepakatan. Tanggung jawab dalam konteks hubungan perawat-klien
meliputi tanggung menjaga janji, mempertahankan konfidensi, dan memberikan perhatian/
kepedulian. Dalam hubungan antara manusia, individu cenderung tetap menempati janji dan
tidak melanggar, kecuali ada alasan demi kebaikan. Pelanggaran terhadap konfidensi
merupaakn hal yang serupa, terutama bila pelanggaran tersebut merupakan pilihan tindakan
yang lebih baik dariada jika tidak dilanggar. Kesetiaan perawat terhadap janji tersebut
mungkin tidak mengurangi penyakit atau mencegah kematian, tetapi akan memengaruhi
kehidupan klien serta kualitas kehidupannya. Salah satu cara untuk menerapkan prinsip
dalam menepati janji adalah dengan memasukan ketaatan dalam tanggung jawab. Untuk
mewujudkan hal ini, perawat harus selektif dalam mempertimbangkan informasi apa yang
perlu dijaga konfidensinya dan mengetahui waktu yang tepat untuk menepati janji sesuai
hubungan dengna perawat-klien. Peduli kepada klien merupakan salah satu aspek dari prinsip
ketaatan. Peduli kepada klien merupakan komponen paling penting dari praktik keperawatan,
terutama pada klien dalam keadaan terminal (Fry [1991]), dikutip dari Fleming, Scantion dan
DAgostino 1987; Larson 1986; Mayer, 1987). Rasa kepedulian perawat diwujudkan dalam
memberi perawatan dengan pendekatan individual, bersikap baik kepada klien, memberikan
kenyamanan, dan menunjukkan kemampuan profesional.
Home
About
Archives
rullyhouse.com
PRINSIP-PRINSIP ETIKA KEPERAWATAN
undefined undefined
Etika merupakan kata yang berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang
menurut Araskar dan David (1978) berarti kebiasaan atau model prilaku, atau
standar yang diharapkan dan kriteria tertentu untuk sesuatu tindakan, dapat
diartikan segala sesuatu yang berhubungan dengan pertimbangan pembuatan
keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan. Dalam Oxford Advanced
Learners Dictionary of Curret English, AS Hornby mengartikan etika sebagai
sistem dari prinsip-prinsip moral atau aturan-aturan prilaku. Menurut definisi
AARN (1996), etika berfokus pada yang seharusnya baik salah atau benar, atau
hal baik atau buruk. Sedangkan menurut Rowson, (1992).etik adalah Segala
sesuatu yang berhubungan/alasan tentang isu moral.
KONSEP ETIK
Perawat harus mempunyai kemampuan yang baik untuk pasien maupun dirinya
didalam menghadapi masalah yang menyangkut etika. Seseorang harus berpikir
secara rasional, bukan emosional dalam membuat keputusan etis. Keputusan
tersebut membutuhkan ketrampilan berpikir secara sadar yang diperlukan untuk
menyelamatkan keputusan pasien dan memberikan asuhan.
1.Teleologi.
Teleologi berasal dari bahasa Yunani telos yang berarti akhir. Pendekatan ini
sering disebut dengan ungkapan the end fustifies the means atau makna dari
suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi. Teori ini menekankan
pada pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal dan ketidakbaikan sekecil
mungkin bagi manusia.Contoh penerapan teori ini misalnya bayi-bayi yang lahir
cacat lebih baik diizinkan meninggal daripada nantinya menjadi beban di
masyarakat.
2.Deontologi.
Deontologi berasal dari bahasa Yunani deon yang berarti tugas. Teori ini
berprinsip pada aksi atau tindakan. Contoh penerapan deontologi adalah
seorang perawat yang yakin bahwa pasien harus diberitahu tentang apa yang
sebenarnya terjadi, walaupun kenyataan tersebut sangat menyakitkan. Contoh
lain misalnya seorang perawat menolak membantu pelaksanaan abortus karena
keyakinan agamanya yang melarang tindakan membunuh.
