Anda di halaman 1dari 10

KERANGKA ACUAN KEGIATAN / TERM OF REFFERENCE

SOSIALISASI BAHAYA NAPZA

Urusan Pemerintahan : 1.02 Urusan Wajib Kesehatan


Organisasi : 1.02.01 Dinas Kesehatan
Program : 1.02.1.02.01.16 Upaya Kesehatan Masyarakat
Kegiatan : 1.02.1.02.01.16.52 Sosialisasi Bahaya Napza

I. Pendahuluan

Penyalahgunaan napza akhir-akhir ini semakin meningkat, Indonesia bukan


lagi sebagai Negara tujuan peredaran narkoba, tapi sudah menjadai produsen
Narkoba. Pengguna narkoba sudah merambah semua golangan masyarakat,
mulai dari yang tua sampai yang muda, yang kaya dan miskin, generasi muda
sudah banyak yang terkena masalah napza. Hal ini juga terdapat di Kota
Pasuruan.Berdasarkan hal tersebut maka Dinas Kesehatan mengadakan
kegiatan Sosialisasi bahaya Napza kepada Masyarakat
Indikator dan tolak ukur capaian kegiatan adalah meningkatnya pelayanan
upaya kesehatan Masyarakat melalui terlaksanannya sosialisasi bahaya Napza
dengan target Kinerja 67% dan dukungan dana sebesar Rp 65.000.000,-

II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatnya pengetahuan sasaran terhadap NAPZA
2. Tujuan Khusus
a. Sasaran dapat memahami bahaya NAPZA, akibat dan pencegahannya
b. Sasaran dapat menginformasikan kepada teman SEBAYA tentang NAPZA;

III. Sasaran
Sasaran adalah pelajar SLTP dan SLTA yang ada di Kota Pasuruan (150 orang)

IV .Narasumber
1. POLRES Kota Pasuruan (1 orang)
2. Kemenag Kota Pasuruan (1 orang)
3. Dinas Pendidikan Kota Pasuruan (1 orang)
4. Dinas Kesehatan Kota Pasuruan (2 orang)

E. Jadwal
Maret dan Mei Tahun 2016
F. Rincian Penggunaan Anggaran Kegiatan
Honorarium rapat, seminar dan sejenisnya
Belanja Alat Tulis Kantor
Belanja Spanduk, Baliho, Poster
Belanja Cetak
Belanja Penggandaan
Belanja Makanan dan Minuman Rapat
Belanja Jasa Tenaga Ahli/ Intrukstur/ Narasumber dan sejenisnya

G. Anggaran
Biaya penyelenggaraan kegiatan ini dibebankan pada APBD II tahun anggaran
2016 berdasarkan DPA Dinas Kesehatan Kota Pasuruan dengan kode Kegiatan
1.02.1.02.01.16.52 Program Upaya Kesehatan Masyarakat kegiatan Sosialisasi
bahaya Napza sejumlah Rp. 65.000.000,- (Enam puluh lima juta rupiah)

Mengetahui, Pasuruan, Oktober


Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan 2015
Pelaksana

dr. Hendra Romadhon


NIP. 19701109 200212 1 002 Rosyidah Listiarini Kurnia,
S.KM
NIP. 19740314 199703 2
008
KERANGKA ACUAN KEGIATAN / TERM OF REFFERENCE
PENGAWASAN OBAT

Urusan Pemerintahan : 1.02 Urusan Wajib Kesehatan


Organisasi : 1.02.01 Dinas Kesehatan
Program : 1.02.1.02.01.17 Program Pengawasan Obat Dan Makanan
Kegiatan : 1.02.1.02.01.17.01 Pengawasan Obat

