Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Anestesiologi Indonesia

PENELITIAN

Meperidin, ketamin dan klonidin efektif untuk terapi menggigil pada


Sectio Secaria dengan anestesi spinal

Meperidine, ketamine and clonidine effective for the treatment of shivering in


Sectio Secaria with spinal anesthesia

Uripno Budiono *
Bagian Anestesi dan Terapi Intensif FK Universitas Diponegoro/ RSUP dr Kariadi, Semarang
Dokter mitra pada RS Panti Wilasa, Citarum, Semarang
*Korespondensi/correspondence: uripnobudiono@gmail.com

ABSTRACT
Background : Spinal anesthesia is a common anesthesia procedure for caesarian
section, but it can cause shivering during perioperative period. Shivering cause patient
discomfort, harm the patient and disrupt peri- and postoperative monitoring.
Ondansetron, meperidine, clonidine, and ketamine are drugs that can overcome
shivering.
Objective: to know the incidence of shivering in caesarian section patients who
received ondansetron preoperative, and assess the effectiveness of shivering therapy :
meperidine, clonidine, and ketamine in caesarian section with spinal anesthesia
Methods: caesarian section patients with spinal anesthesia who meet the inclusion and
exclusion criteria, given premedication atropine sulfate 0.25 mg and 4 mg
ondansetron half an hour before operation. Spinal anesthesia usinf hyperbaric
bupivacaine. If hypotension occured were treated with ephedrine, in the event of
bradycardia given atropine sulfate. We observed on the onset and severity of
shivering. Patients who shivered then grouped into 3 groups. M group treated with 25
mg of meperidine. K group treated with 25 mg of ketamine and L group received 75
mcg clonidine therapy. Treatment response was measured from the injection treatment
until loss of shivering. Treatment was considered successful when within 15 minutes of
shivering disappear. We also measured sedation scores and adverse effects like
nausea, vomiting, bradycardia, hypotension, a sign of allergies, delirium, respiratory
depression and other side effects. If side effects occur treated in an appropriate
manner.
Results: Shivering occurred in 46% of patients. The three groups showed no
significant difference, both in terms of response to therapy and therapeutic efficacy.
Conclusion: Shivering occurred in 46% of caesarian section patients with spinal

Volume VII, Nomor 2, Tahun 2015


120
Terakreditasi DIKTI dengan masa berlaku 3 Juli 2014 - 2 Juli 2019
Dasar SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 212/P/2014
Jurnal Anestesiologi Indonesia

anesthesia who received ondansetron preoperative. Meperidine, ketamine and clonidine


effective and have the same effectiveness for shivering treatment in caesarian section patients
with spinal anesthesia.
Keywords: shivering, caesarian section, ondansetron, meperidine, ketamine, clonidine

ABSTRAK
Latar Belakang : Anestesi spinal banyak dilakukan pada sectio cesarea, tetapi anestesi spinal
dapat menimbulkan menggigil pada periode perioperatif. Menggigil menyebabkan pasien tidak
nyaman, membahayakan pasien dan mengacaukan pemantauan peri dan postoperatif.
Ondansetron, meperidin, klonidin, dan ketamin adalah obat-obatan yang dapat mengatasi
menggigil.
Tujuan: mengetahui angka kejadian menggigil pada section secaria pada pasien yang
mendapat ondansetron, dan menilai efektivitas terapi menggigil dari meperidin, klonidin, dan
ketamin pada sectio secaria dengan anestesi spinal
Metode: pasien pasien sectio secaria dengan anestesi spinal yang memenuhi kriteria inklusi
dan ekslusi, diberikan premedikasi 0,25 mg sulfas atropin dan 4 mg ondansetron setengah jam
sebelum tindakan . Dilakukan anestesi spinal dengan bupivakain hiperbarik. Bila terjadi
hipotensi diterapi dengan efedrin, bila terjadi bradikardi diberikan sulfas atropin. Dilakukan
pengamatan pada onset dan beratnya menggigil. Pasien yang menggigil kemudian
dikelompokkan kedalam 3 kelompok. Kelompok M diterapi dengan 25 mg meperidin.
Kelompok K mendapat terapi 25 mg ketamin dan kelompok L mendapat terapi 75 mcg
klonidin. Respon terapi diukur sejak penyuntikan terapi sampai hilangnya menggigil. Terapi
dianggap berhasil bila dalam waktu 15 menit tanda menggigil hilang. Dilakukan pengamatan
tentang skor sedasi dan efek samping mengenai nausea, vomitus, bradikardi, hipotensi,tanda
alergi, mengigau, depresi respirasi dan efek samping yang lain. Bila terjadi efek samping
diterapi dengan cara yang sesuai.
Hasil: Menggigil terjadi pada 46% pasien. Ketiga kelompok menunjukkan perbedaan yang
tidak bermakna, baik dalam hal respon terapi maupun keberhasilan terapi.
Simpulan: Menggigil terjadi pada 46% pasien sectio secaria dengan anestesi spinal yang
mendapat ondansetron sebelumnya. Meperidin, ketamin dan klonidin efektif dan mempunyai
efektivitas yang sama untuk terapi menggigil pada sectio secaria dengan anestesi spinal.
Kata kunci : menggigil, sectio caesaria, ondansentron, meperidin, ketamin, klonidin