3.keadilan (justice)
4.otonomi
Prinsip otonomi menyatakan bahwa setiap individu mempunyai kebebasan
menentukan tindakan atau keputusan berdasarkan rencana yang mereka pilih.
Permasalaan yang muncul dari penerapan prinsip ini adalah adanya variasi
kemampuan otonomi pasien yang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat
kesadaran, usia, penyakit, lingkungan rumah sakit, ekonomi, tersedianya
informasi dll.
5.kejujuran (veracity)
Prinsip kejujuran menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak bohong. Kejujuran
harus dimiliki perawat saat berhubungan dengan pasien. Kejujuran merupakan
dasar terbinanya hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Perawat
sering kali tidak memberitahukan kejadian sebenarnya kepada pasien yang sakit
parah. Kejujuran berarti perawat tidak boleh membocorkan informasi yang
diperoleh dari pasien dalam kapasitasnya sebagai seorang profesional tanpa
persetujuan pasien. Kecuali jika pasien merupakan korban atau subjek dari
tindak kejahatan, maka perbuatan tersebut dapat diajukan ke depan pengadilan
dimana perawat menjadi seorang saksi.
6.ketaatan (fidelity)
Prinsip ketaatan merupakan tanggung jawab untuk tetap setia pada suatu
kesepakatan. Tanggung jawab dalam konteks hubungan perawat-pasien meliputi
tanggung jawab menjaga janji, mempertahankan konfidensi dan memberikan
perhatian/kepedulian. Peduli pada pasien merupakan salah satu aspek dari
prinsip ketaatan. Peduli kepada pasien merupakan komponen paling penting dari
praktik keperawatan, terutama pada pasien dalam kondisi terminal.
Prinsip bahwa etika adalah menghargai hak dan martabat manusia, tidak akan
pernah berubah. Prinsip ini juga diterapkan baik dalam bidang pendidikan
maupun pekerjaan. Juga dalam hak-haknya memperoleh pelayanan kesehatan.
Ketika mengambil keputusan klinis, perawat seringkali mengandalkan
pertimbangan mereka dengan menggunakan kedua konsekuensi dan prinsip dan
kewajiban moral yang universal. Hal yang paling fundamental dari prinsip ini
adalah penghargaan atas sesama.Empat prinsip dasar lainnya bermula dari
prinsip dasar ini yang menghargai otonomi kedermawanan maleficience dan
keadilan
Autonomy (Otonomi )
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis
dan memutuskan. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan
membuat keputusan sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau
pilihan yang dihargai. Prinsip otonomi ini adalah bentuk respek terhadap
seseorang, juga dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak
secara rasional.Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu
yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesioanal merefleksikan otonomi saat
perawat menghargai hak hak pasien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya.
Justice (Keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain
yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan . Nilai ini
direfleksikan dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang
benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan .
Prinsip ini berarti segala tindakan yang dilakukan pada klien tidak menimbulkan
bahaya / cedera secara fisik dan psikologik.
Veracity (kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien
dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
Fidelity (loyalty/ketaatan)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang klien harus
dijaga privasi-nya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien
hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tak ada satu orangpun
dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijin kan oleh klien dengan
bukti persetujuannya. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan,
menyampaikannya pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga
kesehatan lain harus dicegah.
Akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab
pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang lain.
Akuntabilitas merupakan standar pasti yang mana tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
Moral Right
a. Advokasi
Advokasi adalah memberikan saran dalam upaya melindungi dan mendukung
hak hak pasien. Hal tersebut merupakan suatu kewajiban moral bagi perawat
dalam mempraktekan keperawatan profesional
b. Responsibilitas ( tanggung jawab )
Eksekusi terhadap tugas tugas yang berhubungan dengan peran tertentu dari
perawat. Misalnya pada saat memberikan obat, perawat bertanggung jawab
untuk mengkaji kebutuhan klien dengan memberikannya dengan aman dan
benar.
c. Loyalitas
Suatu konsep yang melewati simpati, peduli, dan hubungan timbal balik
terhadap pihak yang secara profesional berhubungan dengan perawat.
