Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Menurut World Health Organisation (WHO) pemeliharaan kebersihan gigi

dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan kesehatan karena hal

tersebut dapat mencegah terjadinya penyakit-penyakit rongga mulut. kesehatan

gigi dan mulut menjadi salah satu aspek pendukung paradigma sehat serta

merupakan strategi pembangunan nasional untuk mewujudkan Indonesia sehat

2010 (kementerian kesehatan RI,2007).

World health organization (WHO) dalam the oral health report

menyatakan di indonesia kurangnya menjaga kebersihan gigi dan mulut berakibat

pada meningkatnya prevalensi entuloussness yang mencapai 24% dengan rata-rata

umur di atas 65 tahun dan penduduk Indonesia yang menderita gangguan

kesehatan gigi dan mulut masih mencapai 90%. 1,2 penelitian denloye di Nigeria

pada anak berumur 13-15 tahun yang di tuangkan dalam jurnalnya membuktikan

bahwa besar debris indeks (DI) mencapai 1,57 dan besar calculus indeks (CI)

mencapai 1,48 dengan rata-rata oral hygiene indeks status (OHI-S) untuk laki-laki

mencapai 3,09 dan untuk perempuan mencapai 2,94 yang tergolong ringan sampai

sedang.

3 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kurangnya kesadaran diri

masyarakat terutama pada anak usia sekolah menengah ke atas mengingat bahwa

pada usia tersebut sebagian besar gigi permanennya sudah tumbuh sempurna

(WHO, 2011).
Anak-anak usia sekolah di seluruh dunia dan sebagian besar orang dewasa

pernah menderita karies gigi, karies merupakan penyebab utama patologi primer

atas penanggalan gigi pada anak-anak. Antara 29% hingga 59% orang dewasa

dengan usia lebih dari 50 tahun mengalami karies. Jumlah kasus ini menurun di

berbagai Negara berkembang karena adanya peningkatan kesadaran atas

kesehatan gigi ( Indah, 2013).

Berdasarkan riset kesehatan dasar (riskesdas) nasional tahun 2013,

menunjukkan prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 25,9 %,

sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka

nasional. Secara keseluruhan, kemampuan untuk mendapatkan pelayanan dari

tenaga medis gigi sebesar 8,1 % . prevalensi nasional menyikat gigi setiap hari

adalah 94,2 % sebanyak 15 provinsi berada di bawah prevalensi nasional.


Tabel 1.1
Jumlah murid SD yang mengalami masalah karies gigi
Berdasarkan wilayah kerja puskesmas se-kota
Tanjungpinang tahun 2015

No Puskesmas jumlah karies gigi %

1 Sei Jang 6225 629 10,10%


2 Tanjungpinang4783 627 13,10%
3 M. Kota Piring 2559 401 15,67%
4 Kampung Bugis 2629 346 13,16%
5 Batu 10 4244 296 6,97%
6 Tg. Unggat 1167 187 16,02%
7 Mekar Baru 2979 44 1,47%

Total 24586 2530

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2015

Dari tabel 1.1 di atas dapat di lihat jumlah penderita karies gigi pada anak

sekolah dasar,di mana angka persentasi tertinggi terdapat di wilayah puskesmas

tanjung unggat yaitu 16.02%. sementara berdasarkan data hasil penjaringan ke

sekolah dasar oleh puskesmas tanjung unggat tahun 2015, ternyata di puskesmas

tanjung unggat yang mengalami gangguan kesehatan gigi dan mulut tertinggi

terjadi di SDN 003 Bukit Bestari, dengan jumlah 134 murid mengalami karies

gigi dari 141 siswa.

Kesehatan gigi dan mulut hingga kini masih belum menjadi perhatian utama.

sehingga, gigi berlubang atau karies menjadi masalah umum yang di hadapi

sebagian besar masyarakat. Padahal kondisi ini menjadi gerbang beragam


penyakit, Dimana dengan mengabaikan kesehatan gigi dan mulut berarti

membuka gerbang terserang sebagai penyakit. Selama ini penanganan masalah

gigi masih sebatas menambal lubang gigi. Tindakan tersebut sudah di anggap

mampu mengontrol karies. Padahal itu belum cukup mengatasi masalah secara

menyeluruh ( Ghofur, 2012).


Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya di mulai sejak

dini, sementara usia sekolah dasar meupakan saat yang ideal untuk melatih

kemampuan motorik seorang anak, termasuk di antaranya menyikat gigi.

Kemampuan menyikat gigi secara baik dan benar merupakan factor yang cukup

penting untuk pemeliharaan kesehatan gigi. Keberhasilan pemeliharaan kesehatan

gigi juga di pengaruhi oleh factor penggunaan alat, metoda penyikatan gigi serta

frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat ( Indah, 2011).


Salah satu faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan atau terjadinya

suatu penyakit, menurut teori H L. Bloom, adalah perilaku. Sementara menurut

teori L. Green, salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku adalah

pengetahuan penelitian menunjukkan bahwa prilaku yang di landasi pengetahuan

bersifat lebih langgeng. Dengan demikian pengetahuan tentang kesehatan gigi dan

mulut merupakan faktor yang penting untuk terbentuknya perilaku kesehatan gigi

dan mulut(Notoadmojo,2010)
Berdasarkan hal tersebut di atas, perlu di lakukan penelitian tentang

hubungan pengetahuan tentang kesehatan gigi dengan perilaku pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut pada siswa sekolah dasar kelas 2 dan 3

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang diatas penulis dapat merumuskan masalah

penelitian yaitu apakah ada hubungan pengetahuan kesehatan gigi dengan


perilaku pemeliharaan gigi pada siswa kelas 2 dan 3 di SDN 003 Bukit Bestari

Tanjungunggat.

1.3 Tujuan dan manfaat penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan gigi dengan

perilaku pemeliharaan gigi pada siswa kelas 2 dan 3 di SDN 003 Bukit

Bestari Tanjungunggat.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Di ketahui gambaran pengetahuan tentang kesehatan gigi pada siswa

kelas 2 dan 3 di SDN 003 bukit bestari Tanjung unggat.


b. Di ketahui gambaran prilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut

pada siswa kelas 2 dan 3 di SDN 003 bukit bestari Tanjung unggat.

1.4 Manfaat penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis

Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai perilaku

pemeliharaan gigi pada siswa kelas 2 dan 3 di SDN 003 di harapkan dapat

menjadi bahan masukan, informasi dan umpan balik bagi proses

pembelajaran serta menjadi sumbangan penelitian untuk peneliti yang

akan datang.

1.4.2 Manfaat Praktis

Sebagai masukan bagi SDN 003 Bukit Bestari Tanjungunggat tentang

perilaku pemeliharaan gigi pada siswa SD dan memberikan masukan untuk

lebih meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan untuk memberikan


pendidikan kesehatan kepada siswa SD dalam upaya mengurangi perilaku

buruk dalam pemeliharaan gigi.

Anda mungkin juga menyukai