PENDAHULUAN
Anestesi spinal banyak dilakukan erjakan, onsetnya cepat dan obat anestesi lo-
pada sectio secaria, karena mudah dik- kal yang digunakan sedikit, sehingga resiko

Volume VII, Nomor 2, Tahun 2015 121


Jurnal Anestesiologi Indonesia

toksisitas pada ibu dapat dibatasi. dan epidural menurunkan ambang batas
Selain itu transfer obat tersebut termoregulator 13.
kedalam bayi juga kecil, sehingga resi- Pada umumnya menggigil diat-
ko toksik pada bayi juga kecil. asi dengan cara menghangatkan pasien
Salah satu komplikasi anestesi dan memberikan obat obatan antara lain
spinal adalah terjadinya menggigil pada memperidin, ondansentron, clonidin,
periode perioperatif. Menggigil me- dan ketamin.
nyebabkan pasien tidak nyaman dan Meperidin telah banyak
dapat membahayakan pasien, karena digunakan untuk mencegah atau terapi
dapat terjadi kenaikan kebutuhan oksi- menggigil perioperatif, mekanismenya
gen dan produksi CO2 1,2,3, pelepasan belum jelas, diduga mempunyai efek
katekolamin 1 meningkatnya cardiac pada pusat termoregulator melalui
output, takikardi dan hypertensi 4,5, reseptor opioid kappa 14. Tetapi mempu-
meningkatnya tekanan intra oculi 6, nyai kekurangan antara lain menyebab-
meningkatnya tekanan intra cranial 7, kan nausea, vomitus, bronkospasme dan
menurunnya saturasi oksigen mixed penurunan tekanan darah. Penurunan
vena 8, dan mengacaukan monitor 9,10. tekanan darah akan memperberat hipo-
Sebab terjadinya menggigil pa- tensi yang dapat terjadi pada anestesi
da anestesi spinal belum jelas, menggi- spinal.
gil merupakan kontraksi otot berulang Clonidin mempunyai sifat se-
ulang sebagai refleks proteksi untuk bagai agonis partial alpha 2 sehingga
meningkatkan produksi panas. Pada dapat menurunkan aktifitas simpatis,
lingkungan yang dingin suhu tubuh di- karena itu clonidin akan melawan
pertahankan oleh efek simpatis berupa reseptor adrenergik sentral yang diduga
vasokonstriksi. Anestesi spinal me- berperan dalam pengaturan menggigil.
nyebabkan blok syaraf simpatis setinggi Clonidin akan menurunkan ambang ba-
segmen yang terkena, menyebabkan tas menggigil dan vasokonstriksi 15,16.
vasodilatasi pada daerah yang terkena Clonidin mempunyai kekurangan antara
blok. Untuk mempertahankan suhu lain menimbulkan sedasi, bradikardi,
tubuh maka terjadilah redistribusi atau atau turunnya tekanan darah 17, yang
terjadi aliran pemindahan panas dari dapat memperberat hipotensi dan bradi-
daerah yang tidak terkena blok menuju kardi yang terjadi pada anestesi spinal.
kedaerah yang terkena blok, karena itu Ketamin adalah suatu antagonis
dperlukan peningkatan produksi panas kompetitif reseptor N Metil D Aspartat
didaerah yang tidak terkena blok 11. Pa- (NMDA) berperan dalam pengaturan
da regional anestesi juga terjadi panas pada berbagai tingkatan. Reseptor
gangguan termoregulator akibat ter- NMDA melakukan pengaturan fungsi
jadinya hambatan informasi termal pa- neuron adrenergik dan serotonergik
da syaraf afferent 12. Anestesi spinal dilokus caroleus, kemungkinan mengen-