Nilai ( Value )
Keyakinan(beliefs) mengenai arti dari suatu ide, sikap, objek, perilaku, dll yang
menjadi standar dan mempengaruhi prilaku seseorang.
Nilai menggambarkan cita-cita dan harapan- harapan ideal dalam praktik
keperawatan
Nilai dalah sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian rupa
oleh seseorang.
Nilai yang sangat diperlukan bagi perawat adalah :
1. kejujuran
2. Lemah Lembut
3. Ketepatan
4. Menghargai Orang lain
1. Faktor sosial.
Pada era abad 20 ini, manusia telah berhasil mencapai tingkat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang belum dicapai manusia pada abad sebelumnya.
Kemajuan yang telah dicapai meliputi berbagai bidang.
Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan
sosial atau legislasi menyebabkan timbulnya tindakan yang merupakan reaksi
perubahan tersebut. Legislasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum
sehingga orang yang bertindak tidak sesuai hukum dapat menimbulkan konflik.
Saat ini aspek legislasi dan bentuk keputusan juridis bagi permasalahan etika
kesehatan sedang menjadi topik yang banyak dibicarakan. Hukum kesehatan
telah menjadi suatu bidang ilmu, dan perundang-undangan baru banyak disusun
untuk menyempurnakan perundang-undangan lama atau untuk mengantisipasi
perkembangan permasalahan hukum kesehatan.
4. Faktor dana/keuangan.
5. Faktor pekerjaan.
Perawat perlu mempertimbangkan posisi pekerjaannya dalam pembuatan suatu
keputusan. Tidak semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan, namun
harus diselesaikan dengan keputusan/aturan tempat ia bekerja. Perawat yang
mengutamakan kepentingan pribadi sering mendapat sorotan sebagai perawat
pembangkang. Sebagai konsekuensinya, ia mendapatkan sanksi administrasi
atau mungkin kehilangan pekerjaan.
Kelly (1987), dikutip oleh Robert Priharjo, menyatakan bahwa kode etik
merupakan salah satu ciri/persyaratan profesi yang memberikan arti penting
dalam penentuan, pertahanan dan peningkatan standar profesi. Kode etik
menunjukkan bahwa tanggung jawab kepercayaan dari masyarakat telah
diterima oleh profesi.
Untuk dapat mengambil keputusan dan tindakan yang tepat terhadap masalah
yang menyangkut etika, perawat harus banyak berlatih mencoba menganalisis
permasalahan-permasalahan etis.
7. Hak-hak pasien.
Hak-hak pasien pada dasarnya merupakan bagian dari konsep hak-hak manusia.
Hak merupakan suatu tuntutan rasional yang berasal dari interpretasi
konsekuensi dan kepraktisan suatu situasi.
Kebebasan (freedom)
Prilaku tanpa tekanan dari luar, memutuskan sesuatu tanpa tekanan atau
paksaan pihak lain (Facione et all, 1991). Bahwa siapapun bebas menentukan
pilihan yang menurut pandangannya sesuatu yang terbaik.
Contoh : Tindakan pemasangan infus harus dilakukan sesuai dengan SOP yang
berlaku dimana klien dirawat.
Keadilan (Justice)
Hak setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991). Merupakan
suatu prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu. Artinya individu
mendapat tindakan yang sama mempunyai kontribusi yang relative sama untuk
kebaikan kehidupan seseorang. Prinsip dari keadilan menurut beauchamp dan
childress adalah mereka uang sederajat harus diperlakukan sederajat,
sedangkan yang tidak sederajat diperlakukan secara tidak sederajat, sesuai
dengan kebutuhan mereka.
Kesetiaan (fidelity)
Contoh: Bila perawat sudah berjanji untuk memberikan suatu tindakan, maka
tidak boleh mengingkari janji tersebut.