I. Pendahuluan

Obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan yang digunakan untuk


mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi termasuk produk biologi. Sampai saat
ini obat merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan dalam
pelayanan kesehatan. Dengan demikian obat memiliki fungsi sosial dan
seharusnya diutamakan dibandingkan dengan obat sebagai komoditas
perdagangan. Karena fungsi sosial tersebut maka harus terjamin kondisi-kondisi
secara berkelanjutan sebagai berikut :
1. Keamanan, khasiat dan mutu obat (melindungi masyarakat dari
penggunaan obat yg salah dan penyalahgunaan obat)
2. Terlaksananya penggunaan obat secara rasional.
3. Ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan (tepat biaya) terutama
obat esensial.
WHO mendefiniskan Penggunaan Obat Rasional (POR) atau Rational Use of
Drug (RUD) atau Rational Use of Medicine (RUM) adalah pasien penerima
pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan klinis mereka, dalam dosis
yang sesuai dengan kebutuhan individual, untuk jangka waktu yang
tepat dan dalam biaya terapi yg terendah bagi pasien maupun
komunitas mereka.
Berdasarkan definisi tersebut dapat kita simpulkan bahwa prinsip
penggunaan obat yang dilakukan secara rasional memiliki kriteria sbb :
1. Sesuai dengan kebutuhan klinis pasien.
2. Tepat dosis, cara, interval dan lama pemberian.
3. Biaya terapi yang terdiri dari biaya pengobatan dan harga obat itu sendiri
harus dipilih yang paling terjangkau bagi pasien dengan memperhatikan
kebutuhan klinis pasien.
Fakta yang ada menunjukkan bahwa ketidakrasionalan penggunaan obat sering
terjadi, seperti :
1. Polifarmasi
2. Penggunaan obat non esensial
3. Penggunaan antimikroba yang tidak tepat
4. Penggunaan injeksi secara berlebihan
5. Penulisan resep yang tidak sesuai dengan pedoman klinis
6. Ketidakpatuhan pasien (non-compliency) dan pengobatan sendiri secara
tidak tepat.
Implementasi penggunaan obat secara rasional dapat terlaksana denagn
baik jika regulasi yang telah ada dapat diterapkan dengan baik oleh pihak-pihak
terkait pengobatan. Dalam kenyataannya penerapan tersebut mengalami
kendala-kendala, seperti:
1. Keterjangkauan obat banyak dipengaruhi banyak aspek seperti geografis,
ekonomi, sosial politik serta persebaran penduduk. Efek dari keadaan
tersebut adalah keterbatasan pilihan obat yang ada.
2. Obat masih diutamakan sebagai komoditas perdagangan, sehingga
menghambat pelayanan kefarmasian yang baik. Hal ini terbukti dengan
harga obat yang pada umumnya dinilai masih mahal dengan struktur harga
yang tidak transparan disertai mekanisme harga yang diserahkan pada
pasar. Keadaan tersebut memberikan peluang bagi perusahaan farmasi
untuk mengganti merk dagang dengan zat aktif yang sama.
3. Manifestasi penggunaan obat secara tidak rasional yang dilakukan oleh
dokter seperti :
a. Dosis terlalu tinggi/ rendah
b. Obat toksik yang tidak diperlukan
c. Meresepkan obat yang tidak diperlukan (atau bahkan mahal)
d. Meresepkan obat yang dapat menimbulkan interaksi yang
membahayakan pasien (efek samping)
e. Meresepkan obat yang tidak ditunjang bukti ilmiah evidence based
medicine (EBM) misalnya food supplement
f. Polifarmasi
g. Meresepkan obat berdasarkan apa yang diresepkan seniornya
h. Informasi obat yang tidak obyektif (dokter mendapatkan informasi obat
sebagian besar dari perusahaan farmasi).
i. Masih rendahnya informasi dan edukasi bagi masyarakat. Bersikap
pasrah terhadap penanganan pengobatan, tidak memberikan informasi
secara baik dalam proses diagnose (komunikasi buruk antara dokter-
pasien), desakan pasien terhadap dokter, serta tidak patuh dalam proses
pengobatan merupakan kenyataan yang banyak terjadi dan tidak dapat
dipungkiri. Selain itu masih adanya mitos mitos seperti :
1. Obat generik adalah obat murahan dan mutunya rendah
2. Obat originator adalah adalah yang terbaik
3. Vitamin, suplemen makanan, obat herbal diperlukan untuk menjaga
kesehatan dll.
Untuk itu maka perlu disusun rumusan tentang pengobatan rasional yang
sesuai dengan pedoman dan peraturan yang berlaku sehingga dapat dipakai
sebagai pedoman bagimpetugas kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan bagi pasien sesuai dengan pengggunaan obat secara rasional.
Indikator dan tolak ukur capaian kegiatan adalah obat, kosmetika dan
perbekalan kesehatan rumah tangga yang beredar memenuhi syarat dan
peraturan perundangan-undangan serta aman bagi masyarakat dengan target
Kinerja20% dan dukungan dana sebesar Rp 77.500.000,-

II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Obat, kosmetika dan perbekalan kesehatan rumah tangga yang beredar
memenuhi syarat dan peraturan perundangan-undangan serta aman bagi
masyarakat
2. Tujuan Khusus
a. Terlaksananya pembinaan, pengawasan dan pengendalian pada
a.1) Apotik dan Toko Obat
a.2) Distributor Kosmetika
a.3) Distributor Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
b. Terlaksananya pertemuan penyuluhan kelompok pada masyarakat (dengan
materi pemilihan obat secara benar dan rasional
c. Terlaksananya pertemuan pengelola apotek (pengelola/penanggung jawab
dan apoteker)