122
Jurnal Anestesiologi Indonesia

dalikan menggigil dengan cara termo- clonidin dan meperidin pada pasien
genesis non shivering melalui aksinya pasien tersebut.
di hipothalamus atau menggunakan
efek beta adrenergik dari norepineprin METODE
18
. Ketamin dapat dipakai untuk Angka kejadian menggigil
mengatasi menggigil pada pasien hip- didapat dengan mengamati 200 ibu
potensi, bradikardi atau depresi hamil aterm yang menjalani sectio
respirasi yang dapat terjadi pada pasien secaria dengan anestesi spinal dirumah
pasien yang mendapat anestesi spinal. sakit Panti Wilasa Citarum Semarang
Tetapi mempunyai kekurangan karena pada tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013.
dapat menyebabkan halusinasi, deliri-
Sebagai persyaratan adalah usia
um, mengantuk, takikardi, mening-
18 40 tahun, status fisik ASA I II,
katnya tekanan intra kranial dan
tidak ada kontra indkasi pada tindakan,
tekanan intra oculi 19.
riwayat alergi dan kontra indikasi pada
Ondansentron adalah obat anti obat obat yang digunakan, tidak obesi-
emetik yang merupakan antagonis 5 tas, bukan preeklamsi berat, tidak da-
Hidroksi Triptamin 3 (5HT3) spesifik
20
lam keadaan demam, panas atau
. 5HT3 atau serotonin adalah suatu menerima transfusi darah dan setuju
amin yang terdapat didalam otak dan dilakukan tindakan tersebut.
medula spinalis berperan dalam neuro-
Semua pasien mendapat 0,25
transmisi 21. Penyuntikan 5HT intra
mg Sulfas Atropin dan 4 mg On-
ventrikel pada binatang percobaan me-
dansetron i.m setengah jam sebelum
nyebabkan menggigil, vasokonstriksi
tindakan. Kemudian diberikan infus
dan meningkatnya core temperatur
22,23 500 cc ringer laktat menggunakan kate-
. Karena itu sebagai antagonis
ter intra vena no 20 yang dipasang pada
5HT3 spesifik ondansentron dapat
lengan atas. Cairan tersebut diberikan
dipakai untuk mencegah menggigil
dalam waktu 20 30 menit.
perioperatif. Keuntungan pemakaian
Anestesi spinal dilakukan pada
ondansentron mempunyai kelebihan
spasium intervertebra L3-4 dengan po-
dibanding antimenggigil yang efeknya
sisi duduk. Dilakukan asepsis dan anti-
sentral seperti ketiga obat diatas, kare-
septik pada punggung dilanjutkan
na ondansentron tidak menimbulkan
dengan suntikan 1 cc lidokain 2% un-
pengaruh pada hemodinamik 24.
tuk anestesi lokal, dilanjutkan dengan
Tujuan dari penelitian ini ada-
anestesi spinal memakai bupivakain
lah mengetahui angka kejadian meng-
hiperbarik.
gigil pada sectio secaria dengan
Pasien kemudian dibaringkan
anestesi spinal yang mendapat on-
terlentang, posisi meja operasi diatur
dansentron. Selain itu menilai efektifi-
agar dicapai blok sensorik setinggi T7-
tas terapi mengigil dari ketamin,
T8, kemudian meja operasi dibuat hori-

Volume VII, Nomor 2, Tahun 2015 123


Jurnal Anestesiologi Indonesia

zontal, pasien diberi oksigen 3 l per lompok CL adalah pasien yang


menit melalui kanula hidung, dipasang mendapat 75 mcg klonidin. Juga dil-
kateter urin, diselimuti dilnjutkan sectio akukan pengamatan mengenai keluhan
secaria dengan irisan pfanen stiel oleh pasien seperti mual, muntah atau ke-
dokter spesialis kebidanan. lainan lain, bila terjadi mual atau
Monitoring menggunakan pulse muntah diberi 10 mg metoklopramid
oksimetri dan tensimeter non invasif intra vena. Apgar skor dinilai oleh dok-
otomatis setiap 5 menit. Bila tekanan ter spesialis anak.
darah sistolik turun 20% atau lebih Juga dilakukan pengamatan ten-
dibanding awal atau dibawah 90 mmHg tang efek samping mengenai kesadaran,
pasien diberi 10 mg efedrin bolus intra tanda alergi, mengigau, depresi
vena. Bila terjadi bradikardi diberi sul- respirasi, dan efek samping yang lain.
fas atropin intra vena. Penilaian mengenai kesadaran
Derajat menggigil ditentukan dilakukan dengan skor sedasi. 0 :
seperti penelitian yang dilakukan oleh bangun sepenuhnya. 1 : sedasi ringan
Crossley dan Mahajan 25 sebagai beri- tapi mengantuk. 2 : mengantuk tapi ada
kut 0 : Tidak menggigil, 1 : Terlihat respon dari perintah. 3 : tidur tapi masih
salah satu atau keduanya, pillo ereksi, dapat dibangunkan. 4 : tidur tidak dapat
vasokontriksi perifer tetapi tidak ter- dibangunkan.
lihat aktifitas otot, 2 : Terlihat aktifitas Respon terapi diukur dari saat
pada satu grup otot, 3 : Terlihat aktifitas melakukan terapi sampai tanda meng-
lebih dari satu grup otot, 4 : Terlihat gigl tidak terlihat, dianggap berhasil
menggigil pada seluruh otot. bila menggigil tidak terlihat lagi, diang-
Onset terjadinya menggigil gap gagal bila dalam waktu 15 menit
diukur dari saat selesai melakukan tanda menggigil tidak hilang. Kemudi-
penyuntikan bupivacain sampai terlihat an diterapi ulang.
menggigil.
Pasien menggigil derajat 3 dan HASIL
4 atau menggigil derajat 1 dan 2 yang Didapat 200 pasien, 92 (46%)
merasa tidak nyaman diberi terapi diantaranya mengalami menggigil.
dengan meperidin, ketamin, atau Semuanya dimulai dengan piloereksi
klonidin. Untuk menilai efektifitas tera- yang kemudian berkembang menjadi
pi diambil dari pasien menggigil dera- tremor intermitten pada otot rahang,
jat 3 dan 4, kemudian dikelompokan diikuti pada wajah, kemudian leher,
sesuai dengan obat yang diberikan se- dada, selanjutnya ekstremitas atas.
bagai berikut. Kelompok M adalah Kemudian tremor menjadi menetap.
pasien yang mendapat 25 mg meperidin Melihat hal tersebut maka derajat be-
intra vena. kelompok K adalah pasien ratnya menggigil berkembang dari rin-
yang mendapat 25 mg ketamin. Ke- gan ke berat sesuai dengan ber-