Kerahasiaan (Confidentiality)
Hak (Right)
6. Diperlakukan secara adil dan jujur baik oleh institusi pelayanan maupun oleh
pasien
9. Privasi dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh pasien
dan atau keluargannya serta tenaga kesehatan lainnya.
10. Menolak dipindahkan ke tempat tugas lain, baik melalui anjuran maupun
pengumuman tertulis karena diperlukan, untuk melakukan tindakan yang
bertentangan dengan standar profesi atau kode etik keperawatan atau aturan
perundang-undangan lainnya.
11. Mendapatkan penghargaan dan imbalan yang layak atas jasa profesi yang
diberikannya berdasarkan perjanjian atau ketentuan yang berlaku di institusi
pelayanan yang bersangkutan
12. Memperoleh kesempatan mengembangkan karier sesuai dengan bidang
profesinya.
4. Merujuk pasien kepada perawat atau tenaga kesehatan lain yang mempunyai
keahlihan atau kemampuan yang lebih kompeten, bila yang bersangkutan tidak
dapat mengatasinya.
11. Melakukan pelayanan darurat sebagai tugas kemanusiaan sesuai dengan batas
kewenangannya
12. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, kesuali jika
dimintai keterangan oleh pihak yang berwenang.
13. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah dibuat
sebelumnya terhadap institusi tempat bekerja.
Hak-hak pasien
4. Hak untuk memperoleh catatan medis, baik selama maupun sesudah dirawat di
Rumah Sakit.
7.Pasien mempunyai hak untuk mengerti bila diperlukan rujukan ke tempat lain
yang lebih lengkap dan memperoleh informasi yang lengkap tentang alasan
rujukan tersebut, dan Rumah Sakit yang ditunjuk dapat menerimannya.
11. Mengetahui peraturan dan ketentuan Rumah Sakit yang harus diikutinya
sebagai pasien
12. Mengetahui peraturan dan ketentuan Rumah Sakit yang harus diikutinya.
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
TINJAUAN TEORI
a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis
dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggapkompeten dan
memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan
atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsipotonomi merupakan
bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak
memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakanhak kemandirian
dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.Praktek profesional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya.
b. Berbuatbaik ( Beneficience)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap oranglain
yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai
inidirefleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk
terapiyang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar
untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
e. Moral Right
Moralitas menyangkut apa yang benar dan salah pada perbuatan, sikap, dan
sifat. Tanda utama adanya masalah moral, adalah bisikan hati nurani atau
timbulnya perasaan bersalah, malu, tidak tenang, dan tidak damai dihati.
BAB III
PEMBAHASAN
Contoh: Kebebasan pasien untuk memilih pengobatan dan siapa yang berhak
mengobatinya sesuai dengan yang diinginkan .
2. Prinsip beneficience (kemurahan hati) prinsip untuk melakukan yang baik dan
tidak merugikan orang lain/pasien. berarti hanya mengerjakan sesuatu yang
baik.
Contoh: Setiap perawat harus dapat merawat dan memperlakukan klien dengan
baik dan benar.
3. Prinsip justice ( Keadilan): Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama
dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika perawat
bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan
yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
3.2 PRINSIP ETIKA KEPERAWATAN (non maleficience, moral right, nilai dan
norma masyarakat)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya atau cedera fisik dan psikologis
pada klien. Prinsip untuk tidak melukai orang lain berbeda dan lebih keras dari
pada prinsip untuk melakukan yang terbaik.
Contoh : seorang perawat memberikan pelayanan kesehatan yang baik.
B. Moral Right
Moralitas menyangkut apa yang benar dan salah pada perbuatan, sikap, dan
sifat. Tanda utama adanya masalah moral, adalah bisikan hati nurani atau
timbulnya perasaan bersalah, malu, tidak tenang, dan tidak damai dihati.
Standar moral dipengaruhi oleh ajaran, agama, tradisi, norma kelompok, atau
masyarakat dimana ia dibesarkan.
