PENAKLUKAN KONSTANTINOPEL
Jika kita mengengok jauh kebelakang, beratus-ratus tahun yang lalu kita dapat
melihat pemandangan seperti kutipan diatas tentunya belum ada adzan yang
berkumandang. Siapapun yang datang ke tempat ini pasti akan terpana dengan
keindahan yang dimilikinya. Tempat ini berupa sebuah kota, kota yang bernama
Konstantinopel. Kota ini terletak di posisi yang sangat strategis, terhampar di daratan
berbentuk segitiga seperti tanduk dan terletak disebelah barat Selat Bosphorus yang
1 F. Y. Siauw. 2013. Muhammad Al-Fatih 1453. Jakarta Utara: AlFatih Press. hlm.1.
21
22
memisahkan antara Benua Eropa dan Benua Asia. Di sebelah utara kota ini terletak
Teluk Tanduk Emas (Golden Horn), sebuah pelabuhan alami yang sempurna. Di
seberang Selat Bosphorus terdapat daratan yang kaya akan hasil bumi, Semenanjung
Asia Kecil atau lebih dikenal dengan nama Anatolia. Dari Selat Bosphorus ini
seseorang dapat berlayar ke arah utara menuju laut hitam (Black Sea) atau ke selatan
melewati Selat Dardanela lalu menuju ke laut Mediterania. Posisi yang berada di
tengah dunia membuat Konstantinopel menjadi kota pelabuhan paling sibuk pada
masanya. Inilah kota yang mendapat kesempatan terhormat menjadi bagian terpenting
dari 3 peradaban besar manusia. The Gates of The East and Westadalah salah satu
gelar yang disematkan kepadanya.
Selain karena posisinya yang berada di tengah dunia, ada hal lain yang juga
terkenal dari kota ini yaitu system pertahanannya yang merupakan system
pertahanam terbaik yang ada pada masanya. Konstantinopel dilindungi oleh tembok
yang mengelilingi kota secara sempurna, baik di wilayah laut maupun daratnya. Kota
ini terlihat seperti benteng yang sangat kokoh. Siapapun yang ingin menaklukan kota
ini pasti nyalinya akan ciut seketika ketika melihan bagian barat dari kota tersebut,
satu-satunya bagian Konstantinopel yang berbatasan dengan daratan namun disitu
terbangun dua lapis tembok yang kuat dengan dua tingkatan dimana di tengah bagian
tersebut diperkuat oleh parit besar dan dalam di bagian depannya. Tidak aneh jika
Konstantinopel juga memiliki gelar lain yaitu The City with Perfect Defense.
visi mereka menjadi visi global, yaitu pembebasan seluruh dunia. Bagi kaum Muslim,
kota Konstantinopel adalah penantian yang sudah berlangsung selama 825 tahun dan
para syuhada telah menyirami tanah itu dengan darah suci mereka untuk
menumbuhkan kemenangan di tanah itu, maka tidak heran apabila janji Allah dan
Rasul ini menjadi suatu sumber energi yang tidak terbatas, menyalakan api
pengorbanan dan jihad fi sabilillah dalam setiap masa dan setiap kepemimpinan.
Konstantinopel sendiri bukanlah sebuah kota yang lemah, dapat kita lihat dari
gelar yang dimilikinya. Posisinya sebagai ibukota Byzantium, pewaris satu-satunya
imperium Romawi menjadikannya memiliki semua teknologi perang dan kejayaan
sistem militer Romawi yang sempat memimpin dunia, wilayah lautnya sangat luas
dan armada lautnya menjadi yang terbaik pada masanya. Tembok Konstantinopel
mempunyai prestasi selama 1.123 tahun dapat menahan 23 serangan diarahkan
kepadanya. Hanya sekali saja tembok bagian lautnya pernah ditembuh oleh pasukan
perang Salib pada tahun 1204, selain itu semua serangan sukses dinetralkan oleh
pertahanannya.
Tahun 1453 tidak hanya menjadi momen yang merekam konflik antara
Byzantium dan Utsmani, tetapi sesungguhnya adalah momen yang menjadi wadah
pembuktian kaum Muslim akan agama yang benar dan pembuktian janji Allah dan
Rasul-Nya. Tahun 1453 sesungguhnya adalah puncak benturan yang terjadi di antara
Barat dan Timur, Kristen dan Islam yang telah mengakar semenjak masa Rasulullah
Muhammad SAW. Tahun ini juga dalah sebuah masa depan yang telah lalu, sebuah
kemenangan yang telah terjadi dimasa Rasulullah masih berada ditengah-tengah para
sahabatnya, ini bukanlah hanya tentang kemenangan Turki Utsmani sehingga yang
patut berbangga pun bukan hanya Turki dengan pembabasan kota Konstantinopel.