III. Sasaran
Apotik dan toko obat
Distributor Kosmetika
Distributor Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
Kelompok Masyarakat
pengelola apotek (pengelola/penanggung jawab dan apoteker)

IV .Narasumber
1. Tenaga Ahli Profesional tentang pengobatan Rasional
2. Kabid Yankes
3. Seksi Farmakmin
4. Petugas Puskesmas terkait sebagai petugas pendataan
E. Jadwal
Maret, Juni dan Agustus Tahun 2016
F. Rincian Penggunaan Anggaran Kegiatan
Honorarium Tim Teknis Kegiatan
Honorarium rapat, seminar dan sejenisnya
Belanja Alat Tulis Kantor
Belanja Spanduk, Baliho, Poster
Belanja Cetak
Belanja Penggandaan
Belanja Makanan dan Minuman Rapat
Belanja Jasa Tenaga Ahli/ Intrukstur/ Narasumber dan sejenisnya
G. Anggaran
Biaya penyelenggaraan kegiatan ini dibebankan pada APBD II tahun anggaran
2016 berdasarkan DPA Dinas Kesehatan Kota Pasuruan dengan kode Kegiatan
1.02.1.02.01.17.01 Program Pengawasan Obat dan Makanan, kegiatan
Pengawasan Obat sejumlah Rp. 77.500.000,- (Tujuh Puluh Tujuh Juta Lima Ratus
Ribu Rupiah)

Mengetahui, Pasuruan, Oktober


Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan 2015
Pelaksana

dr. Hendra Romadhon


NIP. 19701109 200212 1 002 Rosyidah Listiarini Kurnia,
S.KM
NIP. 19740314 199703 2
008
KERANGKA ACUAN KEGIATAN / TERM OF REFFERENCE
PENGAWASAN OBAT

Urusan Pemerintahan : 1.02 Urusan Wajib Kesehatan


Organisasi : 1.02.01 Dinas Kesehatan
Program : 1.02.1.02.01.17 Program Pengawasan Obat Dan Makanan
Kegiatan : 1.02.1.02.01.17.02 Pengawasan Makanan dan Minuman

I. Pendahuluan

Pemenuhan pangan yang aman dan bermutu merupakan hak asasi setiap
manusia, tidak terkecuali pangan yang dihasilkan oleh Industri Rumah Tangga
Pangan (IRTP). Dalam rangka produksi dan peredaran pangan oleh IRTP, pasal
43 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan
Gizi Pangan mengamanatkan bahwa pangan olahan yang diproduksi oleh
industry rumah tangga wajib memiliki Sertifikat Produksi Pangan Industri
Rumah Tangga (SPP-IRT) yang diterbitkan oleh Bupati/ Walikota dan Kepala
Badan POM menetapkan pedoman pemberian SPP-IRT.
Salah satu persyaratan yang diperlukan untuk mengajukan SPP-IRT
adalah diperolehnya sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan, dimana sertifikat
ini diberikan kepada Pangan Industri Rumah Tangga yang telah mengikuti
Penyuluhan Keamanan Pangan dan minimal memperoleh nilai cukup (60). Untuk
memenuhi penerbitan sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan ini maka Dinas
Kesehatan Kota Pasuruan memfasilitasi penyelenggaraan kegiatan ini dengan
sumber dana alokasi umum Pemerintah Kota Pasuruan Tahun Anggaran 2016.
Indikator dan tolak ukur capaian kegiatan adalah Pangan Industri Rumah
Tangga (PIRT) yang beredar memenuhi syarat dan peraturan perundangan-
undangan serta aman bagi masyarakat dengan target Kinerja20% dan
dukungan dana sebesar Rp 20.000.000,-

II. Tujuan
1. Tujuan Umum
PIRT yang didaftarkan pada Dinas Kesehatan memenuhi syarat dan peraturan
perundangan yang berlaku serta aman bagi masyarakat
2. Tujuan Khusus
a. Terlaksananya penyuluhan Keamanan Pangan (PKP) bagi PIRT sebagai
syarat untuk memperoleh ijin edar PIRT
b. PIRT yang lulus PKP dapat memperoleh nomor P-IRT
c.PIRT yang telah memperoleh ijin edar telah memenuhi syarat kesehatan dan
peraturan perundangan yang berlaku

III. Sasaran
P-IRT yang telah mendaftar ke Seksi Farmakmin untuk mengikuti PKP
IV .Narasumber
Tenaga PKP dan DFI (District Food Inspector)
Kasubag Registrasi dan Akreditasi
Kasi Farmakmin
E. Jadwal
Juni Tahun 2016
F. Rincian Penggunaan Anggaran Kegiatan
Honorarium Tim Teknis Kegiatan
Honorarium rapat, seminar dan sejenisnya
Belanja Alat Tulis Kantor
Belanja Cetak
Belanja Penggandaan
Belanja Makanan dan Minuman Rapat
Belanja Jasa Tenaga Ahli/ Intrukstur/ Narasumber dan sejenisnya