Right (hak) merupakan Berperilaku sesuai perjanjian hukum peraturan-peraturan
dan moralitas yang berhubungan dengan hukum legal.
Moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang merupakan
standart perilaku dan nilai-nilai yang harus diperhatikan bila seseorang
menjadi anggota masyarakat dimana ia tinggal.
Konsep Moral Dalam Praktik Keperawatan:
1. Advokasi
Advokasi adalah memberikan saran dalam upaya melindungi dan mendukung
hak-hak pasien . Arti advokasi menurut ANA (1985) adalah melindungi klien
atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik tidak
sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapa pun.
Contoh : seorang perawat memberikan informasi kepada pasien tentang hak dan
kewajiban yang dimiliki oleh pasien sehingga pasien bisa terhindar dari praktek
tidak sah dan pelanggaran etika.
2. Responsibilitas
Resposibilitas (tanggung jawab) adalah eksekusi terhadap tugas-tugas yang
berhubungan dengan peran tertentu dari perawat.
Contoh : saat memberikan obat, perawat bertanggung jawab untuk mengkaji
kebutuhan klien dengan memberikannya dengan aman dan benar, dan
mengevaluasi respons klien terhadap obat tertentu.
3. Akuntabilitas
Akuntabilitas (tanggung gugat) dapat menjawab segala hal yang berhubungan
dengan tindakan seseorang.
Contoh : seorang perawat A diberikan tugas untuk memberikan obat berbentuk
cair kepada seorang pasien,obat tersebut seharusnya diberikan dengan cara
diteteskan,tetapi ia memberikannya dengan cara disuntikan sehingga pasien
mengalami kelumpuhan maka perawat tersebut harus berani bertanggung jawab
dan menerima sangsi.
4. Loyalitas
Loyalitas merupakan suatu konsep yang melewati simpati, peduli, dan hubungan
timbal balik terhadap pihak yang secara profesional berhubungan dengan
perawat. Mencapai kualitas asuhan keperawatan yang tinggi dan hubungan
dengan berbagai pihak yang harmonis, loyalitas harus dipertahankan oleh setiap
perawat baik loyalitas kepada klien, teman sejawat,rumah sakit maupun profesi.
Contoh : seorang perawat harus bisa menepati janjinya baik kepada klien
maupun rekan seprofesi.
Perwujudan norma sosial dapat berbentuk tertulis dan tidak tertulis. Berdasar
kekuatanyang mengikat sistem nilai dalam kehidupanmasyarakat, norma sosial
dapat digolongkandalam beberapa macam, yaitu cara (usage), kebiasaan
(folkways), tata susila (mores), adatistiadat (customs), hukum (laws), dan
agama(religion).
Pengertian
Saya tidak akan menyarankan dan atau memberikan obat yang mematikan
kepada siapapun meskipun telah dimintakan untuk itu.
Banyak ragam pengertian euthanasia yang sudah muncul saat ini. Ada yang
menyebutkan bahwa euthanasia merupakan praktek pencabutan kehidupan
manusia atau hewan melalui cara yang dianggap tidak menimbulkan rasa sakit
atau menimbulkan rasa sakit yang minimal, biasanya dilakukuan dengan cara
memberikan suntikan yang mematikan. Saat ini yang dimaksudkan dengan
enthanasia adalah bahwa seorang dokter mengakhiri kehidupan pasien terminal
dengan memberikan suntikan yang mematikan atas permintaan pasien itu
sendiri., atau dengan kata lain euthanasia merupakan pembunuhan legal.
Belanda, salah satu Negara di Eropa yang maju dalam pengetahuan hukum
kesehatan mendefinisikan euthanasia sesuai dengan rumusan yang dibuat oleh
Euthanasia Study Group dari KNMG (Ikatan Dokter Belanda), yaitu :
Jenis-jenis Euthnasia
Euthanasia dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, sesuai dengan dari mana
sudut pandangnya atau cara melihatnya.
a. Euthanasia pasif
Euthanasia aktif tidak langsung adalah saat dokter atau tenaga kesehatan
melakukan tindakan medis untuk meringankan penderitaan pasien, namun
mengetahui adanya risiko tersebut.