124
Jurnal Anestesiologi Indonesia

tambahnya waktu. Dari 92 pasien orang dari kelompok CL. Skor sedasi
menggigil 7 orang berkembang hanya terendah didapat pada kelompok K.
sampai derajat 2, 9 orang menetap pada Hasil selengkapnya terlihat pada tabel
derajat 1. Sehingga yang dimasukkan 1.
dalam penilaian respon terapi sebanyak
76 orang. Semua kejadian menggigil
PEMBAHASAN
terlihat setelah bayi berhasil dilahirkan.
Semua sampel dari penelitian
Untuk menjaga keselamatan dan
ini mendapat 4 mg ondansentron I.M
kenyamanan pasien maka terapi meng-
setengah jam sebelum dilakukan
gigil dilakukan pada saat menggigil
anestesi spinal. Ondansetron adalah
mencapai derajat 3, sehingga tidak
obat aniemetik yang merupakan antago-
didapat pasien menggigil derajat 4.
nis 5HT spesifik sehinga mempunyai
Dari 76 pasien yang menggigil sifat anti menggigil. Tetapi dalam
tersebut 26 orang mendapat terapi 25 penelitian ini masih dijumpai angka
mg meperidin (kelompok M), 25 orang menggigil yang mencapai 46% jauh
mendapat terapi 25 mg ketamin lebih tinggi dari penelitian yang dil-
(kelompok K), dan 25 orang mendapat akukan oleh Shakya maupun Kelsaka.
terapi 75 mcg klonidin (kelompok CL). Shakya memberikan 4 mg ondansen-
Data data mengenai umur, BMI, tron I.V sesudah anestesi spinal dil-
tekanan darah sistol, tekanan darah di- akukan mendapatkan angka menggigil
astol, frekuemsi denyut nadi dan onset 8% 26. Sementara Kelsaka memberikan
terjadinya menggigil menunjukkan 8 mg ondansentron I.V sesudah anestesi
koefisien varian kurang dari 30% se- spinal dilakukan mendapatkan angka
hingga data terdistribusi normal. Dari menggigil 10% 27.
analisa statistik one way ANOVA keti- Perbedaan ini mungkin karena
ga kelompok tersebut menunjukkan dua penelitian tersebut memberikan on-
perbedaan yang tidak bermakna dansentron secara I.V, tidak
(p>0,05) sehingga ketiga kelompok ter- menggunakan premedikasi sulfas atro-
sebut dianggap homogen dan memen- pin dan kasusnya bukan ibu hamil.
uhi syarat untuk dibandingkan dalam Tetapi dari penelitian Browning dkk.
penelitian. Kemungkinan tersebut tidak tebukti
Respon terapi dan hasil terapi seluruhnya, Browning memberikan 8
ketiga kelompok juga menunjukkan mg ondansentron IV pada ibu sectio
perbedaan yang tidak bermakna secaria menjelang anestesi CSE dil-
(p>0,05). akukan mendapatkan angka menggigil
Efek samping mual muntah 41% pada kelompok ondansetron dan
semua terjadi pada saat rongga perut 47% pada kelompok placebo. Agka
dibersihkan, hal ini terjadi pada semua menggigil berat mencapai 32% pada
kelompok. Bradikardi terjadi pada 3 kelompok ondansetron dan 33% pada

Volume VII, Nomor 2, Tahun 2015 125


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Tabel 1.

