Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah perpajakan salah satunya adalah transfer pricing, yaitu
kegiatan mentransfer laba dari perusahaan dalam negeri ke
perusahaan yang memiliki hubungan istimewa di negara lain yang
tarif pajaknya lebih rendah. Hal ini dapat dilakukan dengan
membayar harga penjualan yang lebih rendah dari harga pasar dan
membiayakan biaya-biaya lebih besar daripada harga yang
sewajarnya. Transfer pricing merupakan isu sentral saat ini yang
dialami oleh seluruh dunia yang terhubung dalam jaringan
perdagangan internasional. Banyak perusahaan sering
melakukan transfer pricing guna memaksimalkan keuntungan
dan meminimalkan pajak, karena pajak dianggap sebagai beban
yang mengurangi keuntungan.
Transfer Pricing ini digunakan oleh Wajib Pajak sebagai salah
satu cara tax planning untuk menghemat pajak dengan
menggunakan kelemahan peraturan di suatu negara. Biasanya
tax planning ini dilakukan oleh perusahaan multinasional yang
bergerak atau yang mempunyai anak perusahaan di berbagai
negara. Transfer pricing menjadi masalah besar bagi aparat pajak
suatu negara jika ada yang merasa dirugikan dan inilah yang
menjadi permasalahan transfer pricing di dunia perpajakan.
Transfer pricing merupakan isu klasik di bidang perpajakan,
khususnya menyangkut transaksi internasional yang dilakukan oleh
korporasi multinasional. Dari sisi pemerintah, transfer pricing
diyakini mengakibatkan berkurang atau hilangnya potensi
penerimaan pajak suatu negara karena perusahaan multinasional
cenderung menggeser kewajiban perpajaknnya dari negara-negara
yang memiliki tarif pajak yang tinggi (high tax countries) ke negara-
negara yang menerapkan tarif pajak rendah (low tax countries.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, makalah ini memiliki rumusan masalah sebagai
berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan Transfer Pricing?


2. Apa tujuan dari Transfer Pricing?
3. Contoh Kasus Transfer Pricing dan penyelesaiannya?

1
1.3 Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka makalah ini memiliki tujuan penulisan
sebagai berikut.
1. Untuk Mengetahui pengertian dari Transfer Pricing
2. Untuk Mengetahui Tujuan dari Transfer Pricing.
3. Untuk Mengetahui Contoh kasus yang pernah terjadi dan juga alur
penyelesaiannya

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Transfer Pricing


Transfer pricing adalah penentuan harga atau imbalan sehubungan dengan
penyerahan barang, jasa, atau pengalihan teknologi antar perusahaan yang mempunyai
hubungan istimewa dan suatu rekayasa manipulasi harga secara sistematis dengan maksud
mengurangi laba artifisial, membuat seolah-olah perusahaan rugi, menghindari pajak atau
bea di suatu negara. Transfer pricing dapat juga diartikan sebagai penetapan harga atas
transaksi penyerahan barang berwujud, barang tidak berwujud, atau penyediaan jasa antar
pihak yang memiliki hubungan istimewa / transaksi afiliasi.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa transfer pricing adalah
hal yang wajar dalam dunia usaha. Namun dalam pengertian umum ditemukan di media,
transfer pricing kemudian digunakan sebagai suatu praktik bisnis yang tidak baik, yaitu
pengalihan atas penghasilan kena pajak (taxable income) dari suatu perusahaan yang
dimiliki oleh perusahaan multinasional ke negara-negara yang tarif pajaknya rendah dalam
rangka untuk mengurangi total beban pajak dari grup perusahaan multinasional tersebut,
maka inilah ekses negatif dari praktik transfer pricing tersebut. Namun dalam pengertian
umum ditemukan di media, transfer pricing kemudian digunakan sebagai suatu praktik
bisnis yang tidak baik, yaitu pengalihan atas penghasilan kena pajak (taxable income) dari
suatu perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan multinasional ke negara-negara yang
tarif pajaknya rendah dalam rangka untuk mengurangi total beban pajak dari grup
perusahaan multinasional tersebut, maka inilah ekses negatif dari praktik transfer pricing
tersebut.

2.2 Tujuan Transfer Pricing


Tujuan penerapan Harga Transfer / Transfer Pricing adalah untuk
mentransmisikan data keuangan di antara departemen-departemen atau divisi-divisi
perusahaan pada waktu mereka salaing mengunakan barang dan jasa satu sama lain (Henry
Simanora, 1999:273).
Selain tujuan tersebut, transfer pricing terkadang digunakan untuk mengevaluasi kinerja
divisi dan emotivasi manajer divisi penjual dan divisi pembelian menuju keputusan-
keputusan yang serasi dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan.