Euthanasia yang dilakukan oleh tenaga medis atas permintaan pasien itu sendiri.
Permintaan pasien ini dilakukan dengan sadar atau dengan kata lain permintaa
pasien secara sadar dn berulang-ulang, tanpa tekanan dari siapapun juga.
Euthanasia yang dilakukan pada pasien yang sudah tidak sadar. Permintaan
biasanya dilakukan oleh keluarga pasien. Ini terjadi ketika individu tidak mampu
untuk menyetujui karena faktor umur, ketidak mampuan fisik dan mental,
kekurangan biaya, kasihan kepada penderitaan pasien, dan lain sebagainya.
Sebagai contoh dari kasus ini adalah menghentikan bantuan makanan dan
minuman untuk pasien yang berada di dalam keadaan vegetatif (koma).
Euthanasia ini seringkali menjadi bahan perdebatan dan dianggap sebagai suatu
tindakan yang keliru oleh siapapun juga. Hal ini terjadi apabila seseorang yang
tidak berkompeten atau tidak berhak untuk mengambil suatu keputusan,
misalnya hanya seorang wali dari pasien dan mengaku memiliki hak untuk
mengambil keputusan bagi pasien tersebut.
3. ABORSI
Jika aborsi untuk alasan medis, aborsi adalah legal, untuk korban perkosaan,
masih di grey area, aborsi masih diperbolehkan walaupun tidak semua dokter
mau melakukannya. Kasus perkosaan merupakan pilihan yang sulit. Meskipun
bisa saja kita mengusulkan untuk memelihara anaknya hingga lahir, lalu
diadopsikan ke orang lain, itu semua tergantung kematangan si ibu dan
dukungan masyarakat agar anak yang dilahirkan tidak dilecehkan oleh
masyarakat.
Untuk kehamilan jiwa diluar nikah atau karena sudah kebanyakan anak dan
kontrasepsi gagal perlu dipirkirkan kembali krena anak merupakan anugerah
terbesar yang dberikan oleh TUHAN.
Perempuan berhak dan harus melindungi diri mereka dari eksploitasi orang lain
termasuk suaminya, agar tidak perlu aborsi. Sebab aborsi, oleh paramedis
ataupun oleh dukun, legal atau illegal, akan tetap menyakitkan buat wanita, lahir
dan batin meskipun banyak yang menyangkalnya. Karena itu kita harus
berupaya bagaimana caranya supaya tidak sampai berurusan dengan hal yang
akhirnya merusak diri sendiri. Karena ada laki-laki yang bisa seenak melenggang
pergi, dan tidak peduli apa-apa meskipun pacarnya/istrinya sudah aborsi dan
mereka tidak bisa diapa-apakan, kecuali pemerkosa, yang jelas ada hukumnya.
Jadi solusinya bukan cuma dari rantai yang pendek, tapi dari ujung rantai yang
terpanjang, yaitu : penyuluhan tentang seks yang benar.
Jika dilihat kebelakang, mengapa banyak remaja yang aborsi, karena mereka
melakukan seks bebas untuk itu diperlukan pendidikan agama agar moral
mereka tinggi dan sadar bahwa free seks tidak sesuai dengan agama dan
berbahaya.
Jika tidak ingin hamil gunakan kontrasepsi yang paling aman dan kontrasepsi
yang paling aman adalah tidak berhubungan seks sama sekali. Segala sesuatu
itu ada resikonya. Untuk itu sebelum bertindak, orang harus mulai berpikir : nanti
bagaimana bukannya bagaimana nanti.
Keputusan aborsi juga dapat keluar dalam waktu yang singkat, dan setelah
melewati waktu krisis, bisa saja keputusan aborsi dibatalkan karena ada
seseorang yang mendampingi memberikan support, dan dia tidak jadi
mengaborsi.