Variabel M K CL p
n=26 n=25 n=25

Umur 25,7 5,1 25,9 5 25,6 5,3 0,644*

BMI 24,9 1,8 24,8 1,7 25,1 1,5 0,832*

Sistole 122 6,2 121 6,4 123 6,1 0,646*

Diastole 79 4,6 80 5,4 78 5,2 0,641*

Nadi 80 4,3 81 3,8 80 4,1 0,653*

Onset Mengigil 12,2 2,2 11 2,6 12 2,4 0,549*


Respon terapi 4,2 1,2 4,3 1,2 4,2 1,2 0,511*
Hasil Terapi
Berhasil 25 25 24
0,21o
Tidak berhasil 1 0 1
Efek Samping
Mengigau - 4 -
Bradikardi - - 3
Hipotensi - - -
Alergi - - -
Nausea 3 3 3
Vomitus 1 1 1
Skor Sedasi
0 20 - 19 0,283(M:K)o
1 5 4 5 0,021(M;CL)o
2 - 15 - 0,021(K;CL)o
3 - 6 -
Keterangan
* One Way ANNOVA
o
Chi Square

126
Jurnal Anestesiologi Indonesia

kelompok placebo. Dari penelitian ini dosis tiggi dapat menurunkan komsum-
Browning berpendapat bahwa profil- si oksigen dan mengurangi insiden
aksis ondansetron tidak dapat menggigil 34.
mencegah menggigil dan tidak bisa Faktor lain yang berpengaruh
mengurangi beratnya menggigil pada pada tingginya angka menggigil pada
sectio secaria dengan CSE 28. Dari peneitian ini adalah diguakannya sulfas
penelitian Komatsu disimpulkan bahwa atropin untuk premedikasi. Hal ini ter-
ondansetron tidak merubah core tem- lihat dari penelitian Baxendale dimana
peratur dan ambang batas pemicu vaso- premedikasi dengan obat obat anti ko-
konstriksi dan menggigil 29. linergik meningkatkan insiden dan
Pada penelitian ini insiden memperberat menggigil postoperasi 35.
menggigil mencapai 46%, lebih rendah Onset terjadinya menggigil pada
dibanding angka kejadian menggigil penelitian ini sekitar 12 menit, lebih
pada kelompok kontrol dari penelitian pendek dari penelitian Tsai dan Chu
Abdelrachman pada anestesi spinal yan berkisar antara 15- 26 menit, hal ini
sebesar 55% 30, lebih rendah dari ke- mumngkin karena penelitian Tsai dan
lompok placebo yang didapat dari Chu dilakukan pada sectio secaria
penelitian Lone pada anestesi spinal dengan epidural 36 dimana anestesi epi-
untuk tindakan urologi sebesar 65% 31. dural membutuhkan onset yang lebih
Angka pada penelitian ini juga lebih lama dibandingkan anestesi spinal.
rendah dari angka kejadian menggigil Pada penelitian ini meperidin,
pada anestesi neuraxial sebesar 55% ketamin, maupun klonidin ketiganya
yang didapat dari analisa crowley dan efektif dan sama kuat untuk terapi
Buggy dari 21 penelitian 32. Tetapi ang- menggigil pada anestesi spinal, ketiga
ka menggigil pada penelitian ini kelompok berbeda tidak bermakna,
melebihi angka menggigil pada ke- menggigil dapat dihilangkan dalam kis-
lompok kontrol dari penelitian Shakya aran waktu sekitar 4 menit setelah tera-
sebesar 42,5% 26 maupun kelompok pi.
kontrol dari penelitian Kelsaka sebesar
Meperidin mempunyai efek pa-
36% 27.
da pusat termoregulator melalui
Hal tersebut mungkin karena reseptor opioid kappa sehingga dapat
penelitian Shakya maupun Kelsaka me- mengatasi menggigil 14. Penelitian
makai premedikasi diazepam yang sebelumnya telah menunjukan bahwa
menjadi faktor penyebab rendahnya meperidin dapat mengatasi menggigil
angka menggigil. Hal ini didukung oleh baik diberikan secara I,V 37,38,39, intrate-
penelitian Goold yang meyimpulkan kal 40,41,42,43 maupun epidural 44. Pada
bahwa diazepam dapat mengurangi in- penelitian ini meperidin dapat
siden menggigil pasca anestesi dengan menghilangkan menggigil dala waktu
halotan 33. Sementara dari penelitian 4,2 1,2 menit, hampir sama dengan
Hostler disimpulkan bahwa diazepam