Kejadian ini harus dijadikan setiap muslim sebagai inspirasi akan jati diri mereka.
Sebuah janji Allah memang benar adanya.
24
Sebagai langkah awal untuk mewujudkan impian ini, Sultan Muhammad Al-
Fatih terlebih dahulu mengumumkan pengumuman perang terhadap Konstantinopel.
Kemudian pemimpin ke-7 Daulah Utsmaniyah ini datang mengepung benteng
Konstantinopel bersama 50.000 pasukannya. Setelah mengepung selama tiga hari,
Sultan Muhammad kemudian menarik kembali pasukannya pulang.
Selama pengepungan yang berlangsung selama tiga hari ini memang tidak terjadi
kontak senjata di antara kedua belah pihak. Namun tujuan utama Sultan Muhammad
Al-Fatih mengadakan pengepungan ini bukan untuk menjebol benteng
Konstantinopel seketika itu juga, tetapi lebih ditujukan untuk mengenal lebih jauh
kondisi benteng Konstantinopel dari jarak dekat, bagaimana struktur militer dan
menara-menara pertahanan yang mengitari benteng tersebut. Sehingga ke depan bisa
diambil strategi yang tepat untuk menaklukkan kota bandar ini.
Penguasa Konstantinopel langsung memerintahkan bawahannya untuk
menangkapi setiap orang Turki yang ada di kotanya, sebagai balasan atas pernyataan
perang Sultan Muhammad Al-Fatih. Sadar bahwa Sultan Muhammad Al-Fatih
semakin bersemangat untuk menyerang mereka, tentara Konstantinopel semakin
memperkuat pertahanan benteng mereka, orang-orang Konstantinopel merenovasi
tembok benteng mereka yang rusak akibat di makan usia dan bekas serangan-
serangan yang pernah di lancarkan sebelumnya. Selain menyiapkan peralatan perang
mereka, para penguasa Konstantinopel juga mengirim utusan ke Eropa untuk
meminta bantuan kepada sekutu-sekutu mereka yang ada di sana.
25
Persiapan Sultan Muhammad al-Fatih juga tidak kalah matang dari musuhnya
untuk menggempur mereka. Sultan mengambil tindakan untuk menguasai semua
perkampungan yang ada di sekitar benteng Konstantinopel. Hal ini berakibat
putusnya jalur komunikasi antara Konstantinopel dengan Negara-negara lain. Selain
itu, semangat jihad para pasukan Sultan juga semakin menggelora. Mereka ingin
segera berperang untuk meninggikan agama Islam, meraih syahid di jalan Allah, serta
pahala yang besar dari sang pencipta. Para Ulama juga tidak ketinggalan berada di
tengah-tengah pasukan untuk membakar semangat jihad mereka.
jasanya kepada Sultan. Bak mendapat durian runtuh, Sultan Muhammad Al-Fatih
langsung menyambut tawaran emas dari sang ahli pembuat meriam ini. Sultan
memberinya banyak harta dan fasilitas lengkap kepadanya untuk segera memulai
pekerjaannya. Proyek besar ini sendiri dibantu oleh para arsitek senjata asal Turki dan
pengawasannya dibawahi langsung oleh Sultan Muhammad Al-Fatih sendiri.
Selang tiga bulan kemudian, ahli pembuat meriam ini sukses menyelesaikan
penggarapan sejumlah meriam untuk memperkuat pasukan militer Sultan Muhammad
Al-Fatih. Di antaranya terdapat sebuah meriam raksasa yang belum pernah dibuat
sebelumnya di muka bumi ini. Beratnya sekitar tujuh ratus ton. Peluru meriamnya
juga memiliki ukuran yang sangat besar. Diperlukan seratus ekor kerbau ditambah
seratus orang laki-laki yang kuat untuk menarik atau memindahkan meriam ini dari
satu tempat ke yang tempat lain. Meriam ini akhirnya kondang dengan nama Midfa
Sulthoniy atau meriam sang Sultan.
Sebelum uji coba meriam raksasa ini dilangsungkan, Sultan Muhammad Al-Fatih
terlebih dahulu memperingatkan warganya agar tidak terkejut dengan kerasnya suara
tembakannya. Ketika diuji coba, suara dentumannya terdengar hingga jarak tiga belas
mil jauhnya. Peluru meriam tersebut akhirnya jatuh dan membuat lubang sedalam
enam kaki. Sungguh luar biasa, Sultan Muhammad Al-Fatih gembira sekali setelah
mengetahui hasil yang memuaskan dari uji coba meriam ini. Kemampuan meriam ini
semakin menambah rasa percaya diri Sultan Muhammad Al-Fatih dan pasukannya
untuk menaklukkan benteng Konstantinopel. Sultan juga tidak lupa memberi bonus
kepada sang ahli atas jerih payahnya yang telah mengarsiteki pembuatan meriam
raksasa ini.
Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di
kota Konstantinopel pada bulan April 1453 M bersama 250.000 orang lebih
27
berbekal 150.000 ribu pasukan dan meriam yang merupakan teknologi baru pada saat
itu.
Jika dilihat dari udara, benteng yang mengitari Konstantinopel memiliki bentuk
seperti segitiga. Salah satu sisinya menghadap laut Marmaroh, sisi yang satunya lagi
menghadap ke teluk, dan sisi yang terakhir menghadap ke daratan yang mengarah ke
Eropa, di sisi inilah pasukan utama Sultan Muhammad Al-Fatih berada. Benteng ini
dikelilingi oleh parit selebar enam puluh kaki untuk merintangi gerakan musuh yang
berusaha mendekat. Benteng ini memiliki beberapa pintu, antara lain: Pintu Adrenah,
Pintu Midfa (disebut juga dengan nama pintu Rumanus), dan Pintu Askariy.
Untuk menerobos benteng ini, Sultan Muhammad al-Fatih membagi posisi
pasukannya sebagai berikut:
Regu pertama: Maymanah, terdiri dari pasukan Anadhol yang dikomandoi
oleh Ishaq Pasya dan Mahmud Bek. Pasukan ini mengambil posisi
berhadapan dengan pintu Midfa.
Regu kedua: Maysaroh, terdiri dari beberapa pasukan yang dipimpin Qurjah
Pasya. Pasukan ini mengambil posisi yang berhadapan dengan pintu Adrenah.
Regu ketiga: Qolb, terdiri dari pasukan utama dan pasukan pilihan yang
dipimpin sendiri oleh Sultan Muhammad Al-Fatih. Posisi pasukan ini
berhadapan dengan pintu Midfa. Dan di belakang posisi pasukan inilah
Sultan Muhammad Al-Fatih mendirikan kemah yang berfungsi sebagai pusat
komando jalannya pertempuran pasukan beliau.
akan mengganggu jiwa, harta, dan kehormatan seorang pun yang ada di dalam kota.
Setelah mendengar pesan balasan dari Sultan, maka raja Konstantinopel semakin
yakin kalau perang tidak dapat dihindari lagi. Pintu-pintu masuk ke kota
Konstantinopel segera ditutup rapat dan para prajurit Konstantinopel bersiap-siap
menghadapi serangan.
Meriam-meriam pasukan Turki segera menyala dan memuntahkan serangannya
yang menakutkan ke arah Konstantinopel begitu turun perintah serangan dari Sultan
Muhammad Al-Fatih. Meriam-meriam ini terus menerus menembakkan pelurunya
siang dan malam tanpa henti. Suara dentumannya yang mengenai dinding-dinding
benteng terdengar begitu menakutkan, terutama di waktu malam. Hati penduduk
Konstantinopel pun dipenuhi rasa takut dan kengerian yang luar biasa begitu
mendengar suara ledakannya yang sangat keras. Masyarakat Konstantinopel hanya
bisa berdiam diri tanpa tahu apa yang harus mereka berbuat menyaksikan hal itu.
Mereka juga tidak mengira sebelumnya bahwa ada meriam di atas muka bumi ini
yang mempunyai kemampuan seperti yang dimiliki oleh Sultan Muhammad Al-Fatih.
Kedua belah pihak, baik pasukan Turki maupun pasukan Konstantinopel bertempur
mati-matian menghadapi serangan dari sang lawan. Pasukan penjaga benteng
Konstantinopel bergerak cepat memperbaiki dinding-dinding benteng yang rusak
akibat terkena tembakan meriam Sultan. Di sisi lain, pasukan Artileri 12 terus-
menerus menembakkan meriam mereka guna merapuhkan fisik benteng
Konstantinopel agar bisa di terobos oleh pasukan Infanteri 10 Sultan Muhammad Al-
Fatih. Di bawah derasnya hujan peluru meriam yang menghujani benteng, pasukan
infanteri 10 Sultan Muhammad Al-Fatih dengan gagah berani bergerak mendekat ke
arah benteng tanpa takut mati.