Apalagi jika aborsi dilakukan akibat paksaan, misalnya paksaan dari orangtua,
demi nama baik keluarga. Bayangkan berapa banyak orang-orang yang.bisa
dipaksa untuk menggugurkan, jika aborsi ini dilegalkan.
a) Umur Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita
hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi
daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian
maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun. Ibu-ibu yang terlalu
muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan
pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain.
Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan
remaja yang tidak dikehendaki.Keguguran sengaja yang dilakukan oleh tenaga
nonprofessional dapat menimbulkan akibat samping yang serius seperti
tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat
menimbulkan kemandulan. Abortus yang terjadi pada remaja terjadi karena
mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta
seefisien wanita dewasa. Abortus dapat terjadi juga pada ibu yang tua meskipun
mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya
sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin intra uterine.
b) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun
dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan
perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan
baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah
dua tahun) akan mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya perdarahan
pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban
pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
c) Paritas ibu Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin
dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal.Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian
maternal lebih tinggi.Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal.Risiko
pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan
risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga
berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan..
b. Aborsi Medisinalis
Aborsi medisinalis adalah aborsi yang terjadi karena brbagai alasan yang bersifat
medis. Aborsi ini dilakukan karena berbagai macam indikasi, seperti :
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah membahas teori dari tinjauan pustaka, maka:Diketahui prinsip-prinsip
etika keperawatan : otonomi, beneficence, justice, moral right, nilai dan norma
masyarakat. Diketahui isue etik dalam praktik keperawatan : euthanasia,aborsi.
4,2 Saran
Hendaknya mahasiswa dapat benar-benar memahami dan mewujudnyatakan
peran perawat yang legal etis dalam pengambilan keputusan dalam konteks
etika keperawatan.
Diposkan oleh Sehat itu mahal di 19.11
0 komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Beranda
Blog Archive
2014 (5)
o Oktober (4)
o September (1)
Prinsip etik
Mengenai Saya
Etika merupakan kata yang berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang menurut
Araskar dan David (1978) berarti kebiasaan atau model prilaku, atau standar
yang diharapkan dan kriteria tertentu untuk sesuatu tindakan, dapat diartikan
segala sesuatu yang berhubungan dengan pertimbangan pembuatan keputusan,
benar atau tidaknya suatu perbuatan. Dalam Oxford Advanced Learners
Dictionary of Curret English, AS Hornby mengartikan etika sebagai sistem dari
prinsip-prinsip moral atau aturan-aturan prilaku. Menurut definisi AARN (1996),
etika berfokus pada yang seharusnya baik salah atau benar, atau hal baik atau
buruk. Sedangkan menurut Rowson, (1992).etik adalah Segala sesuatu yang
berhubungan/alasan tentang isu moral.
Suatu bentuk hak individu dalam mengatur kegiatan/prilaku dan tujuan hidup
individu. Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu tanggung jawab
terhadap pilihannya sendiri. Prinsip otonomi menegaskan bahwa seseorang
mempunyai kemerdekaan untuk menentukan keputusan dirinya menurut
rencana pilihannya sendiri. Bagian dari apa yang didiperlukan dalam ide
terhadap respect terhadap seseorang, menurut prinsip ini adalah menerima
pilihan individu tanpa memperhatikan apakah pilihan seperti itu adalah
kepentingannya. (Curtin, 2002). Permasalahan dari penerapan prinsip ini adalah
adanya variasi kemampuan otonomi pasien yang dipengaruhi oleh banyak hal,
seperti tingkat kesadaran, usia, penyakit, lingkungan Rumah SAkit, ekonomi,
tersedianya informsi dan lain-lain (Priharjo, 1995). Contoh: Kebebasan pasien
untuk memilih pengobatan dan siapa yang berhak mengobatinya sesuai dengan
yang diinginkan .