Volume VII, Nomor 2, Tahun 2015 127


Jurnal Anestesiologi Indonesia

penelitian Tsai dan Chu, terapi meperi- mencegah menggigil pasca anestesi
din I.V dapat menghilangkan menggigil umum, hal ini terlihat dari penelitian
dalam waktu 4,2 2,3 menit pada Mohammadi 50. Dari penelitian Lone
anestesi epidural 36. didapat bahwa klonidin oral efektif
Sebagai antagonis reseptor mencegah menggigil pada anestesi spi-
NMDA, ketamin dapat mengatasi nal 31. Tetapi bila diberikan secara in-
menggigil postoperasi 18
. Dari tratekal klonidin tidak mengurangi in-
penelitian Dal terbukti bahwa ketamin siden menggigil, hal ini terlhat dari
0,5 mg /kgbb efektif mencegah menggi- penelitian Jeon 51. Selain untuk
gil pasca anestesi umum 45. Sementara pencegahan klonidin juga efektif untuk
dari penelitian Sarim didapat bahwa terapi menggigil pasca anestesi 16.
efektifitas ketamin 0,25 mg/kgbb sama Klonidin juga efektif mengatasi meng-
dengan petidin 0,5 mg/kgbb dalam gigil pada anestesi epidural untuk per-
mencegah menggigil pasca anestesi salinan 52. Hasil dari penelitian ini
umum46. Ketamin juga efektif klonidin sama efektifitasnya dengan
mencegah menggigil pada anestesi spi- meperidin untuk terapi menggigil pada
nal. Dari peneltian Sagir terlihat bahwa sectio secaria dengan anestesi spinal.
ketamin 0,5 mg/kgbb efektif mencegah Hal yang sama didapat dari penelitian
menggigil pada anestesi spinal dan tid- Mercadante dimana klonidin sama
ak didapat pasien yang menggigil 47. efektifnya dengan petidin untuk terapi
Sementara dari peneitian Shakiya keta- menggigil post partum dengan anestesi
min 0,25 mg/kgbb juga efektif epidural 53.
mencegah menggigil pada anestesi spi- Pada penelitian ini terapi meng-
nal tetapi masih didapat 1 dari 40 gigil semuanya dilakukan setelah bayi
pasien yang menggigil 26. Sementara dilahirkan, sehingga obat obat tersebut
dari penelitian ini ketamin efektif untuk tidak berpengaruh pada bayi.
terapi menggigil pada anestesi spinal, Pada penelitian ini tidak ada
disini juga terlihat bahwa ketamin sama menggigil derajat 4 karena semua
efektifnya dengan meperidin naupun pasien dengan kategori menggigil dera-
klonidin. jat 3 sudah mendapat terapi sehingga
Klonidin dapat mengatasi tidak bisa diketahui berapa jumlah
menggigil karena sifatnya sebagai ago- pasien menggigil terberat dan seberapa
nis partial alpha2 15. Klonidin I.V yang besar efektivitas respon terapi pada
diberikan pada saat induksi dapat men- menggigil derajat terberat ini merupa-
gurangi insiden menggigil pasca kan keterbatasan penelitian.
anestesi umum 48. Efektifitas maksimal Keterbatasan penelitian yang
untuk mencegah menggigil pasca lain adalah mual muntah terjadi pada
anestesi didapat bila klonidin diberikan semua kelompok dan terjadi pada saat
I.V pada akhir operasi 49. Selain secara rongga perut dibersihkan, sehingga sulit
I.V klonidin peroral juga efektif

128
Jurnal Anestesiologi Indonesia

membedakan apakah disebabkan oleh 5. Sessler DI, Rubinstein EH, Mo-


terapi, oleh manipulasi rongga perut, ayeri A. Physiologic responses to
mild perianesthetic hypothermia
atau keduanya.
in humans. Anesthesiology 1991:
Penurunan kesadaran terberat 75: 594-610
terjadi pada kelompok K, tetapi hanya 6. Mahajan RP, Grover VK, Sharma
sementara, pada kelompok ini 4 pasien SL, Singh H: Intraocular pressure
changes during muscular hyper-
mengigau yang tidak didapat pada ke-
activity after general Anesthe-
lompok lain. sia.Anesthesiology 1987; 66: 419
-21
SIMPULAN 7. Rosa G, Pinto G, Orsi P, De Blasi
RA, Conti G, Sanita R, La Rosa I,
Menggigil terjadi pada 46% Gasparetto A: Control of post an-
pasien sectio secaria dengan anestesi aesthetic shivering whit nefopam
spinal yang mendapat ondansentron hydrochloride in mildly hypother-
sebelumnya. Meperidin, ketamin dan mic patients after neurosurgery.
Acta Anaesthesiol Scand 1995;
klonidin efektif dan mempunyai eektifi-
39: 90-5
tas yang sama untuk terapi menggigil 8. Kaplan JA, Guffin AV. Shivering
pada sectio secaria dengan anstesi spi- and changes in mixed venous ox-
nal. ygen saturation after cardiac sur-
gery. Anesth Analg 1985; 64: 235
-9
DAFTAR PUSTAKA 9. De Courcy JG, Eldred C: Artefac-
tual hypotension from shiver-
1. Ciofolo MJ, Clergue F, Devilliers ing. Anaesthesia 1989; 44: 787-8
C, Ben-Ammar M, Viars P: 10. Barker SJ, Shah NK: Effects of
Changes in ventilaton,Oxygen motion on the performance of
uptake, and carbon dioxide output pulse oximeters in volunteers.
during recovery from isoflurane Anesthesiology 1996; 85: 774-81
anesthesia. Anesthesiology 1989; 11. Matsukawa T, SesslerDI, Chris-
70: 737-41 tensen R, Ozaki M, Schroeder M.
2. Jones HD, Mc Laren CAB. Post- Heat flow and distribution during
operative shivering and hypoxae- epidural anesthesia. Anesthesiolo-
mia after halothane, nitrous oxide gy. 1995; 83: 961-967
and oxygen anaesthesia. Br J 12. Kurz A, Sessler DI Schroeder M,
Anaesth 1965; 37: 35-41 Kurz M. Thermoregulatory re-
3. Just B, Delva E, Camus Y, sponse thresholds during spinal
Lienhart A: Oxygen uptake dur- anesthesia. Anesth Analg 1983;
ing recovery following naloxone. 77: 721-6
Anesthesiology 1992; 76: 60-4 13. Ozaki M, Kurz A, Sessler DI,
4. Bay J, Nunn JF, Prys-Robert C. Lenhardt R, Schroeder M, Mo-
Factors influencing arterial PO2 ayeri A at all. Thermoregulatory
during recovery from anaesthesia. thresholds during epidural anad
Br J naesth 1968; 40: 398-407 spinal anesthesia. Anesthesiology
1994; 81: 282-8