Tembakan peluru yang terus menerus dilontarkan meriam Sultan Muhammad Al-
Fatih akhirnya membuahkan hasil beberapa bagian benteng rusak dan puing-puing
bahan bangunan dari benteng tersebut serta pecahan-pecahan peluru meriamnya
berjatuhan sehingga memenuhi parit yang ada di bawahnya, hal ini membuat pasukan
30
lawan bisa melintasinya dengan mudah. Melihat hal itu, pasukan Sultan Muhammad
Al-Fatih segera bergerak merangsek masuk ke dalam benteng. Mereka memanjat
tembok benteng dengan menggunakan tangga. Beberapa dari mereka bahkan sampai
ke daerah yang ada di dalam benteng. Pergerakan pasukan Sultan ini langsung
mendapat sambutan dari pasukan musuh yang menjaga benteng di atas. Pertempuran
sengit terjadi di antara kedua belah pihak. Pasukan pemanah yang berada di atas
benteng segera menghujani pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih yang mencoba
menerobos masuk. Pertempuran mematikan ini berlangsung hingga malam hari dan
akhirnya berhenti setelah Sultan Muhammad Al-Fatih memutuskan untuk menarik
mundur pasukannya.
Di waktu yang sama, kapal-kapal perang Sultan Muhammad Al-Fatih berusaha
menghancurkan rantai besi yang menghalangi pergerakan armada lautnya untuk bisa
masuk ke Teluk. Namun kapal-kapal Byzantium dan Italia yang berada di belakang
rantai tersebut tidak tinggal diam melihat upaya kapal-kapal Sultan Muhammad Al-
Fatih. Mereka dengan mudah menembaki kapal-kapal Sultan Muhammad Al-Fatih
yang umumnya berukuran lebih kecil dari kapal-kapal Byzantium dan Konstantinopel
hingga membuat armada laut Sultan Muhammad Al-Fatih mundur dari pertempuran.
Meskipun angkatan laut Sultan Muhammad Al-Fatih sudah mempersiapkan
persenjataan secara matang, dan jumlah kapal-kapalnya cukup banyak, tetapi mereka
kalah pengalaman dan wawasan militer dalam hal pertempuran di laut dibandingkan
dengan tentara laut Byzantium dan Italia. Tentara laut Utsmani tidak mampu
mengimbangi permainan tempur yang dimainkan pasukan musuh yang notabenenya
lebih berpengalaman. Hingga akhirnya armada laut Utsmani mundur dari
pertempuran yang disambut sorak-sorai kegembiraan armada laut musuh karena
keberhasilan mereka memukul mundur kapal-kapal perang Sultan Muhammad Al-
Fatih.
Keberhasilan pasukan darat dan laut Konstantinopel menahan gerakan pasukan
Utsmani, membuat rakyat Konstantinopel gembira. Mereka semakin yakin bahwa
31
tentara Daulah Utsmaniyyah tidak akan mampu menerobos pertahanan benteng. Raja
Konstantinopel pergi ke gereja Santa Sofiya untuk mengucap puji dan syukurnya
kepada tuhan, atas keberhasilan mereka menghadapi serangan Sultan Muhammad Al-
Fatih.
Di sisi bumi yang lain, kegagalan pasukan Turki dalam beberapa pertempuran
melawan pasukan Konstantinopel tidak membuat Sultan Muhammad Al-Fatih gigit
jari. Justru beliau semakin bersemangat untuk menggapai cita-citanya, yaitu
menaklukkan Konstantinopel. Untuk itu beliau memutar keras otaknya, taktik dan
strategi perang apa lagi yang harus digunakan untuk menyerang musuh.
Di pagi hari, Byzantium kaget bukan kepalang, mereka sama sekali tidak
mengira Sultan Muhammad Al-Fatih dan pasukannya menyeberangkan kapal-kapal
mereka lewat jalur darat. Sebanyak 70 kapal laut diseberangkan lewat jalur darat
yang masih ditumbuhi pohon-pohon besar, menebangi pohon-pohonnya dan
menyeberangkan kapal-kapal dalam waktu satu malam adalah suatu kemustahilan
menurut mereka, akan tetapi itulah yang terjadi.
Peperangan dahsyat pun terjadi, benteng yang tak tersentuh sebagai simbol
kekuatan Byzantium itu akhirnya diserang oleh orang-orang yang tidak takut akan
32
kematian. Akhirnya kerajaan besar yang berumur 11 abad itu jatuh ke tangan kaum
muslimin. Peperangan besar itu mengakibatkan 265.000 pasukan umat Islam gugur.
Pada tanggal 20 Jumadil Awal 857 H bersamaan dengan 29 Mei 1453 M, Sultan
Muhammad Al-Fatih berhasil memasuki Kota Konstantinopel. Sejak saat itulah ia
dikenal sebagai penakluk Konstantinopel.
Setelah itu rentetat penaklukkan strategis dilakukan oleh Sultan Muhammad Al-
Fatih; ia membawa pasukannya menkalukkan Balkan, Yunani, Rumania, Albania,
Asia Kecil, dll. Bahkan ia telah mempersiapkan pasukan dan mengatur strategi untuk
menaklukkan kerajaan Romawi di Italia, akan tetapi kematian telah menghalanginya
untuk mewujudkan hal itu.