3
2.3 Contoh Kasus dan Penyelesaian
PT Asian Agri Grup
PT Asian Agri Group (AAG) adalah salah satu induk usaha terbesar kedua di
Grup Raja Garuda Mas, perusahaan milik Sukanto Tanoto. Menurut majalah Forbes,
pada tahun 2006 Tanoto adalah keluarga paling kaya di Indonesia, dengan kekayaan
mencapai US$ 2,8 miliar (sekitar Rp 25,5 triliun). Selain PT AAG, terdapat perusahaan
lain yang berada di bawah naungan Grup Raja Garuda Mas, di antaranya: Asia Pacific
Resources International Holdings Limited (APRIL), Indorayon, PEC-Tech, Sateri
International, dan Pacific Oil & Gas.Secara khusus, PT AAG memiliki 200 ribu hektar
lahan sawit, karet, kakao di Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Thailand. Di Asia, PT
AAG merupakan salah satu penghasil minyak sawit mentah terbesar, yaitu memiliki 19
pabrik yang menghasilkan 1 juta ton minyak sawit mentah selain tiga pabrik minyak
goreng.

Awal Mula Terungkapnya Kasus


Terungkapnya dugaan Penggelapan Pajak oleh PT AAG, bermula dari aksi
Vincentius Amin Sutanto (Vincent) membobol brankas PT AAG di Bank Fortis
Singapura senilai US$ 3,1 juta pada tanggal 13 November 2006. Vincent saat itu
menjabat sebagai group financial controller di PT AAG yang mengetahui seluk-beluk
keuangannya. Perbuatan Vincent ini terendus oleh perusahaan dan kemudian dilaporkan
ke Polda Metro Jaya. Vincent diburu dan bahkan diteror diancam akan dibunuh. Vincent
kabur ke Singapura sambil membawa sejumlah dokumen penting PT. AAG. Dalam
pelariannya inilah terjadi jalinan komunikasi antara Vincent dan Wartawan Tempo untuk
membongkar penggelapan pajak oleh PT. AAG. kemudian Vincent mengakhiri
pelariannya pada tanggal 11 Desember 2006 dan ia menyerahkan diri ke Polda Metro
Jaya.
Namun, sebelum pelariannya, pada tanggal 1 Desember 2006 VAS sengaja datang
ke KPK untuk membeberkan permasalahan keuangan PT AAG yang dilengkapi dengan
sejumlah dokumen keuangan dan data digital. Salah satu dokumen tersebut adalah
dokumen yang berjudul AAA-Cross Border Tax Planning (Under Pricing of Export
Sales), disusun pada sekitar tahun 2002. Dokumen ini memuat semua
persiapan transfer pricing PT. AAG secara terperinci.

Modus Yang Di Lakukuan Oleh PT. AAG


Modusnya dilakukan dengan cara menjual produk minyak sawit mentah (Crude
Palm Oil) keluaran PT. AAG ke perusahaan afiliasi di luar negeri dengan harga di bawah
harga pasar untuk kemudian dijual kembali ke pembeli riil dengan harga tinggi. Dengan
begitu, beban pajak di dalam negeri bisa ditekan. Selain itu, rupanya perusahaan-
perusahaan luar negeri yang menjadi rekanan PT AA sebagian adalah perusahaan fiktif.
Pembeberan Vincent ini kemudian ditindaklanjuti oleh KPK dengan menyerahkan
permasalahan tersebut ke Direktorat Pajak karena memang permasalahan PT. AAG
tersebut terkait dengan perpajakan. Menindaklanjuti hal tersebut, Direktur Jendral Pajak,
Darmin Nasution, kemudian membentuk tim khusus yang terdiri atas pemeriksa,
4
penyidik dan intelijen. Tim ini bekerja sama dengan Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan (PPATK) dan Kejaksaan Agung. Tim khusus tersebut melakukan
serangkaian penyelidikan termasuk penggeladahan terhadap kantor PT AAG, baik yang
di Jakarta maupun di Medan. Berdasarkan hasil penyelidikan tersebut (14 perusahaan
diperiksa), ditemukan Terjadinya penggelapan pajak yang berupa penggelapan pajak
penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPN). Selain itu juga bahwa dalam
tahun pajak 2002-2005, terdapat Rp 2,62 triliun penyimpangan pencatatan transaksi.
Yang berupa menggelembungkan biaya perusahaan hingga Rp 1,5 triliun. mendongkrak
kerugian transaksi ekspor Rp 232 miliar. mengecilkan hasil penjualan Rp 889 miliar.
Lewat modus ini, Asian Agri diduga telah menggelapkan pajak penghasilan untuk badan
usaha senilai total Rp 2,6 triliun. Perhitungan SPT Asian Agri yang digelapkan berasal
dari SPT periode 2002-2005. Hitungan terakhir menyebutkan penggelapan pajak itu
diduga berpotensi merugikan keuangan negara hingga Rp 1,3 triliun.