Volume VII, Nomor 2, Tahun 2015 129


Jurnal Anestesiologi Indonesia

14. Kurz M, Belani K, Sessler DI, 23. Dawson NJ, Malcolm JL. Initia-
Kurz A, Larson M, Blanchard D, tion and inhibition of shivering in
Schroeder M: Naloxone, meperi- the rat: interaction between pe-
dine, and shivering. Anesthesiolo- ripheral and central factors. Clin
gy 1993; 79: 1193-201 Exp Pharmacol Physiol 1982; 9:
15. Delaunay L, Bonnet F, Liu N, 89-93
Beydon L, Catoire P, Sessler DI. 24. Diemunsch P, Conseiller C, Clyti
Clonidine comparably decreases N, Mamet JP. Ondansentron com-
the thermoregulatory thresholds pared with metoclopramide in the
for vasocontrictiion and shivering treatment of estabilished postop-
in humans. Anesthesiology.1993; erative nausea and vomiting: the
79: 470-474 French Ondansentron Study
16. Joris J, Banache M, Bonnet F, Group. Br J Anaesth 1997;
Sessler DI, Lamy M. Clonidine 79:322-6
and ketanserin both are effective 25. Crossley AW, Mahajan RP. The
treatment for postanesthetic shiv- intensity of postoperative shiver-
ering. Anesthesiology 1993; 79: ing is unrelated to axillary tem-
532-9 perature. Anaesthesia. 1994; 49:
17. Maze M, Tranquilli W. Alpha2 205-207
adrenoceptor agonists: defining 26. Shakya B, Chaturvedi A, Sah BB.
the role in clinical anesthesia. An- Prophylactic low dose ketaminaae
esthesiology 1991; 74: 581-605 and ondansentron for prevention
18. Sharma DR, Thakur JR. Keta- of shivering during spinal anaes-
mine and shivering. Anaesthesia thesia. J Anaesth Clin Pharmacol
1990; 45: 252-3 2010; 26: 465-469
19. White PF, Way WL, Trevor AJ: 27. Kelsaka E, Baris S, Karakoya D,
Ketamine: its Pharmacological Sarihasan B. Comparison of on-
and therapeutic uses. Anesthesiol- dansentron and meperidine for
ogy 1982; 56: 119-36 prevention of shivering in pa-
20. Gardner C, Perren M, Inhibition tients undergoing spinal anesthe-
of Anaesthetic-induced emesis by sia. Reg Anesth Pain Med. 2006;
a NK1 or 5-HT3 receptor antago- 31: 40-5
nist in the house musk shrew, 28. Browning RM, Fellingham WH,
Suncus murinus. Neuropharmacol Oloughin EJ, Brown NA, Faech
1998; 37: 1643-4 MJ. Prophylactic ondansentron
21. Hindle AT. Recent developments does not prevent shivering or de-
in the physiology and pharmacol- crease shivering severity during
ogy of 5- hydroxytryptamine. Br cesarean delivery under combined
J Anaesth 1994; 73: 395-407 spinal epidural anesthesia: a ran-
22. Feldberg W, Myers RD: Efect on domised trial. Reg Anesth Pain
temperature of amines injected Med 2013; 38: 39-43
into the cerebral ventricles: A 29. Komatsu R, Orhan-Sungur M, In
new concept of temperature regu- J, Podranski T, Bouillon T, Lau-
lation. J Physiol 1964; 173: 226- ber R dkk: Ondansentron does
37 not reduce the shivering treshold
in healthy volunters. Br J Anaesth
2006; 96: 732-7