G. Anggaran
Biaya penyelenggaraan kegiatan ini dibebankan pada APBD II tahun anggaran
2016 berdasarkan DPA Dinas Kesehatan Kota Pasuruan dengan kode Kegiatan
1.02.1.02.01.17.02 Program Pengawasan Obat dan Makanan, kegiatan
Pengawasan Makanan dan Minuman sejumlah Rp. 20.000.000,- (Dua Puluh Juta
Rupiah)

Mengetahui, Pasuruan, Oktober


Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan 2015
Pelaksana

dr. Hendra Romadhon


NIP. 19701109 200212 1 002 Rosyidah Listiarini Kurnia,
S.KM
NIP. 19740314 199703 2
008
KERANGKA ACUAN KEGIATAN / TERM OF REFFERENCE
PENGAWASAN OBAT

Urusan Pemerintahan : 1.02 Urusan Wajib Kesehatan


Organisasi : 1.02.01 Dinas Kesehatan
Program : 1.02.1.02.01.18 Program Pengembangan Obat Asli Indonesia
Kegiatan : 1.02.1.02.01.18.08 Pembinaan Pembuat Obat Asli Indonesia

I. Pendahuluan

Obat tradisional di Indonesia yang dikenal dengan nama jamu merupakan


bagian dari budaya bangsa sejak berabad-abad lalu dan didasarkan pada
pengetahuan empiris. Produk obat tradisional yang dikonsumsi masyarakat
69,26% merupakan produk Industri Kecil Obat Tradisional. Data pengawasan
obat tradisional tahun 2011 menunjukkan bahwa dari 11.262 sampel obat
tradisional, 19,41% tidak memenuhi syarat. Untuk melindungi masyarakat dari
hal-hal yang merugikan kesehatan sebagai akibat dari pembuatan obat
tradisional yang tidak memenuhi syarat mutu serta untuk menjamin
keamanan, kemanfaatan, mutu diperlukan proses produksi yang memadai.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 006 tahun 2012 tentang
Industri dan Usaha Obat Tradisional dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
007 tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional dan Peraturan Kepala
Badan POM RI Nomor HK.03.1.23.06.11.5629 tahun 2011 tentang Persyaratan
Teknis Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik, Kementerian Kesehatan
berwenang untuk melaksanakan pembinaan terhadap sarana produksi obat
tradisional.
Pembinaan dilakukan dalam rangka mendukung pengembangan usaha di
bidang obat tradisional dan sekaligus melindungi masyarakat dari peredaran
obat tradisional yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan
manfaat. Pembinaan yang dilakukan terhadap usaha jamu gendong meliputi
pembinaan yang bersifat teknis dan non teknis..
Indikator dan tolak ukur capaian kegiatan adalah meningkatnya pembinaan
dalam rangka pengembangan obat asli Indonesia dengan target Kinerja 20%
dan dukungan dana sebesar Rp 20.000.000,-

II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terbinanya Pembuat Obat Asli Indonesia / Jamu
2. Tujuan Khusus
Sarana produksi yang memenuhi syarat
Sarana distribusi yang memenuhi syarat
Pembuat Jamu yang memenuhi syarat higiene dan sanitasi

III. Sasaran
Pembuat Jamu Gendong dan Distributor Jamu
IV .Narasumber
Kabid Yankes
Kasi Farmakmin
E. Jadwal
Agustus Tahun 2016
F. Rincian Penggunaan Anggaran Kegiatan
Honorarium Tim Teknis Kegiatan
Honorarium rapat, seminar dan sejenisnya
Belanja Alat Tulis Kantor
Belanja Spanduk, Baliho, Poster
Belanja Penggandaan
Belanja Makanan dan Minuman Rapat
Belanja Jasa Tenaga Ahli/ Intrukstur/ Narasumber dan sejenisnya

G. Anggaran
Biaya penyelenggaraan kegiatan ini dibebankan pada APBD II tahun anggaran
2016 berdasarkan DPA Dinas Kesehatan Kota Pasuruan dengan kode Kegiatan
1.02.1.02.01.18.08 Program Pengembangan Obat Asli Indonesia, kegiatan
Pembinaan Pembuat Obat Asli Indonesia sejumlah Rp. 20.000.000,- (Dua Puluh
Juta Rupiah)

Mengetahui, Pasuruan, Oktober


Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan 2015
Pelaksana

dr. Hendra Romadhon


NIP. 19701109 200212 1 002 Rosyidah Listiarini Kurnia,
S.KM
NIP. 19740314 199703 2
008

Anda mungkin juga menyukai