Penyelesaian Kasus
Atas Pembeberan Vincent ,kemudian ditindaklanjuti oleh KPK dengan
menyerahkan permasalahan tersebut ke Direktorat Pajak karena memang permasalahan
PT AAG tersebut terkait erat dengan perpajakan.Direktur Jendral Pajak Darmin Nasution,
kemudian membentuk tim khusus yang terdiri atas pemeriksa, penyidik dan intelijen. Tim
ini bekerja sama dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan
Kejaksaan Agung. Tim khusus tersebut melakukan serangkaian penyelidikan termasuk
penggeledahan terhadap kantor PT AAG, baik yang di Jakarta maupun di Medan.
Kemudian, penyidik menemukan pelanggaran administrasi sekaligus pelanggaran pidana
yang dilakukan Suwir Laut dan lainnya. Dan pada bulan Desember 2007 telah ditetapkan
8 orang tersangka, yang masing-masing berinisial Semion Tarigan, Eddy Lukas, Linda
Rahardja, Andrian, Willihar Tamba, Laksamana Adhyaksa, Tio Bio Kok dan Lee Boon
Heng. Kedelapan orang tersangka tersebut merupakan pengurus, direktur dan
penanggung jawab perusahaan. Di samping itu, Depertemen Hukum dan HAM juga telah
mencekal 8 orang tersangka tersebut.
Selanjutnya, kasus ini diproses hukum hingga akhirnya Pada Desember 2012 lalu,
MA dalam putusannya bernomor No.2239 K/PID.SUS/2012 memutus bersalah Manager
Pajak AAG, Suwir Laut, dengan hukuman 3 tahun penjara, dengan masa percobaan 2
tahun. Selain itu MA juga menghukum PT. AAG membayar denda Rp 2,5 triliun.
PT.AAG pun menyanggupi pembayaran denda itu dengan cara mencicil. Pada 28 Januari
lalu cicilan pertama sekitar Rp Rp 719,9 miliar ke rekening Kejagung di Bank Mandiri.
Sedangkan sisanya, AAG bersedia mengangsur setiap bulannya sebesar Rp 200 miliar.
Sebagai jaminan AAG juga sudah menyerahkan 126 lembar giro bilyet.

5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Transfer pricing adalah penentuan harga atau imbalan sehubungan dengan penyerahan
barang, jasa, atau pengalihan teknologi antar perusahaan yang mempunyai hubungan
istimewa dan suatu rekayasa manipulasi harga secara sistematis dengan maksud mengurangi
laba artifisial, membuat seolah-olah perusahaan rugi, menghindari pajak atau bea di suatu
negara. Pada umumnya berdasarkan jangkauan teritorial operasi perusahaan, transfer
pricing dapat dikelompokkan dalam transfer pricing domestik dan transfer pricing
multinasional.
Adapun tujuan dari transfer pricing di antaranya adalah memaksimalkan penghasilan
global,mengamankan posisi kompetitif anak/cabang perusahaan dan penetrasi pasar, dan
mengevaluasi kinerja anak/cabang perusahaan mancanegara

Putusan kasasi terkait kasus yang menjerat PT AAG patut di apresiasi, Mahkamah Agung
telah bersikap tegas untuk menyatakan perkara penggelapan pajak yang biasanya
digolongkan sebagai pelanggaran administrasi menjadi tindak pidana. Artinya MA berani
menyatakan bahwa unsur pidana harus diterapkan dalam perkara yang menyangkut
pelanggaran perpajakan, putusan ini juga semakin memperjelas status praktik pelanggaran
pajak bukan hanya pelanggaran administrasi, tetapi juga mengandung unsur pidana.

3.2 Saran
Adapun saran yang penulis ajukan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Bagi pihak yang berwenang menangani masalah perpajakan agar mampu
mendeteksi lebih dini penyelewengan-penyelewengan pajak yang mungkin akan
terjadi
2) Bagi perusahaan-perusahaan multinasional, agar menerapkan transfer pricing
sesuai dengan standar dan ketetapan yang berlaku.
3) Bagi penegak hukum harus berani menyatakan dan menerapkan apabila
terdapat unsur pidana dalam suatu kasus Transfer Pricing

6
DAFTAR PUSTAKA

http://www.pajak.go.id/content/article/menangkal-kecurangan-transfer-pricing
http://readinggate.blogspot.co.id/2017/01/kasus-hukum-pajak-pt-asian-agri.html
https://goodmaterialku.blogspot.co.id/2016/06/analisa-kasus-pajak-pt-asian-agri-group.html
https://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/32adb92ea1a4b706e7d4860604ff1754/
http://dueeg.blogspot.co.id/2009/11/transfer-pricing.html

Anda mungkin juga menyukai