1. Kebebasan (freedom)
Prilaku tanpa tekanan dari luar, memutuskan sesuatu tanpa tekanan atau
paksaan pihak lain (Facione et all, 1991). Bahwa siapapun bebas menentukan
pilihan yang menurut pandangannya sesuatu yang terbaik.
Melakukan kegiatan/tindakan sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika yang tidak
bertentangan (tepat, lengkap). Prinsip kejujuran menurut Veatch dan Fry (1987)
didefinisikan sebagai menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak bohong. Suatu
kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya atau untuk tidak membohongi
orang lain. Kebenaran merupakan hal yang fundamental dalam membangun
hubungan saling percaya dengan pasien. Perawat sering tidak memberitahukan
kejadian sebenarnya pada pasien yang memang sakit parah. Namun dari hasil
penelitian pada pasien dalam keadaan terminal menjelaskan bahwa pasien ingin
diberitahu tentang kondisinya secara jujur (Veatch, 1978).
Contoh : Tindakan pemasangan infus harus dilakukan sesuai dengan SOP yang
berlaku dimana klien dirawat.
3. Keadilan (Justice)
Hak setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991). Merupakan
suatu prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu. Artinya individu
mendapat tindakan yang sama mempunyai kontribusi yang relative sama untuk
kebaikan kehidupan seseorang. Prinsip dari keadilan menurut beauchamp dan
childress adalah mereka uang sederajat harus diperlakukan sederajat,
sedangkan yang tidak sederajat diperlakukan secara tidak sederajat, sesuai
dengan kebutuhan mereka.
6. Kesetiaan (fidelity)
Contoh: Bila perawat sudah berjanji untuk memberikan suatu tindakan, maka
tidak boleh mengingkari janji tersebut.
7. Kerahasiaan (Confidentiality)
8. Hak (Right)
f. Diperlakukan secara adil dan jujur baik oleh institusi pelayanan maupun
oleh pasien
k. Mendapatkan penghargaan dan imbalan yang layak atas jasa profesi yang
diberikannya berdasarkan perjanjian atau ketentuan yang berlaku di institusi
pelayanan yang bersangkutan
Disamping beberapa hak perawat yang telah diuraikan diatas, dalam mencapai
keseimbangan hak perawat maka perawat juga harus mempunyai kewajibannya
sebagai bentuk tanggung jawab kepada penerima praktek keperawatan. (Claire
dan Fagin, 1975l,dalam Fundamental of nursing,Kozier 1991)
m. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah dibuat
sebelumnya terhadap institusi tempat bekerja.
Disamping beberapa hak dan kewajiban perawat, perawat juga harus mengenal
hak-hak pasien sebagai obyek dalam praktek keperawatan. Sebagai hak dasar
sebagai manusia maka penerima asuhan keperawatan juga harus dilindungi hak-
haknya, sesuai perkembangan dan tuntutan dalam praktek keperawatan saat ini
pasien juga lebih meminta untuk menentukan sendiri dan mengontrol tubuh
mereka sendiri bila sakit; persetujuan, kerahasiaan, dan hak pasien untuk
menolak pengobatan merupakan aspek dari penentuan diri sendiri. Hal-hal inilah
yang perlu dihargai dan diperhatikan oleh profesi keperawat dalam menjalankan
kewajibannya.
Tetapi dilain pihak, seorang individu yang mengalami sakit sering tidak mampu
untuk menyatakan hak-haknya, karena menyatakan hak memerlukan energi dan
kesadaran diri yang baik sedangkan dalam kondisi sakit seseorang mengalami
kelemahan atau terikat dengan penyakitnya dan dalam kondisi inilah sering
individu tidak menyadari akan haknya, disinilah peran seoran professional
perawat.
Oleh karena itu sebagai perawat professional harus menganal hak-hak pasien,
menurut Annas dan Healy, 1974, hak-hak pasien adalah sebagai berikut:
11) Mengetahui peraturan dan ketentuan Rumah Sakit yang harus diikutinya
sebagai pasien
12) Mengetahui peraturan dan ketentuan Rumah Sakit yang harus diikutinya.