130
Jurnal Anestesiologi Indonesia

30. Abdelrahman RS: Prevention of 38. Wrench IJ, Cavill G, Ward JEH,
shivering during regional anaes- Crossley AWA: Comparison be-
thesia: Comparison of midazo- tween alfentanil, pethidine and
lam, midazolam plus ketaminaa, placebo in the treatment of post-
tramadol and tramadol plus anesthetic shivering. Br J Anaesth
ketaminaa. Life sci J 2012; 9: 132 1997; 79: 541-2
-139 39. Burks L, Aisner J, Fortner CL,
31. Lone IU, Bashir Y, Bashir N, Ali Wiernik PH: Meperidine for the
SS, Shah ZA, Khan NA, Shah treatment of shaking chills and
MA, Lone AQ. Role of oral fever. Arch Intern Med 1980;
clonidine in preventing postsub- 140: 483-4
arachnoid block shivering in pa- 40. Chen JC, Hsu SW, Hu LH, Hong
tients undergoing elective urolog- YJ, Tsai PS, Lin TC, et al. In-
ical surgeries: an experience. Ain- trathecal meperidine attenuates
Shams J Anaesthesiol 2015; 8 : shivering induced by spinal anes-
407-12 thesia. Ma Zui Xue Za Zi. 1993;
32. Crowley LJ, Buggy DJ. Shivering 31: 19-24
and neuraxial anesthesia. Reg 41. Roy JD, Girard M, Drolet P. In-
Anesth Pain Med. 2008; 33: 241- trathecal meperidine decreases
252 shivering during cesarean deliv-
33. Goold JE. Post operative spastici- ery under spinal anesthesia.
ty and shivering. Anaesthesia. Anesth Analg. 2004; 98: 230-234
1984; 39: 35-38 42. Hong JY, Lee IH. Comparison of
34. Hostler D, Northington WE, the effects of intrathecal mor-
Callaway CW. High dose diaze- phine and pethidine on shivering
pam facilitates core cooling dur- after caesarian delivery under
ing cold saline infusion in healthy combined-spinal epidural anaes-
volunteers Appl Physiol Nutr thesia. Anaesthesia. 2005; 60:
Metab. 2009; 34: 582-6 1168-1172
35. Baxendale BR, Mahajan RP, 43. Khan ZH, Zanjani AP, Makarem
Crossley AW. Anticholinergic J, Samadi S. Antishivering effects
premedication influences the inci- of two different doses of intrathe-
dence of postoperative shivering. cal meperidine in caesarean sec-
Br J Anaesth 1994; 72: 291-4 tion: a prospective randomised
36. Tsai YC, Chu KS. A comparison blinded study. Eur J Anaesthesiol.
of tramadol, amitriptyline, and 2011; 28: 202-206
meperidine for postepidural anes- 44. Sutherland J, Seaton H, Lowry C,
thetic shivering in parturients. The influence of epidural pethi-
Anesth Analg. 2001; 93(5): 1288- dine on shivering during lower
92 segment caesarean section under
37. Casey WF, Smith CE, Katz JM, epidural anaesthesia. Anaesth In-
OLoughlin K, Weeks SK. Intra- tensive Care 1991; 19: 228-32
venous meperidine for control of 45. Dal D, Kese A, Honca M, Akinci
shivering during caesarian section SB, Basgul E, Aypar U, Eficacy
undr epidural anaesthesia. Can J ofprophylactic ketamine on pre-
Anaesth. 1988; 35: 128-133 venting postoperative shivering.
Br J Anaesth 2005; 95: 189-92

Volume VII, Nomor 2, Tahun 2015 131


Jurnal Anestesiologi Indonesia

46. Sarim BJ, Uripno-Budiono. Keta- 50. Mohammadi SS, Seyedi M. Ef-
min dan meperidin untuk fects of oral clonidine in prevent-
pencegahan menggigil pada ing postoperative shivering after
anestesi. Jurnal Anestesiologi In- general anesthesia. Int J Pharma-
donesia 2011; 3: 95-107 col 2007; 3: 441-443
47. Sagir O, Gulhas N, Toprak H, 51. Jeon YT, Jeon YS, Kim YC,
Yucel A, Beger Z, Ersoy O. Con- Bahk JH, Do SH, Lim YJ. In-
trol shivering during regional an- trathecal clonidine does not re-
aesthesia: prophylactic ketamine duce post-spinal shivering. Acta
and granisetron. Acta Anaesthe- Anesthesiol Scand. 2005; 49:
siol Scand 2007; 51: 44-49 1509-13
48. Buggy D, Higgins P, Moran C, 52. Capogna G, Celleno D. IV
ODonovan F, McCarroll M. clonidine for post-extradural shiv-
Clonidine at induction reduces ering in parturients: a preliminary
shivering after general anaesthe- study. Br J Anaesth 1993; 71: 294
sia. Can J Anaesth 1997; 44: 263- -5
7 53. Mercadante S, Michele PD, Lete-
49. Horn EP, Werner C, Sessler DI, rio D, Pignataro A, Sapio M, Vil-
Steinfath M, Schulte am Esch J. lari P. Efect of clonidine on post
Late intraoperative clonidine ad- partum shivering after epidural
ministration prevents postan- analgesia. A randomised con-
esthetic shivering after total intra- trolled double blind study: JPSM
venous or volatile anesthesia. 1994; 8: 294-297
Anesth Analg. 1997; 84: 613- 617

132

Anda mungkin juga menyukai